Anda di halaman 1dari 18

TUGAS INDIVIDU

TETANUS NEONATORUM

DOSEN : BAIQ AGUTIS PARIDA, SST., M.Keb

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III

1. Anasthasia Hastuti
2. Anisa Sri Setiawati
3. Baiq Fika Girya Putri K
4. Baiq Susmananda Anjani
5. Fitri Maryam
6. Indah Purwanti
7. Raodah
8. Risa Widiartiningih
9. Sri Widia Wangi
10. Yati Muliani

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIDAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAMZAR


2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan ....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................4

A. Pengertian Tetanus Neonatorum.........................................................................4


B. Penyebab Tetanus Neonatorum ..........................................................................5
C. Gejala Klinis...........................................................................................................6
D. Pencegahan.............................................................................................................7
E. Penanganan............................................................................................................9

BAB III PENUTUP..........................................................................................................12


A. Kesimpulan.............................................................................................................12
B. Saran.......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................13

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH S.W.T yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah Kegawatan
Matetnal dan Neonatal tentang “ Tetanus Neonatorum“
Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi salah satu tugas kami dalam mata
kuliah Kegawatan Maternal dan Neonatal serta mengulas sekaligus mengetahui penanganan
kasus Tetanus Neonatorum.
Kami berterima kasih kepada ibu Baiq Agustis Parida, SST., M.Keb selaku dosen mata
kuliah Kegawatan Maternal dan Neonatal yang telah memberikan bimbingan, kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena sangatlah kami harapkan saran
dan kritik yang positif dan membangun agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna
dimasa yang akan datang.

Lombok Tengah, Mei 2023

Penyusun

ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat
rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat
hidup sebaik-baiknya. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan
berbagai perubahan biokimia dan faali. Namun, banyak masalah pada bayi baru lahir yang
berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali.
Masalah pada neonatus ini biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada
masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini
timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai,
manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, serta kurangnya perawatan bayi baru
lahir
Contoh penyakit yang sering didapatkan  pada neonatus yaitu Tetanu neonatorum masih
banyak terdapat di negara-negara sedang membangun termasuk Indonesia dengan kematian
bayi yang tinggi dengan angka kematian 80 %. Di Indonesia pada saat ini persalinan yang
ditolong di rumah sakit hanya 10 – 15 %, 10 % lagi ditolong oleh bidan swasta, sedangkan
sisanya 75 – 80 % masih ditolong oleh dukun. (Rustam Mochtar, 1998)
Tetanus neonatorum (TN) disebabkan masuknya basil Clostridium tetani ke tubuh
melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang berusia kurang dari 28 hari. Salah
satu penyebab TN adalah apabila pemotongan tali pusat tidak menggunakan alat yang steril.
Kasus tetanus neonatorum banyak ditemukan di negara berkembang terutama negara dengan
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah (Pusat Data dan Informasi Kemenkes
RI, 2012) Penyebab kematian neonatus di dunia salah satunya disebabkan oleh tetanus
neonatorum, yaitu secara global hampir sebesar 14% kematian neonatus disebabkan oleh
tetanus neonatorum. Tetanus neonatorum hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan di
dunia. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah tetanus neonatorum dapat dengan
melakukan imunisasi TT yang lengkap pada ibu hamil, perawatan persalinan dan pasca
persalinan yang bersih (UNICEF, UNFPA, and WHO, 2010). Badan Kesehatan Dunia
(WHO) pada tahun 1999 kembali mengajak negara-negara berkembang untuk mencapai target

