Penelitian Unbraw
Penelitian Unbraw
SKRIPSI
Oleh:
DWI ULFYANA
NIM 135100601111037
Oleh:
DWI ULFYANA
NIM 135100601111031
Menyetujui
1. Dosen Penguji I
Prof.Dr.Ir. Sumardi H.S., MS.
NIP. 19540112 198002 1 001
2. Dosen Penguji II
Dr. Yusuf Wibisono, S.TP., M.Sc
NIP. 19800107 200212 1 003
Menyatakan bahwa,
Dwi Ulfyana
NIM. 135100601111037
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Malang Jawa
Timur pada 23 Januari 1996 dari Alm.
Ayah bernama Imam Solikin dan Ibu
Rohana Anita. Penulis telah
menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar
di SDN Perumnas 9 Tangerang pada
2007. Kemudian melanjutkan kejenjang
sekolah menengah pertama di SMPN 20 Tangerang dengan
tahun kelulusan 2010 dan melanjutkan ke jenjang sekolah
menengah atas SMA 1 Nusantara Tangerang dan lulus pada
tahun 2013.
Pada Tahun 2017 penulis telah berhasil menyelesaikan
pendidikannya di Universitas Brawijaya Malang pada program
studi Teknologi Bioproses Jurusan Keteknikan Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian. Selama menjalani pendidikan di
Universitas Brawijaya penulis aktif menjadi koordinator asisten
praktikum, staf magang CARE HIMATETA pada periode
2013/2014, Sekretaris Bidang P.I (Pengelolaan Internal)
HIMATETA periode 2014/2015, dan Sekretaris Umum
HIMATETA periode 2015/2016 di Fakultas Teknologi Pertanian.
Selain itu penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitiaan di
Fakultas Teknologi Pertanian.
Alhamdulillah……. Terimakasih Ya Allah
Karya kecil ini aku persembahkan kepada
Kedua Orang Tuaku, Kakakku, Adikku dan segenap keluarga
tercinta
DWI ULFYANA. 135100601111037. Sintesis dan
Karakterisasi Hidroksiapatit dari Limbah Sisik Ikan Kakap
Merah (Lujtanus campechanus) Menggunakan Metode
Pengendapan Kimia Basah Sebagai Bahan Dental Bio-
Implant. Skripsi. Pembimbing I : Prof.Dr.Ir. Sumardi H.S.
MS. Pembimbing II : Dr. Yusuf Wibisono, STP.,M.Sc
RINGKASAN
Biomaterial saat ini sangat berkembang pesat, terutama
pada bidang medis. Salah satu material yang digunakan dalam
dunia kedokteran gigi merupakan senyawa Hidroksiapatit (HAp)
yang berfungsi untuk Implant gigi. HAp memiliki sifat
biokompatibilitas yang lebih baik dibandingkan implant gigi
berbahan logam. HAp dapat disintesis dari bahan alami seperti
cangkang telur, cangkang kerang, tulang sapi, tulang babi, sisik
ikan, dan tulang ikan. Indonesia dengan potensi perikanan
terbesar di dunia menghasilkan limbah salah satunya adalah
limbah Sisik Ikan. Kalsium fosfat merupakan komponen utama
senyawa HAp, yang dapat disintesis dari limbah sisik ikan.
Metode yang digunakan untuk sintesis Hidroksiapatit (HAp)
adalah pengendapan kimia basah (Wet Chemical Precipitation).
Pada proses sintesis hidroksiapatit dilakukan proses kalsinasi,
dimana proses ini bertujuan untuk membentuk kristal apatit yang
mempengaruhi sifat mekanik dari hidroksiapatit yang dapat
diaplikasikan sebagai coating implant tulang maupun gigi.
Perlakuan kalsinasi diberikan dengan variasi suhu kalsinasi
600oC (FHAp1) dan 800oC (FHAp2) selama 5 jam. Hasil
karakterisasi dengan XRF (X-Ray Fluorescence) menunjukkan
kadar kalsium dari limbah Sisik Ikan Kakap Merah yaitu sebesar
83.62%. Hasil FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy)
terdapat bilangan gelombang yang menunjukkan terbentuknya
HAp yaitu gugus PO43- dan OH-. Kemudian untuk hasil XRD (X-
Ray Diffraction) derajat kristalinitas untuk sampel FHAp1
sebesar 75.52% dan sampel FHAp2 sebesar 79.20%. Nilai
derajat kristalinitas ini sudah sesuai dengan standard ISO
13779-2:2000 dimana nilai derajat kristalinitas yang harus
dimiliki HAp sebagai bahan bio-medis memiliki nilai kristalinitas
minimal 45%. Dan untuk hasil PSA (Particle Size Analyzer)
menunjukkan bahwa sebaran ukuran partikel sudah merata,
dengan ukuran partikel HAp berskala mikro, yaitu berkisar
antara 5.76 µm sampai 132.64 µm.
