Anda di halaman 1dari 26

Tanggal Praktikum : 12 Oktober 2021

Tanggal Pengumpulan : 17 Oktober 2021

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA SEMESTER 115

TAPIS LOLOS RENDAH

Nama : Febrian Zulmi

NRM : 1306620032

Dosen Pengampu : Dewi Muliyati, M.Si., M.Sc.

Asisten Laboratorium:
- Fiqri Aditya Riyanto (1306619007)
- Wildan Nurrahman(1306619044)
- Firman Prastiawan (1302619076)
- Febian Riza Rhamadhan (1306619032)
- Rendy Setiabudi (1302619070)

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Jakarta

2021
MODUL 3

TAPIS LOLOS RENDAH

A. TUJUAN

1. Mempelajari rangkaian tapis lolos rendah

2. Membuat grafik tanggapan amplitude tegangan terhadap frekuensi

3. Membuat grafik tanggapan fasa terhadap frekuensi

4. Dapat menyimpulkan bahwa rangkaian ini hanya dapat meloloskan sinyal yang
berfrekuensi rendah saja

B. TEORI DASAR

Grafik yang memperlihatkan variasi tegangan atau varias arus yang terdapat di dalam
sebuah rangkaian listrik dikenal sebagai bentuk gelombang (waveform). Terdapat banyak
bentuk gelombang yang akan ditemui dalam rangkaian–rangkaian listrik, diantaranya
sinus (atau sinusoida), persegi (square), segitiga (triangel), gigi gergaji (yang dapat dinilai
positif atau negatif, dan pulsa (pulse). Bentuk gelombang kompleks seperti percakapan
atau musik umumnya memiliki banyak komponen gelombang pada frekuensi–frekuensi
yang berbeda–beda. Bentuk gelombang pulsa biasanya dikategorikan sebagai berulang
(repetitive) atau tidak berulang (non repetitive).

Sinyal dapat disampaikan dengan menggunakan salah satu atau lebih dari sifat-sifat suatu
bentuk gelombang dan dikirimkan melalui kawat, kabwl, saluran optik, dan saluran radio.
Sinyal juga dapat diproses dengan berbagai cara dengan menggunakan penguatan
(amplifier), modulator, tapis (filter), dll.

Suatu gelombang sinusoida yang bentuk persamaannya:

VS (t) = Vp sin (ωt + ϕ0s)

Dilewatkan pada rangkaian RC seri.


Hambatan R dan kapasitansi C membentuk pembagi tegangan kompleks

𝑉̅0 (ω ) =

Dengan ̅𝑍̅1 = R dan

Perbandingan tegangan keluaran kompleks 𝑉̅0 (ω ) dan tegangan masukan kompleks


𝑉̅𝑖(ω) disebut fungsi alih

Dengan 𝜔𝑃 = 1/RC disebut sebagai kutub

Berdasarkan teori bilangan kompleks, besar fungsi alih kompleks, G(ω), adalah

G(ω) =

Grafik fungsi alih G(ω), disebut tanggapan ampltudo. Untuk rangkaian di atas, jika
dinyatakan dalam dB, fungsi alih, G(ω), mempunyai nilai :

𝑉0 (𝜔)
G(ω)(dB) = 20 log = 20log = 20log 𝜔𝑃 – 10log( 𝜔2 + 𝜔𝑃2 )
𝑉𝑖 (𝜔

Untuk frekuensi yang jauh lebih kecil dari frekuensi kutub, (ω<<𝜔𝑃), G(ω)(dB)=0,
artinya 𝑉0(𝜔)= 𝑉𝐼(𝜔)

Untuk frekuensi yang jauh lebih besar dari frekuensi kutub, maka :

G(ω)(dB) ≅ 20log 𝜔𝑃- 20log ω


Artinya, semakin besar frekuensinya, semakin kecil tegangan keluarannya. Selain
merubah tegangan pada keluaran, frekuensi isyarat masukan juga merubah fasa
tegangan keluaran. Grafik yang menyatakan hubungan antara beda fasa ∆ϕ = 𝜙0 - 𝜙𝑖,
antara isyarat keluaran dan isyarat masukan terhadap frekuensi disebut tanggapan
fasa. (Tim Dosen Elektronika. Paduan Praktikum Elektronika ,Jakarta: Universitas
Negeri Jakarta, 2014).

