HASANUDDIN
HASANUDDIN
HASANUDDIN
TESIS
Oleh :
HASANUDDIN
NIM : 02.21.01.15.004
menyatakan bahwa tesis dengan judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Tugas Dan
Peran Jurusita Pada Pengadilan Agama Palu Kelas I A” benar adalah hasil karya
penyusun sendiri, jika di kemudian hari terbukti bahwa ini merupakan duplikat
tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain secara keseluruhan atau sebagian, maka
Penulis,
Hasanuddin
NIM : 02.21.01.15.004
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, setelah dengan saksama meneliti dan
Ahwal Syakhsiyyah.
iii
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI TESIS
DEWAN PENGUJI
Mengetahui :
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
KATA PENGANTAR
rahmat dan hidayahnya jualah, Tesis ini berhasil diselesaikan sesuai dengan target
kepada Nabi besar Muhammad saw, beserta segenap keluarga dan sahabatnya
banyak mendapatkan bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh
1. Kedua orang tua penulis, Ayah Abd. Rasyid dan Ibu Rosliah yang telah
dan Kaysha Aysha yang memberikan dukungan penuh dalam penyelesaian studi.
Agama Islam Negeri (IAIN) Palu beserta segenap unsur pimpinan Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Palu, yang telah mendorong dan memberi kebijakan kepada
xi
5. Bapak Dr. Muhammad Akbar, S.H., M.Hum selaku pembimbing I dan
Bapak Dr. H. Abidin Djafar, S.Ag., M.Ag., selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu dan seluruh staf yang telah memberikan
(IAIN) Palu.
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian pada
Panitera Muda Gugatan, pegawai dan staf yang ada di Pengadilan Agama Palu
9. Bapak Solman Abidin, S.HI, dan Kamaruddin, S.Kom selaku Jurusita pada
10. Bapak Mujiyono, S.H, dan Abdul Khair, S.H, selaku Jurusita Pengganti
pada Pengadilan Agama Palu Kelas I A yang telah bersedia memberikan banyak
xii
11. Bapak/Ibu Dosen dan seluruh karyawan Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Palu, yang dengan ikhlas memberikan pelayanan selama penulis mengikuti
rutinitas akademik.
namanya satu persatu. Penulis hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih dan
segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang tak
Penulis,
Hasanuddin
NIM : 02.21.01.15.004
xiii
DAFTAR ISI
xiv
C. Hambatan/Kendala Yang di Hadapi Dalam Tugas dan Peran
Jurusita Pada Pengadilan Agama Palu Kelas I A .......................... 139
xv
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
5. Pedoman Wawancara
6. Riwayat Hidup
xvii
ABSTRAK
xviii
ABSTRACT
xix
PEDOMAN TRANSLITERASI
ف f
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut:
v
Tanda Nama Huruf Latin Nama
ا Fathah a a
ا Kasrah i i
ا Dammah u u
Contoh:
َكََيف : kayfa
u dan garis di
ـــــ ُ َو dammah dan wau ū
atas
Contoh:
vi
4. Ta marbūtah
Transliterasi untuk ta marbūtah ada dua, yaitu: ta marbutah yang hidup
atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan dammah,transliterasinya adalah [t].
sedangkan ta marbūtah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya
adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbūtah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta
marbūtah itu ditransliterasikan dengan ha [h].
Contoh:
متعددة: Muta`addidah
عدة : ‘Iddah
شورية : Shūriah
5. Syaddah (Tasdid )
Shaddah atau tasdid yang dalam sistem tulisan arab dilambangakan
dengan sebuah tanda tasdid [َّ], dalam transliterasi ini dilambangkan dengan
perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda shaddah.
Contoh:
ربـَّنا : rabbanā
احلق : al-haqq
احلج : al-hajj
Jika huruf ىber-tasdid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf
kasrah () ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ــى, maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah ( i ).
Contoh:
vii
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf َ ال
(alif lam ma’arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi
seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf shamsiah maupun huruf
qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang
mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan
dihubungkan dengan garis mendatar (-).Contoh:
البَلد : al-bilād
7. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku
bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak
di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
Contoh:
viii
Contoh:
Fī Zilāl al-Qur’ān
al-Sunnah qabl al-tadwīn
ix
Al-Munqiż min al-Dalāl
Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abu
(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus
disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi.
Contohnya:
Abū al-Walīd Muhammad ibnu Rusyd, ditulis menjadi:
Ibnu Rushd, Abū al-Walīd Muhammad (bukan: Rusyd, Abū al-Walīd
Muhammad ibnu)
Nasr Hāmid Abū Zaīd, ditulis menjadi:
Abū Zaīd, Nasr Hāmid (bukan: Zaīd, Nasr Hāmīd Abū)
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pemerintah (ulil amri) harus menetapkan hukum dengan berpijak kepada kebenaran
yang diturunkan Allah swt. dan tidak menyimpang darinya karena itu akan
menyesatkan mereka dari jalanNya. Seorang pemimpin harus bersikap adil, amanah
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Surabaya: Lintas Media,2002), 651.
1
2
terbanyak di dunia, bahkan mencapai 207.176.162 jiwa atau sekitar 87.18% dari
dari ajaran Islam akan mudah diterima di masyarakat Indonesia. Sebagai sebuah
yang akan menjamin pemenuhan hak dan kewajiban mereka. Itulah mengapa, negara
Peradilan Agama.
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua
didasarkan pada Saatsblad (selanjutnya disingkat Stb.), yaitu Stb. 1882 Nomor 152
dan Stb. 1937 Nomor 116 dan 610 serta di Kalimantan Selatan dan sebagian
Kalimantan Timur yang kewenangannya didasarkan pada Stb. 1937 Nomor 638 dan
Nomor 639, serta Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1957 tentang Pembentukan
2
Badan Pusat Statistik, “Penduduk Menurut Agama dan Wilayah yang Dianut”. Official
Website Badan Pusat Statistik. http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321 (21 Februari 2017)
3
Konsideran Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989, Pengaturan Tentang Susunan,
Kekuasaan dan Hukum Acara Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan Agama. 1.
3
memberikan sejumlah kewenangan baru, tetapi sekaligus juga beban tugas baru yang
harus dipikul oleh lembaga Peradilan Agama, baik dari segi teknis maupun aparat.
Salah satu beban tugas teknis dimaksud antara lain adalah dalam hal pemanggilan
pelaksanaan tugasnya sangat tergantung pada aparat pendukungnya, salah satu motor
umumnya.
zaman Belanda saat pengadilan masih bernama Landraad. Yaitu lembaga pengadilan
Nomor 7 Tahun 1989, pengadilan agama tidak memiliki Jurusita dan Jurusita
pengganti yang bertugas antara lain melaksanakan putusan pengadilan. Pada saat itu
4
Wildan Suyuti Musthofa, Praktek Kejurusitaan Pengadilan, (Mahkamah Agung RI, 2002)1.
5
Ibid., 2.
4
bagi peradilan agama, sebagai akibat dari lahirnya Undang-undang Nomor 7 Tahun
1989 tentang peradilan agama yang mengatur juga masalah kejurusitaan. Disebut
baru karena selama ini Peradilan Agama tidak dapat melaksanakan eksekusi sendiri
Jurusita Pengganti.
meliputi masalah-masalah yang banyak sekali terurai dan diantaranya ada yang
memerlukan tindakan eksekusi apabila ada pihak yang tidak melaksanakan vonis
secara sukarela.
dan pendidikan anak, biaya hidup mantan isteri, kelalaian atas kewajiban suami yang
berupa pembayaran sejumlah uang dan putusan tentang pembebanan ganti rugi
6
Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,
Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, Sketsa Peradilan Agama, (Edisi V) 49.
7
Wildan Suyuthi Musthofa, Praktek Kejurusitaan Pengadilan, 2.
5
terhadap wali yang merugikan anak yang ada dibawah kekuasaannya. Sedangkan
dalam bidang kewarisan, hibah, wasiat, wakaf dan shodaqoh, semuanya memerlukan
eksekusi jika para pihak tidak dengan sukarela melaksanakan putusan Pengadilan
Agama.8
kejurusitaan, karena tidak banyak mendapat perhatian dari para sarjana hukum kita
bidang kejurusitaan ini kurang diajarkan secara mendalam dalam pendidikan ilmu
hukum. Padahal, bidang tugas kejurusitaan merupakan hal yang sangat penting dan
Suatu perkara tidak mungkin dapat diselesaikan dengan baik dan benar
menurut hukum, tanpa peran dan bantuan tugas di bidang kejurusitaan. Hakim tidak
8
Mahkamah Agung RI, Praktek Kejurusitaan Pengadilan, (Jakarta, 2002) 3.
9
Ibid., 4.
6
karena apa yang telah menjadi ketentuan secara normatif, masih perlu dicari
tugas penyitaan atau eksekusi mendapat halangan dari pihak berperkara, terutama
pihak yang kalah di pengadilan, meskipun putusan itu telah sesuai dengan hukum dan
keadilan.10
pemanggilan pihak yang gaib, serta pemanggilan melalui perangkat elektronik (e-
court).11
10
Gunanto Suryono, Sambutan Panitera Mahkamah Agung RI pada Pusdiklat Mahkamah
Agung RI, Jakarta, 2002.
11
Drs. Khalis, MH., Wawancara Pra Penelitian, tanggal 12 Maret 2018.
7
atas, rumusan masalahnya adalah “Bagaimana tinjauan yuridis terhadap tugas dan
peran Jurusita pada Pengadilan Agama Palu Kelas I A?”. Pokok masalah tersebut
Adapun batasan masalah dalam tesis ini adalah hanya memfokuskan pada
1. Untuk mengetahui Tinjauan Yuridis Terhadap Tugas dan Peran Jurusita pada
1. Teoretik
dengan perkembangan hukum itu sendiri. Juga sebagai pijakan dan referensi
peran Jurusita.
2. Praktis
institusi peradilan agama bagi kemajuan hukum acara perdata islam yang
D. Penegasan Istilah
kata.yuridis berasal dari kata Yuridisch yang berarti menurut hukum atau dari segi
12
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa (Edisi
keempat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012), 1470.
9
hukum.13 Dalam tulisan ini, yuridis yang dimaksud adalah yuridis normatif (Quran
2. Jurusita
Istilah Jurusita terdiri dari dua kata “Juru” dan “Sita”. Kata Juru berarti
orang yang pandai dalam suatu pekerjaan yang memerlukan latihan, kecakapan dan
kecermatan (keterampilan).14
menahan barang menurut keputusan pengadilan oleh alat Negara (polisi dan
sebagainya); pembeslahan.15
Dari kedua arti kata tersebut, secara sederhana dapat diambil pengertian
bahwa Jurusita adalah orang terlatih yang dianggap mempunyai kecakapan dan
kepadanya. Jurusita dan atau Jurusita Pengganti adalah Jurusita dan atau Jurusita
pegawai negeri yang memang sengaja diangkat oleh pemerintah untuk melakukan
13
M. Marwan dan Jimmy P., Kamus Hukum, (Surabaya: Reality Publisher, 2009), 651.
14
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa (Edisi
keempat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012), 482.
15
Ibid, 1078.
16
Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Peradilan Agama, pasal 1 ayat (5).
10
3. Pengadilan Agama
pertama, tepatnya adalah lembaga peradilan agama.17 Dalam literatur lain disebutkan
bahwa Peradilan Agama adalah sebutan resmi yang diperuntukkan salah satu badan
yang sah di Indonesia.18 Peradilan dalam kamus Bahasa Indonesia berarti “segala
tempat mengadili perkara”.19 Lebih khusus lagi dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia disebutkan definisi atas pengadilan agama yaitu “badan peradilan khusus
untuk orang yang beragama Islam yang memeriksa dan memutus perkara perdata
perdata tertentu bagi yang beragama Islam sebagaimana yang dirumuskan dalam
Pengadilan Agama adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat
17
Erfaniah Zuhriah, Peradilan Agama Indonesia (Sejarah Pemikiran dan Realita), Malang:
UIN-Malang Press, 2009), 7.
18
Basiq Djalil, Peradilan Islam, (Jakarta: Amzah, 2012), 7.
19
Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000),
2.
20
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat bahasa (Edisi
keempat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012).
11
pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata tertentu yang diatur
E. Kerangka Pemikiran
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang
penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar
variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar
variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan
intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam
paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian
kerangka konsep pemecahan masalah yang telah diidentifikasi atau dirumuskan. Pada
dasarnya esensi kerangka pemikiran berisi: (1) Alur jalan pikiran secara logis dalam
menjawab masalah yang didasarkan pada landasan teoritik dan atau hasil penelitian
yang relevan. (2) Kerangka logika (logical construct) yang mampu menunjukkan dan
menjelaskan masalah yang telah dirumuskan dalam kerangka teori. (3) Model
21
Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Peradilan Agama, pasal 2.
22
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, (Bandung:
Alfabeta, 2010), 60.
12
penelitian yang dapat disajikan secara skematis dalam bentuk gambar atau model
rangkuman dari kerangka pemikiran yang digambarkan dalam suatu model. Sehingga
Indonesia. Berupa dasar dari semua hukum yaitu Undang-Undang Dasar Negara
Dasar hukum lainnya dalam penelitian ini adalah Kompilasi Hukum Islam
yang termuat dalam Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991, yang merupakan
Islam lainnya yang berlaku di Indonesia. Terkait dengan tugas di bidang kejurusitaan,
dasar hukum dalam penelitian ini adalah HIR (Herziene Inlandsch Reglement) dan
dan prakteknya di lapangan, serta Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018
tentang administrasi perkara di pengadilan secara elektronik dan KMA Nomor 122
23
Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Peradilan Agama, pasal 2.
13
Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini, dapat dilihat dari bagan
berikut:
AL QUR’AN
AL HADITS
UUD NRI TAHUN 1945
UU NO. 1 TAHUN 1974
UU NO. 7 TAHUN 1989
TEORI NEGARA HUKUM : UU NO. 3 TAHUN 2006
UU NO. 50 TAHUN 2009
TEORI EFEKTIVITAS HUKUM UU NO. 3 TAHUN 2009
PP NO. 9 TAHUN 1975
INPRES NO. 1 TAHUN 1991
HIR/RBg dan Rv
PERMANO. 3 TAHUN 2018
KMA 122 TAHUN 2013
Tesis ini tersusun atas 5 (lima) bab, yang memiliki pembahasan masing-
konteks penelitian agar masalah yang diteliti dapat diketahui arah masalah dan
konteksnya yang meliputi latar belakang masalah yang berisikan tentang ide awal,
serta didalam permasalahan dikemukakan uraian tentang masalah yang menarik minat
dan mendesak untuk diteliti. Kemudian pokok masalah penelitian yang muncul dari
latar belakang masalah dijadikan sebagai rumusan masalah dan batasan masalah yang
diteliti. Dirumuskan dalam bentuk kalimat Tanya, agar dalam melakukan penelitian
Kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan kegunaan penelitian, apa yang hendak
dicapai dalam penelitian akan dikemukakan dengan jelas dan tegas. Penegasan istilah
yang memuat defenisi yang diberikan kepada setiap suatu variabel atau konstrak
dengan cara memberikan arti yang diperlukan untuk menentukan kerangka pemikiran
Bab kedua berupa kajian pustaka yang berisi sub bab yang berisi tentang
yang akan digunakan dalam menganalisa setiap permasalahan yang dibahas dakam
penelitian ini. Sub bab berikutnya yang berkaitan dengan penelitian terdahulu yang
mendukung teori dari penelitian ini baik yang sudah diterbitkan maupun yang belum
15
permasalahan yang akan peneliti lakukan. Penelitian terdahulu ini bertujuan untuk
mencari titik perbedaan penelitian yang akan peneliti lakukan dengan penelitian yang
sudah ada guna menghindari duplikasi dan plagiasi. Adapun sub bab yang dibahas
dalam bab ini adalah tinjauan umum tentang jurusita dan tinjauan umum tentang
peradilan agama.
dalam melakukan penelitian secara ilmiah. Bab ini menjelaskan tentang metode
penelitian yang berisi pendekatan dan desain penelitian, lokasi penelitian, kehadiran
peneliti, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan
secara sistematis dan terarah serta hasil yang didapat maksimal karena pada bab ini
Bab keempat berupa hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini merupakan inti
dari penelitian, karena dalam bab ini akan diuraikan data-data yang telah diperoleh
dari hasil kegiatan penelitian serta pembahasan hasil penelitian di lapangan. Hasil
pengolahan data dari penelitian dikaitkan atau akan dikaji dengan konsep-konsep
yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya. Bab ini berisi profil Pengadilan Agama
Palu Kelas I A serta inti dari penelitian ini yaitu Tinjauan Yuridis Terhadap Tugas
dan Peran Jurusita pada Pengadilan Agama Palu Kelas I A, hambatan-hambatan atau
kendala yang di hadapi Jurusita dalam pelaksanaan tugasnya. Data-data yang sudah di
analisis dengan konsep ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang ada.
