Anda di halaman 1dari 3

PR UJIAN DR. NESA,Sp.

DV
Gita Putri Benavita – 1910221025 (Dermatitis Seboroik dan LSK)
UPN Periode 15 Maret 2021 – 10 April 2021

1. Penjelasan Lesi Per Area:

Lokasi : 1. Regio Pubis, 2. Labia Mayora, 3. Regio Kruris


Distribusi : 1. Terlokalisir, 2. Unilateral, 3. Simetris
Efloresensi :
1. Plakat eritamotosa disertai papuloskuamosa tipis berminyak, irregular, dengan
diameter 5cm
2. Plakat hiperpigmentasi, irregular, disertai likenifikasi berbatas tegas, dan skuama
tipis polygonal dengan diameter 2cm
3. Patch hiperpigmentasi, bersisik halus, irregular, disertai likenifikasi pada kruris
sinistra dengan diameter 6cm . Patch eritematosa, bersisik halus, irregular pada
kruris dextra dengan diameter 7cm

2. DD dari LSK
a. Liken Planus
b. DKA
c. Psoriasis
3. Dermatoterapi dermatitis seboroik serta hubungan pemberian ointment dan cream
 Krim -> cenderung diberikan pada lesi yang terletak di intertrigenosa karena
penyerapannya yang cepat sehingga tidak berada lama pada permukaan kulit
 Krim biasanya terdapat campuran oil -> dapat melembutkan sisik dan
memudahkan pelepasan sisik pada Dermatitis seboroik
 Krim juga potensinya lebih rendah dari ointment -> pada DS tidak diberikan
potensi yang tinggi karena dapat menjadi pencetus (mengiritasi dan
menyebabkan lesi)

4. Hubungan potensi pemberian kortikosteroid topical yaitu klobetasol krim dan


momethasone krim pada Dermatitis Seborik
 Pada Dermatitis seboroik diberikan mid strength potency kortikosteroid
topical (momethasone cream) -> efek pada DS sudah responsive pada potensi
sedang dan mengurangi Cutaneus Adverse Effect (efek samping) dan Frequent
Rebound Phenomena yang sering terjadi
 Pada Dermatitis seboroik juga apabila digunakan klobetasol krim (super high
potent) dapat menjadi pencetus terjadinya DS karena dapat mengiritasi

5. Mengapa diberikan antijamur yang Flukonazole


Ketokonazol adalah anti jamur sistemik pertama yang digunakan untuk terapi
DS, saat ini sudah tidak digunakan lagi karena sifat hepatotoksisitasnya. Saat ini
ketokonazol hanya digunakan secara topikal saja. Itrakonazol saat ini dianggap
sebagai pilihan pertama untuk terapi sistemik DS baik kasus akut maupun relaps.
Itrakonazol mengalami metabolisme sitokrom P450 pada hati. Ia bersirkulasi di
plasma sebagai metabolit aktif. Obat yang dimetabolisme oleh sitokrom P450
berinteraksi dengan obat-obatan yang lainnya sehingga dapat meningkatkan
toksisitasnya ataupun menurunkan efikasinya. Itrakonazol memiliki tingkat keamanan
yang baik pada dosis 200 mg/hari. Hepatotoksisitas, nyeri epigastrium, gangguan
irama jantung, hipokalemia, hipertrigliseridemia dan peningkatan transaminase adalah
efek samping yang paling sering dijumpai selama terapi itrakonazol.
Efikasi terapeutik itrakonazol didukung bukti bahwa agen ini disekresikan
bersama sebum pada stratum korneum dimana kolonisasi Malassezia berada. Sifat
molekulnya yang lipofilik menyebabkan agen tersebut lebih lama berada pada kulit
dan adneksanya bahkan setelah tidak lagi minum obat. Flukonazol memiliki
karakteristik dapat diserap dengan baik oleh traktus gastrointestinal tidak dipengaruhi
oleh keasaman atau makanan, memiliki efek samping yang paling minimal jika
dibandingkan dengan ketokonazol dan itrakonazol.

6. Hubungan Malassezia dengan penumpukan sebum, asam lemak, dan inflamasi pada
dermatitis seboroik
Penelitian lain menunjukkan bahwa jumlah Malassezia spp. meningkat pada
dermatitis seboroik. Jamur Malassezia spp. merupakan jamur lipofilik dan juga flora
normal yang dapat ditemukan pada kulit manusia. Meningkatnya lapisan sebum pada
kulit, kualitas sebum, respons imunologis terhadap Malassezia, degradasi sebum
dapat mengiritasi kulit sehingga terjadi mekanisme eksema. Penderita dermatitis
seboroik menunjukkan peningkatan trigliserida dan kolesterol tetapi asam lemak
bebas dan squalene menurun. Spesies Malassezia memiliki aktivitas lipase yang
menghasilkan transformasi trigliserida ke dalam asam lemak bebas. Asam lemak
bebas dan radikal oksigen reaktif menghasilkan aktivitas antibakteri yang merubah
flora normal kulit. Beberapa penulis mempercayai bahwa aktivitas lipase, gangguan
flora normal dan radikal oksigen bebas berkaitan dengan dermatitis seboroik. Banyak
pasien memiliki tingkat normal dari spesies Malassezia pada kulit, tetapi respon imun
yang tidak normal terhadap Malassezia akan membuat sel T tertekan dan jumlah
produksi phytohemagglutinin dan concanavalin yang menurun. Ketika sel limfosit T
menurun menyebabkan peningkatan produksi IL-10 dan penurunan IL-2 juga IFN-γ.
Antibodi yang normal dan tinggi pada Malassezia terdapat pada dermatitis seboroik. 

7. Mekanisme LSK terjadi penebalan


Pada penyakit LSK terjadi penebalan dan penonjolan (likenifiikasi) menyerupai kulit
batang kayu yang disebabkan oleh gosokkan dan garukan secara berulang-ulang
karena rangsangan dari pruritogenik. Ekspresi faktor pertumbuhan saraf p75 pada
membran sel schwann dan sel perineureum meningkat, ini menghasilkan hiperplasia
neural. Peningkatan P75 nervus -> Growth Factor -> akan merangsang alpha
melanosit stimulating hormone pada papilla dermis.

Anda mungkin juga menyukai