Rangkaian tapis merupakan rangkaian yang dapat meloloskan gelombang pada


rentang frekuensi tertentu. Pada dasarnya terdapat dua jenis rangkaian tapis, yaitu
tapis lolos rendah (low-pass filter) dan tapis lolos tinggi (high-pass filter). Dua jenis
tapis lainnya (band-pass filter dan bandstop filter ) bisa dibuat dengan merangkaikan
LPF dan HPF secara seri dan paralel. (Septiawan Rendian Reza, ”Rangkaian Tapis”,
Jurnal Elektronika, Vol.1, No.1, 2015, hal: 3).

Rangkaian filter RC lolos rendah merupakan rangkaian elekronik yang dapat


meloloskan frekuensi sampai batas tertentu dan mengeblok frekuensi di atasnya.
Rangkaian filter RC lolos rendah terdiri dari R dan C yang terusun seri dan
dihubungkan dengan sumber tegangan AC berbentuk kotak. Rangkaian ini akan
menjadi rangkaian tapis lolos rendah (LPF, low pass filter) jika dioperasikan pada
kawasan frekuensi yang bertujuannya untuk meloloskan sinyal tegangan Vi pada
frekuensi rendah. (B. Murtianta, “Sistem Modulator dan Demodulator BPSK dengan
Costas Loop”, Jurnal Techne, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer Universitas
Kristen Satya Wacana, Vol. 14, No. 1, April 2015, hal: 17-26).

Tapis lolos rendah adalah tapis aktif yang keluarannya akan tetap ketika diberi
beban sehingga tidak mengurangi tegangan sebelumnya seperti tapis lolos rendah
butterworth yang tersusun dari tapis lolos pasif dan penguat operasional. (Yasin
Maulana Rahmat, dkk, “Rancang Bangun Sistem Kontrol Berbasis Biopotensial
Mata”, Jurnal Teras Fisika, Vol. 1, No. 1, 2018, hal: 9-22).
Gambar 1. Low Pass Filter Butterworth

Pada rangkaian tapis lolos rendah pasif terjadi bagi tegangan antara R dan C dan yang
memasuki penguat adalah tegangan dari kapasitor. Gain dari tegangan pada rangkaian
low pass filter adalah

Pada saat frekuensi rendah, maka ω sangatlah kecil sehingga j CR sangat


kecil dari 1, sehingga gain dari rangkaian akan mendekati 1. Sedangkan pada saat
frekuensi tinggi maka gain akan mengecil. (Susilo, D., dkk, “Perancangan Sistem
Modulator Binary Phase Shift Keying”, Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika, Vol. 15,
No. 1, April 2016, hal: 77 – 89).

Kurva fungsi alihG (ω) vs ω jika diplot dalamskala logaritma disebut dengan
kurva tanggap amplitude. Batas frekuensi Vi yang dikuatkan disebut frekuensi potong
(fp) yaitu frekuensi dimana nilai G (ω) = -3 dB. (Toifur, M., dkk, “Penentuan
Kehalusan Lapisan Tipis Ni80 Fe20 Melalui Nilai Kapasitansi Lapisan Pada Untai
Tapis R-C Lolos Rendah”, Jurnal SainsMateri Indonesia, Vol. 7, No. 1, 2005, hal:
30–36).

Pada prinsipnya, rangkaian tapis ini, menghambat keluarnya sinyal dengan


frekuensi tertentu akibat dari masukan yang diberikan. Tapis lolos rendah merupakan
rangkaian tapis yang melewatkan sinyal berfrekuensi rendah dan
menahan/menghambat sinyal berfrekuensi tinggi. Sehingga pada keluarannya hanya
terdiri dari sinyal frekuensi rendah, dengan lengkung kemiringan untuk tanggapan
amplitude dari 0 dB/oktaf ke -6 dB/oktaf dan tanggapan fasanya berubah dari 900 ke
450 /decade. (Bakri, Abdul Haris, M. Agus Martawijaya & Muh. Saleh. 2015. Dasar-
Dasar Elektronika. Makassar: Edukasi Mitra Grafika)

Terdapat berbagai macam rangkaian-rangkaian elektronik yangsangat penting


dalam memfungsikan alat-alat elektronik seperti handpone, tv, laptop, dan lain
sebagainya Salah satu rangkaian yang terdapat dalamrangkaian elektronik adalah
rangkaian tapis/ filter.
Filter adalah suatu device yang memilih sinyal listrik berdasarkan pada frekuensi dari
sinyal tersebut. Filter akan melewatkangelombang/sinyal listrik pada batasan
frekuensi tertentu sehingga apabilaterdapat sinyal/gelombang listrik dengan frekuensi
yang lain (tidak sesuai dengan spesifikasi filter) tidak akan dilewatkan.

