Anda di halaman 1dari 12

BAB 2 TEORI ETIKA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BERETIKA
Oleh:

Ade Dwi Pertiwi (227017005)

Amelia Anggraini (227017018)

Fitri Ramadhani(227017008)

Sri Cahyati( 227017001)

Mata Kuliah: Etika Bisnis dan Profesi

Dosen Pengasuh:

RINA Br BUKIT, SE, M.Si, Ph.D, Ak, CA

KELAS REGULER

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.1 Etika dan Moral
Kata etika berasal dari kata Yunani jiwa khas suatu bangsa,berarti “adat” atau
“konvensional”. Kebanyakan orang Yunani akan menjawab Socrates dengan mengklaim kita
harus menjalani kehidupan yang etis. Seperti kebanyakan orang di budaya lain, kehidupan
etis bagi orang Yunani adalah kehidupan yang dijalani sesuai dengan kepercayaan, sikap, dan
nilai yang lazim dalam budaya mereka sendiri. etika akan identik dengan jiwa khas suatu
bangsa, Desjardins Joseph(2014)
Rasa etika dan perhatian tentang bagaimana kita masing-masing harus menjalani
hidup kita, kadang-kadang disebut sebagai moralitas. Salah satu bagian dari moralitas
melibatkan pemeriksaan prinsip dan aturan yang mungkin membantu kita memutuskan apa
yang harus kita lakukan, Desjardins Joseph(2014)
Definisi etika:
a. Pola umum atau cara pandang kehidupan nilai-nilai adat ini terkait dengan pandangan
dunia keagamaan suatu budaya. Menjadi etis, dalam artianjiwa khas suatu
bangsa,adalah untuk menyesuaikan diri dengan apa yang biasanya dilakukan, untuk
mematuhi konvensi dan aturan masyarakat dan agama seseorang, Desjardins
Joseph(2014)
b. Sekumpulan aturan perilaku atau kode moral : etika profesi akuntan berkaitan dengan
ini
Kode etik akuntan yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan
antara akuntan dengan para klien,antara akuntan dengan sejawatnya, dan
antara profesi
c. Pertanyaan mengenai cara pandang kehidupan dan aturan perilaku
Bagaimana seharusnya kita menjalani hidup kita? Pertanyaan tentang kesejahteraan
manusia pada akhirnya berfokus pada bagaimana kita harus hidup. Tetapi meskipun
ini mungkin tampak sebagai pertanyaan sederhana, ini mungkin pertanyaan paling
mendasar yang dapat ditanyakan oleh manusia mana pun, Desjardins Joseph(2014)
DEFINISI ETIKA, MEMILIKI 4 KARAKTERISTIK:
a. keyakinan tentang sifat manusia
Jeremy Bentham berpendapat bahwa hanya kesenangan, atau setidaknya ketiadaan
rasa sakit, yang secara intrinsik berharga. Kebahagiaan, menurut Bentham, harus
dipahami dalam istilah kesenangan dan ketiadaan rasa sakit; ketidakbahagiaan
dipahami sebagai rasa sakit, atau hilangnya kesenangan. Menurut pandangan
Bentham, kesenangan dan rasa sakit adalah dua faktor motivasi dasar dari sifat
manusia, Desjardins Joseph(2014)
b. keyakinan tentang cita-cita yaitu memiliki seperangkat keyakinan, sikap, dan nilai
yang memandu hidup
c. aturan mengenai apa yang harus dikerjakan dan tidak dikerjakan,misalnya jika tidak
mematuhi peraturan akan dikenakan sanksi
d. motif yang mendorong kita untuk memilih tindakan yang benar atau salah misalnya
motif ekonomi apakah dilakukan dengan cara yang benar atau salah , motif untuk
memenuhi kebutuhan hidup motif untuk mendapatkan keuntungan, motif untuk
mendapatkan penghargaan
Ke empat karakteristik di atas menjadi perhatian teori etika. Teori etika berakar dari
filsafat. Umumnya teori etika membahas apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak
boleh dilakukan, namun masing-masing teori memiliki penekanan yang berbeda dan
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