1
Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (ETMN) pada tahun 2005. Indonesia merupakan
salah satu Negara berkembang yang masih banyak dijumpai kasus tetanus neonatorum. Oleh
karena itu pada tahun 1979 Indonesia melaksanakan ETMN. Program ETMN adalah suatu
program untuk mengeliminasi tetanus neonatorum dimulai dengan pemberian vaksin Tetanus
Toxoid kepada ibu hamil, calon pengantin, dan bayi (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI,
2012).
Jumlah kasus tetanus neonatorum di Indonesia cenderung mengalami kondisi yang
menurun dari tahun 2007–2011. Meskipun sempat mengalami kenaikan pada tahun 2008,
kasus tetanus neonatorum kembali menurun hingga tahun 2011. Angka kematian (case fatality
rate) tetanus neonatorum dari tahun 2007-2011 berada di kisaran angka 48%–61%. Jumlah
kasus meninggal karena tetanus neonatorum mengalami penurunan dari tahun 2010–2011.
Dengan tingginya kejadian kasus tetanus ini sangat diharapkan bagi seorang tenaga
medis, terutama seorang bidan dapat memberikan pertolongan/tindakan pertama atau
pelayanan asuhan kebidanan yang sesuai dengan kewenangan dalam menghadapi kasus
tetanus neonatorum.
Pemerintah bertekat untuk memperkecil kematian akibat kematian tetanus neonatorum
dengan jalan memberikan 2 kali vaksinasi tetanus toksoid selama hamil. Diharapkan bidan
dapat membantu upaya pemerintah sehingga dapat menurunkan angka kematian bayi karena
tetanus sampai akhir tahun 2000, menjadi kurang dari 1 %. Dikemukakan bahwa angka
kematian karena tetanus dapat dijadikan ukuran bagaimana pelayanan kesehatan yang
diberikan dalam satu daerah dan secara umum pada negara tersebut.(Ida Bagus Gde Manuaba,
1998)
B. Rumusan Masalah
1. Apakah defenisi dari Tetanus Neonatorum?
2. Apa penyebab dari Tetanus Neonatorum
3. Apa gejala klinis Tetanus Neonatorum?
4. Bagaimana pencegahan dari Tetanus Neonatorum ?
5. Bagaimana penanganan dari Tetanus Neonatorum?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian Tetanus Neonatorum
2. Mengetahui penyebab Tetanus Neonatorum

2
3. Mengetahui gejala klinis Tetanus Neonatorum
4. Menegtahui pencegahan Tetanus neonatorum
5. Mengetahui penanganan Tetanus Neonatorum

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Kata tetanus berasal dari Bahasa Yunani tetanus yang berarti kencang atau tegang.
Tetanus merupakan suatu infeksi akut yang ditandai kondisi spastik paralisis yang disebabkan
oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh Colostridium Tetani. Tetanus berdasarkan gejala
klinisnya dapat dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu tetanus generalisasi (umum), tetanus local dan
tetanus sefalik. Bentuk tetanus yang paling sering terjadi adalah tetanus generalisasi dan juga
merupakan bentuk tetanus yang paling berbahaya. Neonatal ( berasal dari neos yang berarti
baru dan natus yang berarti lahir) merupakan suatu istilah kedokteran yang digunakan untuk
menggambarkan masa sejak bayi lahir hingga usia 28 hari kehidupan. Tetanus Neonatorum
merupakan suatu bentuk tetanus generalisasi yang terjadi pada masa neonatal.
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan tanda klinik
yang khas , setelah 2 hari pertama bayi baru hidup, menangis dan menyusui secara
normal,pada hari ketiga atau lebih timbul kekakuan seluruh tubuh dengan kesulitan membuka
mulut dan menetek disusui dengan kejang-kenjang(WHO,1989).
Tetanus neonatorum merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat disebebkan
adanya infeksi melalui tali pusat yang tidak bersih.Masih merupakan masalah di indonesia
dan dinegara berkembang lain,meskipun beberapa tahun terakhir kasusnya sudah jarang di
indonesia.
Angka kematian tetanus neonatorum tinggi dan merupakan 45-75% dari kematian
seluruh penderita tetanus.Penyebab kematian terutama akibat komplikasi antara lain  radang
paru dan sepsis, makin muda umur bayi saat timbul  gejala, makin tinggi pada angka kematian
(Maryunani,2011).
Tetanus Neonaturum adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir (neonatus).
Tetanus neonatorum penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL yang bukan karena
trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama masa neonatal, yang antara
lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak aseptic (Ilmu Kesehatan Anak,
1985).