Salah satu jenis filter yaitu filter lolos rendah. Rangkaian filter RC lolos rendah terdiri
dari R dan C yang terusun seri dan dihubungkandengan sumber tegangan AC
berbentuk kotak. Rangkaian ini akan men$adirangkaian tapis lolos rendah (LPF, low
pass filter) jika dioperasikan padakawasan frekuensi yang bertujuan untuk meloloskan
sinyal tegangan Vi pada frekuensi rendah. (http://elka-spirit.blogspot.com/p/makalah-
rangkaian-filter.html)

Tapis pelewat rendah atau tapis lolos rendah (low-pass filter) digunakan untuk
meneruskan sinyal berfrekuensi rendah dan meredam sinyal berfrekuensi tinggi.
Sinyal dapat berupa sinyal listrik seperti perubahan tegangan maupun data-data
digital seperti citra dan suara.

Untuk sinyal listrik, low-pass filter direalisasikan dengan meletakkan kumparan


secara seri dengan sumber sinyal atau dengan meletakkan kapasitor secara paralel
dengan sumber sinyal. Contoh penggunaan filter ini adalah pada aplikasi audio, yaitu
pada peredaman frekuensi tinggi (yang biasa digunakan pada tweeter) sebelum masuk
speaker bass atau subwoofer (frekuensi rendah). Kumparan yang diletakkan secara
seri dengan sumber tegangan akan meredam frekuensi tinggi dan meneruskan
frekuensi rendah, sedangkan sebaliknya kapasitor yang diletakkan seri akan meredam
frekuensi rendah dan meneruskan frekuensi tinggi.

Untuk sinyal berupa data-data digital dapat difilter dengan melakukan operasi
matematika seperti konvolusi. Finite impulse response (FIR) dan Infinite impulse
response (IIR) adalah algoritma untuk memfilter sinyal digital. Contoh aplikasi low-
pass filter pada sinyal digital adalah memperhalus gambar dengan Gaussian blur.
(Saleh, K. dan Oktavianus, 2013, Modul Praktikum Elektronika Dasar. Indralaya :
Universitas Sriwijaya)

Batas frekuensi antara sinyal yang dapat diteruskan dan yang diredam disebut
dengan frekuensi cut-off. Frekuensi cut-off dapat ditentukan dengan perhitungan
sebagai berikut. Low-pass filter yang dirangkai dengan high-pass filter (filter yang
meneruskan frekuensi tinggi) akan membentuk filter baru, yaitu band-pass filter
(meneruskan sinyal pada jangkauan frekuensi tertentu) ataupun band-stop filter
(menghambat sinyal pada frekuensi tertentu). (Charles K. Alexander, Matthew N.O.
Sadiku. Fundamentals of Electric Circuits. 5th Edition. NewYork: Mc Graw Hill,
2013).

C. ALAT DAN BAHAN

1. Kapasitor

2. Resistor

3. Papan rangkaian (Protoboard)

4. Osiloskop

5. Probe

6. AVOmeter

7. Audiogenerator

8. Kabel merah, hitam, hijau

D. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Menyusun rangkain R dan C yang seri seperti gambar berikut ini:

2. Menghitung frekuensi puncak dari rangkaian dengan menggunakan persamaan :

fp untuk R = 4700Ω dan C = 3,3 Nf

3. Menggunakan sumber tegangan yang sinyalnya berbentuk gelombang sinusoida


dan mengambil sumber 6 Vpp dengan mengamati pada osiloskop.
4. Mengatutur frekuensi masukkan 0,001 fp; 0,01 fp; 0,1 fp; fp; 10 fp; 100 fp, masing-
masing ukurlah tegangan keluaran pada kapasitor dengan menggunakan Voltmeter
dan gambarkan pola gelombang tegangan keluaran yang teramati pada osiloskop.
E. TUGAS PENDAHULUAN

1. Jelaskan apa yang disebut dengan frekuensi potong Jawab:


Frekuensi potong yaitu frekuensi dimana nilai G(ω) = -3 dB.