PELANGGARAN ETIKA BISNIS FINTECH LENDING ILEGAL TERHADAP


DEBITUR
Roestanto Sukarta Diputra1*, Mersa Lestari Ningrum1

FinTech lending merupakan salah satu tipe bisnis jasa keuangan yang
memberikan kemudahan kepada konsumen dalam hal pembiayaan digital dan
transaksi pinjaman. Namun beberapa Fintech lending secara ilegal melanggar etika
bisnis dan merugikan kepentingan debitur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pelanggaran etika bisnis perusahaan financial technology lending, dan
untuk mengetahui penerapan etika bisnis yang baik dalam financial technology
lending agar hak dan kewajiban debitur dapat beroperasi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Fintech lending ilegal melanggar aturan yang mengatur etika penagihan
utang, etika bisnis jasa keuangan, serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Asosiasi
Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).
Pinjaman online atau perusahaan FinTech lending. Keberadaan perusahaan
financial technology atau FinTech pinjaman Peerto-Peer (P2P) membantu
memudahkan masyarakat untuk mendapatkan dana dalam bentuk pinjaman tunai.
Namun persoalannya, pertumbuhan pesat bisnis PSP lending teknologi
finansial Indonesia diwarnai dengan praktik yang meresahkan. Terutama dari
kurangnya transparansi bunga dan denda. Salah satu penerapan bunga adalah bunga.
Pinjaman harian. Bunga pinjaman harian tidak sesuai dengan Kode Etik
Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia dimana tingkat bunga tetap tidak
lebih dari 0,8% per hari, dan total biaya, dimana biaya keterlambatan (denda) dan
semua biaya lainnya naik sampai 100% dari nilai pokok pinjaman. Selain itu,
perusahaan FinTech P2P lending ada yang beroperasi secara ilegal dan melanggar
etika perlindungan konsumen dengan menyebarkan informasi pribadi debitur.
Ditambah lagi, adanya pelanggaran terhadap larangan penggunaan kekerasan fisik dan
psikis dalam proses penagihan utang debitur, seperti larangan intimidasi penagihan,
kekerasan fisik dan psikis, cyberbullying terhadap debitur, kerabat, kolega dan
anggota keluarganya, dan lain-lain
Contoh kasus “Saya sudah dihubungi beberapa kali oleh perusahaan pinjaman
online, kira-kira dalam sehari ada 6 kali telepon dan sudah berlangsung selama satu
bulan. Nomor yang digunakan juga berganti-ganti”, kata DA. "Jika Anda
menghubungi bulan lalu, Anda akan mendapatkan delapan panggilan sehari dan
nomor yang Anda gunakan akan berubah," kata DS. Metode akuntansi mungkin tidak
memadai karena ancaman yang mengarah pada pelanggaran hak asasi manusia dan
penggunaan teknik teror (Pardosi & Primawardani, 2020).
Contoh kasus yang terjadi pada MFH atas pinjaman yang dilakukan oleh rekan
kerjanya di kantor. “Rekan kerja saya melakukan pinjaman online, kemudian saya
yang mendapatkan teror dari perusahaan pinjaman online. Saya ditelpon dan sms
dengan kata-kata yang kasar. Karena saya merasa tidak nyaman, saya langsung bilang
ke rekan kerja saya. Rekan kerja saya jadi merasa malu dan telah melunasi pinjaman
tersebut”, ujar MFH. Selain pelanggaran proses penagihan yang tidak etis terhadap
debitur, pinjaman P2P Fintech ilegal membebankan biaya manajemen kepada debitur,
bunga pinjaman, denda besar tanpa transparansi dan merugikan debitur. Menurut
Otoritas Jasa Keuangan, ciri-ciri pinjaman online ilegal antara lain suku bunga tinggi,
biaya tinggi, denda tak terbatas, teror atau intimidasi. Beberapa laporan fintech P2P
lending ilegal yang diterima OJK antara lain suku bunga pinjaman yang tinggi,
berganti nama menjadi aplikasi fintech P2P lending ilegal, dan suku bunga pinjaman
yang terus meningkat (Salvasani & Kholil, 2020).
Praktik tersebut juga bertentangan dengan penilaian moral kebaikan jika
dilihat dengan menggunakan pendekatan teori deontologi, konsekuensialis, kontrak
sosial, dan sumber standar etika seperti utilitarian, hak, keadilan, kebaikan umum dan
kebajikan. Kebaikan umum sebagai dasar penalaran etis, rasa hormat dan kasih
sayang sesama manusia diharapkan dapat mendorong terciptanya kebajikan ideal atas
kemanusiaan seperti kebenaran, kejujuran dan integritas, yang pada akhirnya akan
mendorong terbentuknya etika dalam melakukan tindakan berdasarkan penilaian
moral kebaikan dan bisnis yang etis.
2.2 Teori Utilitarianisme :
Istilah utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis yang berarti “bermanfaat” (Bertens,
2014). Menurut teori utilitariaisme suatu tindakan dianggap baik jika tindakan tersebut
membawa manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Utilitarianisme terdapat dalam
tulisan-tulisan Jeremy Bentham dan John Stuart Mill “Bertindaklah sedemikian rupa sehingga
tindakan tersebut mendatangkan jumlah terbesar kebahagiaan dari jumlah terbesar orang yang
