Makalah Paper Ilmu Kedokteran Gigi Anak
Makalah Paper Ilmu Kedokteran Gigi Anak
Disadur dari:
Amith Adyanthaya, Natta Sreelakshmi, Sajeela Ismail, Marium Raheema. Journal
of Indian Society of Pedodontics and Preventive Dentistry, 2017.
Disusun Oleh:
Tommy Syahputra Pardede (213308020041)
Andre Gidion Lase (213308020016)
Pembimbing
drg. Jocelyn Cuwardi
ABSTRAK
Pada tahun 2001, telah dilaporkan bahwa lebih dari 21 juta orang di India
mengalami salah satu atau lebih dari disabilitas, dalam hal ini 2.1% dari populasi
penduduk negara ini. Berdasarkan data dari United Nations Enable, sebanyak
10% dari populasi dunia hidup dengan disabilitas. Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia (1948) menekankan hak-hak yang setara pada kesehatan dan
kesejahteraan bahkan pada orang-orang yang memiliki disabilitas. Anak-anak
dengan kebutuhan medis khusus (CSHCN) merupakan salah satu kelompok
pasien yang kurang mendapatkan perawatan dental dibandingkan populasi
lainnya.
Kondisi gigi yang tidak terawat dapat menyebabkan kesehatan rongga mulut yang
terganggu yang juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan perawat untuk
mengevaluasi kondisi rongga mulut dan atau ketidakmampuan anak untuk
mengekspresikan rasa sakit atau ketidaknyamanan yang disebabkan oleh akses
perawatan dental yang buruk.
Oleh karean itu, studi ini dilakukan dengan tujuan untuk menginvestigasi persepsi
dokter gigi umum di Kerala terkait dengan perawatan yang dibutuhkan dan
halangan dan kesulitan yang dihadapi klinisi dalam menyediakan perawatan
dental pada anak-anak berkebutuhan khusus.
METODE
Studi ini diterima oleh Komisi Etis, Fakultas Kedokteran Gigi KMCT, Kerala,
India.
16 poin angket dikembangkan dan disediakan dalam bentuk tulisan dan elektronik
(online). Validitas dari kuesioner telah dikonfirmasi dengan artikel yang serupa
dengan beberapa modifikasi. Angket kemudian didistribusikan kepada 149 dokter
gigi umum yang dipilih secara acak dari berbagai macam bagian negara. Kesulitan
yang dihadapi praktisi dalam menyediakan perawatan yang adekuat pada
kelompok anak ini termasuk di dalamnya berupa lokasi praktek dokter,
aksesibilitas klinik, lingkungan yang sesuai dalam penanganan pasien, dan
kesediaan praktisi dan staf pendukung klinik untuk merawat individu ini.
Pertanyaan seputar data demografis respondent termasuk dalam pasien
berkebutuhan khusus yang mengunjungi praktisi tiap bulan. Pertanyaan mengenai
pola praktik responden dan tingkat kepercayaan dalam menangani pasien CSHCN
meliputi pertanyaan mengenai kesediaan praktisi untuk merawat seluruh pasien
berkebutuhan khusus, bagaimana pelatihan yang didapatkan untuk CSHCN, dan
apakah mereka membutuhkan pelatihan tambahan lainnya pada praktik lapangan.
Anak berkebutuhan khusus secara umum diklasifikasikan menjadi anak-anak
dengan keterbatasan fisik, keterbatasan mental, dan anak-anak kompromis medis.
Pertanyaan yang ditanyakan kepada responden untuk menilai berbagai macam
faktor, yang mana mereka rasakan sebagai hambatan dalam kesediaan mereka
untuk memeriksa CSHCN. Responden ditanya mengenai prosedur perawatan
spesifik yang dibutuhkan anak-anak ini dan juga mengenai berbagai macam
hukum negara yang meminta kesetaraan perawatan pada seluruh penduduk,
meliputi pasien dengan kebutuhan khusus.