2. Hitunglah fp untuk nilai R = 4700Ω dan C = 3,3 nF


Jawab:
1 1
𝑓𝑝 = = = 10266,729 𝐻𝑧
2𝜋𝑅𝐶 2 .3,14 . 4700 . 3,3.10−9
3. Buktikan persamaan 𝐺(𝜔)(𝑑𝐵) = 20𝑙𝑜𝑔 𝑓𝑝 − 10𝑙𝑜𝑔 (𝑓 2 + 𝑓𝑝2 )
Jawab:
𝜔𝑃
𝐺(𝜔)(𝑑𝐵) = 20𝑙𝑜𝑔 𝑉0(𝜔)𝑉𝐼(𝜔) = 20𝑙𝑜𝑔
√𝜔2 + 𝜔𝑃2
= 20𝑙𝑜𝑔 𝜔𝑃 – 20𝑙𝑜𝑔( 𝜔2 + 𝜔𝑃2 )1/2
1
= 20𝑙𝑜𝑔 𝜔𝑃 – 20 . 𝑙𝑜𝑔( 𝜔2 + 𝜔𝑃2 )
2
= 20𝑙𝑜𝑔 𝜔𝑃 – 10𝑙𝑜𝑔( 𝜔2 + 𝜔𝑃2 )
𝐷𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖 ∶ 𝜔 = 𝑓
1 1
𝜔𝑝 = = =𝑓
𝑅𝐶 𝜏
4. Buatlah grafik tanggapan amplitudo terhadap frekuensi masukan
Jawab:

plot ternomalisasi antara faktor penguat


tegangan AV terhadap frekuensi f
menghasilkan kurva
seperti pada gambar

5. Hitunglah tegangan keluaran untuk frekuensi input 0,001fp; 0,01fp; fp; 10 fp; 100
fp, untuk masukan sebesar 12 V
Jawab:
𝑓1 = 10−3 𝑓𝑝 𝑓1 = 10−2 𝑓𝑝 𝑓1 = 10−1 𝑓𝑝
𝑉0 = 𝐺(𝜔)𝑉𝑖 𝑉0 = 𝐺(𝜔)𝑉𝑖 𝑉0 = 𝐺(𝜔)𝑉𝑖
𝑓𝑝 𝑓𝑝 𝑓𝑝
= = =
√𝑓𝑝2 + 𝑓 2 √𝑓𝑝2 + 𝑓 2 √𝑓𝑝2 + 𝑓 2
𝑓𝑝 𝑓𝑝 𝑓𝑝
= = =
√10−6 𝑓𝑝2 + 𝑓 2 √10−4 𝑓𝑝2 + 𝑓 2 √10−2 𝑓𝑝2 + 𝑓 2
= 11,999 𝑉 = 11,999 𝑉 = 11,999 𝑉

𝑓1 = 1𝑓𝑝 𝑓1 = 10𝑓𝑝 𝑓1 = 100𝑓𝑝


𝑉0 = 𝐺(𝜔)𝑉𝑖 𝑉0 = 𝐺(𝜔)𝑉𝑖 𝑉0 = 𝐺(𝜔)𝑉𝑖
𝑓𝑝 𝑓𝑝 𝑓𝑝
= = =
√𝑓𝑝2 + 𝑓 2 √𝑓𝑝2 + 𝑓 2 √𝑓𝑝2 + 𝑓 2
𝑓𝑝 𝑓𝑝 𝑓𝑝
= = =
√1𝑓𝑝2 + 𝑓 2 √102 𝑓𝑝2 + 𝑓 2 √104 𝑓𝑝2 + 𝑓 2
= 11,999 𝑉 = 11,999 𝑉 = 11,999 𝑉
F. DATA PERCOBAAN
R= 4700 Ω C= 3.3 x 10-9F fp= 1.03 x 104 Hz
Sinyal Input Vin fin (Hz) Vout Sinyal Output
(volt) (volt)

2.11 1.03 x 101 0.00314

2.07 1.03 x 102 2.08

2.09 1.03 x 103 2.07

2.09 1.03 x 104 1.38

1.72 1.03 x 105 0.0018


6

1.37 1.03 x 106 0.0031


4
G. PENGOLAHAN DATA
Data Tunggal

Vinput
1 = 0.001fp ; 2= 0.01fp ; 3= 0.1fp ; 4 = fp ; 5 = 10fp ; 6 = 100fp
No V No V

1 Vrms = 2.11 volt 2 Vrms = 2.07 volt

(𝑉𝑟𝑚𝑠 ± ∆𝑉𝑟𝑚𝑠) =
(𝑉𝑟𝑚𝑠 ± ∆𝑉𝑟𝑚𝑠) =
(2.07 ± 0.005)𝑉
(2.11 ± 0.005)𝑉

3 Vrms = 2.09 volt 4 Vrms = 2.09 volt

AP) 100% = 0.23% (3 AP)

