Dasar Filosofis Sosiologis Dan Yuridis Sistem Informasi Manajemen Pemerintahan
Dasar Filosofis Sosiologis Dan Yuridis Sistem Informasi Manajemen Pemerintahan
MANAJEMEN PEMERINTAHAN
DOSEN :
SAHAR, S., M.
POLITEKNIK BOMBANA
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
A. DASAR FILOSOFIS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM)
PEMERINTAHAN
Dalam membahas dasar filosofis informasi, secara konsep akan dikaji dari tiga sisi
deskripsi filsafat, yaitu, epistimologi, ontologi, dan aksiologi.
- Epistemologi: merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode, dan
batasan pengetahuan manusia yang bersangkutan dengan criteria bagi penilaian terhadap
kebenaran dan kepalsuan. Epistomologi pada dasarnya adalah cara bagaimana
pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh dalam prosesnya menggunakan metode
ilmiah. Metode adalah tata cara dari suatu kegiatan berdasarkan perencanaan yang
matang & mapan, sistematis & logis.
- Ontologi: adalah cabang filsafat mengenai sifat (wujud) atau lebih sempit lagi sifat
fenomena yang ingin kita ketahui. Dalam ilmu pengetahuan social ontology terutama
berkaitan dengan sifat interaksi social. Menurut Stephen little john, ontology adalah
mengerjakan terjadinya pengetahuan dari sebuah gagasan kita tentang realitas. Bagi ilmu
social ontology memilki keluasan eksistensi kemanusiaan.
- Aksiologis: adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan nilai seperti etika, estetik, atau
agama. Little john menyebutkan bahwa aksiologis, merupakan bidang kajian filosofis
yang membahas value (nilai-nila). Little john mengistilahkan kajian menelusuri tiga
asumsi dasar teori ini adalah dengan nama metatori. Metatori adalah bahan spesifik
pelbagai teori seperti tentang apa yang diobservasi, bagaimana observasi dilakukan dan
apa bentuk teorinya. “Matatori adalah teori tentang teori” pelbagai kajian metatori yang
berkembang sejak 1970-an mengajukan berbagai metode dan teori, berdasarkan
perkembangan paradigma social. Membahas hal-hal seperti bagaimana sebuah knowledge
itu (epistemologi) berkembang. Sampai sejauh manakah aksistensi (ontology)
perkembanganya dan bagaimanakah kegunaan nilai-nilai (aksiologis) bagi kehidupan
social.
B. ONTOLOGI INFORMASI
Dalam waktu yang cukup lama, informasi dipandang sebagai fenomena mekanistis,
matematis, dan informative: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter
menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu gamblang dari mazhab
proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan
menerjemahkannya (encoding dan decoding). Titik perhatiannya terletak pada akurasi dan
efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah komunikasi seorang pribadi yang bagaimana ia
memengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi yang lain. Jika efek yang ditimbulkan tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan, maka mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan
komunikasi. Ia melihat ke tahap-tahap dalam komunikasi tersebut untuk mengetahui dimana
letak kegagalannya. Selain itu, mazhab proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu social,
terutama psikologi dan sosiologi , dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan
komunikasi. Pandangan yang dipengaruhi oleh pendapat Shannon dan weaver ini mendominasi
pandangan para pakar hingga waktu yang cukup lama.
Informasi oleh Shannon dan Weaver dipandang sebagai sesuatu yang matematik, yang
didominasi oleh symbol-simbol dan merupakan himpunan symbol yang memilki arti. Pandangan
ini kemudian ditolak oleh pemilik kontemporer yang memandang informasi sebagai sesuatu yang
multidisiplin. Sebagaimana dikemukakan di muka, dewasa ini informasi dipandang sebagai ilmu
multidisiplin, bukan sekedar “data-data yang memliki arti” tetapi mencakup konteks social,
budaya, teknologi, huku, statistic, dan sebagainya.
Informasi adalah pengetahuan bersama yang membentuk masyarakat dan menciptakan
struktur masyarakat. Informasi adalah sesuatu yang membentuk diri kita, menciptakan struktur
masyarakat, tidak ada komunikasi, dan tidak ada kehidupan itu sendiri.
Dalam era infomasi ini, kehidupan kita adalah dalam realitas yang dibentuk oleh
informasi yang melingkupi kita, dan seringkali realitas tersebut bersifat artificial, tidak nyata,
tetapi seolah-olah nyata di hadapan kita dan nyata kita hadapi. Isu terorisme, global warming,
AIDS, flu burung dan sebagainya adalah sesuatu yang lebih merupakan informasi artificial, yang
tidak pernah atau jarang kita temui, tetapi menjadi nyata di pikiran dan perasaan kita.
C. EPISTEMOLOGI INFORMASI
Karena informasi tidak hanya dipandang sebagai sesuatu yang matematis dan statis, maka
pendekatan terhadap informasi harus diubah dan dilakukan pendekatan multidisiplin. Informasi
tidak hanya didekati dari proses, mekanisme dan strukturnya saja, akan tetapi harus dilihat aspek
social, cultural, hokum, dan aspek lainnya.
Fungsi perpustakaan sebagai agen informasi harus dikaji ulang dengan munculnya
teknologi informasi dan computer. Apabila pada masa lalu perpustakaan memegang peran yang
sangat strategis dalam penyebaran dan transfer informasi, kini peran tersebut harus ditinjau ulang
dan diredefinisi, hal ini merupakan munculnya teknologi komunikasi dan internet yang
memungkinkan penyebaran informasi bersifat peer-to-peer, langsung dari orang ke orang, pakar
ke pakar tanpa melalui saluran informasi konvensional seperti jurnal ilmiah.