4
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonates yang
disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) yang
menyerang sistem saraf pusat. (Abdul Bari Saifuddin, 2000).
Tetanus Neonatorum (TN) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Clostridium
Tetani  memasuki tubuh bayi baru lahir melalui tali pusat yang kurang terawat dan terjadi
pada bayi sejak lahir sampai umur 28 hari, kriteria kasus TN berupa sulit menghisap ASI,
disertai kejang rangsangan, dapat terjadi sejak umur 3-28 hari tanpa pemeriksaan
laboratorium. (Sudarjat S, 1995).
Tetanus neonatorum merupakan suatu penyakit akut yang dapat dicegah namun dapat
berakibat fatal, yang disebabkan oleh produksi eksotoksin dari kuman Clostridium
tetani gram positif, dimana kuman ini mengeluarkan toksin yang dapat menyerang sistem
syaraf pusat.
B. Penyebab
Penyebabnya adalah hasil clostridium tetani (Kapitaselekta,2000) bersifat anaerob,
berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin yang dapat
menghancurkan sel darah merah ,merusak leukosit dan merupakan tetanospasmin yaitu toksin
yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot.( Ilmu
Kesehatan Anak,1985).
Masa inkubasi biasanya 4-21 hari (umumnya 7 hari ), tergantung pada tempat
terjadinya luka, bentuk luka, dosis dan toksisitas kuman tetanus neonatorum.(Sudarjat
S,1995).
Penyakit ini disebabkan oleh karena clostridium tetani yang bersifat anaerob dimana
kuman tersebut berkembang tanpa adanya oksigen.Tetanus pada bayi ini dapat disebabkan
karena tindakan pemotongan tali pusat yang kurang steril, untuk penyakit ini masa
inkubasinya antara 14 hari (Hidayat,2008 )
Faktor resiko
1. Pemberian imunisasi TT ( Tetanus toksoid) pada ibu hamil tidak dilakukan atau tidak
lengkap, atau tidak sesuai dengan ketentuan program
2. Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat
3. Perawatan tali pusat tidak memenuhi persyaratan kesehatan

5
Kekebalan terhadap tetanus hanya dapat diperoleh melalui imunisasi TT.Sembuh dari
penyakit tidak berarti bayi selanjutnya kebal terhadap tetanus.Toksin tetanus dalam jumlah
yang cukup untuk menyebabkan penyakit tetanus, tidak cukup untuk merangsang tubuh
penderita dalam membentuk zat anti body terhadap tetanus.Itulah sebabnya bayi penderita
tetanus harus menerima imunisasi TT pada saat diagnosis dan atau setelah sembuh.
TT akan merangsang pembentukan antibody spesifik mempunyai peranan penting
dalam perlindungan terhadap tetanus.Ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT dalam
tubuhnya akan membentuk antibody tetanus.seperti difteri,antibody tetanus termasuk dalam
golongan IgG yang mudah melewati sawar plasenta,masuk dan menyebar melalui aliran darah
jani ke seluruh tubuh,yang akan mencegah terjadinya tetanus neonatorum.
Imunisasi TT pada ibu hamil diberikan 2 kali (2 dosis).Jarak pemberian TT pertama dan
kesua serta jarak antara TT kedua dengan saat kelahiran, sangat menentukan kadar antibody
tetanus dalam darah bayi.interval imunisasi TT dosis pertama dengan dosis kedua minimal 4
minggu.Semakin lama interval antara pemberian TT pertama dan kedua serta antara TT kedua
dengan kelahiran bayi,maka kadar antibody tetanus dalam darah bayi akan semakin
tinggi ,karena interval yang panjang akan mepeertinggi respon imunologik dan diperoleh
cukup waktu untuk menyeberangkan antibody tetanus dalam jumlah yang cukup dari tubuh
ibu hamil ke tubuh bayinya.
TT adalah  anti gen yang sangat aman dan juga aman untuk ibu hamil .tidak ada bahaya
bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT.Pada ibu hamil yang mendapatkan
imunisasi TT tidak didapatkan perbedaan resiko cacat bawaan ataupun abortus dengan mereka
yang tidak mendapatkan imunisasi.
C. Gejala Klinis
Virus yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerob berubah menjadi bentuk
negetatif dan berbiak sambil menghasilkan toksin dalam jaringan yang anaerob ini terdapat
penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan oksigen jaringan akibat
adanya nanah(pus ),nekrosis jaringan ,garam kalsium yang dapat diionasasi.
Secara intra aksonal toksin disalurkan ke sel saraf yang memakan waktu sesuai dengan
panjang aksonnya dan aktifitas serabutnya.Belum terdapat perubahan elektrik dan fungsi sel
syaraf walaupun toksin telah terkumpul dalam sel.Dalam sum-sum tulang belakang
toksin menjalar dari sel saraf lower motorneuron keluksinafs dari spinal inhibitiribeurin.Pada

