4 - Sains Dalam Al-Qur'an Mengenai Penciptaan Manusia
4 - Sains Dalam Al-Qur'an Mengenai Penciptaan Manusia
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah islam Dan Sains
Disusun oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Makalah ini tentunya masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu saya sangat
berharap apabila bapak Dosen dan juga teman-teman bisa mengoreksi dan mengkritisi
demi perbaikan yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini juga bisa dijadikan
pembanding dan penunjang pembelajaran pada mata kuliah yang berkaitan, Terima
kasih.
Tim Penyusun
2
PENCIPTAAN MANUSIA PERSEKTIF AL-QUR’AN
KATA PENGANTAR..........................................................................................2
BAB I....................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................4
BAB II..................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................5
A. Manusia Dalam Al-Qur’an..........................................................................5
B. Sebutan Manusia Dalam Al-Qur’an............................................................6
C. Penciptan Manusia......................................................................................8
BAB III...............................................................................................................11
PENUTUP..........................................................................................................11
A. KESIMPULAN.........................................................................................11
B. DAFTAR PUSTAKA...............................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dimuka bumi ini. Perbedaan
manusia dengan mahkluk lain sangat jelas terlihat. Manusia memiliki akal, berbudi
luhur dan dapat memilih dan memilah sesuatu yang ingin diperbuatnya. Mengenai
bagaimana manusia pertama tercipta masih banyak perbedaan pendapat antar ilmuan.
Menurut ilmuwan dari Barat, manusia berasal dari seekor kera kemudian melalui seleksi
alam. Hal ini mendapat banyak pertentangan dari intelektual muslim dan pemuka
agama. Pada hakikatnya yang lebih masuk akal yaitu yang tertera dalam kitab suci umat
Islam yaitu Al-Qur’an. Manusia tercipta dari setetes mani yang tersimpan didalam
rahim wanita kemudian menjadi segumpal darah dan segumpal daging kemudian
tumbuhlah tulang-tulang yang dibalut oleh daging tersebut lalu ditiupkanlah ruh.
Manusia adalah makhluk hidup satu-satunya yang memiliki akal dan sangat berperan
besar di muka bumi ini, baik sebagai subjek yang sangat berpengaruh dalam roda
kehidupan sehari-hari yang dapat mencari kebutuhan yang diperlukannya.
B. Rumusan Masalah
Berikut ini beberapa rumusan masalah yang mana akan kita bahas dalam
makalah ini, beberapa masalah tersebut antara lain:
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah adalah
sebagai berikut:
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manusia Dalam Al-Qur’an
Definisi manusia yang dikemukakan ilmuan sangat beragam tergantung dari
aspek mana ia meneliti dan mengkajinya. Jika diamati lebih mendalam sifat-sifat dan
karakter manusia, khususnya bahwa manusia itu mempunyai bahasa yang teratur,
mempunyai keahlian untuk berbicara, berfikir, mamiliki kepekaan sosial, mempunyai
apresiasi estetika dan rasa yang tinggi serta mampu melakukan ritual ibadah kepada
sang pencipta maka wajarlah jika para filosof agama (Yahudi, Kristen dan Islam)
mendefinisikan manusia sebagai makhluk yang unik dari asal yang suci, bebas dan
dapat memilih. 1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, manusia diartikan sebagai
makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). 2 Dalam bahasa Inggris
disebut man (asal kata dari bahasa Anglo Saxon, man). Apa arti dasar kata ini tidak
jelas, tetapi pada dasarnya bisa dikaitkan dengan mens (Latin), yang berarti ada yang
berpikir.
Manusia merupakan makhluk jasmani yang tersusun dari bahan meterial dan
organis. Kemudian manusia menampilkan sosoknya dalam aktivitas kehidupan jasmani.
Selain itu, sama halnya dengan binatang, manusia memiliki kesadaran indrawi. Namun,
manusia memiliki kehidupan spiritual-intelektual yang secara intrinsik tidak tergantung
pada segala sesuatu yang material. 3 Banyaknya definisi yang ditawarkan ilmuan,
mendorong pada kesimpulan bahwa definisi tentang manusia yang dapat disepakati dan
diterima secara menyuluruh dan dapat menggambarkan manusia secara utuh hingga saat
ini belum ada.