terkena dampak dari tindakan tersebut!” (The greatest happiness of the greatest number)
(Brooks & Dunn, 2012).
Etika Nonkonsekuensialis - Deontologi Etika deontologi menilai etikalitas suatu
tindakan atau putusan berdasarkan motivasi pembuat keputusan. Kata deontologi berasal
dari kata Yunani deon (kewajiban) dan logos (ilmu) (Bertens, 2014). Menurut (prinsip)
deontologi, tindakan atau putusan secara etis dibenarkan bukan atas dasar hasil positif
atau ditolak bukan atas dasar dampak negatif yang diperoleh melainkan atas dasar motivasi
pembuat keputusan atau tindakan tersebut yakni memenuhi apa yang dipahami sebagai
kewajibannya. Maka yang menjadi dasar bagi baik buruknya perbutan adalah kewajiban.
Kewajiban itu bersifat mutlak.
Etika keutamaan (virtue ethics) adalah etika yang mempelajari keutamaan, artinya,
karakter utama yang dimiliki manusia (Setyabudi, 2017). Karena objek penyelidikannya
adalah karakter, maka etika ini tidak begitu menyoroti soal perbuatan satu demi satu, apakah
perbuatantersebut sesuai dengan norma moral ataukah tidak; bukan menyelidiki apakah
perbuatan seseorangitu baik atau buruk; melainkan apakah orang itu sendiri baik ataukah
buruk. Asumsinya adalah, jika karakter orang itu baik, maka akan melahirkan perbuatan yang
baik, begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain, etika keutamaan adalah etika yang
mengarahkan fokus perhatiannya pada being manusia, berbeda dengan etika yang lain yang
memfokuskan pada doing manusia.
Terdapat dua jenis utilitarianisme yakni utilitarianisme perbuatan dan utilitarianisme
peraturan (Weruin, 2019). Tindakan CEO untuk meminta bonus bagi kepentingan pribadi
merupakan contoh bagi utilitarianisme perbuatan. Sementara utilitarianisme peraturan
menandakan bahwa suatu norma, peraturuan, atau hukum baik secara moral jika norma atau
peraturan tersebut mendatangkan kebahagiaan sebanyak mungkin orang yang terkena
dampak dari peraturan tersebut.
Studi Kasus:
Kasus Korupsi Bansos Covid-19 dari Sudut Pandang Etika
Untuk dapat mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dibutuhkan penerapan
moral dan etika dalam menyelenggarakan pemerintahan agar tercipta pemerintahan yang
transparan, akuntabel, dan bebas dari KKN sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan
masyarakat akan pemerintahan yang dapat memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Namun
pada kenyataannya, penyelenggaraan tata kelola pemerintahan di Indonesia masih
membutuhkan banyak pembenahan khususnya dari sisi moral dan etika pejabat pemerintah
dilihat dari masih banyaknya tindakan korupsi yang terjadi seperti korupsi program
pengadaan bantuan sosial penanganan COVID-19 yang dilakukan oleh Juliari Batubara yang
kala itu menjabat sebagai Menteri Sosial. COVID-19 pertama kali muncul di Kota Wuhan,
China yang dengan cepat menyebar ke seluruh belahan dunia. Kasus COVID-19 di Indonesia
pertama kali dikonfirmasi pada tanggal 2 Maret 2020. Pandemi ini memberikan dampak pada
semua aspek, mulai dari kesehatan, sosial, lingkungan, politik, serta ekonomi sehingga
pemerintah dituntut untuk dapat memberikan respon dengan cepat dalam rangka penanganan
pandemi COVID-19 agar dampak yang ada tidak semakin meluas. Salah satu kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah adalah aturan mengenai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
yang pada gilirannya berdampak pada besarnya jumlah pekerja yang harus mengalami
pemutusan hubungan kerja (PHK) serta banyaknya pekerja informal yang juga terdampak
pandemi.
Hal ini menyebabkan turunnya daya beli masyarakat dan berdampak pada
perekonomian negara sehingga pemerintah berupaya untuk menyalurkan bantuan dalam
rangka menanggulangi dampak COVID-19 dengan harapan dapat memulihkan perekonomian
nasional. Namun, bantuan yang disalurkan pemerintah dalam rangka membantu masyarakat
untuk bertahan di tengah krisis pandemi COVID-19 justru dijadikan peluang untuk
melakukan tindakan amoral dan tidak etis demi meraup keuntungan pribadi. Juliari Batubara
yang kala itu menjabat sebagai Menteri Sosial terlibat dalam kasus suap menyuap dengan
total uang sebesar Rp32,48 miliar dari program pengadaan paket bansos dimana seharusnya
paket bantuan ini diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan daya beli masyarakat di
tengah krisis pandemi sehingga bisa memulihkan kondisi ekonomi Indonesia. Hal ini tentu
kembali merusak kepercayaan masyarakat terhadap integritas dan komitmen pemerintah serta
mempertanyakan keseriusan pemerintah dalam menangani pandemi COVID-19.
Tindak pidana korupsi sendiri telah diatur dalam UU No.31 Tahun 1999 bahwa
korupsi merupakan perbuatan yang merugikan keuangan negara dan perekonomian negara
serta menghambat pembangunan nasional. Ditinjau dari aspek penerapan etika, tindakan suap