(𝑉𝑟𝑚𝑠 ± ∆𝑉𝑟𝑚𝑠) = (𝑉𝑟𝑚𝑠 ± ∆𝑉𝑟𝑚𝑠) =

(2.09 ± 0.005)𝑉 (2.09 ± 0.005)𝑉


5 Vrms = 1.72 volt 6 Vrms = 1.37 volt
1
∆ 𝑉𝑟𝑚𝑠 = 𝑛𝑠𝑡
2
1
∆ 𝑉𝑟𝑚𝑠 = ∙ 0 .01 = 0 .005 𝑉
2
∆𝑉𝑟𝑚𝑠
𝐾𝑆𝑅 = 𝑉𝑟𝑚𝑠
∙ 100% =
0.005
1 .72
∙ 100% = 0.29% (3 AP ) 100% = 0.36% (3 AP)

( 𝑉𝑟𝑚𝑠 ± ∆ 𝑉𝑟𝑚𝑠 ) = (𝑉𝑟𝑚𝑠 ± ∆𝑉𝑟𝑚𝑠) =


( 1 .72 ± 0 .005 )𝑉 (1.37 ± 0.005)𝑉

Voutput
1= 0.001fp ; 2 = 0.01fp ; 3 = 0.1 fp ; 4 = fp ; 5= 10fp; 6 = 100fp
No V No V
1 Vrms = 0.00314 volt 2 Vrms = 2.08 volt

100% = 0.24% (3 AP)

(1AP) (𝑉𝑟𝑚𝑠 ± ∆𝑉𝑟𝑚𝑠) =

(𝑉𝑟𝑚𝑠 ± ∆𝑉𝑟𝑚𝑠) = (2.08 ± 0.005)𝑉

(0.00314 ± 0.005)𝑉

3 Vrms = 2.07 volt 4 Vrms = 1.38 volt

AP) 100% = 0.36% (3 AP)

(𝑉𝑟𝑚𝑠 ± ∆𝑉𝑟𝑚𝑠) = (𝑉𝑟𝑚𝑠 ± ∆𝑉𝑟𝑚𝑠) =

(2.07 ± 0.005)𝑉 (1.38 ± 0.005)𝑉


5 Vrms = 0.00186 volt 6 Vrms = 0.00314 volt

(3 AP) (3 AP)

(𝑉𝑟𝑚𝑠 ± ∆𝑉𝑟𝑚𝑠) = (𝑉𝑟𝑚𝑠 ± ∆𝑉𝑟𝑚𝑠) =


(0.00186 ± 0.005)𝑉 (0.00314 ± 0.005)𝑉

R = 4700 Ω , C = 3.3 nF

V sumber = Vpp = 6 Volt

• 𝑓 = 0,0001𝑓𝑝 = 1.03 × 101


𝑓 = 20 log 1.03 × 104 − 10 log((1.03 × 101 )2 + (1.03 × 104 )2 )
𝑓 = 20 log 1.03 × 104 − 10 log(1.06 × 102 + 1.06 × 108 )
𝑓 = 20 log 1.03 × 104 − 10log (1.06 × 100000100)
𝑓 = 3.68 × 10−3 𝐻𝑧
1
∆𝑓 = × 0.01 = 0.005 𝐻𝑧
2
∆𝑓 0.005
𝐾𝑆𝑅 = . 100% = × 100% = 135.86% (1 𝐴𝑃)
𝑓 0.00368

(𝑓 ± ∆𝑓) = (0.00368 ± 0.005)𝐻𝑧


• 𝑓 = 0.01𝑓𝑝 = 1.03 × 102
𝑓 = 20 log 1.03 × 104 − 10 log((1.03 × 102 )2 + (1.03 × 104 )2 )
𝑓 = 20 log 1.03 × 104 − 10 log(1.06 × 104 + 1.06 × 108 )
𝑓 = 20 log 1.03 × 104 − 10log (1.06 × 100010000)

𝑓 = 3.25 × 10−3 𝐻𝑧

1
∆𝑓 = × 0.01 = 0.005 𝐻𝑧
2

∆𝑓 0.005
𝐾𝑆𝑅 = . 100% = × 100% = 153.84% (1 𝐴𝑃)
𝑓 0.00325

(𝑓 ± ∆𝑓) = (0.00325 ± 0.005)𝐻𝑧

• 𝑓 = 0.1𝑓𝑝 = 1.03 × 103


𝑓 = 20 log 1.03 × 104 − 10 log((1.03 × 103 )2 + (1.03 × 104 )2 )
𝑓 = 20 log 1.03 × 104 − 10 log(1.06 × 106 + 1.06 × 108 )
𝑓 = 20 log 1.03 × 104 − 10log (1.06 × 101000000)
𝑓 = −3.95 × 10−2 𝐻𝑧