16
Bab kelima merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan implikasi
penelitian. Kesimpulan ini berupa jawaban singkat atas rumusan masalah yang
ditetapkan. Dari hasil penelitian ini diharapkan muncul usulan atau anjuran yang
A. Penelitian Terdahulu
terdahulu yang membahas tentang Jurusita. Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan penelitian ini yaitu Analisis Tentang Sistem Peradilan Agama di Indonesia
oleh Domiri. Penelitian yang berjudul Analisis Tentang Sistem Peradilan Agama di
Indonesia oleh Domiri, diterbitkan melalui Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun
materiil dan hukum formil) dan aparat hukum. Ada pun aparat hukum yang dimaksud
memiliki fungsi dan tugas sendiri-sendiri yang satu dengan yang lainnya saling
tergantung dan bekerjasama untuk mencapai satu tujuan yakni terciptanya hukum dan
keadilan.1
Penelitian kedua yaitu Kewenangan Penyitaan Oleh Jurusita Pajak Dan Upaya
Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa) oleh Yuda Adi
1
Domiri, Analisis Tentang Sistem Peradilan Agama di Indonesia, (Jurnal Hukum dan
Pembangunan Tahun ke-47 No. 3, 2016).
17
18
Desember 2012. Penelitian ini membahas syarat dan prosedur penyitaan tersebut
Jurusita dalam melakukan penyitaan di lapangan karena selain kendala alamat tempat
tinggal yang sulit ditemui (alamat fiktif), masalah yang dihadapi juga adalah upaya
perlawanan yang dilakukan oleh wajib pajak saat Jurusita hendak memasuki rumah
Kendala lain yang dihadapi Jurusita adalah hampir semua wajib pajak sudah mengerti
hukum dan mereka mempunyai pengacara atau kuasa hukum yang secara otomatis
akan membela kepentingan hukum kliennya. Oleh karena itu semua tindakan yang
Peradilan oleh Mosgan Situmorang pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum
Nasional Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Tahun
2009. Dalam penelitian ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses peradilan
yaitu,3 1). faktor internal seperti hukum acara perdata, sumber daya manusia termasuk
didalamnya seluruh aparat peradilan tak terkecuali jurusita, sarana dan prasarana. 2).
Faktor eksternal yaitu sikap para pihak yang berperkara dan sikap instansi terkait.
2
Yuda Adi Seno, Kewenangan Penyitaan Oleh Jurusita Pajak Dan Upaya Penyelesaian
Sengketa Pajak (Tinjauan Yuridis Normatif terhadap Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa), Jurnal Ilmu Hukum Mizan, Vol. 1 No. 2 Tahun 2012.
3
Mosgan Situmorang, Penyederhanaan Proses Peradilan, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hukum Nasional Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Tahun 2009.
19
Semarang, oleh Nur Wahyudin, mahasiswa Fakultas Syariah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Tahun 2004. Bahwa Undang-undang yang mengatur tugas dan
wewenang jurusita sudah sangat jelas, tetapi dalam prakteknya pelaksanaan tugas dan
Tahun 2013. Letak fokus dari penelitian ini adalah memfokuskan pada tehnik cara
dilakukan oleh peneliti terdapat pada fokus penelitian yang menggunakan tinjauan
yuridis empiris dalam menganalisis praktek Jurusita pada Pengadilan Agama Palu
Sampai saat ini penelitian dengan cara pemanggilan e-court ini belum ada yang
Sejalan dengan penelitian ini tentunya berbagai aturan-aturan tertulis yang sah
4
Nur Wahyudin, Analisis Terhadap Faktor Penghambat Tugas Jurusita dalam Pemanggilan
Pihak-pihak berperkara di Pengadilan Agama Semarang, Mahasiswa Fakultas Syariah Institut Agama
Islam Negeri Walisongo Tahun 2004.
5
Dwi Ulya Rifqiyati, Tinjauan Hukum Acara Peradilan Islam Terhadap Domisili
Tergugat/Termohon Berstatus Terpidana, Mahasiswi Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta Tahun 2013.
20
Tahun 1945, UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, UU No. 7 Tahun 1989 jo.
UU No. 3 Tahun 2006 jo. UU No. 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama, INPRES
No. 1 Tahun 1991, KHI (Kompilasi Hukum Islam), HIR (Het Herzien Inlandsch
Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2018 dan peraturan lainnya yang memuat aturan
B. Teori Hukum
keanekaragaman dalam hal indikator penilaian tingkat efektivitas suatu hal. Hal ini
efektivitas, namun secara umum efektivitas suatu hal diartikan sebagai keberhasilan
dalam pencapaian target atau tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas memiliki
beragam jenis, salah satunya adalah efektivitas organisasi. Sama halnya dengan teori
efektivitas secara umum, para ahli pun memiliki beragam pandangan terkait dengan
6
Ray Pratama Siadari, Teori Efektifitas Hukum,
http://www.academia.edu/9568999/Teori_Efektifitas_Hukum, diakses pada tanggal 10 Februari 2019.
21
Dari defenisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu hal dapat dikatakan
efektif apabila hal tersebut sesuai dengan yang dikehendaki. Artinya pencapaian hal
mencapai hal tersebut. Efektivitas dapat diartikan sebagai suatu proses pencapaian
suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Suatu usaha atau kegiatan dapat
dikatakan efektif apabila usaha atau kegiatan tersebut telah mencapai tujuannya.
Apabila tujuan yang dimaksud adalah tujuan suatu instansi maka proses pencapaian
Adapun apabila kita melihat efektivitas dalam bidang hukum, ketika ingin
mengetahui sejauh mana efektivitas dan hukum, maka pertama harus mengukur
“sejauh mana aturan hukum itu ditaati atau tidak ditaati”. Pada umumnya faktor yang
optimal pelaksanaan peran, wewenang dan fungsi dari para penegak hukum, baik
didalam menjelaskan tugas yang dibebankan terhadap diri mereka maupun dalam
Efektif atau tidaknya suatu hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor, yaitu:8
7
Ahmad Ali, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan. Vol. 1 (Jakarta; Kencana, 2010).
375.
8
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2008). 8.
22
hukum.
diterapkan.
5. Faktor kebudayaan yakni, sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada
Kelima faktor diatas saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena merupakan
esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur daripada efektivitas
hukum tertulis tersebut dengan baik atau tidak adalah tergantung dari aturan hukum
itu sendiri.9
sistematis.
yang ada.
9
Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, (Bandung: Bina Cipta, 1983), 80.
23
Pada elemen kedua yang menentukan efektif atau tidaknya kinerja hukum
tertulis adalah aparat penegak hukum. Dalam hubungan ini dikehendaki adanya
aparatur yang handal sehingga aparat tersebut dapat melakukan tugasnya dengan
3. Teladan macam apa yang sebaiknya diberikan oleh petugas kepada masyarakat.
wewenangnya10.
Pada elemen ketiga, tersedianya fasilitas yang berwujud sarana dan prasarana
bagi aparat pelaksana di dalam melakukan tugasnya. Sarana yang dimaksud adalah
fasilitas yang digunakan sebagai alat untuk mencapai efektivitas hukum. Sehubungan
dengan hal itu dapat di prediksi patokan efektivitas elemen-elemen tertentu dari
10
Ibid., 82.
11
Ibid., 82.
24
2. Prasarana yang belum ada perlu diadakan dengan memperhitungkan angka waktu
pengadaannya.
baik.
3. Faktor penyebab masyarakat tidak mematuhi peraturan, baik petugas atau aparat
internalisasi faktor ini ada pada tiap individu yang menjadi elemen terkecil dari
komunitas sosial. Oleh karena itu pendekatan paling tepat dalam hubungan disiplin
ini adalam melalui motivasi yang ditanamkan secara individual. Dalam hal ini derajat
kepatuhan masyarakat menjadi salah satu parameter tentang efektif atau tidaknya
oleh berbagai penyebab, baik yang ditimbulkan oleh kondisi internal maupun
eksternal.12
Kondisi internal muncul karena ada dorongan tertentu baik yang bersifat
positif maupun negatif. Dorongan positif dapat muncul karena adanya rangsangan
yang positif yang menyebabkan seseorang tergerak untuk melakukan sesuatu yang
sifatnya positif. Sedangkan yang bersifat negatif muncul karena adanya perlakuan
yang tidak adil dan sebagainya. Sedangkan dorongan yang sifatnya eksternal karena
adanya semacam tekanan dari luar yang mengharuskan bersifat memaksa agar warga
masyarakat tunduk dan patuh kepada hukum. Pada takaran umum, keharusan warga
masyarakat untuk tunduk dan menaati hukum disebabkan karena adanya sanksi atau
punishment yang menimbulkan rasa takut atau tidak nyaman sehingga lebih memilih
relevan dengan teori yang dikemukakan oleh Romli Atmasasmita, yaitu faktor-faktor
yang menghambat efektivitas penegakan hukum tidak hanya terletak pada sikap
mental aparatur penegak hukum (hakim, jaksa, polisi dan penasehat hukum) akan
tetapi juga terletak pada faktor sosialisasi hukum yang sering diabaikan.13
Menurut Soerjono Soekanto efektif adalah taraf sejauh mana suatu kelompok
dapat mencapai tujuannya. Hukum dapat dikatakan efektif jika terdapat dampak
12
Ibid., 83.
13
Romli Atmasasmita, Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia & Penegakan Hukum,
(Bandung: Mandar Maju, 2001), 55.
26
hukum yang positif, pada saat itu hukum mencapai sasarannya dalam membimbing
tidak hanya dengan unsur paksaan eksternal namun juga dengan proses pengadilan.
Ancaman paksaan pun merupakan unsur yang mutlak ada agar suatu kaidah dapat
dikategorikan sebagai hukum, maka tentu saja unsur paksaan ini erat kaitannya
dengan efektif atau tidaknya suatu ketentuan aturan hukum. Jika suatu aturan hukum
tidak efektif, salah satu pertanyaan yang dapat muncul adalah apa yang terjadi
paksaannya kurang berat; mungkin juga karena ancaman paksaan itu tidak
Istilah Jurusita terdiri dari dua kata “Juru” dan “Sita”. Dalam Kamus Bahasa
Juru berarti orang yang pandai dalam suatu pekerjaan yang memerlukan latihan,
14
Soerjono Soekanto, Efektivitas Hukum dan Penerapan Sanksi, (Bandung: CV. Ramadja
Karya, 1988). 80.
15
Achmad Ali, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum (Jakarta; Yarsif Watampone,
1998). 186.
16
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa (Edisi
keempat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012), 482.
27
menahan barang menurut keputusan pengadilan oleh alat negara (polisi dan
sebagainya); pembeslahan.17
Dari kedua arti kata tersebut, secara sederhana dapat diambil pengertian
bahwa Jurusita adalah orang terlatih yang dianggap mempunyai kecakapan dan
kepadanya. Jurusita dan atau Jurusita Pengganti adalah Jurusita dan atau Jurusita
berdasarkan Surat Keputusan (SK), Jurusita di angkat dan di berhentikan oleh Ketua
Mahkamah Agung dengan diusulkan oleh Ketua Pengadilan Agama dan Jurusita
17
Ibid., 1078.
18
Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Agama, pasal 1 ayat (5).
19
Soebyakto, Tentang Kejurusitaan Dalam Praktek Peradilan Perdata, (Jakarta: Kencana) 1.
20
Soebekti dan Tjitro Sodikin, Kamus Hukum, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2002), Cet. 14, 64.
21
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Peradilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2000). Cet. III. 29.
22
Bahder Johan Nasution, Hukum Acara Peradilan Agama, (Bandung: Tarsito, 1992), 36.
28
ketua sidang atau pun ketua pengadilan maupun panitera sebagai atasan langsungnya,
⧫ ⧫
❑➔ ❑⧫◆
⧫❑▪ ❑➔◆
… ◆
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu....”23
Tafsir at-Thabari, sebuah kitab tafsir klasik yang ditulis oleh ulama besar Abu
Jafar Muhammad bin Jarir at-Thabari dan banyak dirujuk oleh para mufassir
berikutnya, menyebutkan bahwa para ahli ta’wil berbeda pandangan mengenai arti
ulil amri. Satu kelompok ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan ulil amri
adalah umara. Berkata sebagian ulama lain, masih dalam kitab tafsir yang sama,
bahwa ulil amri itu adalah ahlul ilmi wal fiqh (mereka yang memiliki ilmu dan
pengetahuan akan fiqh). Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa sahabat-
sahabat Rasulullah yang dimaksud dengan ulil amri. Sebagian lainnya berpendapat
Perbedaan pendapat tentang siapa yang dimaksud ulil amri dalam ayat di atas
juga disebutkan dalam kitab-kitab tafsir lainnya. Namun di antara seluruh pendapat
tersebut, mayoritas ulama menguatkan bahwa maksud ulil amri dalam ayat tersebut
23
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Surabaya: Lintas Media,2002), 114.
24
Abu Jafar Muhammad bin Jarir at-Thabari, Tafsir at-Thabari, juz 5, (Jakarta:Pustaka
Azzam, 2009), 147-149.
29
ialah para penguasa dan ulama yang memiliki otoritas dalam mengurus urusan kaum
muslimin, baik urusan dunia maupun agama mereka. Hal ini juga dapat di qiyaskan
dari para penguasa dan ulama dengan berpedoman kepada peraturan perundang-
Hadis riwayat Imam Ahmad dan semua pemilik kitab sunan, memaknai hadis
ini umum mencakup semua jenis amanat yang diharuskan bagi manusia
menyampaikannya.
berhak menerimanya atau wakilnya. Amanat artinya setiap yang dibebankan kepada
hambaNya menunaikan amanat yakni, secara sempurna, tidak dikurangi dan tidak
25
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Surabaya: Lintas Media,2002), 113.
30
memenuhi kewajibannya.
untuk :
1. Menjadi wali, pengampu dan pejabat yang berkaitan dengan perkara yang di
dalamnya ia berkepentingan.
2. Menjadi penasehat hukum.
26
UU No. 7 Tahun 1989, tentang Peradilan Agama, pasal 39 ayat (1). (Syarat beragama
Islam adalah ketentuan khusus bagi jurusita pengadilan agama, walaupun tugas dan fungsinya sama
dengan jurusita pada pengadilan negeri).
27
Muh Amin, Rencana Kerja Peningkatan Pelaksanaan Tugas Jurusita/Jurusita Pengganti
Dalam Rangka Penerpan Konsep Tentang Profesionalitas Jurusita/Jurusita Pengganti di Lingkungan
Peradilan Agama Semarang. (Semarang: Peradilan Agama Semarang, 2004), 5-6.