SUMMARY
Biomaterials today are very rapidly growing, in the field of
medicine. One of the materials used is Hydroxyapatite (HAp)
that functions for dental implants. HAp has better
biocompatibility than implants based steel. HAp can be
synthesized from natural ingredients such as eggshells, shells,
cow bones, pig bones, fish scales, and fish bones. Indonesia
with the largest fishery potential in the world produces Fish
Scales waste. Calcium phosphate is a major component of HAp,
which can be synthesized from fish scales waste.
The method used for the synthesis of HAp is the deposition
of wet chemistry (wet chemical precipitation). In the process of
hydroxyapatite synthesis is done through calcination process,
where this process forms apatite crystals that affect each other
from hydroxyapatite, which can be applied as a coating of bone
and dental implants. Calcination treatment was administered
with temperature variations of calcination 600oC (FHAp1) and
800oC (FHAp2) for 5 hours. The results of characterization with
XRF (X-Ray Fluorescence) showed calcium content from waste
of red snapper fish scale of 83.62%. FTIR (Fourier Transform
Infrared Spectroscopy) result shows that there are wave
numbers indicating the formation of HAp. They are in the
presence of PO43- dan OH-. Then for XRD (X-Ray Diffraction)
result shows the degree of crystallinity for FHAp1 sample is
75.52% and FHAp2 sample is 79.20%. The value of this
crystallinity degree is in accordance with ISO 13779-2: 2000
standard where the degree of crystallinity which must be owned
by hydroxyapatit as bio-medical material has a crystallinity value
of at least 45%. And for the PSA (Particle Size Analyzer) results
show that the particle size distribution is evenly distributed, with
the size of micro-scale hydroxyapatite particles, ranging from
5.76 μm to 132.64 μm.
Keywords : Calcination, Fish Scale Waste, Hydroxyapatite,
Implant, Wet Chemical Prepitation.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
dengan judul “Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit dari
Limbah Sisik Ikan Kakap Merah (Lujtanus campechanus)
Menggunakan Metode Pengendapan Kimia Basah Sebagai
Bahan Dental Bio-Implant”.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Prof.Dr.Ir. Sumardi H.S.,M.S, Dr. Yusuf Wibisono, STP,
M.Sc sebagai dosen pembimbing dan Fajri Anugroho,
STP., M.Agr., Ph.D, selaku Penguji yang memberikan
bimbingan dan arahan selama proses penyusunan dan
penyelesaian Tugas Akhir ini.
2. Kedua orang tua, bapak Alm. Imam Solikin dan bapak
Amat, dan Ibu Rohana Anita serta saudara penulis
yang telah memberikan doa dan dukungan moral
maupun materil, demi terselesaikannya Tugas Akhir ini.
3. Shinta Rosalia Dewi, S.Si, M.Sc selaku dosen penulis
dan Ir. Supriyono selaku laboran laboratorium TPPHP,
FTP, UB yang telah membantu dan memberikan
fasilitas dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
4. Sahabat-sahabat penulis, Mine, Rizka, Ella, Sukses, Je,
Rini, dan segenap teman-teman TBP 2013 yang selalu
memberi masukan sharing-sharing, dan motivasi serta
semangat dalam mengerjakan Tugas Akhir ini .