1
∆𝑓 = × 0.01 = 0.005 𝐻𝑧
2
∆𝑓 0.005
𝐾𝑆𝑅 = . 100% = × 100% = 126.58% (1 𝐴𝑃)
𝑓 −0.0395
(𝑓 ± ∆𝑓) = (−0.0395 ± 0.005)𝐻𝑧
• 𝑓 = 1𝑓𝑝 = 1.03 × 104
𝑓 = 20 log 1.03 × 104 − 10 log((1.03 × 104 )2 + (1.03 × 104 )2 )
𝑓 = 20 log 1.03 × 104 − 10 log(1.06 × 108 + 1.06 × 108 )
𝑓 = 20 log 1.03 × 104 − 10log (1.06 × 200000000)

𝑓 = −3 𝐻𝑧
1
∆𝑓 = × 0.01 = 0.005 𝐻𝑧
2
∆𝑓 0.005
𝐾𝑆𝑅 = . 100% = × 100% = 0.16% (3 𝐴𝑃)
𝑓 −3
(𝑓 ± ∆𝑓) = (−3 ± 0.005)𝐻𝑧

• 𝑓 = 10𝑓𝑝 = 1.03 × 105


𝑓 = 20 log 1.03 × 104 − 10 log((1.03 × 105 )2 + (1.03 × 104 )2 )
𝑓 = 20 log 1.03 × 104 − 10 log(1.06 × 1010 + 1.06 × 108 )
𝑓 = 20 log 1.03 × 104 − 10log (1.06 × 10100000000)
𝑓 = 3.68 × 10−3 𝐻𝑧
𝑓 = −20.03 𝐻𝑧

∆𝑓 0.005
𝐾𝑆𝑅 = . 100% = × 100% = 0.024% (4 𝐴𝑃)
𝑓 −20.03

(𝑓 ± ∆𝑓) = (−20.03 ± 0.005)𝐻𝑧

• 𝑓 = 100𝑓𝑝 = 1.03 × 106


𝑓 = 20 log 1.03 × 104 − 10 log((1.03 × 105 )2 + (1.03 × 104 )2 )
𝑓 = 20 log 1.03 × 104 − 10 log(1.06 × 1010 + 1.06 × 108 )
𝑓 = 20 log 1.03 × 104 − 10log (1.06 × 1000100000000)

𝑓 = −39.99 𝐻𝑧
1
∆𝑓 = × 0.01 = 0.005 𝐻𝑧
2
∆𝑓 0.005
𝐾𝑆𝑅 = . 100% = × 100% = 0.012% (4 𝐴𝑃)
𝑓 −39.99

(𝑓 ± ∆𝑓) = (−39.99 ± 0.005)𝑉

PERHITUNGAN
• Percobaan I ( )

-
-

-
-
-

• Percobaan II ( )
-
-

-
-

• Percobaan III ( )

• Percobaan IV ( )

• Percobaan V ( )

• PercobaanVI ( )

-
Perubahan Fasa

• f = 1.03 × 101 Hz

= 0.014𝑜

• f = 1.03 × 102 Hz

= 1.004𝑜

• f = 1.03 × 103 Hz

= 0.99𝑜

• f = 1.03 × 104 Hz

= 0.66𝑜

• f = 1.03 × 105 Hz

= 0,00108𝑜

• f = 1.03 × 106 Hz

= 0.0022𝑜
H. ANALISIS DATA DAN GRAFIK
• Menghitung nilai penguat tegangan (Av) berdasarkan
percobaan:
a. Diketahui (0.001fp)

Vin = 2.11 Volt


Vout = 0.00314 Volt
F = 1.03 . 101
𝑉𝑜𝑢𝑡 0.00314
𝐴𝑣 = 𝑉𝑖𝑛
= 2,11
= 0.00148 kali
b
bb. Diketahui (0.01fp)
. Vin = 2.07 Volt
Vout = 2.08 Volt
F = 1.03 . 102
𝑉𝑜𝑢𝑡 2.08
𝐴𝑣 = = = 1.004 kali
𝑉𝑖𝑛 2.07

c. Diketahui (0.1fp)
Vin = 2.09 Volt
Vout = 2.07 Volt
F = 1.03 . 103
𝑉𝑜𝑢𝑡 2.07
𝐴𝑣 = 𝑉𝑖𝑛
= 2.09 = 0.99 kali

d. Diketahui (1fp)
Vin = 2.09 Volt
Vout = 1.38 Volt
F = 1.03 . 104
𝑉𝑜𝑢𝑡 1.38
𝐴𝑣 = 𝑉𝑖𝑛
= 2.09 = 0.66 kali

e. Diketahui (10fp)
Vin = 1.72 Volt
Vout = 0.00186 Volt
F = 1.03 . 105
𝑉𝑜𝑢𝑡 0.00186
𝐴𝑣 = 𝑉𝑖𝑛
= 1.72
= 0.00108 kali
f. Diketahui (100fp)
Vin = 1.37 Volt
Vout = 0.00314 Volt
F = 1.03 . 106
𝑉𝑜𝑢𝑡 0.00314
𝐴𝑣 = 𝑉𝑖𝑛
= 1.37
= 0.00229 kali