Namun selaku umat Islam yang menjadikan al-Qur’an dan hadis sebagai sumber
ajaran perlu mengkaji dan meneliti apa dan bagaimana manusia dalam gambaran
keduanya dengan pendekatan istilah yang digunakan untuk manusia.
Pada umumnya ada tiga kata yang sering digunakan al-Qur’an untuk merujuk
kepada arti manusia, yaitu insan dengan segala modelnya, yaitu ins, al-nas, unas atau
insan, dan kata basyar serta kata bani Adam atau zurriyat Adam 4.
1
6H.M. Rasjidi, Persoalan-Persoalan Filsafat (Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 54.
2
TPKP3B (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa), Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Depdikbud dan Balai Pustaka, 1997), h. 629.
3
Loren Bagus, Kamus Filsafat,h. 629
5
B. Sebutan Manusia Dalam Al-Qur’an
Al-Basyar
Dalam al-Qur’an, kata al-basyar, baik dalam bentuk mufrad atau tasniyah
berulang sebanyak 37 kali dan tersebar dalam 26 surat. Satu kali dalam bentuk tasniyah
dan 36 dalam bentuk mufrad. 12 Dari 37 kali kata al-basyar berulang dalam al-Qur’an,
hanya 4 kali disebutkan dalam surah-surah Madaniyah, yaitu pada Q.S. Ali ‘Imran/3:
47, 79, Q.S. al-Maidah/5: 18 dan Q.S. al-Tagabun/64: 6. Sedangkan 33 kali disebutkan
dalam surah-surah Madaniyah. Secara etimologi al-basyar yang terdiri dari ba-sya-ra
bermakna sesuatu yang tampak dengan baik dan indah. 5 Menurut M. Quraish Shihab,
kata basyar terambil dari akar kata yang pada umumnya berarti menampakkan sesuatu
dengan baik dan indah. Dari kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit.
Manusia dinamakan basyarah karena kulitnya tampak jelas dan berbeda di banding
dengan kulit hewan lainnya. 6 Dengan demikian, bahwa manusia yang dijelaskan oleh al-
basyar menekankan pada gejala umum yang melekat pada fisik manusia yang secara
umum relatif sama antara semua manusia. 7
4
Lihat: Rif’at Syauqi Nawawi, Konsep Manusia Menurut al-Qur’an dalam Metodologi Psikologi Islami, Ed.
Rendra (Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2000), h. 5.
5
Abu al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakariya, Mu‘jam Maqayis al-Lugah, Juz I (Beirut: Ittihad al-Kitab al-‘Arab,
t.th.), h. 237. Selanjutnya disebut Ibn Faris.
6
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudu’i atas Berbagai Persoalan Umat (Bandung : Mizan,
1998) h. 277.
7
Agus Haryo Sudarmojo, Perjalanan Akbar Ras Adam, (PT Mizan Pustaka, Bandung: 2009) Hlm. 151-158.
6
hidup yang mengakibatkan kedudukan dan derajatnya lebih dari derajat dan martabat
berbagai organisme dan makhluk-makhluk lainnya. 8
Kata al-ins dalam al-Qur’an digunakan sebanyak 18 kali dan selalu ditandemkan
dengan kata al-jinn atau jann. Secara etimologi, kata al-ins berasal dari kata a-na-sa
yang berarti sesuatu yang tampak dan setiap sesuatu yang menyalahi cara liar. 9 Dengan
demikian, kata al-ins digunakan oleh Allah swt. jika ingin menjelaskan tentang jenis
makhluk yang diberi taklif sehingga dominan kata al-ins digunakan pada makna-makna
yang bersifat negative, meskipun ada beberapa ayat yang tidak terkait dengan positif
dan negatif. Hal tersebut dapat dipahami karena potensi yang ada pada al-ins dan al-jinn
untuk menyeleweng dari tujuan penciptaan sangat besar.