31
3. Jabatan yang tidak boleh dirangkap oleh Jurusita selain jabatan sebagaimana yang
dimaksudkan dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Mahkamah
Agung.28
Kata “diatur lebih lanjut oleh Mahkamah Agung” berarti Mahkamah Agung
a. Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi
diambil sumpah menurut agama Islam oleh ketua Pengadilan Agama sebelum
“Demi Allah swt, saya bersumpah bahwa saya untuk memperoleh jabatan saya ini,
langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau cara apapun juga,
tidaka memberikan atau menjanjikan barang sesuatu kepada siapapun juga”.
“Saya bersumpah bahwa saya, untuk melakukan atau tidak maka bukan sesuatu
dalam jabatan ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari
siapapun”.
28
Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Peradilan Agama Pasal 42, Lihat juga:
Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI, Kode Etik Panitera dan Jurusita, KMA Nomor 122 Tahun
2013, Pasal 6 ayat 5-6.
32
“Saya bersumpah bahwa saya akan setia kepada dan akan mempertahankan serta
mengamalkan serta mengamalkan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara,
Undang-Undang Dasar 1945 dan segala peraturan lain yang berlaku bagi negara
Republik Indonesia”.
“Saya bersumpah bahwa saya senantiasa akan menjalankan jabatan saya ini dengan
jujur, seksama, dan dengan tidak membeda-bedakan orang dan akan berlaku dalam
melaksanakan kewajibannya saya sebaik-sebaiknya dan seadil-adilnya seperti
layaknya Jurusita, Jurusita Pengganti yang berbudi baik dan jujur dalam menegakkan
hukum dan keadilan”.29
2. 1. Kedudukan Jurusita
Kehakiman dan Kebijaksanaan Mengadili, yakni pada bab VII dengan judul Jurusita.
Jurusita atau Deurwaarder adalah pejabat umum (pasal 193) yang diangkat untuk
(1), Jurusita diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Jenderal Badan Peradilan
Agama atas usul Ketua Pengadilan Agama. (2), Jurusita Pengganti diangkat dan
29
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 pasal 41.
30
Mahkamah Agung RI, Praktek Kejurusitaan Pengadilan, (Jakarta, 2004) 4.
31
Wildan Suyuti Musthofa, Pelaksanaan Tugas Kejurusitaan Pengadilan, (Jakarta:
Mahkamah Agung RI, 2002), 4.
33
pegawai negeri yang memang sengaja diangkat oleh pemerintah untuk melakukan
termasuk dalam kelompok tenaga fungsional, karena ia bertugas sesuai dengan fungsi
terpisahkan dari susunan Pengadilan Agama yang diatur dalam pasal 38 yang
menyatakan “Pada setiap Pengadilan Agama ditetapkan adanya Jurusita atau Jurusita
32
Ibid., 4-5.
34
agama.33
diatur berdasarkan pasal 103 UU No. 7 Tahun 1989 ayat (1) menjelaskan :
d. Membuat berita acara penyitaan yang salinan resminya diserahkan kepada pihak-
Pengganti diatur dengan pasal 122, 338 dan 390 HIR dan pasal 146-718 R.Bg serta
pada pasal 26-28 PP No. 9 Tahun 1975 juga pasal 138-140 Kompilasi Hukum
Islam.35
Agama harus menempatkan dirinya sebagai lembaga peradilan yang court of law.
Oleh karena itu, SDM-nya harus ditingkatkan kualitasnya, agar dapat melaksanakan
tugas-tugas yang diberikan kepadanya dengan baik dan benar. Dalam hal ini,
33
Departemen Agama RI, Badan Penyuluhan Hukum, Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, (1999/2000), 66.
34
Muhammad Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama, (Jakarta: PT. Gramedia Persada,
2002), 275.
35
Abdul Manan, Pemanggilan dan Pemberitahuan Putusan, Dalam Mimbar Hukum, VII. 28
September-Oktober 1996, 86.
35
terutama yang harus dilakukan ialah melaksanakan hukum acara dengan baik sesui
dengan ketentuan yang berlaku. Salah satu unsur yang harus dilakukan dalam
pelaksanaan hukum acara tersebut ialah memanggil para pihak untuk mengikuti
Kode etik merupakan suatu sistem norma, nilai serta aturan profesional secara
tertulis dan dengan tegas menyatakan yang baik dan juga benar, serta apa yang tidak
benar dan juga tidak baik bagi profesional. Atau secara singkat definisi dari kode etik
adalah suatu pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis di dalam melakukan suatu
kegiatan ataupun suatu pekerjaan. Kode etik juga merupakan suatu pola aturan atau
Pengertian lain dari kode etik ialah suatu aturan yang tertulis, secara
sistematik dengan sengaja di buat dengan berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada
serta ketika dibutuhkan bisa di fungsikan sebagai alat yang dapat digunakan
menghakimi berbagai macam dari tindakan yang pada umumnya dinilai menyimpang
36
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2016/09/pengertian-kode-etik-dan-tujuan-kode-etik-
lengkap.html di akses pada tanggal 18 Februari 2019.
36
masyarakat.37
Etika profesi atau kode etik profesi sangat berhubungan dengan bidang
Konsep etika tersebut harus disepakati bersama oleh pihak-pihak yang berada di
lingkup kerja tertentu, misalnya; dokter, jurnalistik dan pers, guru, engineering
(rekayasa), ilmuwan, dan profesi lainnya termasuk juga panitera dan jurusita.
Kode Etik Panitera dan Jurusita diatur dalam Keputusan Ketua Mahkamah
Agung, yaitu KMA No. 122 Tahun 2013, pasal-pasal mana adalah sebagai berikut:38
Pasal 1 (1) :
Yang dimaksud dengan kode etik Panitera dan Jurusita ialah aturan tertulis
yang wajib dipedomani oleh setiap Panitera dan Jurusita dalam melaksanakan tugas
peradilan.
Pasal 1 (2) :
Pasal 1 (3) :
Yang dimaksud dengan Jurusita ialah Jurusita dan Jurusita Pengganti yang
diangkat untuk melaksanakan tugas kejurusitaan pada Pengadilan tingkat pertama
dibawah Mahkamah Agung Rl yaitu Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama dan
Pengadilan Tata Usaha Negara.
37
Suhrawardi Lubis, Etika Profesi Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 1994), 6-7.
38
Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI, Kode Etik Panitera dan Jurusita, KMA Nomor
122 Tahun 2013.
37
Pasal 2 :
Kode etik Panitera dan Jurusita ini dibuat untuk menjaga kehormatan,
keluhuran martabat atau harga diri yang mulia sebagaimana layaknya seorang
Panitera dan Jurusita yang memberikan pelayanan prima dan adil kepada
masyarakat pencari keadilan tanpa membeda-bedakannya berdasarkan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Pasal 3 (1) :
Pasal 3 (3) :
Panitera dan Jurusita dalam melaksanakan tugasnya wajib bersikap sopan dan
santun serta tidak melakukan perbuatan tercela.
Pasal 3 (4) :
Panitera dan Jurusita dilarang memberikan kesan memihak kepada salah satu
pihak yang berperkara atau kuasanya termasuk Penuntut Umum dan saksi sehingga
seolah-olah berada dalam posisi istimewa.
Pasal 3 (6) :
Panitera dan Jurusita dilarang menjadi penasehat hukum baik langsung atau
tidak langsung kecuali diatur dalam Undang-Undang. (jo. Pasal 36 UU No. 49 Tahun
2009).
Pasal 5 (2) :
Pasal 5 (4) :
Pasal 6 (1) :
Pasal 6 (2) :
Pasal 6 (4) :
Pasal 7 (1) :
Pasal 7 (2) :
Panitera dan Jurusita wajib memiliki rasa setia kawan, tenggang rasa dan
saling menghargai antara sesama pejabat peradilan.
Pasal 7 (3) :
Pasal 9 (1) :
Pasal 9 (2) :
Panitera dan Jurusita wajib memiliki rasa tanggung jawab terhadap keluarga.
Pasal 10 (1) :
Kode Etik ini mengikat secara hukum kepada Panitera dan Jurusita di
lingkungan Mahkamah Agung Rl dan 4 (empat) lingkungan peradilan di bawahnya
dan pelanggaran terhadap kode etik ini dapat dijatuhi hukuman disiplin sesuai
ketentuan perundangan yang berlaku.
Pasal 10 (2) :
Pasal 13 :
Kode Etik ini dinyatakan sah dan mengikat kepada seluruh Panitera dan
Jurusita pada Mahkamah Agung Rl dan 4 (empat) lingkungan peradilan di bawahnya
terhitung mulai tanggal ditandatangani oleh Ketua Mahkamah Agung Republik
Indonesia.
Dari uraian diatas diperlukan kesadaran dan pemahaman yang baik dari para
jurusita untuk tetap berpedoman pada kode etik dalam pelaksanaan tugasnya serta
kedudukan yang telah diberikan oleh Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang
40
aparatur serta pelayanannya sehingga dapat melaksanakan dengan baik dan benar
Adapun yang harus dilakukan adalah melaksanakan hukum acara dengan baik
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Salah satu unsur yang harus dilakukan dalam
pelaksanaan hukum acara tersebut adalah memanggil para pihak untuk mengikuti
persidangan yang telah ditentukan oleh pengadilan agama. Sehubungan dengan ini
tugas jurusita sebagai pihak yang bertanggung jawab memanggil para pihak yang
berperkara untuk hadir dalam persidangan tidak dapat di pandang ringan, sebab kalau
salah dalam teknis memanggil para pihak berperkara tersebut akan membawa dampak
Tugas-tugas Jurusita Pengadilan Agama telah diatur dalam pasal 103 Undang-
Nomor 3 Tahun 2006 dan terakhir diubah dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun
2009 Tentang Peradilan Agama, yaitu melaksanakan semua perintah yang diberikan
tugas yang paling banyak dilakukan adalah tugas pemanggilan kepada pihak-pihak
39
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata, 135.
40
Undang-undang No. 50 Tahun 2009, Tentang Peradilan Agama, pasal 103.
41
berlaku.
(official) dan patut (properly) kepada pihak-pihak yang terlibat dalam suatu perkara
oleh Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al Mahalli dalam Minhaj al-Thalibin Juz IV
dikatakan bahwa :
Rasulullah saw yang tertuang dalam Kitab Ahkamul Qur’an Juz II halaman 405 yang
ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ْ َم ْن ُدع َى ا ََل َحك ٍم م ْن ُحك ِم اْلْ ُم ْسلم
45
ُب فَ ُه َو ظَاِلْ الَ َح َق لَه
ْ ْي فَلَ ْم ُُي
Terjemahnya:
“Barang siapa yang dipanggil oleh hakim Islam, sedangkan orang-orang
tersebut tidak memenuhi panggilan itu, maka dia dianggap zalim dan gugur
haknya”
Begitu pula dengan pemanggilan pemohon yang dilakukan oleh hakim, maka
pihak kuasa hukum harus dapat menghadirkan pihak pemohon secara in person.
Sebab barang siapa yang di panggil oleh hakim Islam, sedangkan orang-orang
tersebut tidak memenuhi panggilan itu, maka dia dianggap zalim dan gugur haknya
akan dipanggil sesuai dengan Penetapan Hari Sidang (PHS) yang sudah ditentukan
oleh Majelis Hakim yang menangani perkara tersebut. Gunanya kedua pihak
44
Ibid,. 123.
45
Ibid,. 124.
46
Ibid,. 124.
43
mereka yang bersengketa, sesuai dengan firman Allah swt. Q.S. Al Maidah (5):42
memeriksa surat panggilan sidang atau relaas yang sudah diserahkan oleh Jurusita
untuk dapat menentukan apakah relaas tersebut sah, resmi dan patut.
putusan dimuat dalam pasal 122, 388 dan pasal 390 HIR, pasal 146-718 R.Bg, serta
pasal 26-28 PP. No. 9 Tahun 1975, dan pasal 138-140 KHI. Dalam ketentuan
peraturan Undang-undang ini diatur teknis pemanggilan para pihak yang berperkara
sebagai berikut:
Ada dua asas yang harus diperhatikan dalam melakukan pemanggilan, agar
panggilan dikatakan sah menurut hukum, yaitu harus resmi dan patut. Panggilan
sasaran atau obyek pemanggilan tepat menurut tata cara yang telah ditentukan oleh
47
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Surabaya: Lintas Media,2002), 113.
44
kuasa hukumnya, biasanya di alamatkan kepada kantor di mana kuasa hukum tersebut
berpraktek.
pasal 390 HIR, 718 ayat(1) R.Bg, pasal 26 ayat (3) PP.No. 9 Tahun 1975, dan pasal
Mahkamah Agung memberikan petunjuk, bahwa ketua RT/RW tidak termasuk dalam
peraturan perundang-undangan ini, sebab ketua RT/RW itu bukan pejabat umum.
Oleh karena itu panggilan yang disampaikan lewat ketua RT/RW adalah tidak sah.
memenuhi tenggang waktu yang patut, yaitu tidak boleh kurang dari tiga hari
sebelum acara persidangan dimulai dan didalamnya tidak termasuk hari besar atau
hari libur.
dianggap perlu dihadirkan dalam persidangan Majelis Hakim, harus dilakukan oleh
48
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Peradilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2000), 63.
45
panggilan tersebut harus diketik rapi, tidak boleh ada double ketikan, atau
mempergunakan tip ex. Kalau ada kesalahan ketik, maka harus mempergunakan
renvoi, demikian pula kalau mempergunakan blanko yang sudah disediakan, maka
harus dicoret mana yang tidak perlu dengan mempergunakan renvoi terhadap coretan
itu.49
Hal ini sejalan dengan firman Allah swt. Q.S. Al Baqarah (2):282
ِ ِ َّ
بْ ُس ًّم ى فَا ْك تُ بُوهُ ۚ َولْيَ ْك ت َ ٰين آمَ نُوا إِذَ ا تَ َد ايَ نْ تُ ْم ب َد يْ ٍن إِ ََل
َ ُأَج ٍل م َ ََي أَيُّ َه ا ا ل ذ
ِ ِ ِ
بْ ُاَّللُ ۚ فَ لْ يَ ْك ت َّ ُب َك َم ا عَ لَّ َم ه َ ُب أَ ْن يَ ْك ت ٌ ب َك ات َ ْب ِِب لْ عَ ْد ل ۚ َوَال ََي ٌ بَ يْ نَ ُك ْم َك ات
س ِم نْ هُ َش يْ ئًا ۚ فَإِ ْن َك ا َن ِ َولْيُ ْم لِ ِل ا لَّذِ ي عَ لَيْ هِ ا ْْلَ ُّق َولْيَ ت
ْ خَ ْاَّللَ َربَّهُ َوَال يَ ب
َّ َّق
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُأَو َال يَ ْس تَط يعُ أَ ْن ُُي لَّ ُه َو فَ لْ يُ ْم ل ْل َول يُّه ْ أَو ضَ ع ي ًف ا ْ يه اً ا لَّذ ي عَ لَيْ ه ا ْْلَ ُّق َس ف
وَن َر ُج لَ ْْيِ فَ َر ُج ٌل َ يد يْنِ ِم ْن رِ َج الِكُ ْم ۖ فَإِ ْن َِلْ يَ ُك َ اس تَ ْش ِه ُد وا َش ِه ِ
ْ ِِب لْعَ ْد ل ۚ َو
ض لَّ إِ ْح َد ا ُُهَا فَ تُ َذكِ َر إِ ْح َد ا ُُهَاِ َََت ِن ِِمَّن تَ رضَ و َن ِم ن الشُّه َد اءِ أَ ْن ت َ َو ْام َرأ
َ َ ْ ْ ْ
ِ
ْ ُّه َد اءُ إِذَ ا مَ ا دُ عُ وا ۚ َوَال تَ ْس أَمُ وا أَ ْن تَ ْك تُ بُوهُ صَ غ يًا
أَو َ ب الش َ ْى ۚ َوَال ََي ٰ ُخ َر
ْ ْاْل
أَال تَ ْر ََت بُوا ۖ إِ َّال َّ َّٰه ادَ ةِ َوأ َْد ََن ِ َِّ ط عِ نْ َد ُ أَج لِهِ ۚ ذَٰ لِ ُك ْم أَقْ َس
َ اَّلل َوأَقْ َومُ ل لش َ َٰك بِيًا إِ ََل
َّ اح ِاض رةً تُدِ ِ
ۗ وه اَ ُأَال تَ ْك تُ ب ٌ َس عَ لَيْ ُك ْم ُج ن َ ي
ْ ل
َ َف م
ْ ك
ُ ن
َ ي
ْ َب اَ َن
َ وير
ُ َ ارةً َح َ َأَ ْن تَكُ و َن ِت
س و ٌق ِ ِ ِ ِ َّ َوأَ ْش ِه ُد وا إِذَ ا تَ ب اي ع تُم ۚ وَال ي ض
ُ ُب َوَال َش ه ي ٌد ۚ َوإ ْن تَ ْف عَ لُوا فَإ نَّهُ ف ٌ ار َك ات ُ َ ْ َْ َ َ
ِ ٍ ِ َّ اَّلل ۗ و ِ َّ بِ ُك ْم ۗ َواتَّ قُ وا
ٌاَّللُ ب ُك ِل َش ْي ء عَ ل يم َ ُ َّ ُاَّللَ ۖ َويُ عَ ل ُم ُك م
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah50 tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya, dan
49
Abdul Manan, Pemanggilan dan Pemberitahuan Putusan, Dalam Mimbar Hukum, VII. 28
September-Oktober, 1996), 90.