menyuap ini tentu melanggar etika dalam penyelenggaraan pemerintahan yang seharusnya
setiap pejabat politik memiliki sikap jujur, amanah, siap melayani, teladan dan rendah hati
dalam menjalankan tugas yang diamanatkan. Prinsip etika deontologi menjelaskan bahwa
sebuah tindakan dinilai benar apabila tindakan tersebut berdasarkan pada hukum, prinsip,
atau norma objektif yang mengikat semua orang secara mutlak. Secara sederhana, etika
deontologi mengategorikan suatu tindakan yang selaras dengan prinsip kewajiban terhadap
tugas dan fungsi berdasarkan hukum dan norma sosial. Berdasarkan pengertian tersebut,
tindakan suap dalam pengadaan bansos menunjukkan tidak adanya pengimplementasian etika
deontologi oleh pejabat politik tersebut dalam menjalankan fungsi dan tugasnya. Tidak hanya
berkaitan dengan suap menyuap, tindakan tersebut juga berpotensi merugikan perekonomian
negara dan pelaku telah didakwa melanggar Pasal 12 huruf b juncto Pasal 18 UU RI Nomor
31 Tahun 1999 juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP juncto Pasal 64 (1) KUHP. Berbeda
dengan etika deontologi, etika teleologis – utilitarianisme memberikan pandangan bahwa
baik atau buruknya suatu tindakan berdasarkan pada hasil akhir atau akibat dari tindakan
tersebut untuk sebanyak mungkin orang. Dilihat dari sisi manfaat, suap menyuap dalam
pengadaan paket bansos ini sangat melanggar etika karena tindakan tersebut tidak hanya
merugikan negara tapi juga merugikan pelaku itu sendiri karena pada akhirnya pelaku harus
menanggung hukuman akibat tindakan yang dilakukan dimana merugikan pihaknya. Selain
itu, pelaku hanya memaksimalkan kebahagiaan diri sendiri tetapi merugikan orang lain, baik
masyarakat yang terdampak COVID-19 maupun rekan lain terjerat kasus tersebut. Penegak
hukum dalam konteks ini tidak diuntungkan maupun dirugikan dalam menjatuhkan putusan
terhadap kasus, karena hakim bersifat netral dan tidak memihak kepada siapapun. Namun,
putusan ini menuai reaksi negatif dari banyak pihak karena dianggap menguntungkan pelaku
dan tidak memihak pada masyarakat terdampak COVID-19. Mulai dari Indonesia Corruption
Watch, Pusat Kajian Anti Korupsi Universitas Gadjah Mada, hingga Masyarakat Anti
Korupsi Indonesia menentang pututsan hakim yang dinilai terlalu ringan untuk kasus korupsi
sebesar ini di tengah pandemi COVID-19 yang tengah melanda. Dengan kata lain, secara
teori utilitarianisme, tindakan ini tidak etis melihat beberapa pihak tidak merasakan dampak
positif terhadap putusan yang dijatuhkan.
Mengingat bahwa korupsi dapat berupa pengadaan barang dan jasa, penyelewengan
anggaran, suap, pungutan liar, pemberian lisensi yang tidak tepat, dan sebagainya, pemerintah
dapat membantu rakyatnya tidak harus melalui bantuan sosial berupa uang. Hal ini dapat
difokuskan melalui bantuan sosial yang digencarkan oleh pemerintah daerah atau provinsi.
Sebagai contoh, pada tahun 2020 lalu, Provinsi Papua menggencarkan rencana bantuan
sosialnya berupa sembako di sektor agrikultur. Hal ini didukung oleh Dinas Pertanian dan
Ketahanan Provinsi Papua dengan membeli berbagai hasil pangan lokal masyarakat Papua
dan membaginya kembali kepada masyarakat terdampak. Pemerintah Papua pun
menganjurkan untuk masyarakat Papua mulai menanam makanan-makanan lokal yang kaya
akan kandungan gizi seperti ubi jalar, sagu, keladi, pokem, dan sayuran lainnya. Kita dapat
menilai bahwa alih-alih membuka peluang besar para aktor untuk melakukan korupsi,
bantuan sosial ini mendukung sektor agrikultur Indonesia di mana para pelaku bantuan sosial
tersebut tidak lain adalah masyarakat itu sendiri. Contoh lain ada pada sektor sosial, yaitu
Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan mendorong PKH
(Program Keluarga Harapan), BPNT (Bantuan Program Non Tunai), dan Rastra (Bantuan
sosial Beras Sejahtera) untuk merencanakan bantuan sosial sebagai opsi jangka pendek.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tindakan pemungutan fee dalam
pengadaan bansos ini menunjukkan tidak adanya penerapan etika deontologi oleh pelaku
dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pejabat publik. Pelaku telah melakukan
tindakan yang melawan hukum yang mengikat semua orang secara mutlak.
2.3 Utilitarianisme memiliki beberapa kelebihan:
Terdapat tiga lebihan dan nilai positif dalam teori utilitarianisme yang pertama yaitu
rasionalitas, kedua yaitu kebebasan dan yang terkhir yaitu universalitas. Dalam sistem
rasionalitas muncul ketika terdapat keputusan benefit, bonus dan sistem pemasaran yang
dilakukan. Sedangkan kebebasan merupakan kesempatan yang dapat digunakan oleh pelaku
bisnis untuk menjalankan bisnisnya sebaik mungkin, tetapi tetap dalam koridor hukum dan
tanggung jawab. Utilitarianisme juga bernilai universalitas, sebab praktek bisnis yang