• Menghitung nilai penguat tegangan (Av) Berdasarkan teori :


a. Diketahui
𝑅𝑖 = 4700 𝛺
𝑅𝑓 = 4700 𝛺
𝐶 = 3.3 𝑛𝐹
𝑅𝑖 4700
𝐴𝑣 = = = 1 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑓 4700
(semuanya sama karena memakai resistor yang sama)

I. TUGAS AKHIR

𝑉 (𝜔)
1. Hitunglah 𝐺(𝜔)(𝑑𝐵) = 20𝑙𝑜𝑔 𝑉0(𝜔) untuk setiap hasil percobaan diatas
𝐼

Jawaban :

• Percobaan I ( )

-
-

• Percobaan II ( )
-

• Percobaan III ( )
-

• Percobaan IV ( )

• Percobaan V ( )

-
• Percobaan VI ( )

2. Buatlah grafik tanggapan amplitudo G(ω) terhadap frekuensi masukan


Jawaban :

Hubungan Frekuensi dan Amplitudo


10
0
-10 1 2 3 4 5 6

-20
Amplitudo

-30
-40
-50
y = 7.51x - 5.7637
-60 R2 = 0.1683
-70
-80
Frekuensi
3. Hitunglah perubahan fasa untuk setiap hasil percobaan
diatas
Jawaban :

• f = 1.03 × 101 Hz

= 0.014𝑜

• f = 1.03 × 102 Hz

= 1.004𝑜

• f = 1.03 × 103 Hz

= 0.99𝑜

• f = 1.03 × 104 Hz

= 0.66𝑜

• f = 1.03 × 105 Hz

= 0,00108𝑜

• f = 1.03 × 106 Hz

= 0.0022𝑜
4. Apa kesimpulan anda terhadap hasil percobaan ini ?
Jawaban :
Rangkaian tapis lolos rendah akan meloloskan isyarat masukan yang
berfrekuensi rendah dan menahan/menghambat isyarat masukan yang
berfrekuensi tinggi. Semakin besar frekuensi masukan yang diberikan, maka
tegangan yang dihasilkan (Vout) dan amplitudonya akan semakin kecil,
sehingga gelombang yang tebentuk akan semakin kecil.

5. Jelaskan apa alasannya percobaan ini disebut TAPIS LOLOS


RENDAH
Jawaban :
Disebut tapis lolos rendah, karena dalam percobaan rangkaian ini akan
meloloskan isyarat (sinyal) masukan yang befrekuensi rendah dan
menahan/menghambat isyarat (sinyal) masukan yang berfrekuensi tinggi.

J. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

PEMBAHASAN

Filter adalah suatu sistem yang dapat memisahkan sinyal berdasarkan


frekuensinya, ada frekuensi yang diterima, atau dibiarkan lewat, dan ada pula frekuensi
yang ditolak, atau dilemahkan. Hubungan keluaran masukan suatu filter dinyatakan
dengan fungsi alih (transfer function). Filter aktif adalah filter yang menggunakan
komponen aktif, biasanya berupa transistor atau penguat operasional (Op-Amp).Pada
percobaan ini menggunakan resistor dengan nilai 4700 Ω dan kapasitor dengan nilai 3.3
nF.

Berdasarkan percobaan praktikum mengenai tapis lolos rendah didapatkan 6 hasil


yang berbeda-beda dengan perlakuan /pemberian frekuensi sumber yang berbeda.
Frekuensi yang diberikan mulai dari 1.03 × 101, 1.03 × 102, 1.03 × 103, 1.03 × 104, 1.03 ×
105, 1.03 × 106 . Perlakuan 6 percobaan yang berbeda-beda ini menyebabkan bervariasinya
nilai fungsi alih yang dihasilkan.