Penulis menyadari bahwa Tugas akhir (skripsi) ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ..................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR .......................... vii
RINGKASAN ..........................................................................viii
SUMMARY ............................................................................... x
KATA PENGANTAR .............................................................. xii
DAFTAR ISI............................................................................xiii
DAFTAR TABEL ................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................xvii
I. PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................. 5
1.5 Batasan Masalah ................................................................ 6
II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 9
2.1 Ikan Kakap Merah ............................................................... 7
2.1.1 Sisik Ikan................................................................. 11
2.1.2 Komposisi Kimia Sisik Ikan...................................... 12
2.2 Biokeramik ........................................................................ 13
2.2.1 Bio-Implant ............................................................. 15
2.3 Kalsium Fosfat .................................................................. 17
2.4 Hidroksiapatit (HAp) .......................................................... 19
2.4.1 Sifat Fisis ................................................................ 21
2.4.2 Sifat Kimia .............................................................. 22
2.4.3 Sifat Biologis ........................................................... 24
2.5 Struktur Kristal HAp........................................................... 25
2.6 Sintesis Hidroksiapatit ....................................................... 26
2.7 Sintesis Hidroksiapatit Metode Presipitasi Kimia Basah .... 28
2.8 Kalsinasi ........................................................................... 33
2.9 Sonikasi ............................................................................ 35
2.10 Karakterisasi ................................................................... 37
2.10.1 XRF (X-Ray Fluorescense) ................................... 38
2.10.2 XRD (X-Ray Diffraction) ........................................ 41
2.10.3 FTIR (Fourier Transform Infrared) ......................... 43
2.10.4 PSA (Particle Size Analyzer) ................................. 46
2.11 Penelitian Terdahulu ....................................................... 47
III. METODE PENELITIAN ..................................................... 53
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ...................................... 53
3.2 Alat dan Bahan ................................................................. 53
3.2.1 Alat ................................................................................ 53
3.2.2 Bahan...................................................................... 55
3.3 Metode Penelitian ............................................................. 56
3.4 Tahapan Penelitian ........................................................... 57
3.5 Prosedur Penelitian ........................................................... 57
3.5.1 Preparasi Sample .................................................... 57
3.5.2 Sintesis Hidroksiapatit ............................................. 59
3.6 Diagram Alir Peneliltian ..................................................... 61
3.6.1 Preparasi Sampel ................................................... 61
3.6.2 Sintesis Hidroksiapatit ............................................. 63
3.7 Karakterisasi ..................................................................... 64
3.7.1 XRF (X-Ray Fluorescence) ..................................... 65
3.7.2 FTIR (Fourier Transform Infrared) ........................... 66
3.7.3 XRD (X-Ray Diffraction) .......................................... 66
3.7.4 PSA (Particle Size Analyzer) ................................... 67
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………..… 69
4.1 Karakterisasi Menggunakan XRF (X-Ray Fluorescence)... 69
4.2 Karakterisasi Menggunakan FTIR (Fourier Transform
Infrared Spectroscopy) ..................................................... 72
4.3 Karakterisasi Menggunakan XRD (X-Ray Diffraction) ...... 82
4.4 Karakterisasi Menggunakan PSA (Particle Size Analyzer) 88
V. PENUTUP .......................................................................... 93
5.1 Kesimpulan ....................................................................... 93
5.2 Saran ................................................................................ 94
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 95
LAMPIRAN ........................................................................... 107
DAFTAR TABEL
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Percomorphi
Family : Lutjanidae
Genus : Lutjanus
Protein
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung
unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau
karbohidrat. Molekul protein juga dapat mengandung fosfor,
belerang dan ada unsur logam seperti besi dan tembaga
(Suwardi dkk, 1973).
Mineral
Unsur mineral juga dikenal sebagai zat anorganik atau
kadar abu. Dalam proses pembakaran, bahan-bahan
organik terbakar tetapi zat anorganiknya tidak, karena itu
disebut abu. Sampai sekarang telah diketahui ada empat
belas unsur mineral yang berbeda jenisnya diperlukan
manusia agar memiliki kesehatan dan pertumbuhan yang
baik. Unsur tersebut adalah natrium, klor, kalsium, fosfor,
magnesium, dan belerang. Unsur-unsur ini terdapat dalam
tubuh dengan jumlah yang cukup besar dan karenanya
disebut unsur makro atau mineral makro (Suwardi dkk,
1973).
Kitin
Kitin adalah substansi organik kedua yang banyak
ditemukan setelah selulosa, terdapat dalam berbagai
spesies binatang. Pada binatang perairan, kitin banyak
ditemukan pada kerang-kerangan, contohnya pada karapas
udang dan sisik ikan (Suwardi dkk, 1973).
Kalsium
Peranan kalsium dalam tubuh yaitu membantu membentuk
tulang dan gigi. Metabolisme kalsium sangat kompleks
sifatnya karena banyaknya faktor yang mempengaruhinya
seperti P (fosfor), Vitamin D, karoten, umur dan sebagainya
(Suwardi dkk, 1973).