Kata al-nas dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 240 kali dan tersebar dalam 53
surat. Kata al-nas menunjukkan pada eksistensi manusia sebagai makhluk hidup dan
sosial. Secara keseluruhan, tanpa melihat status keimanan atau kekafirannya. 10 Kata al-
nas dipakai al-Qur’an untuk menyatakan adanya sekelompok orang atau masyarakat
yang mempunyai berbagai kegiatan (aktivitas) untuk mengembangkan kehidupannya. 11
Bani Adam
Penggunaan kata bani Adam dalam konteks ini sangat tepat bahwa semua
manusia tanpa kecuali telah diberi bekal potensial fitrah keagamaan yaitu mengesakan
tuhan. Manusia juga adalah makhluk yang diberikan kelebihan yang dapat menguasai
daratan dan lautan. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Al-Isra: 70. “Dan
sungguh, Kami telah memuliakan anak-cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat
dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
8
Aisyah bint al-Syati’ , h. 7-8.
9
Ibn Faris, Juz I, h. 147.
10
Al- Ragib al-Asfahani, op. cit., h. 509.
11
Musa Asy’ari, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur’an (Cet. I. Yogyakarta: LESFI, 1992), h. 25.
12
Agus Haryo Sudarmojo, Perjalanan Akbar Ras Adam, (PT Mizan Pustaka, Bandung: 2009) Hlm. 160.
7
di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna”. Dari
keseluruhan ayat yang menggunakan kata bani Adam dapat dipahami bahwa manusia
adalah makhluk yang memiliki kelebihan dan keistimewaan dibanding makhluk lainnya.
Keistimewaan itu meliputi fitrah keagamaan, peradaban, dan kemampuan memanfaatkan
alam.
Dengan demikian, makna manusia dalam istilah al-basyar, alinsan, al-Ins, al-nas
dan bani Adam mencerminkan karakteristik dan kesempurnaan penciptaan Allah
terhadap makhluk manusia, bukan saja sebagai makhluk biologis dan psikologis
melainkan juga sebagai makhluk religius, makhluk sosial dan makhluk bermoral serta
makhluk kultural yang kesemuanya mencerminkan kelebihan dan kemuliaan manusia
daripada makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Oleh karena itu, manusia senantiasa
diingatkan dengan apa yang menimpa dan dialami oleh nenek moyang mereka, baik
terkait dengan musuhnya maupun terkait dengan pakaiannya. 13
C. Penciptan Manusia
Perspektif Islam
13
GAFAR, ABDUL. MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
8
Dalil mengenai bahan penciptaan manusia pertama yang dibuat dari tanah juga
dapat dijumpai dalam Al-Quran surah Al-Mukminun: 12-14.
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah.” (QS. Al-Mu’minun: 12)
Artinya: “Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim).” (QS. Al-Mu’minun: 13)
Artinya: “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”
(QS. Al-Mu’minun : 14).
Sementara dalam hadis, Nabi saw. hanya menjelaskan bahwa manusia tercipta
dari segenggam tanah yang terambil dari semua unsur-unsur tanah sehingga berpotensi
pada perbedaan warna kulit dan prilakunya. Hal tersebut dapat terlihat pada hadis
berikut: Artinya: Sesungguhnya Allah swt. menciptakan Adam dari segenggam tanah
yang diambil dari seluruh unsur tanah, maka anak cucuk Adam lahir menurut kadar
tanah tersebut, ada yang berkulit merah, putih, hitam atau di antara warna-warna
tersebut. Ada yang mudah atau susah dan ada yang jelek dan ada yang baik. Hadis di
atas menggambarkan bahwa Adam tercipta dari segenggam tanah yang diambil dari
semua unsur-unsur tanah, sehingga anak cucunya berpotensi untuk berbeda warna dan
tabiat atau wataknya sesuai dengan pengaruh tanah yang dominan dalam diri manusia
melalui makanan yang dimakannya. 14 Oleh karena itu, warna asli dari kulit manusia
adalah merah, putih dan hitam, sedangkan warna di luar itu merupakan hasil persilangan
dari ketiga warna tersebut. Sedangkan keempat kata terakhir yang menggambarkan
tentang watak, tabiat atau karakter anak cucu Adam as. Menurut al-Tibi maksud dari al-
sahl adalah manusia yang mempunyai watak lemah lembut, sedangkan al-khazn
sebaliknya yakni bengis, kejam dan bodoh. Sementara al-tayyib sebagai gambaran
tentang manusia yang berguna dan bermanfaat karena dari tanah yang subur dan al-
khabis sebagai gambaran dari manusia yang tidak berguna karena dari tanah yang
gersang. 15
14
Abu al-Tayyib Muhammad Syams al-Haq al-‘Azim Abadi, ‘Aun al-Ma‘bud, Juz. XII (Cet. II; Beirut: Dar al-Kutub
al-‘Ilmiyah, 1415 H.), h. 298.