50
Bermuamalah ialah seperti berjual beli, hutang piutang, atau sewa menyewa dan
sebagainya.
46
Dalam ayat ini Allah swt memerintahkan kepada orang-orang yang beriman
jika melaksanakan transaksi hutang piutang atau mu’amalah pada umumnya, hendak
Ayat diatas jika diqiyaskan dengan tugas jurusita, hal ini menjelaskan betapa
pentingnya Jurusita untuk membuat catatan tertulis pada relaas panggilan, hal ini juga
sesuai dengan pasal 389 HIR yaitu meskipun pasal ini hanya diwajibkan para Jurusita
pada Pengadilan Negeri Jakarta, Semarang dan Surabaya saja. Untuk membuat tugas
51
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Surabaya: Lintas Media,2002), 59-
60.
47
Jurusita namun dalam praktek sejak dahulu Jurusita dari semua Pengadilan Negeri
dan Pengadilan Agama selalu membuat surat laporan atas pekejaannya itu. Malahan
dilingkungan Peradilan Agama selalu ditekankan, supaya surat-surat Jurusita itu ikut
ditandatangani oleh orang-orang yang bersangkutan. Tata kerja seperti ini adalah
penting untuk mendidik para Jurusita bekerja dengan serius sebab berdasarkan surat-
surat relaas itulah hakim dapat mengambil keputusan, misalnya verstek atau gugur.
rangkap dua. Lembar pertama (asli) dibuat oleh Jurusita/Jurusita Pengganti sebanyak
rangkap dua. Lembar pertama (asli) setelah di tandatangani oleh pihak yang di
panggil, para pihak itu menyerahkannya kepada ketua majelis untuk kepentingan
untuk tanda bukti bahwa yang bersangkutan telah dipanggil secara resmi dan patut.
Surat panggilan itu harus ditanda tangani oleh Jurusita yang bertugas memanggil para
pihak untuk hadir dalam sidang Majelis Hakim, dan surat panggilan itu harus dicap
52
Abdul Manan, Pemanggilan dan Pemberitahuan Putusan, Dalam Mimbar Hukum, VII. 28
September-Oktober, 1996), 90.
48
Jika pihak yang dipanggil tidak ditemui, maka dalam surat panggilan harus
sanggup untuk menyampaikan kepada pihak yang bersangkutan”. Satu lembar surat
panggilan itu ditanda tangani oleh Kepala Desa/Lurah dengan dibubuhi dengan cap
Desa/Kelurahan tersebut.
tidak sampai pada pihak yang bersangkutan, walaupun Lurah tersebut melakukan
kelalaian dalam menyampaikan relaas tersebut, tidak ada sanksi bagi Lurah,54 dan
Lurah yang bersangkutan tidak dapat dituntut secara pidana.55 Surat panggilan
tersebut sebagai bukti bahwa Jurusita telah memanggil para pihak dengan resmi dan
patut.
yang isinya memohon kepada Pengadilan Agama yang dituju untuk memanggil para
pihak (biasanya tergugat) karena saat ini berada di tempat dalam wilayah yurisdiksi
Surat permohonan pemanggilan itu juga harus berisi ketentuan pasti hari
mestinya.57
persidangan Pengadilan Agama di mana relaas panggilan belum diterima oleh Majelis
pelaksanaan pemanggilan ini dapat berjalan dengan lancar dan tertib, diharapkan
56
Abdul Manan, Pemanggilan dan Pemberitahuan Putusan, 91.
57
Ibid., 91.
50
kepada Panitera untuk mengontrol dengan serius pelaksanaan tugas Jurusita dalam
menangani permohonan pemanggilan dan Pengadilan Agama lain ini, dan hasilnya
mestinya.58
sedang disidangkan itu. Terhadap hal ini Mahkamah Agung RI dalam setiap Diklat
sebab apabila hal ini diabaikan maka akan merugikan pihak yang berperkara dan akan
kepada Pengadilan Agama yang dituju. Ini kalau sudah diketahui dengan pasti
58
Abdul Manan, Pemanggilan dan Pemberitahuan Putusan, 91.
59
Ibid., 92.
51
Besarnya biaya dapat diketahui dari relaas pemanggilan yang dikirim oleh
lebih dahulu oleh Pengadilan Agama yang melaksankan pemanggilan. Dengan cara
Jika para pihak yang berperkara berada di luar negeri, sebagaimana tersebut
dalam pasal 28 PP No. 9 Tahun 1975, dan pasal 140 KHI, maka panggilan dilakukan
Besar RI di Negara dimana pihak yang dipanggil bertempat tinggal dan disampaikan
jarak jauhnya Negara yang dituju, sehingga pihak yang dipanggil ada kesempatan
hari sidang dalam jangka waktu yang pendek, karena akan menyulitkan pihak-pihak
yang dipanggil dan majelis hakim itu sendiri dalam memeriksa perkara tersebut.
Jangka waktu yang ideal adalah minimal tiga bulan dan maksimal enam bulan. Dalam
masa tersebut dapat diusulkan surat selanjutnya, sebagai monitoring terhadap surat
permintaan sebelumnya.
60
Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003), 82.
52
Kementerian Luar Negeri tidak perlu dilampirkan surat panggilan yang lazimnya
dipakai oleh Pengadilan Agama, tetapi permohonan pemanggilan itu dibuat tersendiri
Meskipun surat panggilan (relaas) itu tidak kembali atau tidak dikembalikan
oleh Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri kepada
Panggilan gaib adalah panggilan yang ditujukan kepada pihak yang tidak
pengadilan. Dalam istilah fiqh, dikenal dengan istilah mafqud61 yaitu orang hilang
yang tidak diketahui apakah masih hidup yaitu bisa diharapkan kehadirannya ataukah
Dalam hal tempat kediaman orang yang dipanggil tidak diketahui atau tidak
mempunyai tempat kediaman yang jelas, atau tidak diketahui pasti tempat tinggalnya,
maka pemanggilan dapat dilaksanakan dengan melihat jenis dan perkaranya, yaitu :
PP No. 9 Tahun 1975 dan pasal 139 KHI. Pemanggilan dilaksanakan dengan cara
61
Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al- Islami Wa adillatuhu, (Damaskus : Dar al Fikr, 2006), 7187
53
mengumumkannya melalui satu atau beberapa surat kabar atau media massa lainnya,
sebagaimana yang ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Agama secara resmi sesuai
diatas harus dilasanakan sebanyak dua kali dengan tenggang waktu satu bulan antara
hukumnya tetap tidak hadir, maka gugatan itu diterima tanpa hadirnya Tergugat,
Berdasarkan pasal 390 ayat (3) HIR dan pasal 718 ayat (3) R.Bg, pemanggilan
perkara yang berkenaan dengan kewarisan dan kebendaan lainnya seperti harta
Pengadilan Agama dan juga pada papan pengumuman kantor Bupati atau Walikota.63
secara langsung kepada ahli warisnya.64 Jika ahli warisnya tidak diketahui tempat
62
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Peradilan Agama, 64.
63
Retno Wulan Sutantio dan Iskandar Seriphartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam Teori
dan Praktis, (Bandung: Mandar Maju, 1997), 96.
64
Ridwan Syahrani, Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Umum, (Jakarta:
Pustaka Kartini, 1998), 38.
54
sebagaimana tersebut dalam pasal 390 ayat (2) HIR dan pasal 718 ayat (2) R.Bg.
yang baik antara Pengadilan Agama dengan pemerintah daerah setempat sehingga
semua tugas Jurusita dapat berjalan dengan lancar dan tertib sesuai peraturan yang
berlaku.
Tahun 1975, radio merupakan media massa yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat. Bahkan, hingga saat ini, radio masih digunakan sebagai media utama
internet ketimbang menggunakan radio. Selain itu, jangkauan radio juga tidak seluas
televisi dan internet. Sehingga, bisa saja keberadaan pihak yang digugat tidak berada
dalam jangkauan radio yang melakukan panggilan gaib radio masih digunakan oleh
efektivitas panggilan gaib melalui radio perlu diperhitungkan mengingat perkara gaib
perceraian. Apabila pihak yang digugat tidak mendengarkan panggilan gaib melalui
radio atau membaca panggilan di papan pengumuman pengadilan agama maka pihak
yang digugat tidak mengetahui batas waktu pengajuan upaya hukum. Hal ini tentu
55
merugikan pihak yang digaibkan. Apalagi jika perkara tersebut adalah perkara cerai
yang berwenang memeriksa perkara tersebut, baik secara lisan maupun tertulis dan
Pengadilan Agama tersebut telah memberi izin kepada yang bersangkutan untuk
perantaraan Pengadilan Agama lain untuk sidang pertama dan perkara tersebut belum
ditentukan prodeo atau tidak dalam sidang insidentil, maka surat permohonan
pemanggilan yang dikirim ke Pengadilan Agama lain itu dilampirkan juga surat Surat
Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari kelurahan setempat. Di samping itu kepada
bahwa orang tersebut dalam keadaan miskin dan biaya panggilan adalah nihil.
secara prodeo dalam sidang insidentil, maka surat permohonan pemanggilan tersebut
yang disampaikan kepada Pengadilan Agama yang dituju supaya dilampirkan juga
65
PERMA No. 1 Tahun 2014, Tentang Pedoman Pemberian Layanan Hukum bagi
Masyarakat Tidak mampu di Pengadilan secara prodeo (cuma-cuma).
56
salinan putusan sela tentang izin berperkara secara prodeo. Pengadilan Agama yang
surat panggilan (relaas) segera dikirimkan kepada Pengadilan Agama yang memohon
dilaksanakan pemanggilan secara prodeo.66 Baik itu melalui email ataupun melalui
pengiriman melalui kantor pos karena relaas tersebut harus dimasukkan kedalam
Salah satu kemajuan di bidang teknologi informasi yang langsung dan hampir
dapat dinikmati oleh semua orang adalah kemunculan telepon seluler yang bisa
positif bagi jalannya praktek peradilan. Produk teknologi ini dapat dimanfaatkan oleh
Pemanggilan pihak yang selama ini dilakukan secara manual oleh Jurusita
seluler ini, disamping akan memudahkan dan mengurangi beban tugas Jurusita.
memberikan nomor telepon supaya gampang dihubungi dalam hal pemanggilan atau
pemberitahuan putusan.
66
Ibid.
57
dalam pasal 65 ayat (2) UU No. 2 Tahun 1986 dan pasal 103 ayat (2) UU No. 7
Pengadilan dan secara administrative bertanggung jawab kepada Panitera. Hal ini
KMA/055/SK/X/1996 yaitu:
maka pasal 198 R.O. menyebutkan bahwa tugas dan wewenang Jurusita/Jurusita
perkara yang sedang dalam proses, perlu pula mengadakan segala macam panggilan,
teguran dan pemberitahuan tentang kapan dimulainya perkara atau instraksi yang
67
Mahkamah Agung RI, Praktek Kejurusitaan Pengadilan, (Jakarta, 2004) 6.
58
bersangkutan dengan perkara perdata ataupun perkara pidana dan menjalankan semua
Dalam pasal 104 UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama serta pasal 66
Agung dan sampai saat sekarang pelaksanaannya belum ada, maka lebih tepat apabila
agama Islam kepada orang-orang Islam yang dilakukan di peradilan agama dan
pengadilan agama. Pengadilan Agama adalah salah satu lembaga peradilan pada
tingkat pertama, tepatnya adalah lembaga peradilan agama.69 Dalam literatur lain
68
Ibid., 7.
69
Erfaniah Zuhriah, Peradilan Agama Indonesia (Sejarah Pemikiran dan Realita), Malang:
UIN-Malang Press, 2009), 7.
59
disebutkan bahwa Peradilan Agama adalah sebutan resmi yang diperuntukkan salah
perkara”.71 Lebih khusus lagi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan
definisi atas pengadilan agama yaitu “badan peradilan khusus untuk orang yang
beragama Islam yang memeriksa dan memutus perkara perdata tertentu sesuai dengan
usianya, lebih tua dari Departemen Agama sendiri bahkan lebih tua usia negara kita,
ini. Peradilan ini muncul berbarengan dengan berdirinya kerajaan Samudera Pasai,
Jauh sebelum itu Peradilan Agama dikenal dengan sebutan Peradilan Islam.
Abu Bakar. Pada masa Khalifah Abu Bakar, keadaan peradilan relatif sama dengan
yang terdapat pada masa nabi. Hal ini terutama disebabkan Abu Bakar sibuk
70
Basiq Djalil, Peradilan Islam, (Jakarta: Amzah, 2012), 7.
71
Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), 2
72
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat bahasa (Edisi
keempat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012).
73
Afdol, Kewenangan Pengadilan Agama Berdasarkan UU No. 3 Tahun 2006 dan Legislasi
Hukum Islam di Indonesia (Surabaya: Airlangga University Press, 2006), 91.
60
disamping terdapatnya berbagai masalah politik dan pemerintahan. Faktor lain adalah
disebabkan daerah kekuasaan Islam masih sama sebagaimana pada masa nabi. Abu
Bakar menyerahkan urusan qadla' kepada Umar bin Khattab selama dua tahun,
namun selama itu tidak pernah terjadi sengketa yang perlu dihadapkan ke muka
pengadilan, karena Umar dikenal sebagai orang yang keras. Dan karena kaum
muslimin pada saat itu dikenal soleh dan toleran terhadap sesama muslim.74
masing-masing. Setelah hakim mengetahui mana pihak yang benar dan mana pihak
yang bersalah, maka langsung pada saat itu dijatuhkan putusan hukum, pemilik hak
dapat mengetahui haknya. Atau dalam bentuk yang seperti ini, yaitu seorang
mengirim seorang utusan untuk memanggil tergugat dan sekaligus menyampaikan isi
gugatan atasnya, di mana pada masa-masa permulaan itu belum ada Panitera atau
penulis yang mencatat semua yang terjadi, bahkan tidak ada catatan yang
74
Muhammad Salam Madkur, Peradilan Dalam Islam, (Surabaya, Bina Ilmu, 1988). 29.