6
daerah inilah toksin menimbulkan gangguan pada inhibitoritransmiter dan menimbulkan
kekakuan.(Aang,2011).
Manifetasi Klinis
Tanda dan gejala nya meliputi:
1. Kejang sampai pada otot pernafasan
2. Leher kaku
3. Dinding abdomen keras
4. Mulut mencucu seperti mulut ikan
5. Suhu tubuh dapat meningkat (Deslidel,2011)
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium didapati peninggian leukosit
2.  Pemeriksaan cairan otak biasanya normal
3. Pemeriksaan elektromiogram dapat memperlihatkan adanya lepas muatan unit motorik
secara terus menerus .(Teddi,2010)
D. Pencegahan
1. Melaui pertolongan persalinan tiga bersih, yaitu bersih tangan, bersih alas, dan bersih alat
a. Bersih tangan
Sebelum menolong persalinan, tangan penolong disikat dan dicuci dengan sabun sampai
bersih. Kotoran di bawah kuku dibersihkan dengan sabun. Cuci tangan dilakukan
selama 15 – 30 “ . Mencuci tangan secara benar dan menggunakan sarung tangan
pelindung merupakan kunci untuk menjaga lingkungan bebas dari infeksi.
b. Bersih alas
Tempat atau alas yang dipakai untuk persaliunan harus bersih, karena clostrodium tetani
bisa menular dari saluran genetal ibu pada waktu kelahiran..
c. Bersih alat
Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril. Metode sterilisasi ada 2,
yang pertama dengan pemanasan kering : 1700 C selama 60 ‘ dan yang kedua
menggunakan otoklaf : 106 kPa, 1210 C selama 30 ‘ jika dibungkus, dan 20 ‘ jika alat
tidak dibungkus.

7
2. Perawatan tali pusat yang baik
Untuk perawatan tali pusat baik sebelum maupun setelah lepas, cara yang murah dan
baik yaitu mernggunakan air sabun dan mengeringkannya dengan handuk Jangan
membubuhkan bubuk dermatol atau bedak kepada bekas tali pusat karena akan terjadi
infeksi.
3. Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada ibu hamil
Kekebalan terhadap tetanus hanya dapat diperoleh melalui imunisasi TT. Ibu hamil
yang mendapatkan imunisasi TT dalam tubuhnya akan membentuk antibodi tetanus.
Seperti difteri, antibodi tetanus termasuk dalam golongan Ig G yang mudah melewati
sawar plasenta, masuk dan menyebar melalui aliran darah janin ke seluruh tubuh janin,
yang akan mencegah terjadinya tetanis neonatorum.
4. Imunisasi TT pada ibu hamil diberikan 2 kali ( 2 dosis).
Jarak pemberian TT pertama dan kedua, serta jarak antara TT kedua dengan saat
kelahiran, sangat menentukan kadar antibodi tetanus dalam darah bayi. Semakin lama
interval antara pemberian TT pertama dan kedua serta antara TT kedua dengan kelahiran
bayi maka kadar antibosi tetanus dalam darah bayi akan semakin tinggi, karena interval
yang panjang akan mempertinggi respon imunologik dan diperoleh cukup waktu untuk
menyeberangkan antibodi tetanus dalam jumlah yan cukup dari tubuh ibu hamil ke tubuh
bayinya.
5. TT adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk ibu hamil tidak ada bahaya bagi
janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT . Pada ibu hamil yang mendapatkan
imunisasi TT tidak didapatkan perbedaan resiko cacat bawaan ataupun abortus dengan
mereka yang tidak mendapatkan imunisasi .
Tabel Pemberian Imunisasi TT dan Lamanya Perlindungan
Dosi Saat Pemberian % Lama
s Perlindungan Perlindungan
TT1 Pada kunjungan pertama atau 0 Tidak ada
TT2 sedini mungkin pada kehamilan 80 % 3 tahun
TT3 Minimal 4 minggu setelah TT1 95 % 5 tahun
Minimal 6 bulan setelah TT2 atau 10 tahun
TT4 selama kehamilan berikutnya 99 % selama usia subu