9
Dengan demikian, manusia sudah pasti tercipta dari tanah. Ia adalah putra bumi
yang semua kebutuhannya berasal dari bumi, berkembang juga di tanah mulai dari masa
bayi, anak-anak, remaja hingga dewasa bahkan sampai ia mati manusia tidak pernah
berpisah dari tanah karena memang dia berasal dari tanah. Bahkan tak satupun unsur
dalam jasad manusia yang tidak memiliki persamaan dengan unsur-unsur yang terdapat
dalam bumi mulai zat besi, zat gula dan sebagainya kecuali rahasia yang sangat halus
yaitu ruh ciptaan Tuhan. 16
Perspektif Sains
Menurut perspektif sains modern, dijelaskan bahwa proses kejadian manusia juga
terjadi dalam tiga fase yaitu fase zigot yaitu sejak konsepsi hingga akhir minggu ke 2.
Fase embrio yaitu akhir minggu ke 2 hingga akhir bulan ke 2 dan fase janin yaitu akhir
bulan ke 2 hingga kelahiran. Sains modern mendapatkan informasi perkembangan
manusia dalam rahim setelah melakukan pengamatan dengan menggunakan peralatan
modern. 17 Berdasarkan perspektif sains modern, pada usia 120 hari (sekitar Minggu ke
18), janin sudah bisa mendengar. Ia pun bisa terkejut bila mendengar suara keras. Mata
bayi pun berkembang, ia akan mengetahui adanya cahaya jika kita menempelkan senter
yang menyala diperut. Bayi sudah bisa melihat cahaya yang masuk melalui dinding
rahim ibu.
15
Abu al-‘Ala Muhammad ‘Abd al-Rahman bin ‘Abd al-Rahim al-Mubarakfuri, Tuhfah al-Ahwaz\i, Juz. VIII
(Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, t.th.), h. 233.
16
GAFAR, ABDUL. MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
17
Taufiqurrahman, Siti Musawwamah, Pendidikan Karakter Mahasiswa dalam Sistem Pendidikan Tinggi Islam,
(Duta Media Publishing, Pamekasan: 2017). Hlm 14.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Terdapat beberapa istilah manusia dalam Al-Qur’an yaitu: al-basyar yang
menunjuk pada manusia dari aspek makhluk fisik yang dapat diamati secara empirik, al-
insan yang dapat dihubungkan ke dalam 3 aspek, yaitu: insan dihubungkan dengan
keistimewaannya sebagai khalifah atau pemikul amanah, insan dihubungkan dengan
predisposisi negatif diri manusia, dan insan dihubungkan dengan proses penciptaan
manusia. Semua konteks insan menunjuk pada sifat-sifat psikologis atau spiritual,
sedangkan al-nas yang mengacu pada manusia sebagai makhluk sosial.
Kemudian dalam perspektif sains modern, dijelaskan pula bahwa proses kejadian
manusia juga terjadi dalam tiga fase yaitu fase zigot yaitu sejak konsepsi hingga akhir
minggu ke 2. Fase embrio yaitu akhir minggu ke 2 hingga akhir bulan ke 2 dan fase
janin yaitu akhir bulan ke 2 hingga kelahiran.
11
B. DAFTAR PUSTAKA
Shihab, M Quraish. Tafsir al-Mishbah. Cet. IV; Jakarta: Lentera Hati, 2005.
Agus Haryo Sudarmojo, Perjalanan Akbar Ras Adam, (PT Mizan Pustaka, Bandung:
2009)
Oktaviani, Riya. Penciptaan manusia dalam perspektif islam dan sains, Fakultas
Ushuluddin dan Adab Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
Gaffar, Abdul. Manusia dalam perspektif quran. IAIN Sultan Qaimuddin Kendari
12