75
Ibid., 66.
61
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, keadaan daerah kekuasaan Islam
Peradilan dan Pemerintahan). Dan Umar bin Khattab mengangkat Abu Darda' sebagai
Qadli di kota Madinah, Syuraih di Basrah, Abu Musa al Asy'ary di Kufah, dan
Para Hakim ditetapkan daerah yurisdiksinya dan diangkat oleh khalifah atau
diwakilkan kepada para gubernur di daerah. Kepada hakim yang di angkat secara
ini terjadi dari surat yang dikirim oleh Umar kepada Abu Musa al-'Asyari, (Qadli di
yang ternyata disambut dan di terima di kalangan Ulama' serta menghimpun pokok-
pokok hukum.
Kadhi Kaufah yang berisi petunjuk tentang peradilan yang kemudian dikenal
dengan Risalah al-Qadha dari Umar. Risalah al-Qadha ini berisi sepuluh butir
pedoman para hakim dalam melaksanakan peradilan. Dengan demikian, pada masa
ini lembaga peradilan telah merupakan badan khusus dibawah pengawasan penguasa.
Meskipun telah terjadi pemisahan antara lembaga "Eksekutif dan Yudikatif", pada
76
TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Peradilan dan Hukum Acara Islam, (Bandung: PT. Al Ma’arif,
1964). 16.
62
masa Khalifah Umar belum terdapat Panitera pengadilan dan registrasi keputusan
hakim. Akan tetapi, pada masa ini sudah dikenal praktek Yurisprudensi.77
Pada masa Khalifah Utsman bin Affan pertama kali mendirikan Gedung
Pengadilan, yang dimasa dua orang Khalifah sebelumnya, kegiatan ini dilakukan di
Masjid. Demikian juga dimasa Khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali telah
ditertibkan gaji bagi pejabat-pejabat peradilan dengan diambilkan dari Kas Baitul Mal
Demikian pula masa Khalifah Ali bin Abi Thalib mengangkat An Nakha'i
kepada Allah, dan agar hatinya diliputi rasa kasih sayang dan kecintaan terhadap
dijelaskannya tentang siasat pemerintahan. Pada periode ini, para Qadli mulai
Peradilan Agama, Peradilan Agama yang ada di Indonesia adalah beraneka nama dan
dalam Pasal 63 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
maka semua putusan Pengadilan Agama harus dikukuhkan oleh Peradilan Umum.
kedudukannya dari Peradilan Umum. Padahal secara yuridis formil dalam pasal 10
77
Ibid., 17.
63
Indonesia, yaitu:78
a. Peradilan Umum
b. Peradilan Agama
c. Peradilan Militer
terhadap ketentuan yang terdapat dalam staatblad 1882 Nomor 152 dan staadblad
1937 Nomor 116 dan 610 Tentang peraturan Pengadilan Agama di Jawa dan Madura,
staadblad 1937 Nomor 639 Tentang Peraturan Kerapatan Qadi dan Qadi Besar untuk
sebagian residensi Kalimantan Selatan dan Timur serta peraturan Pemerintah Nomor
Jawa dan Madura (Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 99) yang telah
78
Mukti Arto, Praktik Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005), 14.
79
Chatib Rasyid dan Syaifuddin, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktik pada
Peradilan Agama (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2009), 2.
64
reformasi sudah sejajar dengan badan peradilan lainnya di bawah Mahkamah Agung.
Hal ini terjadi ketika lahirnya Undang-Undang No 35 Tahun 1999 tentang perubahan
Kehakiman.80
politik, juga telah berhasil merespon tuntutan atas pembenahan hukum dan lembaga
peradilan. Pentingnya pembenahan hukum dan peradilan, mengingat pada masa Orde
Baru banyak terjadi penyimpangan yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan dan
aparatur hukum, sehingga akibatnya hukum tidak bisa tegak karena peradilannya
korup (judicial corruption). Karena itu, setengah gerakan reformasi berhasil, isu
sistem hukum sebagai subjek reformasi (varibel independent). Hal ini didasarkan
pada hipotesis bahwa, hukum sebagai sarana yang didayagunakan sebagai alat untuk
80
Jaenal Arifin, Peradilan Agama Dalam Bingkai Reformasi Hukum Di Indonesia, (Jakarta:
Kencana, 2008), 14.
81
Ibid., 292.
82
Ibid., 293.
65
bahwa badan-badan peradilan yang ada di Indonesia, secara teknis peradilan di bawah
kekuasaan dan pengawasan serta pembinaan oleh Mahkamah Agung dan secara
Peradilan Umum dan Peradilan Tata Usaha Negara berada di bawah Departemen
ini seluruh urusan peradilan (teknis peradilan, organisasi, administrasi dan finansial)
Agung. Dengan adanya ketentuan baru ini diharapkan hakim/lembaga peradilan dapat
melaksanakan tugasnya menegakkan hukum dan keadilan lebih mandiri, bebas dari
dan non yustisial lembaga peradilan, telah berada satu atap di bawah kekuasaan
83
Asasriwarmi, Peradilan Agama Di Indonesia, (Padang: Hayfa Press, 2008), 84.
84
Ibid., 84.
85
Ibid., 85.
66
kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan dan struktur organisasi pada semua badan
termasuk dari financial masing-masing instansi atau departemen, beralih satu atap di
undangan yang telah ada sebelumnya (pada masa orde baru) juga terdapat beberapa
adalah: (1) UU Nomor 35 tahun 1999 tentang Perubahan UU Nomor 14 Tahun 1970
kekuasaan kehakiman untuk menegakkan hukum dan keadilan bagi orang-orang yang
86
Jaenal Arifin, Peradilan Agama Dalam Bingkai Reformasi Hukum Di Indonesia, 296.
87
Asasriwarmi, Peradilan Agama Di Indonesia, 88.
67
beragama Islam. Secara yuridis formal, yuridis Peradilan Agama diatur Islam.
perkara; perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq dan sedekah. Akan
satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat perncari keadilan yang beragama Islam
kata “perkara tertentu” merupakan hasil perubahan terhadap kata “perkara perdata
Meskipun UU No. 3 Tahun 2006 merupakan perubahan atas UU No. 7 Tahun 1989.
Akan tetapi, status peraturan perundang-undangan yang lama tetap berlaku sepanjang
88
Ibid., 343.
89
Ibid., 343.
68
Hal ini seperti dinyatakan dalam salah satu pasalnya, yakni; “Pada ssaat
Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama masih tetap berlaku
Oleh karena itu dalam penjelasan Pasal 49 UU No. 3 Tahun 2006, dijelaskan
bahwa yang dimaksud dengan antara orang-orang yang beragama islam adalah
termasuk orang atau badan hukum yang dengan sendirinya menundukkan diri dengan
dengan “wewenang”, sehingga ketiga kata tersebut dianggap semakna. Bicara tentang
menyangkut dua hal, yaitu tentang “Kekuasaan Relatif” dan “Kekuasaan Absolut”,
90
Ibid., 343-344.
91
Undang-undang No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama, pasal 49.
92
Undang-undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Surabaya: Karina,
2004). 26.
69
Wewenang tersebut terdiri atas wewenang relatif dan wewenang absolut. Wewenang
Relatif Peradilan Agama pada Pasal 118 HIR, atau Pasal 142 R.Bg jo Pasal 66 dan
berdasarkan hukum Islam, wakaf, zakat, infaq, shadaqoh dan ekonomi syariah.93
tesebut.
a. Kompetensi Absolut
satu diantara lingkungan “Peradilan Khusus” sama halnya seperti Peradilan Militer
dan Peradilan Tata Usaha Negara, yakni melaksanakan fungsi kewenangan mengadili
93
M. Fauzan, Pokok Pokok Hukum Acara Peradilan Agama dan Mahkamah Syariah di
Indonesia (Jakarta: Kencana, 2007), 33.
94
Ibid, 34.
70
tertentu” dapat dilihat dalam Pasal 2 dan 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006
rakyat pencari keadilan yang beragama islam mengenai perkara tertentu yang diatur
dalam Undang-Undang ini”. Ketentuan yang terdapat dalam Pasal 2 di atas berbeda
dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989
adanya perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 ini, maka bunyi Pasal 2 itu
bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata
Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, Peradilan Agama telah diberi
kewenangan baru untuk mengadili perkara non perdata. Perubahan ini dipandang
sebagai upaya pemberian landasan yuridis bagi Perdilan Agama untuk memiliki
peradilan khusus yang disebut dengan nama Mahkamah Syariah untuk Tingkat
71
Pertama dan Mahkamah Syariah Provinsi untuk tingkat Banding sebagaimana diatur
1) Perkawinan
2) Kewarisan
3) Hibah
4) Wakaf
5) Zakat
6) Infaq
7) Shodaqoh
8) Ekonomi Syariah96
95
Abdurrahman, Kewenangan Peradilan Agama di Bidang Ekonomi Syariah : Tantangan
Masa Yang Akan Datang, Suara Uldilag, (3 maret 2008), 12.
96
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, pasal 49.
72
kepadanya.
berwenang untuk sekaligus memutus sengketa milik atau keperdataan lain yang
terkait dengan objek sengketa yang diatur dalam Pasal 49 apabila subjek sengketa
antara orang-orang yang beragama Islam. Hal ini menghindari upaya memperlambat
atau mengulur waktu penyelesaian sengketa karena alasan adanya sengketa milik atau
keperdataan lainnya tersebut sering dibuat oleh pihak yang merasa dirugikan dengan
Sedangkan oleh Pasal 52 ayat (1) dinyatakan, bahwa selain mempunyai tugas
daerah hukumnya apabila diminta. Begitu juga dengan kewenangan yang diberikan
oleh Pasal 52 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan
97
Mardani, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syariah, 54.
73
Agama yang menyebutkan, bahwa Pengadilan Agama dapat melaksanakan tugas dan
b. Kompetensi Relatif
jenis berdasarkan daerah atau wilayah hukum.99 Dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-
daerah hukumnya meliputi wilayah Pemerintah Kota atau Kabupaten.100 Akan tetapi
dalam penjelasan pasal 4 ayat (1) ini ada pengecualian, pengecualian ini dapat berupa
98
Ibid., 55.
99
Raihan Rosyid, Hukum Acara Peradilan Agama, 25.
100
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, pasal 4 ayat 1.
101
Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia, 218-219.
BAB III
METODE PENELITIAN
atau informasi yang sangat berguna untuk mengetahui sesuatu, memecahkan masalah
atau mengembangkan ilmu pengetahuan.1 Kegiatan inilah yang akan dilakukan oleh
peneliti untuk memperoleh data atau informasi dari jurusita Pengadilan Agama Palu
Kelas I A tentang tugas-tugas jurusita dan prakteknya dalam pelaksanaan tugas untuk
permasalahan atau tujuan penelitian, perlu suatu metode penelitian. Metode penelitian
yaitu tata cara bagaimana suatu penelitian dilakukan yang meliputi teknik penelitian
dan prosedur penelitian.2 Metode secara etimologi diartikan sebagai jalan atau cara
Penelitian atau riset merupakan aktivitas ilmiah yang sistematis, berarah dan
bertujuan. Maka data atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian harus
relevan dengan persoalan yang dihadapi. Artinya, data tersebut, berkaitan, mengena
dan tepat.4
1
Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2002), 10.
2
Ibid., 21.
3
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung: CV. Mandar Maju,
2008), 13.
4
Kartini Kartono dan Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: UII Press, tt.), 55.
74
75
Dengan ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa metode penelitian adalah
dalam penelitian, atau juga bisa dikatakan sebagai prosedur atau cara mengetahui
permasalahan dan tujuan penelitian, perlu suatu desain atau rencana menyeluruh
tentang urutan kerja penelitian dalam bentuk suatu rumusan operasional metode
ilmiah, rincian garis-garis besar keputusan sebagai suatu rumusan operasional metode
ilmiah. Rincian gari-garis besar keputusan suatu pilihan beserta dasar atau alas an-
alasan ilmiahnya. Sebagai suatu rancangan penelitian, bebrapa unsur yang hendak
dipaparkan adalah :
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan
berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas dan juga dilakukan pendekatan
S
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, (Bandung: CV. Mandar Maju,
2002), 25.
6
Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2008), 123.
7
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (UI, Jakarta:1986), 8.
76
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat
diamati.8
penelitian kualitatif adalah tradisi ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
berupa kata-kata, gambar atau dokumen lain dan bukan angka-angka, sehingga dalam
penelitian nanti uraian hasil penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk
tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial,
individu, kelompok, lembaga atau masyarakat.10 Desain penelitian studi kasus dipilih
oleh peneliti untuk memahami secara mendalam tentang tugas dan peran jurusita pada
8
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2013), 3.
9
Ibid., 4.
10
Dewi Sadiah, Metode Penelitian Dakwah Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, (Bandung:
PT. Remaja Rosad Karya, 2015), 20.
77
B. Lokasi Penelitian
lokasinya terletak di Jalan W.R. Supratman No. 10, Kelurahan Lere, Kecamatan Palu
agama Islam di Kota Palu yang menggunakan Kompilasi Hukum Islam sebagai
salah satu sumber hukum dalam memutus atau menetapkan suatu perkara.
permohonan dan gugatan dengan total jumlah 1177 (seribu seratus tujuh puluh
tujuh ) perkara dan pada tahun 2018 menerima perkara permohonan dan gugatan
C. Kehadiran Peneliti
instrumen kunci dalam penelitian atau dengan kata lain merupakan pengumpul data
utama. Oleh karena itu, pada waktu pengumpulan data di lapangan, peneliti berperan
penelitian ini. Peneliti akan mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam lokasi
surat izin penelitian dari Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu,
78
Sumber data dalam penelitian ini dikategorikan dalam dua bentuk yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer yaitu jenis data yang diperoleh lewat
dari hasil wawancara dari berbagai informan. Sedangkan data sekunder adalah data
dokumen-dokumen, dan lain-lain, seperti statistik yang telah tersedia sebagai sumber
data tambahan bagi keperluannya.12 Karena itu perlu adanya pemeriksaan ketelitian.13
Dalam penelitian ini, data-data yang dikategorikan pada data primer adalah:
1. Data yang diperoleh dari dokumentasi di Pengadilan Agama Palu Kelas I A berupa
2. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan hakim, panitera dan jurusita
serta pegawai lainnya di Pengadialan Agama Palu Kelas I A terkait tugas dan
3. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak pencari keadilan yang
11
S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara, 2004),
143.
12
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 116.
13
Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: PT. Hanindita Offset, 1986), 56.
79
4. Data yang diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan dengan mengamati proses
sidang dan mengamati pelaksanaan tugas jurusita di Pengadilan Agama Palu Kelas
I A.
Adapun yang termasuk data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku,
artikel pada jurnal, majalah, literatur yang berkaitan dengan tugas kejurusitaan. Data
ini diperoleh dari perpustakaan atau laporan-laporan terdahulu.14 Data sekunder yang
ini, seperti buku tentang Hukum Acara Perdata, Hukum Acara Peradilan Agama,
Mahkamah Agung serta buku-buku lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
atau menggali data.15 Metode Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis
yang diperoleh untuk memperoleh data yang diperlukan dan merupakan suatu hal
14
Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, 82.
15
Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, (Malang-UIN Malang Press,
2008). 232.
16
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008).
93.