dilakukan memiliki tujuan pendapatan keuntungan begi sebanyak mungkin anggota atau
konsumen mereka.
2.4 Utilitarianisme memiliki beberapa kelemahan:
Kelemahan yang pertama yaitu konsep manfaat yang begitu luas. Dalam hal ini,
konsep dan konteks manfaat menjadi masalah penting. Manfaat masing-masing pihak adalah
berbeda, manfaat biasa diterjemahkan sebagai keuntungan dan usaha perluasan atau
pengembangan perusahaan. Kedua, meskupin cara-cara yang dilakukan dalam merekrut
anggota baru merupakan cara-cara yang tidak etis, terlalu memaksa menjanjikan iming-iming
yang belum tentu terwujud, namun jika tujuannya adalah untuk mendatangkan keuntungan,
maka tindakan tersebut dianggap tidak etis. Ketiga, variabel yang dinilai tidak semua bisa
dikuantifikasi, sehingga sulit untuk mengukur dan memperbandingkan keuntungan dan
kerugian hanya berdasarkan variabel yang ada. Keempat, seandainya ketiga kriteria dari etika
utilitarianisme saling bertentangan, ada kesulitan cukup besar untuk menentukan prioritas
diantara ketiganya. Kelima, Utilitarianisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu
dikorbankan demi kepentingan mayoritas.
Contoh Penerapan Utilitarianisme dalam kehidupan sehari-hari:
1. Di sekolah ada penjual makanan gulali (harum manis), tetapi pewarna yang digunakan
oleh penjual adalah pewarna pakaian. Secara etis hal ini memang tidak beretika,
karena dapat merugikan konsumen yaitu anak-anak. Tapi dalam konsep
utilitarianisme hal tersebut akan menghasilkan keuntungan yang banyak bagi penjual
sebab dia mampu menggantikan pewarna makanan yang mahal dengan pewarna yang
lebih murah.
2. Seorang penjual es buah keliling seharusnya menggunakan gula asli untuk pemanis.
Tapi karena harga gula yang mahal, maka dia mengurangi biaya yang dikeluarkan
dengan menggunakan sari gula yang lebih murah atau biasa disebut gula biang. Hal
itu membuat pembeli terkena penyakit batuk, tetapi dalam teori utilitarisme penyakit
yang diderita pembeli bukanlah kesalahan si penjual, melainkan pembeli itu sendiri
yang membeli jajan sembarangan.
3. Bisnis pembuatan komplek perumahan atau yang sering kita kenal yaitu perumahan
cluster. Bisnis ini sangat menguntungkan bagi para pembuatnya, mereka bisa merauk
keuntungan yang besar dari hasil penjualan unit rumah. Tetapi ada sisi positif dan ada
pula sisi negative dari bisnis ini yaitu:
 Dilihat dari segi positifnya, bisa menaikan atau menghidupkan roda ekonomi di
sekitar kawasan itu.
 Sedangkan sisi negatifnya yaitu, semakin buruknya daerah resapan air, serta daerah
kawasan hijau yang ditebang secara terus – menerus untuk pembuatan komplek
perumahan bisa merusak lingkungan
2.5 Teori Deontologi (Etika Kewajiban)
Teori deontologi menurut Keraf, merupakan suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan
dibenarkan berdasarkan akibat atau tujuan baik dari tindakan tersebut, melainkan berdasarkan
tindakan itu sendiri (dalam Fahmi, 2013). Atas dasar itu, etika deontologi sangat menekankan
motivasi, kemauan baik, dan watak yang kuat dari pelaku (Sutrisna, 2010). Atau sebagaimana
dikatakan Immanuel Kant, kemauan baik harus dinilai baik pada dirinya sendiri terlepas dari
apapun juga (dalam Sutrisna, 2010).
Menurut Sutrisna (2010) Ada tiga prinsip yang harus dipenuhi dalam menerapkan teori
deontologi, yaitu:
a. Supaya suatu tindakan punya nilai moral, maka tindakan itu harus dijalankan
berdasarkan aturan, prosedur, atau kewajiban.
b. Nilai moral dari suatu tindakan tidak ditentukan oleh tujuan atau hasil yang dicapai,
melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang untuk
melakukan tindakn tersebut.
c. Sebagai konsekuensi dari dua prinsip tersebut, kewajiban adalah hal yang penting dari
tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral universal.
Hal ini terbukti bahwa deontologi memiliki banyak kelebihan dibandingkan teori-teori
etika yang lain. Dalam suatu perbuatan pasti ada konsekuensinya, dalam hal ini konsekuensi
perbuatan tidak boleh menjadi pertimbangan. Perbuatan menjadi baik bukan dilihat dari
hasilnya melainkan karena perbuatan tersebut wajib dilakukan. Deontologi menekankan
perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya. Tujuan yang baik tidak menjadi perbuatan itu
juga baik. Dalam hal ini, tidak boleh melakukan suatu perbuatan jahat agar sesuatu yang
dihasilkan itu baik. Misalkan tidak boleh mencuri, berdusta untuk membantu orang lain,
mencelakai orang lain melalui perbuatan ataupun ucapan, karena dalam teori deontologi
kewajiban itu tidak bisa ditawar lagi karena ini merupakan suatu keharusan dan memiliki
pendirian yang teguh pada prinsip yang taat.
2.6 Theory of Justice
Keadilan adalah salah satu topik dalam filsafah yang paling banyak dikaji. Masalah
keadilan adalah sebuh masalah yang menarik untuk di telaah lebih dalam arena banyak hal