8
TT5 Minimal setahun setelah TT3 atau
selama kehamilan berikutnya 99 %

Minimal setahun setelah TT4 atau


selama kehamilan berikutnya

E. Penanganan
1. Mengatasi kejang
Kejang dapat diatasi dengan mengurangi rangsangan atau pemberian obat anti kejang. Obat
yang dapat dipakai adalah kombinasi fenobarbital dan largaktil. Fenobarbital dapat
diberikas mula-mula 30 – 60 mg parenteral kemudian dilanjutkan per os dengan dosis
maksimum 10 mg per hari. Largaktil dapat diberikan bersama luminal, mula-mula 7,5 mg
parenteral, kemudian diteruskan dengan dosis 6 x 2,5 mg setiap hari. Kombinasi yang lain
adalah luminal dan diazepam dengan dosis 0,5 mg/kg BB. Obat anti kejang yang lain
adalah kloralhidrat yang diberikan lewat rektum.
2. Pemberian antitoksin
Untuk mengikat toksin yang masih bebas dapat diberi A.T.S (antitetanus serum) dengan
dosis 10.000 satuan setiap hari serlama 2 hari .
3. Pemberian antibiotika
Untuk mengatasi inferksi dapat digunakan penisilin 200.000 satuan setiap hari dan
diteruskan sampai 3 hari panas turun.
4. Perawatan Tali pusat
Tali pusat dibersihkan atau di kompres dengan alkohol 70 % atau betadin 10 %.
5. Memperhatikan jalan nafas, diuresis, dan tanda vital. Lendir sering dihisap.
Masalah yang perlu diperhatikan adalah bahaya terjadi gangguan pernafasan, kebutuhan
nutrisi/cairan dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.Gangguan
pernafasan yang sering timbul adalah apnea, yang disebabkan adanya tenospasmin yang
menyerang otot-otot pernafasan sehingga otot tersebut tidak berfungsi. Adanya spasme
pada otot faring menyebabkan terkumpulnya liur di dalam rongga mulut sehingga
memudahkan terjadinya pneumonia aspirasi. Adanya lendir di tenggorokan juga
menghalangi kelancaran lalu lintas udara (pernafasan). Pasien tetanus neonatorum setiap
kejang selalu disertai sianosis terus-menerus. Tindakan yang perlu dilakukan :

9
a. Baringkan bayi dalam sikap kepala ekstensi dengan memberikan ganjal dibawah
bahunya.
b. Berikan O2 secara rumat karena bayi selalu sianosis (1 – 2 L/menit jika sedang terjadi
kejang, karena sianosis bertambah berat O2 berikan lebih tinggi dapat sampai 4 L/menit,
jika kejang telah berhenti turunkan lagi).
c. Pada saat kejang, pasangkan sudut lidah untuk mencegah lidah jatuh ke belakang dan
memudahkan penghisapan lendirnya.
d. Sering hisap lendir, yakni pada saat kejang, jika akan melakukan nafas buatan pada saat
apnea dan sewaktu-waktu terlihat pada mulut bayi.
e. Observasi tanda vital setiap ½ jam .
f. Usahakan agar tempat tidur bayi dalam keadaan hangat.
g. Jika bayi menderita apnea :
1) Hisap lendirnya sampai bersih
2) O2 diberikan lebih besar (dapat sampai 4 L/ menit)
h. Letakkan bayi di atas tempat tidurnya/telapak tangan kiri penolong, tekan-tekan bagian
iktus jantung di tengah-tengah tulang dada dengan dua jari tangan kanan dengan
frekuensi 50 – 6 x/menit.
i. Bila belum berhasil cabutlah sudut lidahnya, lakukan pernafasan dengan menutup mulut
dan hidung bergantian secara ritmik dengan kecepatan 50 – 60 x/menit, bila perlu
diselingi tiupan.
6. Kebutuhan nutrisi/cairan
Akibat bayi tidak dapat menetek dan keadaan payah, untuk memenuhi kebutuhan
makananya perlu diberikan infus dengan cairan glukosa 10 %. Tetapi karena juga sering
sianosis maka cairan ditambahkan bikarbonas natrikus 1,5 % dengan perbadingan 4 : 1.
Bila keadaan membaik, kejang sudah berkurang pemberian makanan dapat diberikan
melalui sonde dan selanjutnya sejalan dengan perbaikan bayi dapat diubah memakai dot
secara bertahap.
7. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Kedua orang tua pasien yang bayinya menderita tetanus peru diberi penjelasan
bahwa bayinya menderita sakit berat, maka memerlukan tindakan dan pengobatan khusus,
kerberhasilan pengobatan ini tergantung dari daya tahan tubuh si bayi dan ada tidaknya