80
1. Wawancara
muka langsung dengan responden untuk menanyakan perihal fakta-fakta yang ada
dan pendapat maupun persepsi diri responden dan bahkan saran-saran responden.17
tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka antara
wawancara, alat pencatat dan perekam suara serta waktu dan tempat untuk bertemu
diri peneliti, isi atau materi wawancara yang berasal dari studi keperpustakaan yang
Wawancara ini digunakan untuk mendapatkan data dari hakim, panitera dan
jurusita serta pegawai mengenai Tugas dan Peran Jurusita di Pengadilan Agama Palu
17
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Lembaga Penelitian,
Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, tt. 192.
18
M. Nazir, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003). 193.
81
wawancara pertanyaannya tidak hanya terfokus pada pedoman wawancara yang telah
peneliti siapkan, karena ada jawaban dari para informan yang membutuhkan
penjelasan lebih, sehingga menimbulkan pertanyaan lagi yang tidak tercatat dari
pedoman wawancara yang telah peneliti susun. Wawancara ini juga dilakukan secara
jawabannya.19
1) Drs. Khalis, MH, Ketua Pengadilan Agama Palu Kelas I A yang memberikan
jurusita.
merupakan atasan langsung dari para jurusita dan memberikan informasi tentang
3) Hj. Rahidah Said, S.Ag, Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Palu Kelas I
tiap tahun.
4) Hj. Agustina Pettanasse, SH., MH, Panitera Muda Gugatan Pengadilan Agama
5) Moh. Rizal, S.HI., MH, Panitera Muda Permohonan Pengadilan Agama Palu
19
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analis Data,(Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 51.
82
10) Nasruddin, ST., MM, Kepala Sub Bagian IT dan Pelaporan Pengadilan Agama
11) Syuaib, SH, Kepala Sub Bagian Kepegawaian Pengadilan Agama Palu Kelas I A
12) Direktur Radio Al Khairaat Palu yang memberikan informasi tentang penyiaran
perkara gaib.
83
2. Observasi
gejala yang diteliti dan dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.20
Observasi atau pengamatan yang dilakukan dalam penelitian harus berpokok pada
jalur tujuan penelitian yang dilakukan, serta dilakukan secara sistematis melalui
Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat secara langsung proses
3. Dokumentasi
berita acara pemanggilan (relaas) dan pemberitahuan kepada pihak berperkara serta
1. Reduksi Data
dan dirangkum dengan mencari hal-hal penting yang dapat mengungkap tema
20
Dewi Sadiah, Metode Penelitian Dakwah, 87.
21
Suratman, Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, 135.
22
Dewi Sadiah, Metode Penelitian Dakwah, 91.
23
Ibid., 93.
84
permasalahan. Dalam hal ini, setelah peneliti mengumpulkan data yang dibutuhkan
melalui teknik-teknik pengumpulan data, peneliti akan mereduksi data yang didapat,
sehingga hasil penelitian hanya pada kisaran tugas jurusita dalam penyelesaian
perkara.
2. Display (kategorisasi)
dan aspek permasalahan yang diteliti. Dalam hal ini, peneliti akan menggunkan
display data untuk mengategorikan hasil penelitian dari wawancara, observasi dan
dokumentasi kedalam beberapa hal, yaitu tugas dan peran jurusita, hambatan/kendala
yang dihadapi oleh jurusita dan kategori lainnya akan berkembang dalam penelitian.
Langkah yang terakhir adalah menyimpulkan dan verifikasi dengan data-data baru
dasarkan pada sejumlah kriteria. Ada empat kriteria keabsahan data yang biasa
dan dihubungkan. Pada tahap ini yang peneliti lakukan yakni, setelah data melewati
24
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 173.
85
tahapan klasifikasi data isinya di sesuaikan dengan informasi dengan cara memeriksa
validitas dan kredibilitas data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dengan:
yang lain, diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu.25 Triangulasi yang digunakan dalam wawancara dan pengamatan
2. Pengecekan anggota (member check) merupakan suatu tahap uji kritis terhadap
data sementara yang diperoleh dari subjek penelitian sesuai dengan data yang
25
Ibid., 178.
26
Dewi Sadiah, Metode Penelitian Dakwah, 99.
BAB IV
Jalan WR. Supratman No. 10, Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu,
mengadili dan menyelesaikan perkara yang berkaitan dengan hukum keluarga dan
ekonomi Islam.
1965. Namun saat pertama kali terbentuk, Pengadilan Agama Palu belum bisa
menerima perkara, hal ini terjadi karena ketua Pengadilan Agama Palu yaitu bapak
KH.Mahfud Godal belum dilantik dan diambil sumpah, pegawai belum lengkap,
pedoman kerja belum ada, mesin ketik dan anggaran biaya rutin belum tersedia.
Jumlah pegawai pada awal pembentukan Pengadilan Agama Palu berjumlah tiga
orang terdiri dari satu orang ketua (KH.Mahfud Godal), satu orang prakit TU/Panitera
muda (Abd. Mubin Latopada), satu orang tata usaha (Alimin Muchtar).1
Raya Lolu Palu, gedung ini berdiri atas kerjasama ketua Pengadilan Agama Palu
bapak KH. Mahfud Godal dengan Pemda Tingkat I Provinsi Sulawesi Tengah.
1
Pengadilan Agama Palu, “Sejarah Pengadilan Agama Palu”. Official Website Pengadilan
Agama Palu.http://pa-palu.go.id//link/20160728045745864341895579990c9c029b.html (diakses pada
tanggal 9 Februari 2019).
86
87
Kekuasaan Kehakiman.
dan Madura.
Barat.
Saat ini kewenangan Pengadilan Agama Palu terdiri atas kewenangan absolut
berhubungan dengan jenis perkara atau jenis pengadilan atau tingkatan pengadilan,
dalam perbedaannya dengan jenis perkara atau jenis pengadilan atau tingkatan
pengadilan lainnya.2 Atau diartikan sebagai atribusi kekuasaan berbagai jenis badan
perkara yang diajukan kepadanya.3 Adapun kekuasaan relatif Pengadilan Agama Palu
berada dalam wilayah yuridiksinya yaitu seluruh kecamatan dan kelurahan yang
berada di Kota Palu, dengan jumlah 8 Kecamatan dan 46 Kelurahan sebagai berikut:4
2
Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama (Jakarta: PT. RAjaGrafindo Persada,
2010), 27.
3
M. Nasir, Hukum Acara Perdata (Jakarta: Djambatan, 2003), 30.
4
Pengadilan Agama Palu.
88
Tabel I
Wilayah Yurisdiksi Pengadilan Agama Palu Kelas I A
Agama, Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam
sebagai berikut:
f. Obligasi Syari’ah
g. Sekuritas Syari’ah
h. Pembiayaan Syari’ah
i. Pegadaian Syari’ah
j. Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syari’ah
k. Bisnis Syari’ah
Sejak berdiri tahun 1965, Pengadilan Agama Palu telah dipimpin oleh 11
Tabel II
Daftar Pimpinan Pengadilan Agama Palu dari masa ke masa
Saat ini, Pengadilan Agama Palu Kelas I A dipimpin oleh Drs. Khalis, MH
Pengganti serta staf dalam jabatan fungsional dan struktural yang berjumlah 58 orang
5
Pengadilan Agama Palu, “Sejarah Pengadilan Agama Palu”.
6
Ibid.
91
Tabel III
Rekapitulasi Jabatan Pada Pengadilan Agama Palu Kelas I A
Jenis Kelamin
No. Nama Jabatan Jumlah Ket
L P
1. Ketua 1 - 1
2. Wakil Ketua 1 - 1
3. Hakim 12 3 15
4. Panitera 1 - 1
5. Sekretaris 1 - 1
6. Panitera Muda 1 2 3
7. Kepala Sub Bagian 2 1 3
8. Panitera Pengganti 1 11 12
9. Jurusita 3 - 3
10. Jurusita Pengganti 4 6 10
11. Staf 3 5 8
12. Honorer 6 1 7
Sumber : Official Website Pengadilan Agama Palu
yang diberikan jabatan tambahan untuk memimpin lembaga tersebut dengan dibantu
oleh wakil ketua. Sedangkan hakim-hakim di Pengadilan Agama Palu memiliki garis
Panitera dan Sekretaris memiliki garis tanggung jawab kepada Ketua dan Wakil
pelaksanaan tugas Panitera Muda hukum, Panitera Muda Gugatan dan Panitera Muda
berkoordinasi dengan Ketua dan Wakil Ketua Pengadilan Agama. Struktur tersebut
Keterangan:
= Garis koordinasi
= Garis tanggung jawab
KETUA
WAKIL KETUA
MAJELIS HAKIM
PANITERA SEKRETARIS
7
Pengadilan Agama Palu, Laporan Tahunan Tahun 2018, (31 Desember 2018), 7.
93
Tabel IV
Komposisi Pegawai Pengadilan Agama Palu Kelas I A Tahun 2018
No Jabatan Jumlah
1 Ketua 1 Orang
2 Wakil Ketua 1 Orang
3 Hakim 20 Orang
4 Panitera 1 Orang
5 Sekretaris 1 Orang
6 Panitera Muda 3 Orang
7 Kasubag 3 Orang
8 Panitera Pengganti 12 Orang
9 Jurusita 3 Orang
10 Jurusita Pengganti 9 Orang
Jumlah 54 Orang
Sumber : Official Website Pengadilan Agama Palu
2 . Tugas Pokok :
Pengadilan Agama Palu Kelas I A mempunyai tugas membantu Ketua
Mahkamah Agung, yang bertugas di Kota Palu dalam menjalankan tugas
peradilan dan administrasi umum lainnya.
8
Pengadilan Agama Palu, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2018), 3-8.
94
3. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab, Pengadilan Agama Palu Kelas I
A menyelenggarakan fungsi :
a. Pengurusan Kegiatan Pelayanan Administrasi Perkara serta Pelaksanaan
Koordinasi dan Sinkronisasi yang berkaitan dengan persidangan perkara.
b. Pengurusan Daftar Perkara, Administrasi Perkara, dan Administrasi Keuangan
Perkara, administrasi persidangan, administrasi umum dan pelayanan publik
c. Pengurusan Statistik Perkara, Dokumentasi Perkara, Laporan Perkara.
d. Melaksanakan Pengawasan dan pembinaan.
e. Dan lain-lain berdasarkan Peraturan Perundang-undangan.
f. Pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Negara yang menjadi tanggungjawab.
g. Penyampaian Laporan Hasil Evaluasi, Saran dan Pertimbangan dibidang
Tupoksinya kepada Mahkamah Agung RI.
Selain dari tugas pokok diatas, Pengadilan Agama Palu melaksanakan
fungsinya sebagai berikut:9
a. Fungsi Peradilan
Pengadilan Agama Palu Kelas I A sebagai pelaksana tugas untuk menerima,
memeriksa, mengadili dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya
yang masuk dalam kompetensi/kewenangannya.
b. Fungsi Administrasi.
Pengadilan Agama Palu Kelas I A sebagai pelaksana administrasi dalam rumah
tangganya baik menyangkut administrasi perkara maupun administrasi umum.
c. Fungsi Nasehat dan Pembinaan.
Pengadilan Agama Palu Kelas I A berfungsi atau berwenang untuk memberikan
nasehat dan pertimbangan mengenai hukum kepada seorang dan atau instansi
9
Ibid., 4.
95
Palu Kelas I A
Nomor 50 tahun 2009 tentang peradilan agama. Dengan demikian Pengadilan Agama
dapat melaksanakan dengan baik dan benar tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
Sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S. An Nisa’ (4): 59 yang berbunyi :
⧫ ⧫
❑➔ ❑⧫◆
⧫❑▪ ❑➔◆
… ◆
Terjemahnya:
96
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu....”10
Adapun yang harus dilakukan adalah melaksanakan hukum acara dengan baik
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Salah satu unsur yang harus dilakukan dalam
pelaksanaan hukum acara tersebut adalah memanggil para pihak untuk mengikuti
persidangan yang telah ditentukan oleh pengadilan agama. Sehubungan dengan ini
tugas jurusita sebagai pihak yang bertanggung jawab memanggil para pihak yang
berperkara untuk hadir dalam persidangan tidak dapat di pandang ringan, sebab kalau
salah dalam teknis memanggil para pihak berperkara tersebut akan membawa dampak
yang penulis teliti adalah hanya memfokuskan pada bagian tugas pemanggilan pihak-
pihak berperkara di Pengadilan Agama Palu Kelas I A, yang dapat diuraikan sebagai
berikut :
kepada pihak-pihak yang terlibat dalam suatu perkara di pengadilan, agar memenuhi
Pemanggilan dalam wilayah yurisdiksi dilakukan dalam wilayah atau daerah tempat
10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Surabaya: Lintas Media,2002), 152.
11
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata, 135.
12
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata. Cet. VII (Jakarta:Sinar Grafika, 2008), 213.
97
macam kasus yaitu hakim yang diangkat oleh penguasa dengan ditentukan macam
perkara yang boleh ditangani, baik ketentuan itu pada waktu diangkat atau
syahsiyyah), perdata, dagang, pidana dan lain sebagainya, maka ia tidak dibenarkan
mengadili perkara yang lain. Demikian juga tidak dibenarkan mengadili perkara di
tidak dibenarkan melaksanakan tugas di luar wilayah yurisdiksinya, atau dengan kata
lain jurusita hanya bertugas dalam wilayah yurisdiksi pengadilan di mana ia bekerja.
Oleh karena pengadilan itu fardhu kifayah, gunanya untuk menolak kezaliman
bagi manusia, dan siapa yang tidak mau, maka pemerintah memaksa orang tersebut.14
Jurusita dalam tugasnya untuk menghadirkan kedua belah pihak adalah sangat
13
Ibid. 73.
14
Kompilasi Hukum Acara Islam. 64.
15
Bukhari al Imam, Sahih Al Bukhari bi Hashiyyat Al Imam Al Sindiy, (Lebanon: Dar al
Kutub al Ilmiyyah, 2008), IV: 105.
98
Dalam hadis tersebut Rasulullah saw dengan jelas mengatakan “fa aqdiy lahu
‘ala nahwi ma asma’u (kemudian saya memutuskan menurut apa yang saya dengar),
hakim memutuskan suatu perkara sesuai dengan apa yang di lihat, di dengar dan
pembuktian yang kuat dari para pihak yang bersengketa, maka dari itulah pentingnya
Bagi Peradilan Islam, prinsip semua hadir itu dapat dipahami dari hadis
Rasulullah saw :
ضىِ ك رجلَ ِن فَالَ تَ ْق ِ قَل ِِل رسو ُل الّلِ صلهى الّل علَي ِه وسلَّم اِزا ت ق: عن علِى قَل
ُ َ َ ضى الَْيَ َ َ َ َ َ ْ َ َُ ْ َ ْ َ َ َ ُ ْ ه َ ه
ِ َت ق
ًاضيا ِ َ َ ق,ضى ِ ض ِري َكيف تَ ْق َ لِْلالََّوِل َح ََّّت تَ ْس َم َع َكلَ َم اْالَ َخَر فَ َس ْو
ْ َ فَ َم َازل,ال َعل ْى َ ْ ْ ْ َف ت
17
.بَ ْع َد
Terjemahnya :
“Hadis dari Ali r.a. Ali berkata : Rasulullah saw. telah berkata kepadaku,
apabila datang dua orang yang berperkara kepada engkau, janganlah engkau
putuskan untuk seseorang sebelum mendengar yang lainnya, boleh jadi
engkau nanti akan mengetahui bagaimana cara memberikan putusan. Ali
berkata: maka aku selalu memutuskan perkara seperti itu”.
16
Fatchur Rahman, Kumpulan hadis-hadis tentang Peradilan Agama, cet. ke-1 (Jakarta:
Bulan Bintang, 1977). 165.