Pada tubuh ikan, kalsium sebagian besar terdapat pada sisik
dan tulang (Rotlant et al., 2005). Kalsium merupakan komponen
struktural mineral tulang atau hidroksiapatit yang komposisinya
kira-kira adalah [Ca2(PO4)2]3, Ca(OH)2, namun kalsium yang
terdapat pada sisik ikan berupa kalsium yang kurang
hidroksiapatit (Torres et al., 2007).
2.2 Biokeramik
2.2.1 Bio-Implant
2.8 Kalsinasi
2.10 Karakterisasi
1.2.1 Alat
mencuci sampel
1. Preparasi sample
2. Isolasi Ca (kalsium) dari limbah sisik ikan kakap merah
3. Karakterisasi Ca (kalsium) menggunakan XRF
4. Sintesis Hidroksiapatit
5. Karakterisasi hidroksiapatit hasil sintesis menggunakan
XRD, XRF, FTIR, dan PSA.
1.5 Prosedur Penelitian
2009)
al. (2015))
Mulai
Dihidrolisis
menggunakan
1 liter magnetic stirrer Frak
NaOH
o
T=60 C, t=2jam, si
1% P=1atm larut
A
A
Disterilisasi dengan
o
autoclave T=121 C,
t=15 menit
Dikeringkan
menggunakan oven
o
T=110 C, t=5jam
Tepung sisik
ikan
Pencampuran
menggunakan
magnetic stirrer
300ml NH3 selama 1 jam
25%
pH=10
Sonikasi
o
T=60 C, t=60
menit, 50Hz
Presipitasi selama
24 jam pada suhu
kamar
Pencucian 3 kali
dengan akuades
Penyaringan
Pengeringan dengan
o
oven T=115 C, t=5 jam
A
A
HA powder
non-kristalin
HA powder
kristalin
Karakterisasi FTIR,
XRD, XRF, dan PSA
Selesai
1.7 Karakterisasi
1
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dilihat bahwa unsur
penyusun Hidroksiapatit yaitu P dan Ca memiliki presentase
terbesar dari unsur lainnya. Pada abu Sisik Ikan Kakap Merah
unsur Ca memiliki presentase sebesar 83.62% dan unsur P
sebesar 12.7%, sementara itu sisa presentase sebesar 3.68%
merupakan kandungan unsur selain Ca dan P. Kemudian untuk
unsur Ca pada hasil kalsinasi 600oC sebesar 82.30% dan unsur
P sebesar 14.9%, serta unsur lain sebesar 2.8%. Untuk
kandungan unsur Ca pada hasil kalsinasi 800oC sebesar
82.09% dan unsur P sebesar 15.1%, serta unsur lain sebesar
2.81%. Perbedaan penambahan jumlah unsur P yang terlihat
sekitar 2%, hal ini terjadi karena adanya penambahan PO43-
pada saat proses sintesis. Namun kandungan unsur Ca
mengalami penurunan sebesar 1%.
2
penelitian yang dilakukan oleh Musfirah dkk (2012),
menggunakan limbah cangkang telur ayam ras dimana bahan
baku tersebut memiliki kandungan Ca sebesar 95,603% dan
kandungan P sebesar 0.277%. Kemudian pada penelitian yang
dilakukan oleh Ayu dkk (2014), menggunakan bahan baku
limbah tulang sapi yang memiliki kandungan Ca sebesar
89,88% dan kandungan P sebesar 8,07%. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Andriani (2016) pada sampel dengan perlakuan
suhu kalsinasi 600oC selama 5 jam, memiliki kadar Ca sebesar
81.62% dan kadar P sebesar 15.50%, kemudian pada sampel
dengan perlakuan suhu kalsinasi 800oC memiliki kadar Ca
sebesar 81.95% dan P sebesar 16.40%. sementara itu pada
penelitian Dwijaksara (2016), dengan bahan baku Cangkang
Rajungan pada suhu kalsinasi 600oC memiliki kadar Ca sebesar
81.24% dan P sebesar 14.9%, dan pada suhu kalsinasi 800oC
memiliki kadar Ca sebesar 81.74% dan P sebesar 14.5%.
Perbedaan kandungan kalsium pada tiap bahan baku
dipengaruhi oleh karakteristik tiap bahan baku yang berbeda-
beda.
4
hasil FTIR sampel HAp dengan suhu kalsinasi 600oC selama 5
jam (FHAP1) dapat dilihat pada table 4.2.