yang terkait didalamnya, baik dengan moralitas, system kenegaraan dan kehidupan
bermasyarakat.
Menurut John Rawls terdapat dua prinsip keadilan uang akan dipilih pada posisi awal.
Pertama, setiap orang mempunyai hak yang sama terhadap kebebasan dasar yang paling luasa
sesuai dengan kebebasan sejenis yang dimiliki orang lain. Kedua, perbedaan sosio-Religius
dan ekonomi harus diatur agar perbedaan-perbedaan tersebut menjadi keuntungan bagi setiap
orang dan posisi, kedudukan, status, ruang yang terbuka bagi setiap orang dapat diwujudkan.
Contoh kasus penggusuran yang terjadi di Benda, Kota Tangerang. Dalam kasus  ini,
Warga Benda menjadi korban dari penggusuran proyek pembangunan Jalan Tol Jakarta Outer
Ring Road JORR II. Eksekusi penggusuran lahan untuk pembangunan JORR II  ini mendapat
pertentangan dari warga Benda. Mereka melakukan unjuk rasa di depan kantor Walikota
Tangerang.  Tuntutan dari warga Benda adalah menginginkan adanya kompensasi atas
penggusuran lahan yang telah dieksekusi pemerintah untuk pembangunan jalan tol.
Penggusuran telah dilakukan secara merata, namun hak warga Benda belum diberikan dan
Pemerintah belum menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Apabila dilihat dari perspektif teori keadilan menurut John Rawls, kasus ini berarti
sama saja dengan menentang keadilan dan melanggar hak-hak warga. Karena pada kasus ini
terjadi eksekusi lahan secara paksa, sehingga warga Benda tidak memiliki kesempatan untuk
berpendapat dan turun langsung dalam mengatasi penggusuran ini. Seperti yang dikatakan
John Rawls, bahwa harus adanya kesetaraan dan mengedepankan keadilan dalam lingkup
masyarakat agar menjadi kepentingannya setara, dan tidak ada yang merasa dirugikan.
Namun pada proses ini, hal tersebut tidak sesuai dengan keadilan yang dikatakan Rawls tidak
adanya kesetaraan dan terjadi eksekusi hak warga secara sepihak. Ganti rugi yang diberikan
pemerintah kepada warga Benda dinilai tidak setara dengan nilai tanah yang sesuai dengan
Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP).
2.7 Virtue Ethics
Sebagian besar, pendekatan etika ultitarian dan berprinsip focus pada aturan dan
prinsip yang mungkin kita ikuti dalam memutuskan apa yang harus kita lakukan, baik sebagai
individu mauoun sebagai warga negara. Etika kebajikan adalah tradisi dalam etika filosofi
yang mencari gambaran oengkap dan terperinci tentang ciri-ciri karakter atau kebajikan yang
akan membentuk kehiduoan manusia yang baik dan utuh. Etika Kebajikan berusaha
mengembangkan sifat-sifat karakter dan kebiasaan yang akan membawa kita untuk menjalani
kehidupan manusia yang bermakna dan bahagia.
Selain menghubungjan kebajikan dengan konsepsi tentang kehidupan manusia yang
lebih utuh, etika kebajikan juga meningkatkan kita untuk mengkaji bagaimana karakter
dibentuk dan dikondisikan. Pada saat kita dewasa, Sebagian besar karakter kita dibentuk oleh
factor-faktor seperti orang tua, sekolah, gereja, teman, dan masyarakat kita. Tetapi institusi
sosial yang kuat seperti bisnis dan terutama tempat kerja kita sendiri dan peran sosial khusus
kita di dalamnya (misalnya manajer, professional, peserta pelatihan) memiliki pengaruh besar
dalam membentuk karakter kita.
Contoh kasus : sebuah kantor akuntan yang mempekerjakan sekelompok peserta
pelatihan yang sepenuhnya berharap bahwa kurang dari setengah akan dipertahankan dan
hanya kelompok yang sangat kecil akan membuat mitra mendorong motivasi dan perilaku
yang sangat berbeda dari perusahaan yang mempekerjakan lebih sedikit orang tetapi memberi
mereka semua kesempatang yang lebih besar dalam jangka Panjang. Kesuksesan jangka
sebuah perusahaan yang menetapkan tujuan penjualan ya tidak realistis akan menemukannya
menciptakan tenaga penjualan yang berbeda dari perusahaan yang lebih memahami penjualan
sebagai mana melayani pelanggan. Jadi etika kebajikan mengingatkan kita untuk
melihatpraktik nyata yang kita temukan didunia bisnis dan menanyakan jenis orang seperti
apa yang diciptakan oleh paktik tersebut.
2.8 Pengambilan keputusan yang beretika
Pengambilan keputusan merupakan serangkaian proses pemilihan dari pilihan
alternatif yang tersedia dengan mempertimbangkan berbagai kepentingan dari pihak-pihak
yang terkait (Krisnandi dkk, 2019, hlm. 78). Proses pemilihan tersebut biasanya dimulai dari
pengidentifikasian masalah dan tujuan, penyusunan, penganalisisan, pemilihan berbagai
alternatif yang relevan, pengambilan keputusan yang dinilai paling tepat, hingga
pengevaluasian efektivitas dari keputusan yang telah diambil.
Sniff test merupakan semacam preliminary test yang dapat dilakukan dengan cepat sekedar
untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil telah melalui beberapa test etika. Berikut
ini sniff test yang biasanya digunakan.