Pada percobaan pertama didapat tegangan penguat (AV) berdasarkan


percobaan sebesar:
Percobaan AV berdasarkan AV berdasarkan
percobaan teori
1 0.00148 kali 1 kali
2 1.004 kali 1 kali

3 0.99 kali 1 kali


4 0.66 kali 1 kali

5 0.00108 kali 1 kali

6 0.00229 kali 1 kali

Tapis lolos rendah itu bertindak sebagai tapis/filter yang meloloskan frekuensi
rendah dan menahan /melemahkan frekuensi tinggi. Pada saat tegangan penguat
berdasarkan percobaan, ketika frekuensi dinaikan sedikit demi sedikit maka
penguatan pada rangkaian terpengaruh dilihat dari nilai tegangan penguat yang
semakin kecil saat frekuensi dinaikkan.

Perbedaan nilai penguat antara yang berdasarkan percobaan dengna yang


berdasarkan teori, diakibatkan karena adanya ketidakidealan dari komponen dan alat
yang digunakan. Dan perbedaan itu terjadi karena kurang teliti dalam mengambil data
atau membaca data pada alat ukur. Pada percobaan ini rangkaian dipasang secara seri
antara resistor dan kapasitor. Dalam percobaan ini rangkaian dipasang secara seri
karena yang dicari berupa tegangan. Dan kapasitor dipasang secara paralel dengan
osiloskop dengan tegangan sumber sebesar 6 Vpp. Gambar berikut merupkan
rangkaian tapis lolos rendah :
Dengan frekuensi yang sudah tertulis diatas dan menggunakan beberapa variasi
sinyal input yaitu 0,001fp, 0,01fp, 0,1fp, fp, 10fp, 100 fp. Berikut adalah tanggapan
frekuensinya:

Frekuensi 𝐆(𝛚)(𝐝𝐁)

1.03 × 101 (0,001fp) -56.54

1.03 × 102 (0,01fp) 0.041

1.03 × 103 (0,1fp) -0.083

1.03 × 104 (1fp) -3.6

1.03 × 105 (10fp) -59.32

1.03 × 106 (100fp) -72.79

KESIMPULAN :

1. Tapis lolos rendah adalah suatu rangkaian yang berfungsi sebagai filter yang
meloloskan sinyal dengan frekuensi rendah dan menahan/melemahkan sinyal
dengan frekuensi tinggi.
2. Rangkaian tapis lolos rendah akan meloloskan isyarat masukan yang
berfrekuensi rendah dan menahan/menghambat isyarat masukan yang
berfrekuensi tinggi. Tapis lolos rendah akan menyaring dan tidak meloloskan
frekuensi masukan yang lebih tinggi dan tegangan keluaran yang dihasilkan
akan semakin kecil.
3. Semakin besar frekuensi yang diberikan maka tegangan penguatan saat
percobaan semakin kecil.
4. Untuk nilai G(ω) (dB) semakin besar frekuensinya maka nilainya semakin
besar nilainya.
5. Dalam praktikum ini hasil yang didapatkan kurang maksimal
dikarenakan kesalahan praktikan dalam mengambil data dan tidak cermatnya
praktikan dalam pengolahan data.
DAFTAR PUSTAKA

- Tim Dosen Elektronika. Paduan Praktikum Elektronika (Jakarta: Universitas Negeri


Jakarta, 2014).

- Septiawan Rendian Reza. (2015). Rangkaian Tapis. Jurnal Elektronika.

- B. Murtianta. (2015). Sistem Modulator dan Demodulator BPSK dengan Costas Loop.
Jurnal Techn Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer Universitas Kristen Satya
Wacana.

- Yasin Maulana Rahmat, dkk. (2018). Rancang Bangun Sistem Kontrol Berbasis
Biopotensial Mata. Jurnal Teras Fisika.

- Susilo, D., dkk. (2016). Perancangan Sistem Modulator Binary Phase Shift Keying.
Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika,

- Toifur, M., dkk. (2015). Penentuan Kehalusan Lapisan Tipis Ni80 Fe20 Melalui Nilai
Kapasitansi Lapisan Pada Untai Tapis R-C Lolos Rendah. Jurnal SainsMateri
Indonesia.

- Bakri, Abdul Haris, M. Agus Martawijaya & Muh. Saleh. 2015. Dasar-Dasar
Elektronika. Makassar: Edukasi Mitra Grafika

- http://elka-spirit.blogspot.com/p/makalah-rangkaian-filter.html

- Saleh, K. dan Oktavianus, 2013, Modul Praktikum Elektronika Dasar. Indralaya :


Universitas Sriwijaya

- Charles K. Alexander, Matthew N.O. Sadiku. Fundamentals of Electric Circuits. 5th


Edition. NewYork: Mc Graw Hill, 2013.

Anda mungkin juga menyukai