Pak Maskur Retorika Fix
Pak Maskur Retorika Fix
Disusun oleh:
1. Siti Kurnia (2112111037)
2. Zulfi Nafi Salsabila (2112111005)
3. Badrud Tamam (2112111009)
TAHUN 2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah yang maha esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahnya. Makalah ini dapat terselesaikan
dengan sebatas kemampuan dan pengetahuan yang saya miliki.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami dan dapat berguna
bagi siapapun yang membacanya. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 7
B. Saran ..................................................................................................
7
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah pertumbuhn retorika dari jaman yunani kuno menunjukkan bahwa
tekanan seni wacana diletakkan pada oratori atau seni berpidato. Hal ini dapat
dimengerti karena publikasi secara meluas atas suatu hasil pikiran tidak dapat
dilakukan dengan tulisan, karena belum ada percetakan. Tindakan yang diandalkan
untuk memecahkan suatu persoalan dengan melibatkan banyak orang, atau
menyampaikan suatu gagasan pada suatu massa pendengar, hanya bisa dilakukan
pada bahasa lisan, atau dengan kata lain melalui pidato. Karena itu, pengertian
retorika pada awalnya juga bertumpang tindih dengan seni berpidato atau oratori.
Tetapi, setelah penemuan mesin cetak dan mesin uap, maka retorika sebagai seni
berpidato mulai merosot peranannya, dan digantikan dengan seni menggunakan
bahasa secara tertulis. Dengan publikasi tertulis, gagasan atau ide seseorang dapat
lebih luas tersebar daripada jika disampaikan melalui pidato. Sebab itu, tekanan
utamapun beralih kepada kemampuan untuk menyampaikan pikiran dalam bentuk
bahasa tulis agar dapat dibaca oleh banyak orang. Dengan pergeseran ini, pengertian
retorika juga turut bergeser dari bahasa lisan ke bahasa tulis, dari seni berpidato,
sebagai titik sentral, bergeser ke kemampuan menulis.
Komunikasi dakwah menyampaikan pesan-pesan keagamaan dalam berbagai
tatanan agar jamaahnya terpanggil dan merasakan pentingnya nilai Islam dalam
kehidupan. Di antara tatanan komunikasi dakwah adalah interpersonal, publik, dan
bermedia. Pada tataran interpersonal, komunikator dakwah (da’i) mengajak orang
perorang mengamalkan Islam. Pada tataran publik, dai memasyarakatkan nilai Islam
di berbagai majelis taklim, pesantren dan masjid. Sedangkan pada tataran media, da’i
menyebarluaskan ajaran agama dengan menggunakan media. Penyebarluaskan ajaran
Islam dilaksanakan oleh siapa saja, baik di desa maupun di kota secara bijak dan
damai. Jamaah “tergugah, tanpa melalui tekanan fisik, untuk berubah”. Mengadakan
perubahan melalui kesadaran, bukan paksaan, itulah salah satu fungsi komunikasi
dakwah. Oleh karenanya, dakwah Islam dilakukan dengan cara persuasive.
Dakwah Islam berupaya untuk menegakkan kepribadian yang berakhlaqul
karimah. Herman Soewardi (2003: 26) mengajukan 3 (tiga) tujuan operasional
1
dakwah, yaitu: menjadikan orang lurus dan benar dengan melakukan kebaikan dan
menghilangkan kemungkaran (amar ma’ruf dan nahi munkar); melahirkan kekuatan
pada diri seseorang melalui karya-karyanya; karsa; tinggi profesionalisme di bidang
masingmasing. Dakwah Islam diarahkan pada terbinanya kesalehan pribadi.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis akan membuat rumusan masalah
sebagai berikut,
1. Apa pengertian Retorika Dakwah?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Retorika Dakwah
Retorika berasal dari bahasa Yunani “Rhetor” atau dalam bahasa Inggrisnya
“orator” yang berarti kemahiran dalam berbicara dihadapan umum. I Gusti Ngurah
Oka memberikan definisi retorika sebagai Ilmu yang mengajarkan tindak dan usaha
untuk persiapan, kerjasama, serta kedamaian ditengah masyarakat”. Onong Uchjana
Effendi (2007:53) dalam bukunya Komunikasi Teori dan Praktek mengatakan bahwa
“Retorika atau dalam bahasa inggris rhetoric bersumber dari perkataan latin rhetorica
yang berarti ilmu berbicara.
Sedangkan kata dakwah secara etimologi merupakan bentuk masdar dari kata
yad‟u(fi‟il mudhari‟) dan da‟a (fi‟il madli) yang artinya adalah memanggil,
mengundang, mengajak, menyeru, mendorong dan memohon (Omar, 1983: 1). Selain
kata “dakwah”, al-Qur‟an juga menyebutkan kata yang memiliki pengertian yang
hampir sama dengan “dakwah”, yakni kata “tabligh” yang berarti penyampaian, dan
“bayan” yang berarti penjelasan.