Apakah ada ancaman jika Tindakan atau keputusan ini muncul besok pagi dihalaman pertama
surat kabar nasional?
Apakah saya bangga dengan keputusan ini ?
a. Apakah ibu bangga dengan keputusan ini?
b. Apakah keputusan ini sesuai dengan misi dan kode etik perusahaan?
c. Apakah saya nyaman dengan keputusan ini ?
Tahapan dalam stakeholder impact analysis adalah sebagai berikut:
Analisis keppentingan dari masing-masing pemangku kepentingan
Hitung dampak yang dapat dikuantifikasi:
1. Dampak yang tidak tercakup dalam laba namun dapat diukur langsung. Biasanya ini
adalah biaya eksternalitas, misalnya biaya kerusakan lingkungan akibat tidak
dilakukan pengelolahan limbah, atau biaya kemacetan lalu lintas dengan
bertambahnya jumlah kendaraan.
2. Dampak yang tidak tercakup dalam laba dan tidak dapat diukur langsung. Misalnya
biaya pengobatan dari penyakit yang mungkin terjadi akibat polusi yang dilakukan
perusahaan. Atau biaya sosial akibat pengurangan pegawai
Daftar Pustaka

Adhi Nugroho, Mahendra. (2016). Konsep Teori dan Tinjauan Kasus Etika Bisnis. Jurnal
Economia, Vol.8, No.1, hlm.25.
Aminatuz Zuhriya. 2019. Kompas.com. https://www.kompasiana.com/tiarasafariah5103/623
200ed80a65a2fcc184302/contoh-penerapan-etika-utilitarianisme-jeremy-bentham-
dalamprak tik -bisnis.
Bertens, K. (2014). Pengantar Etika Bisnis. Kanisius, Jogyakarta.
Brooks, LJ. & Dunn, P. (2012). Etika Bisnis & Profesi untuk Direktur, Eksekutif, dan
Akuntan, buku 2, diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Kanti Pertiwi, dari judul
asli Business & Professional Ethics . Salemaba Empat, Jakarta.
Desjardins Joseph.2014.An introduction to business ethics.Fifth Edition.New York : McGraw
Hill Education