17
Abi Isa Muhammad, Sunan at-Turmuzi, cet ke-3 (Beirut: Dar al Fikr, t.t), II: 332.
99
Karena pihak-pihak kemungkinan ada yang tidak hadir dengan berbagai sebab
dan keadaannya atau bahkan mungkin ada yang membangkang, maka demi kepastian
hukum, cara-cara panggilan sidang diatur konkrit sehingga jika terjadi penyimpangan
ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُب فَ ُه َو ظَاِلْ الَ َح َق لَه َ ْ َم ْن ُدع َى ا َِل َحك ٍم م ْن ُح هك ِم اْلْ ُم ْسلم
ْ ْي فَلَ ْم ُُي
Terjemahnya :
“Atau barang siapa yang di panggil oleh hakim Islam, sedangkan orang-orang
tersebut tidak memenuhi panggilan itu, maka dia dianggap zalim dan gugur
haknya”.20
Dalam perkembangan hukum acara pada zaman sekarang ini tentunya sangat
serta pemanggilan pihak berperkara yang sudah diatur oleh administrasi badan
peradilan.
Sedangkan dalam hukum acara perdata sebagaimana dijelaskan pasal 388 HIR
pengertian panggilan meliputi makna dan cakupan yang lebih luas, yaitu :21
18
Roihan Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, 102.
19
Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al Mahalli, 312.
20
Departemen Agama, Kompilasi Hukum Acara Islam, Direktur Pembinaan Badan Peradilan
Agama Islam, Jakarta, 1994/1995. 124.
100
2) Panggilan menghadiri sidang lanjutan kepada pihak-pihak atau kepada salah satu
pihak, apabila pada sidang pertama tidak hadir baik tanpa alasan yang sah atau
3) Panggilan terhadap saksi yang diperlukan atas permintaasn salah satu pihak
berdasarkan pasal 139 HIR (dalam hal mereka tidak dapat menghadirkan saksi
4) Panggilan dalam arti luas, meliputi juga tindakan hukum pemberitahuan antara
lain :
termohon kasasi.
pemberitahuan, segala syarat dan tata cara yang ditentukan undang-undang mengenai
registrasi, penetapan majelis hakim tentang hari sidang, tahap selanjutnya adalah
pemanggilan para pihak untuk hadir di depan persidangan pengadilan pada hari dan
21
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian dan Putusan Pengadilan. (Jakarta:Sinar Grafika, 2005), 213.
22
Ibid., 214.
101
jam yang ditentukan. Terdapat berbagai permasalahan dan tindakan hukum yang
panitera atau jurusita untuk memanggil para pihak supaya hadir di persidangan pada
melakukan pemanggilan, merujuk kepada ketentuan pasal 388 jo. Pasal 390 HIR dan
pasal 1 Rv :
dimilikinya
b) Jika orang yang hendak di panggil berada diluar yurisdiksi relative yang
23
Ibid., 219.
24
Ibid.
102
tidak berwenang.
memeriksa apakah yang bersangkutan itu cukup cakap, jujur dan bertanggung jawab
untuk melakukan tugasnya. Jurusita yang tidak jujur dan bertanggung jawab dapat
membawa malapetaka besar dan mendatangkan banyak kerugian pada para pencari
keadilan. Karena relaas panggilan oleh hakim dapat dijadikan dasar untuk memutus
3) Bentuk Panggilan
Berdasarkan pasal 390 ayat (1) HIR dan pasal 2 ayat (3) Rv, panggilan
a) Surat tertulis;
b) Lazim disebut surat panggilan atau relaas panggilan maupun berita acara
pemanggilan.
keabsahannya. Oleh karena itu panggilan dalam bentuk lisan tidak sah
menurut hukum.
25
R. Subekti, Hukum Acara Perdata, (Bandung:Binacipta, 1989), 40.
103
merupakan hal yang penting. Hal ini dikarenakan dengan hadirnya para pihak
perkara. Relaas panggilan dibuat berdasarkan alamat yang tertera pada surat gugatan.
Oleh sebab itu, alamat yang tertera dalam surat tersebut harus jelas.
jangkauan yang diatur dalam pasal 2 ayat (3) Rv sebagai pedoman. Pasal ini
membenarkan bentuk tertulis, meliputi telegram dan surat tercatat. Bagaimana halnya
bentuk panggilan elektronik melalui radio, televisi, atau komputer melalui internet?.
Dari segi pendekatan hukum yang sempit (strict law) dan formalistic legal thinking,
Bahkan khusus mengenai bentuk panggilan melalui media cetak atau media
massa, telah dibenarkan pasal 27 Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 yaitu :26
26
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, 220.
104
perkara perceraian, ketentuan ini dapat diterapkan secara analogis dalam perkara
Mengenai hal ini diatur dalam pasal 121 ayat (1) HIR dan pasal 1 Rv yang
surat
Selain itu, agar panggilan memenuhi syarat formil, pasal 121 ayat (2) HIR dan
388 dan 390 HIR dan pasal 146, pasal 718 R.Bg serta pasal 26-28 Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan pasal 138, dan pasal 140 Kompilasi Hukum
27
Ibid., 221.
105
Panggilan kepada para pihak ini disampaikan melalui surat panggilan atau
dikenal juga dengan sebutan relaas, yang merupakan akta autentik karena
a. Setelah hakim ketua menerima berkas perkara dari ketua pengadilan agama,
kemudian hakim atau ketua majelis dengan bermusyawarah dengan hakim anggota
menetapkan hari dan tanggal serta jam perkara akan disidangkan dan
memerintahkan agar para pihak dipanggil untuk hadir sesuai hari, tanggal dan jam
yang ditentukan.
b. Penetapan dan perintah tersebut dituangkan dalam Penetapan Hari Sidang (PHS)
yang ditandatangani oleh ketua majelis, dalam hal ini hakim harus
mempertimbangkan:
3) Asas kepatuhan memanggil yaitu tidak kurang dari 3 hari kerja dari sidang .
28
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama. Cet. III;
(Jakarta: Kecana, 2005), 136.
29
Ibid., 137.
30
Solman Abidin, wawancara tanggal 20 Februari 2019.
106
tergugat/termohon.
tertulis.
bukti lainnya.
tergugat/termohon.
3) Pemberitahuan para pihak yang bersangkutan boleh membawa saksi dan bukti
yang diperlukan.
yang dipanggil menandatangani relaas tersebut dan bila tidak bertemu, relaas
disampaikan kepada lurah serta berita acara harus dibubuhi cap dinas, bila yang
bersangkutan atau lurah tidak mau menandatangani atau tidak mau memberikan
cap dinas, maka hal ini dicatat oleh jurusita/jurusita pengganti kemudian
surat panggilan.
107
g. Apabila pemanggilan lewat lurah, maka aparat lurah wajib menyampaikan relaas
tersebut.
i. Apabila yang dipanggil tidak diketahui, tidak jelas atau tidak memiliki tempat
PP No.9 / 1975
2) Perkara yang lain, maka mengikuti pasal 390 HIR atau pasal 718 R.Bg. lewat
dunia, maka panggilan disampaikan kepada ahli warisnya, bila ahli waris tidak
perceraian yang bersangkutan telah meninggal, maka hal itu dicatat, sebagai
j. Apabila yang dipanggil menunjuk kuasa hukum maka relaas disampaikan kepada
kuasa hukummnya.
l. Apabila yang dipanggil berada di luar yuridiksi pengadilan agama lain, maka
Dari hasil wawancara dengan Solman Abidin salah seorang Jurusita senior
perkara tersebut diatur dalam pasal 26 PP Nomor 9 Tahun 1975 jo. pasal 390 HIR,
718 R.Bg dan 138 KHI. Secara prinsip panggilan harus memenuhi unsur resmi dan
patut disampaikan kepada yang bersangkutan secara pribadi. Hal ini bertujuan agar
penyampaian pesan atau informasi kepada seseorang agar dia tahu tentang segala
sesuatu hal yang hendak dilakukan oleh pihak lawan maupun suatu tindakan yang
Pemanggilan tersebut memiliki tata cara tersendiri sesuai dengan aturan yang
selular, baik itu melalui telepon, sms maupun melalui WhatsApp. Sebagaimana yang
31
Solman Abidin, wawancara tanggal 20 Februari 2019.
32
Retno Wulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata dalam Teori
dan Praktek, 96.
109
lakukan jurusita pada Pengadilan Agama Palu Kelas I A tidak bertentangan dengan
aturan yang berlaku, hanya saja dalam prakteknya jurusita melihat dari segi efektif
Karena pada prinsipnya hakim tidak melihat bagaimana cara atau praktek yang di
lakukan oleh jurusita dalam memanggil para pihak, tetapi hakim merujuk pada
formalnya relaas panggilan sesuai apa yang tertera dalam berita acara pemanggilan,
telah sesuai dengan asas sah resmi dan patut. Kecuali ada pihak yang keberatan
kesalahan tersebut, maka dari itu hakim dapat menunda sidang atau memutuskan
Persoalan gaib biasa juga disebut mafqud. Menurut bahasa kata mafqud dalam
bahasa Arab secara harfiah bermakna menghilang. Kata mafqud merupakan bentuk
33
Abdul Khair, wawancara tanggal 21 Februari 2019.
110
isim maf’ul dari kata faqida yafqadu yang artinya hilang.34 Jadi, kata mafqud secara
35
الذي ال يدري حياته وال موته
Terjemahnya :
“Yaitu orang yang tidak diketahui hidup dan matinya”.
36
املفقود هو الذي غاب عن أهله وفقدوه حَّت إنقطع خربه
Terjemahnya :
“mafqud ialah orang yang hilang dari keluarganya dan mereka merasa
kehilangan orang tersebut hingga terputus kabar mengenai orang yang hilang
tersebut”.
37
املفقود هو الغاعب الذي ِل يدر أحي هو فيتوقع قدومه أم ميت أودع القرب
Terjemahnya :
“mafqud ialah orang hilang yang tidak diketahui apakah masih hidup yaitu
bisa diharapkan kehadirannya ataukah sudah mati berada dalam kubur”.
34
Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
(Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997). 321.
35
Ibnu Humam Al Hanafi, Fathul Qadir, Juz 6. (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.t.th), 133.
36
Abu Bakar bin Hasan Al-Kasynawi, Ashal Al-Madarik, Juz I, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-
Ilmiyah, t.th). 407.
37
Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu, Juz 9. (Damaskus: Dar Al-Fikr, 2006).
7187.
111
istishab, sampai ada dalil yang menunjukkan hukum lain. Mereka berdasar pada
hadits :
Selain berdasar pada hadis ini mereka juga menguatkan pendapat mereka
dengan berhujjah menggunakan pendapat Ali yang diriwayatkan dari Abdur Raziq,
katanya telah dikabarkan kepada kami oleh Muhammad bin Abdullah Al Azrami dari
Al Hakam bin Uyainah dari Ali r.a., ia berkata mengenai isteri yang hilang :
Pendapat ini juga dikuatkan dengan riwayat yang mengatakan bahwa Ibnu
Mas’ud juga sependapat dengan pendapat Ali tersebut. Selain mereka, pendapat ini
juga dianut oleh Ibnu Abi Syaibah dari Qalabah, Jabir bin Yazid, As Syu’bi dsan An
Nakha’i.40
38
Ibnu Hajar Al Asqalani, Bulughul Maram, (Semarang: Thoha Putra, t.th, 2000). 237.
39
Ibnu Humam Al Hanafi, Fathul Qadir, Juz 6, (Beirut : Dar Al- Kutub Al- Ilmiyah, 1995).
137.
40
Ibid. 137.
112
Dari beberapa definisi diatas, dapat dipahami bahwa mafqud yaitu hilangnya
seseorang dari suatu tempat, tidak diketahui kabar dan keberadaannya secara pasti,
serta tidak diketahui apakah dirinya masih hidup atau sudah meninggal dunia.
a) surat gugatan sendiri menyatakan dengan tegas pada identitas tergugat, bahwa
b) atau pada identitas tergugat, surat gugatan menyebutkan dengan jelas tempat
Panggilan gaib adalah panggilan yang ditujukan kepada pihak yang tidak
berarti perkara langsung diputus tanpa memanggil pihak yang menjadi tergugat
ataupun termohon. Akan tetapi para pihak yang bersangkutan tetap dipanggil,
mengingat bahwa semua orang punya kedudukan yang sama di depan hukum untuk
Disamping itu, juga untuk mengantisipasi jika terjadi pemalsuan alamat atau
sengaja menggaibkan pihak lawan. Dengan tetap adanya panggilan terhadap pihak
41
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, 223.
42
Ibid., 224.
113
yang gaib ini, diharapkan pihak yang bersangkutan mengetahui dan bisa hadir di
gaib berbeda dengan panggilan sidang sebagaimana biasanya. Setelah dilalui tahap
majelis, tahap selanjutnya adalah pemanggilan pihak berperkara untuk hadir di depan
Dalam hal ini, untuk panggilan gaib relaas panggilannya tidak disampaikan
secara langsung kepada pihak yang bersangkutan, karena pihaknya tidak diketahui
yaitu melalui Radio Alkhairaat (RAL) Palu. Panggilan pihak tergugat dilakukan
dengan berpedoman pada pasal 27 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 dan Pasal
melalui satu atau beberapa surat kabar atau media massa lainnya sebagaimana yang
ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Agama secara resmi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.44
dilaksanakan sebanyak dua kali dengan tenggang waktu satu bulan antara panggilan
pertama dan kedua. Tenggang waktu antara panggilan terakhir dengan persidangan di
43
Ibid., 219.
44
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata, 141.
114
tersebut dan tergugat atau kuasa hukumnya tetap tidak hadir, maka gugatan ini
diterima tanpa hadirnya tergugat, kecuali apabila gugatan itu tanpa hak atau tidak
beralasan.45
pihak radio untuk disiarkan. Adapun waktu disiarkan tergantung dari pihak radio
Jika jarak pengumuman pemanggilan pertama dan kedua sudah jelas diatur
dalam Pasal 27 PP No. 9 Tahun 1975, maka untuk waktu pengumumannya adalah
menjadi kewenangan Pengadilan Agama masing-masing dan pihak dari media massa
yang menjalin kerjasama dengan pengadilan tersebut. Dalam hal ini, Pengadilan
Agama Palu Kelas I A bekerjasama dengan Radio Alkhairaat Palu (RAL), adapun
waktu disiarkannya panggilan tersebut adalah tergantung dari pihak radio. Akan
yang kemudian ditandatangani oleh pihak radio dan jurusita yang bertugas membawa
45
Ibid., 142.
46
Mujiyono, wawancara tanggal 20 Februari 2019.
115
autentik. Dalam pasal 165 HIR dan pasal 285 R.Bg serta pasal 1868 BW disebutkan
bahwa akta autentik adalah suatu akta yang dibuat dihadapan pegawai umum dalam
Panggilan. Dengan demikian apa yang termuat dalam relaas panggilan harus
juga berbeda. Seperti yang disampaikan oleh Abdul Khair berikut ini :
“Bahwa panggilan gaib ini memang berbeda dengan panggilan lainnya, kalau
panggilan biasa surat panggilan dilengkapi dengan surat gugatan, kalau
panggilan gaib ini hanya relaas panggilan saja yang dibawa ke pihak radio,
kan dalam relaas panggilan telah dicantumkan agar yang bersangkutan jika
hadir atau mengetahui adanya panggilan sidang dipersilahkan ke kepaniteraan
pengadilan agama untuk mengambil surat gugatannya, atau mengirimkan
wakilnya atau kuasanya dan surat gugatan itu dia bisa jawab lisan atau tertulis
dan di ajukan pada waktu sidang yang telah ditentukan”.48
dengan pemanggilan para pihak yang diketahui alamatnya dengan jelas. Ketika dalam
pemanggilan biasa atau pihak diketahui alamatnya, relaas panggilan disertai surat
47
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata, 136.