%T
6
lebih cepat dari HAp. Pada penelitian Piccirillo et al (2014),
dengan bahan baku tulang dan sisik ikan sardine, β-TCP mulai
terbentuk pada suhu kalsinasi 600oC dan 700oC dengan kadar
β-TCP sebesar 14,2% dan 13,5%. Pembentukan β-TCP dapat
terjadi dikarenakan proses dekomposisi yang kurang sempurna,
selain itu, proses sintesis dengan pH 9 akan terbentuk
campuran β-TCP dan HAp (Wang et al, 2010). Pada hasil
spektrum FTIR diatas, terdapat puncak/peak yang terlihat pada
kisaran bilangan gelombang 1400-1700 cm-1, berdasarkan hasil
analisis puncak/peak tersebut merupakan gugus fungsi
senyawa fase Ca-O. Menurut Pattanayak et al (2005), gugus
fungsi senyawa fase Ca-O ditemukan pada vibrasi gelombang
1400 cm-1 – 1700 cm-1.
%T
10
Menurut Purwasasmita B.S. dan Giltom R.S (2008), pada
penelitiannnya dimana proses presipitasi dilakukan pada pH 7.
Jika presipitasi dilakukan pada kondisi basa akan menyebabkan
mudah terbentuknya fase lain yang merupakan pengotor, yaitu
CaO. Sementara itu apabila dilakukan pada kondisi asam, maka
Ca(OH)2 akan larut dan sulit membentuk endapan HAp. CaO
yang tidak bereaksi untuk membentuk HAp nantinya akan
mempengaruhi kristalinitas HAp yang akan terbentuk.
11
komersial. Pada beberapa penelitian produk HAp komersial
dengan merk dagang Fluka® dimana sumber bahan baku yang
digunakan untuk HAp yaitu cangkang telur, kemudian dari merk
dagang Riedel-de® menggunakan cangkang kerang dan dari
Sigma Aldrich® menggunakan reagen komersial, dimana
masing-masing prosuk menunjukkan adanya gugus PO43-, OH-,
CO32-, dan HPO42- namun dengan intensitas bilangan
gelombang yang berbeda-beda. Perbandingan hasil analisis
FTIR untuk HAp komersial dapat dilihat pada Tabel 4.4.
12
Tabel 4.4 Perbandingan Gugus Fungsi dan Panjang Gelombang Produk HAp (Fluka, Riedel-
de, dan Sigma Aldrich)
-1
Panjang Gelombang (cm )
HAp Komersial HAp Sisik Ikan Kakap Merah
Gugus
Sigma
Kimia Fluka® Riedel-de® FHAp1 FHAp2
Aldrich®
472; 493; 555;
471; 561; 601;
3- 470; 553-600; 470; 553-610; 570; 601; 603; 725;
PO4 605; 964; 1013-
964; 1000-1156 964; 1000-1150 1049; 1087 1049; 1118;
1120
1209
-
OH 635; 3568 3568 630; 3569 630 3500-3600
2-
HPO4 891; 875 870 874 - -
1382; 1413; 1382; 1417;
2- 1386;1411; 1635;
CO3 1457; 1634; 2457; 1639; 1990-2000 1990-2000
1997, (2359 C≡C)
1997 1990; 2359
H2O 3100-3600 3000-3600 3200-3600 - -
13
Pola FTIR HAp dapat dilihat pada Gambar 4.3, dimana
terdapat kemiripan pola antara hasil FTIR FHAP1 dan FHAP2
dengan HAp200 Wako Jepang yang merupakan produk HAp
komersial, hal ini menunjukkan kemurnian HAp yang cukup
tinggi yang dihasilkan pada penelitian ini jika dilihat dari
kemiripan pola spektrum HAp komersial dengan hasil penelitian
ini, dan masih terdapat biokeramik (kalsium-fosfat) jenis α-TCP
dan β-TCP.
%T
% Intensity
sudut (2θ)
15
% Intensity
sudut (2θ)
17
Hasil dari data peak list XRD dapat digunakan untuk
menghitung derajat kristalinitas yang terjadi akibat pengaruh
variasi suhu kalsinasi. Dimana nilai derajat kristalinitas dapat
dihitung dengan membandingkan fraksi luas kristalin dengan
penjumlahan fraksi luas kristalin dan fraksi luas amorf. Data
yang diambil dilihat berdasarkan pembentukan Kristal dengan
jangkauan 2θ 25o, 31o, sampai 35o (Purnama, 2006). Nilai luas
tersebut dihitung dengan pendekatan luas segitiga. Fraksi luas
kristalin/amorf = nilai FWHM x Height. Dimana nilai FWHM
dianggap setengah luas alas dan height sebagai tingginya.