Indonesia Corruption Watch. (2021). Tuntutan Juliari P Batubara: Terlalu Rendah dan
Semakin Melukai Korban Korupsi Bansos. Indonesia Corruption Watch,
https://antikorupsi.org/id/article/tuntutan-juliari-p-batubara-terlalu-rendah-dan-
semakin-melukai-korban-korupsi-bansos.
Iswinarno, Chandra. (2021). Hakim Vonis 12 Tahun Eks Mensos Juliari dalam Korupsi
Bansos, MAKI: Harusnya Seumur Hidup. Suara.com,
https://www.suara.com/news/2021/08/23/195027/hakim-vonis-12-tahun-eks-mensos-
juliari-dalam-korupsi-bansos-maki-harusnya-seumur-hidup?page=all.
Muhammad Taufik.(2013). Filsafat John Rawls tentang teori keadilan, Jurnal studi islam
Mukaddimah,Vol-19 No.1 Tahun 2013 : 56-60

Pan Mohamad Faiz, (2009). Teori Keadilan Jhon Rawls, Jurnal Konstitusi, Volume 6, Nomor
1, April 2009: 142-144
Pardosi, R. O. A. G., Primawardani, Y. (2020). Perlindungan Hak Pengguna Layanan
Pinjaman Online Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia (Protection of the Rights of
Online Loan Customers from a Human Rights Perspective). Jurnal HAM Volume 11,
Nomor 3, Desember 2020: 353-367.
Salvasani, A., Kholi, M. (2020). Penanganan Terhadap Financial Technology Peerto-peer
Lending Ilegal Melalui Otoritas Jasa Keuangan (Studi Pada OJK Jakarta Pusat). Jurnal
Privat Law Vol. VIII No. 2 Juli-Desember 2020: 252- 259
Sukarta Roestanto Diputra, Mersa Lestari Ningrum, Pelanggaran Etika Bisnis Fintech
Lending Ilegal Terhadap Debitur, Jurnal Ilmu dan Budaya, Volume 43, Nomor 1,
Tahun 2022, 61-78
Suseno. (1997). 13 Tokoh Etika Sejak Zaman Yunani Sampai Abad ke-19, hal.178-179.
Weruin, U. (2019). Teori-Teori Etika Dan Sumbangan Pemikiran Para Filsuf Bagi Etika
Bisnis. Jurnal Muara Ilmu Ekonomi dan Bisnis ISSN 2579-6224 (Versi Cetak) Vol. 3,
No. 2, Oktober 2019: hlm 313-322.
Widi Astuti, Budhi. (2016). Multi Ethical Problems Dalam Bisnis MultiLevel
Marketing. Jurnal Cakrawala. ISSN 1693 6248, hlm.306-307.
https://www.kompasiana.com/clarisaarfiandani/607f8868d541df6b12487792/penggusuran-
lahan-di-benda-hak-warga-dalam-perspektif-teori-keadilan-john-rawls?page=all
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERETIKA | e-akuntansi.com

Anda mungkin juga menyukai