Analisis Statistik
HASIL
Dari 149 praktisi umum dimana kuesioner diberikan, 126 mengembalikan survei
berbasis tulisan dan 6 responden melalui versi online. Sebanyak 132 formulir hasil
responden diterima, 100 dianggap valid berdasarkan kelengkapan kuesioner pada
lembar responsi. Data menunjukkan bahwa 70% dokter gigi menemukan kurang
dari 3 pasien berkebutuhan khusus setiap bulan pada praktik mereka. Walaupun
45% dari responden mengklaim bahwa pelatihan prasarjana yang diterima pada
bidang ini baik, 57% dari mereka menyatakan bahwa mereka tidak percaya diri
dalam menangani anak-anak berkebutuhan khusus. 55% dari alat bantu pada
praktik dental ditemukan dapat meningkatkan kenyamanan dalam membantu
dokter gigi, Ketidakmampuan ke klinik dental (memiliki lokasi yang tidak pada
lantai dasar, tidak adanya fasilitas lereng/lift untuk kursi roda, dll.) dilaporkan
menjadi hambatan fisik utama untuk mengakses perawatan dental sebanyak 71%
kasus. 86% klinik ditemukan kurang memiliki alat atau fasilitas khusus untuk
menangani pasien berkebutuhan khusus. Pada sisi lainnya, ketika ditanyakan
mengenai pendapat mereka dalam mengurangi kesenjangan dalam menyediakan
perawatan pada anak berkebutuhan khusus dan tidak berkebutuhan khusus, 96%
responden merasa bahwa kedua kelompok harus diberikan pertimbangan yang
sama. Tingkat pelatihan praktisi (32.6%) dan perawat yang memiliki motivasi
inadekuat (20.8%) ditemukan menjadi hambatan dan tantangan terbesar pada
kesediaan praktisi dalam menangani anak berkebutuhan khusus. Perilaku pasien
dan kemampuan untuk menciptakan komunikasi yang sesuai dengan pasien
ditunjukkan sebagai hambatan terbesar yang ditemukan pada 13.3% dan 14.5%
dari responden. Sebanyak 82% dokter gigi tidak paham terhadap berbagai hukum
di India untuk anak berkebutuhan khusus, meliputi Undang-undang pada Individu
Disabilitas, 1995, dan Tuntutan Hak Individu dengan Disabilitas, 2014.
Sebanyak 73,2% dari praktisi percaya bahwa anak-anak dapat ditangani dalam
praktik dental dengan berbagai teknik penanganan yang bervariasi, dimana 17%
menyarankan prosedur dilakukan dibawah anastesi umum dan 9.8%
merekomendasikan penggunaan sedasi secara sadar. Perawatan emergensi
(29.5%) dan instruksi kebersihan rongga mulut meliputi tindakan preventif
(30.1%) secara umum diberikan pada pasien diikuti dengan restorasi, ekstraksi,
perawatan periodontal, prosedur tiap kunjungan meliputi pembuatan gigi tiruan
untuk mengurangi frekuensi kunjungan. Dari seluruh kategori anak-anak
berkebutuhan khusus, lebih dari 50% dokter gigi lebih memilih anak-anak yang
secara fisik terbatas dan paling kurang dalam menangani anak-anak autistic.
Sebanyak 61.2% dari responden merasa bahwa untuk meningkatkan kualitas
perawatan pada anak-anak berkebutuhan khusus, Perawatan Gigi Khusus harus
termasuk dalam kurikulum prasarjana dan juga mahasiswa prasarjana harus
diberikan kesempatan untuk menyediakan berbagai macam kesempatan untuk
menyediakan berbagai tingkatan dan pengawasan dalam Perawatan Gigi Khusus.
84% dari praktisi dental swasta menunjukkan kesediaan dalam melakukan
pelatihan lanjutan dalam menangani pasien dengan kebutuhan khusus. Berkaitan
dengan memperbaharui pengetahuan dan kemampuan dengan mengikuti program
Edukasi Dental secara kontinu atau konferensi, 53% menjawab mengikuti
program tersebut tiap setahun sekali, 35% dua kali per tahun, dan 12% satu kali
dalam 2 tahun.