Sedangkan pengertian dakwah menurut terminologi, menurut dari beberapa
pendapat adalah sebagai berikut:
1. Definisi dakwah yang dikemukakan oleh Syaikh Ali Mahfudz, dakwah adalah
dorongan/anjuran manusia pada kebaikan dan petunjuk, menyuruh kepada yang
ma‟ruf (yang dikenal) dan mencegah dari yang munkar untuk kebahagiaan dunia
dan akhirat.
2. Menurut Ahmad Ghalwusy, dakwah adalah menyampaikan pesan Islam kepada
manusia di setiap waktu dan tempat dengan metode-metode dan media-media
yang sesuai situasi dan kondisi mad‟u.
3. Menurut Abu Bakar Zakaria, dakwah adalah tegaknya ulama dan orangorang yang
disinari ilmu dengan memberi pengajaran terhadap orang banyak apa yang
dilihatnya tentang persoalan-persoalan terkini maupun di kemudian hari sesuai
kemampuan.
4. Menurut Abdul Karim Zaidan, dakwah adalah ajakan kepada Allah, yakni agama
Islam (Aripudin, 2011: 3).
5. Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam sebagai upaya
mengajak umat dengan cara yang bijaksana kepada jalan yang benar sesuai
3
dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.
6. Menurut Prof. Dr. Hamka dakwah adalah seruan panggilan untuk menganut suatu
pendirian yang ada dasarnya berkonotasi positif dengan substansi terletak pada
aktivitas yang memerintahkan amar ma‟ruf nahi munkar (Saputra, 2011: 1-2).
Dengan demikian termasuk dalam cakupan pengertian Retorika adalah: Seni
berbicara, kemahiran dan kelancaran berbicara, kemampuan memproduksi gagasan,
kemampuan mensosialisasikan ide gagasan sehingga mampu mempengaruhi khalayak
umum (audience). Dakwah itu sendiri menurut penulis adalah kegiatan seseorang atau
kelompok orang untuk menyeru, mengajak, dan mempengaruhi yang dilakukan oleh
Da‟i kepada Mad‟u (orang atau kelompok orang) agar menjadi baik atau lebih baik
dengan mengamalkan syariat ajaran Islam.
Dari deskripsi di atas bisa kita simpulkan bahwa Retorika Dakwah adalah
sebuah ilmu dan seni berbicara di depan umum untuk menyampaikan pesan-pesan
dakwah yang dilakukan oleh Da‟i kepada Mad‟u.
4
tempatnya, ada lagi seorang yang menggunakan kemampuan berbicaranya namun
pembicaraannnya tidak memiliki manfaat juga sering terjadi di tengah-tengah
masyarakat.
Dalam berbicara tidak semua pembicaraan bermanfaat bagi diri sendiri
maupaun orag lain. Berbicara disini yakni berbicara yang menghasilkan pengetahuan
baru atau berbicara yang dimaksud adalah memiliki manfaat dan bukan hanya sekedar
mengeluarkan bunyi ujaran pada seseorang atau khalayak ramai tanpa melihat unsur
tujuan pembicaraannya.
3. Berbicara dalam hal menjadi tutor bagi mereka yang belum begitu paham
terhadap suatu hal atau tema tertentu.
Dari paparan di atas bisa kita simpulkan bahwa fungsi retorika dakwah adalah
sebagai ilmu dan seni serta ketrampilan untuk menyampaikan ajaran Islam secara
lisan guna memberikan pemahaman yang benar kepada kaum muslimin agar mereka
dapat dengan mudah menerima seruan dakwah Islam sehingga pemahaman dan
prilakunya dapat berubah menjadi lebih Islami.
5
2. Agar mampu merancang setrategi dan materi dakwah sesuai situasi dan kondisi
3. Agar mampu mempraktikkan berbicara di depan umum secara santun
perkataannya, sopan perilakunya, baik isinya, dan benar dalam penyampaiannya.
Dengan demikian, disamping penguasaan konsepsi Islam dan pengamalannya,
keberhasilan dakwah juga sangat ditentukan oleh kemampuan komunikasi antara sang
muballigh atau khatib dengan jama’ah yang menjadi obyek dakwah.
6
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dengan demikian termasuk dalam cakupan pengertian Retorika adalah: Seni
berbicara, kemahiran dan kelancaran berbicara, kemampuan memproduksi gagasan,
kemampuan mensosialisasikan ide gagasan sehingga mampu mempengaruhi khalayak
umum (audience). Dakwah itu sendiri menurut penulis adalah kegiatan seseorang atau
kelompok orang untuk menyeru, mengajak, dan mempengaruhi yang dilakukan oleh
Da‟i kepada Mad‟u (orang atau kelompok orang) agar menjadi baik atau lebih baik
dengan mengamalkan syariat ajaran Islam.
B. Saran
7
DAFTAR PUSTAKA
Rahma, Kusuma. (2013). Kontribusi Retorika Dalam Komunikasi Dakwah. Volume 1,
Nomor 2, Juli – Desember 2013.
Saputra, Wahidin. 2011. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Rajawali Pers