Derajat kristalinitas merupakan besaran yang menyatakan
banyaknya kandungan Kristal dalam suatu material dengan
membandingkan luasan kurva kristal dengan luasan amorf
kristal. Data XRD yang digunakan untuk penghitungan luas
kristalin dan luas amorf dapat dilihat pada Lampiran 4 dan
Lampiran 5. Nilai luas kristalin dan luas amorf dimasukkan
kedalam persamaan sehingga dihasilkan nilai %.
Perhitungan Kristalinitas:
19
kecilnya tingkat porositas maka semakin besar nilai sifat
mekanik dari bahan tersebut. Berdasarkan standar ISO 13779-
2:2000 tersebut maka HAp yang dihasilkan dari penelitian ini
memenuhi syarat untuk dijadikan HAp coating dalam bidang
medis. Dan dapat disimpulkan pada hasil perhitungan
memperlihatkan dengan semakin tinggi suhu kalsinasi maka
semakin banyak kristal yang terbentuk karena susunan atom
dalam bahan yang semakin teratur.
20
Gambar 4.7 Hasil PSA Serbuk Sisik Ikan Kakap Merah (FHAp0)
o
Gambar 4.8 Hasil PSA HAp Sisik Ikan Kakap Merah Kalsinasi 600 C
selama 5 jam (FHAp1)
21
o
Gambar 4.9 Hasil PSA HAp Sisik Ikan Kakap Merah Kalsinasi 800 C
selama 5 jam (FHAp2)
22
sempit rentang distribusi ukuran partikelnya, dan semakin
banyak jumlah ukuran partikel halusnya.
23
yang tidak terlalu signifikan pada sampel FHAp1 dan FHAp2.
Hal ini dikarenakan setelah perlakuan perbedaan suhu kalsinasi,
bubuk HAp dilakukan pengayakan sebesar 100 mesh agar
sampel bubuk HAp dapat di karakterisasi dengan FTIR dan
XRD.
24
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
bahwa:
1.2 Saran
Bigi, A.E, Foresti R, Gregorini A.R, Noveri, and J.S. Shah. 1992.
The Role of Magnesium on The Structure of Biological
Apatite, Calc. Tiss. Int. 50: 439-444.
Milenko M., Bruce O.F, and Ming S.T. 2004. Preparation and
Comprehensive Characterization of A Calcium
Hydroxyapatite Reference Material. J. of Research of The
National Institute of Standards and Technology 109: 553
568.
Piccirillo, C., Pullar R.C, Tobaldi D.M, Castro P.M.L, and Pintado
M.M.E. 2014. Hydroxyapatite and Chloroapatite Derived
from Sardine By-product. Journal of Ceramics
International 40: 13231-13240.
= 0.7552 x 100%
= 75.52%
= 79.20%
c. Analisa sample
Tube sample dimasukkan ke dalam tempat sample
pada alat (diperhatikan peletakannya). Penutup XRD
ditutup lalu program terkait dalam computer
dijalankan. Sebelum pengukuran dimulai, pilih menu
measure → program dengan variable pengukuran
diisi sesuai prosedur:
Tegangan : 40 kV
Arus : 30 mA
Waktu : terkait dengan program yang
digunakan yaitu antara sudut 10o-90o (sekitar
33 menit)
1. Aktifkan option << Ref Cilas >> in >> Display >> tab
di kotak dialog <<system options>>
2. Aktifkan option << tampilkan overlay >> in <<
Organisasi >> tab kotak di dialog << system options
>>
3. Aktifkan maintenance mode. Klik pada judul program
(main window), tekan tombol << insert >> dan
kemudian kunci <<F12>>. << [mode maintenance]
>> kemudian ditampilkan pada the end of the mimic
screen title, yang berarti maintenance mode
diaktifkan. Jika komentar ini tidak muncul,
maintenance mode tidak diaktifkan. Dalam hal ini,
ulangi urutan tombol. Untuk meninggalkan
maintenance mode, ulangi urutan tombol yang sama.
Langkah mulai:
Jawab:
1. Konsentrasi Ca(OH)2
( ) ( )
( ) ( )
=5
2. Rasio Ca/P=1.67
( )
= 2.99
3. Konsentrasi As. Fosfat
( ) ( )
( )
= 58.68 = = 34.74