Dari segi fungsi, mungkin apabila pada masa lalu perpustakaan berfungsi sebagai
matarantai dari proses penyebaran informasi, maka dewan ini perpustakaan harus menjadi pusat
penciptaan informasi dan perpustakaan harus dapat menyajikan informasi baru kepada pemakai.
Perpustakaan harus dapat memegang peran kepengarangan (authorship) yang menciptakan
informasi yang bermanfaat bagi penggunanya.
D. AKSIOLOGI INFORMASI
Aksiologi informasi mempertanyakan tentang untuk apa informasi itu dan akan di bawa
ke mana informasi tersebut. Apa manfaat dari ilmu informasi dan untuk siapa manfaat ilmu
informasi tersebut. Karena sifatnya yang multidisiplin, maka tujuan dan manfaat ilmu informasi
harus berhubungan dengan masyarakat. Informasi tidak boleh hanya dipandang sebagai
informasi an-sich, tetapi merupakan produk social budaya, teknologi, hokum dan relasi social
dalam masyarakat.
Tujuan informasi tidak lain adalah untuk kemakmuran masyarakat. Oleh karenanya,
disiplin ilmu informasi tidak boleh hanya semata-mata untuk ilmu itu sendiri, akan tetapi harus
dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya informasi,
maka masyarakat dapat memilih tindakan akan tepat, membuat perencanaan hidup, dan dapat
mengakses sumber daya yang dibutuhkan olehnya untuk mencapai kesejahteraan.
Oleh karenanya, akses terhadap informasi harus menjadi focus praktisi informasi. Setiap
warga Negara hendaknya dijamin oleh system dan undang-undang untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan. Tidak boleh ada dalam suatu masyarakat yang terbuka dan modern
sekelompok masyarakat yang tidak dapat akses ke sumber-eumber informasi yang dibutuhkan.
Di samping jaminan tersebut, ilmuan dan praktisi informasi harus mampu membimbing
masyarakatnya dalam mencari dan memperoleh informasi yang dibutuhkan. Jaminan akan akses
saja tidak cukup, tetapi juga yang justru lebih penting adalah kepastian bahwa masyarakat
memperoleh masyarakat yang tepat dengan cara yang tepat dan efesien.
Dari uraian tentang filosof system yang telah dijelaskan, kita bisa menarik simpulan
terkait dengan sejauh mana filosofi informasi melandasi system informasi manajemen berjalan.
System informasi manajemen pemerintahan daerah sebagai keilmuan merupakan ilmu yang
multidisiplin dan multiaspek. Oleh karenanya dalam aplikasinya, melipatkan berbagai pakar dari
berbagai ahli. Ilmu system informasi.
Manajemen ini berkaitan dengan content dan context. Ia bukan sekedar teks yang bebas
nilai, tapi walaupun begitu ini merupakan percabangan baru dari sistem informasi manajemen
bila di lihat dari konteks informasi, dan demikian pula halnya bila dilihat dari sisi manajemen
pemerintahan.
Metode dan pendekatan terhadap ilmu sistem informasi manajemen pemerintahan
bersifat kompleks yang melibatkan pendekatan ilmu-ilmu lainnya. Ini disebutkan karena muatan
informasi mencakup semua bidang ilmu dan pengetahuan manusia. Pendekatan psikologi,
hukum, sosial, budaya, pemerintahan, politik terhadap informasi diperlukan untuk meng-capture
aspek informasi yang demikian luas.
Ada tiga macam norma yang dianut oleh para anggota organisasi, yaitu :
1. Individualism
2. Kolektivisme
3. Integralistik
Paham individualism dilandasi oleh teori bahwa manusia itu lahir merdeka dan hidup merdeka.
Masing –masing anggota dalam organisasi bisa berbuat apa saja menuruti semua keinginannya,
asalkan tidak mengganggu orang lain. Dampaknya, ini menimbulkan cara pandang yang lebih
mengutamakan kepentingan individu di atas kepentingan orang banyak. Di organisasi seperti ini,
usaha untuk mencapai pengembangan diri, antara anggota yang satu dengan yang lain saling
berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang kuat.
Paham kolektivitsme memberikan kedudukan yang berlebih pada anggota organisasi dan
kedudukan anggota secara perseorangan hanyalah sebagai alat bagi organisasi. Sedangkan
paham integralistik dilandasi pemahaman bahwa masing- masing anggota organisasi saling
berhubungan erat satu sama lain secara organik. Organisasi integralistik menempatkan manusia
tidak secara individualis melainkan dalam konteks strukturnya manusia adalah pribadi dan juga
merupakan relasi. Kepentingan organisasi secara keseluruhan diutamakan tanpa merugikan
kepentingan pribadi.
Dalam praktik sistem informasi manajemen pemerintahan daerah, nilai sikiologis yang
melandasinya adalah nilai integralistik. Yaitu nilai yang bersumber dari norma kehidupan
masyarakat dimana:
Dalam hal ini, pendekatan sosiologi memandang keempat aspek SIM pemerintahan dari
sudut pandang bagaimana kelompok, atau kelembagaan pemerintahan secara bersama-sama
mampu bekerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, bagaimana SIM
didesaim, diimplementasikan, dan dipadukan, serta dikelola agar mampu mencapai tujuan
lembaga dalam kerangka kerja sama antarorang,antarunit di organisasi.
Terkait dengan dasar yuridis sistem informasi manajemen pemerintahan, berikut adalah
beberapa acuan yang bisa dijadikan payung hukumnya.