10
obat yang diperlukan hal ini mengingat untuk tetanus neonatorum memerlukan alat/otot
yang biasanya di RS tidak selalu tersedia dan harganya cukup mahal (misalnya
mikrodruip). Selain itu yang perlu dijelaskan ialah jika ibu kelak hamil lagi agar meminta
suntikan pencegahan tetanus di puskesmas, atau bidan, dan minta pertolongan persalinan
pada dokter, bidan atau dukun terlatih yang telah ikut penataran Depkes. Kemudian perlu
diberitahukan pula cara perawatan tali pusat yang baik.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tenanus adalah penyakit toksemia akut yang disebabkan oleh Cl ostridium tetani
(Mansjoer, 2000).
Menurut Surasmi (2003), tetanus neonatorum adalah penyakittetanus yang terjadi pada
neonatus (bayi berusia 0-1 bulan). Penyebab tetanus adalah Cl ostridium tetani,yang
infeksinya biasa terjadi melalui luka dari tali pusat.
Dapat juga karena perawatan tali pusat yang menggunakan obat tradisional seperti abu
dankapur sirih, daun-daunan dan sebagainya.Masa inkubasi berkisar antara 3-14 hari, tetapi
bisa berkurang atau lebih. Gejalaklinis infeksi tetanus neonatorum umumnya muncul pada
hari ke 3 sampai ke 10 (Surasmi, 2003).
Tindakan pencegahan yang paling efektif adalah melakukanimunisasi dengan tetanus
toksoid (TT) pada wanita calon pengantin dan ibu hamil. Selain itu, tindakan memotong dan
merawat tali pusat harus secara steril.Pemberian asuhan keperawatan pada bayi berisiko
tinggi: tetanus neonatorum difokuskan pada upaya penanganan dari tanda dan gejala penyakit
yang diderita untuk tindakan pemulihan fisik klien. Penentuan diagnosa harus akurat agar
pelaksanaan asuhan keperawatan dapat diberikan secara maksimal dan mendapatkan hasil
yangdiharapkan. Pemberian asuhan keperawatan bayi berisiko tinggi: tetanus neonatorum
secara umum bertujuan untuk meminimalkan terjadinya komplikasi yang bisa terjadi.Oleh
karena itu, dibutuhkan kreativitas dan keahlian dalam pemberian asuhan keperawatan dan
kolaborasikan dengan tim medis lainnya yang bersangkutan.
B. Saran
Besar harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa kebidanan dalam
melakukan asuhan pada kehamilan dan bayi baru lahir.

12
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit 
Jakarta:EGC http://penyakittetanus.com/tag/tetanus-neonatorum (Sri Sudarti, 13 Januari 2012)
http://www.ibudanbalita.net/info/tetanus-neonatorum-lengkap.html (Fauziah Afroh, 25 oktober
2011) Surasmi, Asining. 2003. Perawatan bayi resiko tinggi. Jakarta:EGC

13

Anda mungkin juga menyukai