P
Tahun pengalaman Frekuensi anak-anak
sebagai dokter gigi yang mengunjungi klinik
Pelatihan dental prasarjana 0.03 0.001
Tantangan dan hambatan 0.01 0.003
dalam memberikan
perawatan
Perawatan yang dilakukan 0.005 <0.001
pada anak-anak
berkebutuhan khusus
Tabel 1 mempertimbangkan p < 0.005 sebagai signifikan dan p < 0.001 sebagai
sangat signifikan menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara
pelatihan dental prasarjana dan frekuensi anak-anak yang mengunjungi klinik
dental. Dokter gigi yang dengan pengalaman lebih dari 5 tahun menemukan
hambatan yang lebih sering, dan hal ini secara statistik signifikan (p=0.001). Anak
berkebutuhan khusus butuh lebih sering datang ke klinik, dimana terdapat
peningkatan tangtangan dalam menyediakan perawatan dental, dan hal ini secara
statistik signifikan (0.003). Perawatan yang disediakan pada anak-anak
berkebutuhan khusus secara signifikan berhubungan dengan pengalaman
bertahun-tahun (p=0.005).
Tabel 2: Model korelasi yang menunjuukan korelasi antara berbagai variabel
Korelasi
Tahun Frekuensi anak- Pelatihan Hambatan Perawata
Pelatiha anak yang dental yang n yang
n mengunjungi prasarjana dirasakan diterima
klinik
Tahun pelatihan
Korelasi Pearson 1 0.237* 0.158 -0.068 0.095
Signifikansi (two-tail) 0.018 0.116 0.583 0.464
Frekuensi anak-anak
yang mengunjungi klinik
Korelasi Pearson 0.237* 1 0.080 -0.035 -0.214
Signifikansi (two-tail) 0.018 0.427 0.779 0.094
Pelatihan dental
prasarjana
Korelasi Pearson 0.158 0.080 1 -0.064 -0.113
Signifikansi (two-tail) 0.116 0.427 0.609 0.380
Hambatan yang dirasakan
Korelasi Pearson -0.068 -0.035 -0.064 1 -0.081
Signifikansi (two-tail) 0.583 0.779 0.609 0.562
Perawatan yang diterima
Korelasi Pearson 0.095 -0.214 -0.113 -0.081 1
Signifikansi (two-tail) 0.464 0.094 0.380 0.562
*Korelasi signifikan pada level 0.05 (two-tailed)
Matriks korelasi menunjukkan bahwa korelasi timbul antara pelatihan dental pada
saat prasarjana dan perawatan pasien dengan kebutuhan khusus.
Tabel 3: Model regresi logistik untuk aksesibilitas pada pasien terhadap hambatan
yang diterima dan tantangannya
Tabel 3 menunjukkan Exp(B) sebagai rasio peluang yang sesuai dengan nilai p.
Ketika praktisi ditanyakan mengenai hambatan yang dirasakan, kurangnya
komunikasi memiliki 3.72 peluang sebagai hambatan yang dirasakan (p=0.01),
perawat dengan motivasi inadekuat memiliki peluang sebagai hambatan yang
dirasakan (p=0.05).
Gambar 1 merupakan gambaran grafis dari hambatan yang diterima oleh dokter
gigi umum ketika menangani anak-anak berkebutuhan khusus.
PEMBAHASAN
Studi terkini dilakukan pada 149 dokter gigi umum yang dipilih secara acak di
Kerala, India, untuk menentukan hambatan yang dirasakan pada saat menyediakan
perawatan dental optimal pada anak-anak berkebutuhan khusus.
Hasil studi ini menawarkan gambaran yang kurang jelas terhadap efek pelatihan
pada tingkat prasarjana pada praktisi. Bahkan ketika 45% persen pelatihan yang
telah mereka terima pada saat prasarjana baik, pertanyaan lain yang berkaitan
dengan kepercayaan diri praktisi dalam menyediakan perawatan pada anak-anak
berkebutuhan khusus, 43% menjawab secara negatif. Hasil ini mendorong studi
yang dilakukan oleh Casamassimo et al., yang mana menyatakan bahwa dokter
gigi yang tidak pernah melakukan hands-on dan seminar lebih tidak peduli
terhadap pasien seperti ini.
KESIMPULAN
Berdasarkan temuan pada studi ini, kami memaparkan beberapa potensi usaha
untuk melawan persepsi hambatan yang dirasakan dan membantu tenaga
profesional dalam kebutuhan perawatan bagi anak berkebutuhan khusus:
KONFLIK KEPENTINGAN
Tidak ada konflik kepentingan.
DAFTAR PUSTAKA