48
Abdul Khair, wawancara tanggal 21 Februari 2019.
116
gugatan, sebagaimana yang diatur dalam pasal 121 ayat (1) HIR dan pasal 1 Rv yang
Selain itu, agar panggilan memenuhi syarat formil, pasal 121 ayat (2) HIR dan
Akan tetapi dalam panggilan gaib, hanya relaas panggilan saja yang dibawa
ke pihak radio, tanpa disertai surat gugatan sebagaimana panggilan biasa pada
umumnya.
Adapun ketika pihak yang digaibkan tersebut hadir di persidangan, maka ada
dua kemungkinan yang terjadi disini, pertama yaitu datang sebelum tanggal
bertepatan dengan waktu sidang. Kalau pihak tersebut hadir sebelum hari sidang,
maka akan dijelaskan mengenai perkaranya dan apabila ia meminta surat gugatannya
49
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, 221.
50
Ibid, 221.
117
Pengadilan Agama sebelum hari sidang yang telah ditentukan dan memberikan
keterangan tempat tinggalnya saat ini, maka cara yang ditempuh adalah sebagai
berikut :51
pada umumnya. Begitu pula ketika ia hadir pada hari persidangan dilaksanakan, maka
diperiksa terlebih dahulu oleh majelis hakim. Pertama sekali diperiksa adalah
identitas tergugat dengan menunjukkan KTP nya, jika benar ia adalah pihak yang
Adapun alasan dipilihnya radio sebagai salah satu dari media massa yang
digunakan oleh Pengadilan Agama Palu Kelas I A untuk menyiarkan panggilan gaib
“Iya jadi kalau ada panggilan gaib ini kan di umumkan melalui media massa,
karena dalam PP No. 9 memrintahkan untuk dilakukan pemanggilan melalui
media massa. Dan kebetulan media massa yang kita pilih adalah media massa
RAL (Radio Alkhairaat Palu), dan sudah MOU juga. RAL juga sudah
menjangkau seluruh wilayah Sulawesi Tengah, radio kita pilih karena
51
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata, 143.
118
massa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Bahkan, hingga saat ini, radio
masih digunakan sebagai media utama penyampaian panggilan. Hal ini karena radio
hal ini bukan tanpa alasan. Pemerintah dan para ulama sewaktu merumuskan aturan
ini (PP No. 9 Tahun 1975) telah mempertimbangkan berbagai hal dan adanya unsur
kehati-hatian dalam menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan pihak yang
terdengar oleh Tergugat yang saat itu sedang berada di tengah lautan luas, atau
perceraian. Apabila pihak yang digugat tidak mendengarkan panggilan gaib melalui
52
Drs. Khalis, MH, wawancara tanggal 21 Februari 2019.
53
Ibid.
119
radio atau membaca panggilan di papan pengumuman pengadilan agama maka pihak
yang digugat tidak mengetahui batas waktu pengajuan upaya hukum. Hal ini tentu
merugikan pihak yang digaibkan. Apalagi jika perkara tersebut adalah perkara cerai
Palu Kelas I A yang bekerja sama dengan Radio Alkhairaat Palu, panggilan
sebanyak dua kali dalam satu hari, yakni pukul 08.30 Wita dan 17.15 Wita.
Kemudian dalam jangka waktu satu bulan dilaksanakan panggilan tahap kedua.54
Sehingga wajar bila banyak orang yang tidak mendengar panggilan tersebut. Oleh
sebab itu, panggilan gaib melalui website dapat dijadikan salah satu upaya dalam
perkara tersebut sidang sampai satu bulan di mana sidang tersebut berjalan.55
54
Solman Abidin, wawancara tanggal 18 Februari 2019.
55
Ibid..
120
perubahan. Apabila kita menengok masa lalu, pada saat lahirnya peraturan itu, alat
komunikasi yang ada umumnya hanya radio dan surat kabar. Bahkan, surat kabar
masih sangat jarang dan yang mempunyai televisi ataupun alat komunikasi lain.
Bahkan, listrik dan telpon belum masuk ke desa. Sehingga aturan tersebut sangat
berkembang dan digunakan. Bahkan, hampir tiap orang memiliki handphone, tiap
rumah sudah memiliki televisi bahkan sudah banyak yang memiliki internet dan
seterusnya. Internet merupakan salah satu media yang saat ini digunakan hampir oleh
semua orang. Oleh sebab itu, panggilan sudah seharusnya juga dilakukan melalui
media ini.
Asas sederhana, cepat dan biaya ringan merupakan asas utama dalam
dibatasi hanya 5 (lima) bulan. Hal ini telah sesuai dengan Surat Edaran Mahkamah
56
Solman Abidin, wawancara tanggal 18 Februari 2019.
121
Agung Nomor 2 Tahun 2014 yaitu penyelesaian perkara pada Pengadilan Tingkat
Bila merujuk dalam laporan tahunan Pengadilan Agama Palu Kelas I A Tahun
2018, sebanyak 49 perkara dari 835 perkara yang putus adalah perkara gaib. Bila
dibandingkan dengan perkara biasa, maka perkara gaib akan memakan waktu
penyelesaian yang cukup lama. Apalagi jika ternyata tergugat atau termohon
Radio dipilih sebagai panggilan media massa dalam perkara gaib karena pada
zaman dahulu, biayanya paling murah dan paling cocok, jika dibandingkan dengan
media massa yang lainnya. Namun, saat ini peradaban sudah berubah, sehingga perlu
dikaji lagi mengenai sampai atau tidaknya panggilan melalui radio itu. Oleh sebab
itu, penulis menyarankan, agar panggilan dan jadwal sidang perkara gaib itu ditempel
perkara itu BHT (Berkekuatan Hukum Tetap). Hal ini tentu berbeda dengan
Panggilan melalui website ini menurut penulis sama sekali tidak bertentangan
dengan kaidah yang ada dalam hukum acara. Terlebih karena panggilan ini
hanya bersifat sebagai tambahan. Setelah dipanggil melalui radio, kemudian dapat
dilakukan pemanggilan di website. Dalam pasal 27 PP No. 9 Tahun 1975 dan Pasal
57
SEMA No. 2 Tahun 2014 Tentang Penyelesaian Perkara di Tingkat Pertama dan Tingkat
Banding Pada 4 (Empat) Lingkungan Peradilan.
58
Rahida Said, wawancara tanggal 20 Februari 2019.
122
beberapa surat kabar atau media massa lainnya sebagaimana yang ditetapkan oleh
Ketua Pengadilan Agama secara resmi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Internet
merupakan media massa yang dapat diakses dan dijangkau masyarakat luas, oleh
sebab itu unsur “Media massa lainnya” dalam hal ini telah terpenuhi.
Adapun dalam panggilan gaib yang dimasukkan dalam website, baik untuk
memuat nama pihak yang dipanggil, nomor perkara dan tanggal sidang sebagaimana
yang biasa diumumkan melalui media massa lain. Mengenai panggilan tersebut juga
radio dan pihak yang dipanggil tersebut dapat mengambil salinan surat gugatan di
secara tertulis yang ditandatangani olehnya sendiri atau kuasanya yang sah dan
pemerintah daerah agar website pemerintah daerah menampilkan juga panggilan gaib
tersebut. Hal ini akan menambah jangkauan panggilan gaib terhadap pihak yang
digugat dan kemungkinan untuk diketahui oleh pihak yang digugat akan lebih besar
hadir, melainkan dari tercapainya target tersebut. Bahwa ketidakhadiran pihak yang
59
Jaenal Aripin, Jejak Langkah Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2013), 266.
123
digugat bukan hanya karena ia tidak mendengar panggilan tersebut, melainkan juga
karena yang bersangkutan mendengar panggilan tersebut namun berniat tidak hadir.
Bisa juga dari segi waktu pengumumannya yang hanya diumumkan sebanyak dua
kali dan jaraknya terpaut satu bulan. Adapun jika diumumkan lebih dari dua kali akan
Dewasa ini, dinamika pasca reformasi, kian mendorong pemerintah agar lebih
kepada seluruh masyarakatnya, tanpa kecuali. Tuntutan ini juga kian mengkristal
dalam bentuk ”jaminan” atas akses informasi publik. Pada dasarnya, informasi,
selalu dan mampu memberikan kontribusi penting bagi pengembangan sosial dan
demokrasi. Jika masyarakat kita telah lebih baik dalam ber-informasi, memberi dan
keputusan atau mungkin juga undang-undang yang menyangkut hajat hidup orang
banyak.61
60
Ibid, 78.
61
Pengadilan Agama Palu, Laporan Tahunan 2018, 42.
124
sebagaimana bunyi pasal 2 bagian pertama dalam keputusan ini, bahwa Setiap
meningkatkan kualitas pelayanan publik yang didukung dengan sarana dan prasana
berikut:63
Agama Palu Kelas I A, ada yang sifatnya local host dan online berbasis web sebagai
berikut :
62
Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI No. 1-144/KMA/SK/I/2011 pasal 2.
63
Nasruddin, Kasubag Perencanaan, IT dan Pelaporan, wawancara tanggal 20 Februari 2019.
125
Tabel V
Aplikasi yang digunakan Pengadilan Agama Palu Kelas I A
Penulis hanya meneliti pada aplikasi yang bersentuhan langsung dengan tupoksi
jurusita yaitu pemanggilan melalui e-Court. Aplikasi e-Court ini sangat relevan
dengan kondisi geografis Indonesia yang sangat luas dan sulit dijangkau dalam waktu
yang singkat guna memberikan pelayanan pengadilan yang cepat, sederhana dan
teknologi untuk kemaslahatan umat manusia itu sendiri, hal ini sesuai dengan Q.S.
Ayat tersebut berisi anjuran bagi siapapun yang bekerja di bidang ilmu
jauhnya sampai-sampai menembus (melintas) penjuru langit dan bumi. Namun al-
Qur’an memberi peringatan agar manusia bersifat realistis, sebab betapapun baiknya
dihadapi. Kelengkapan itu adalah apa yang dimaksud dalam ayat itu dengan istilah
sulthan, yang menurut salah satu pendapat berarti kekuasaan, kekuatan yakni ilmu
64
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Surabaya: Lintas Media,2002), 775.
127
pengetahuan dan teknologi. Tanpa penguasaan dibidang ilmu dan teknologi jangan
pesat, bahkan seluruh lini kehidupan saat ini telah menggunakan media teknologi
sebagai sebagai sarana informasi dalam setiap aspek kehidupan berbangsa, bernegara
dan bermasyarakat, tak terkecuali dunia peradilan moderen saat ini yaitu Mahkamah
Court merupakan sebuah sistem yang terpusat, artinya aplikasi tersebut berada di
Aplikasi e-Court adalah aplikasi yang terintegrasi dengan SIPP yang digunakan
65
Moh. Rizal, wawancara pada tanggal 21 Februari 2019.
128
Adapun Perma No. 3 Tahun 2018 pada Bab IV yang mengatur pasal-pasal
Pasal 11 :
Pasal 12 (1) :
Pasal 12 (2) :
Pasal 13 (1) :
Pasal 13 (2) :
Pasal 14 (1) :
Dalam hal panggilan persidangan dilakukan kepada pihak yang berdomisili di luar
wilayah hukum Pengadilan, panggilan kepadanya dapat dikirim secara elektronik dan
66
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara Di
Pengadilan Secara Elektronik.
129
Pasal 14 (2) :
Pasal 14 (3) :
Pasal 15 :
Panggilan yang disampaikan secara elektronik merupakan panggilan yang sah dan
patut, sepanjang panggilan tersebut terkirim ke Domisili Elektronik dalam tenggang
waktu yang ditentukan undang-undang.
pihak secara online atau panggilan elektronik yang bertujuan agar proses pelayanan
administrasi perkara di pengadilan yang lebih efektif dan efisien sesuai asas
sederhana, cepat dan biaya ringan. Panggilan e-Summons dapat dikirim ke Domisili
Elektronik tanpa harus bertemu secara tatap muka dengan para pihak sehingga
menghemat waktu dan biaya. Selain itu, e-Summons juga dapat mencegah pungutan
liar dan korupsi karena intensitas para pencari keadilan untuk bertemu aparat
67
Moh. Rizal, wawancara tanggal 21 Februari 2019.
130
baik lagi.68
oleh aplikasi e-Court setelah data persidangan dari Sistem Informasi Penelusuran
inovasi layanan perkara milik Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang didalamnya
melalui Virtual Account (VA). Inovasi ini mencontoh dari Commonwealth Courts
informasi ini, isu-isu yang timbul dalam penyampaian relaas secara langsung dapat
panggilan tanpa memakan banyak waktu. Biaya panjar perkara pun dapat ditekan
meningkat.
68
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara Di
Pengadilan Secara Elektronik.
69
Jaenal Aripin, Jejak Langkah Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2013), 266.
131
alamat surat elektronik (e-mail) dan/atau nomor telepon seluler yang telah
Summons pada saat memberikan e-mail yang tervalidasi. Berbeda halnya dengan
terlebih dahulu. Selanjutnya, pada hari pertama sidang, Hakim akan menawarkan
Kemudian Tergugat diminta untuk mengubah nama pengguna dan kata kunci pada
Hanya saja, masalahnya, Tergugat dalam perkara gaib belum tentu datang pada
hanya satu pihak, yakni pada Penggugat. Panggilan terhadap Tergugat yang gaib
dalam e-Summons tetap dilakukan melalui surat kabar atau media massa dilakukan
sebanyak 2 (dua) kali panggilan dengan jarak waktu antara panggilan pertama dan
kedua selama 1 (satu) bulan dan tenggang waktu antar panggilan terakhir dengan
70
Moh. Rizal, wawancara tanggal 21 Februari 2019.
132
Terkait dengan pelaksanaan e-Summons, sejauh ini baru terdapat 5 pasal dalam
secara Elektronik yang mengatur masalah E-Summons yakni pasal 11-15. Kelima
yang lebih efektif dan efisien secara elektronik. Apalagi jika panggilan yang
dimaksud adalah panggilan gaib, dimana alamat pihak yang digugat belum diketahui.
sebagaimana ketentuan yang ada dalam panggilan perkara biasa. Artinya, dalam
summons). Hal ini dikarenakan dalam panggilan gaib, Tergugat tidak hadir dan
Courtperkara gaib, yang membedakannya dengan perkara biasa adalah pada tahapan
dalam hal para pihak ada bertempat tinggal di wilayah yang berbeda. Hal ini
rupiah. Khusus untuk e-summons, sesuai Perma No. 3 Tahun 2018, prosedur ini
hanya bisa ditempuh apabila para pihak menyetujui untuk dilakukan panggilan secara
133
elektronik, untuk mengantisipasi kesenjangan yang mungkin terjadi dalam masa awal
yaitu implementasi litigasi elektronik, mengingat Pasal 5 Perma No. 3 Tahun 2018
telah mencantumkan juga jenis dokumen yang bisa dikirim secara elektronik
Kelas I A dalam pemanggilan para pihak melalui e-Courta dalah sebagai berikut :72
para pihak yang tidak hadir pada saat pengucapan putusan secara elektronik.
elektronik.
biasa.
71
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara Di
Pengadilan Secara Elektronik.
72
Kamaruddin, wawancara tanggal 21 Februari 2019.
134
elektronik.
6. Pada hari sidang pertama, pengguna terdaftar harus menyerahkan surat-surat asli
berupa surat kuasa, surat gugatan dan surat persetujuan prinsipal untuk beracara
secara elektronik.
7. Pada hari sidang pertama, hakim menawarkan kepada Tergugat untuk beracara
secara elektronik.
kepada para pihak melalui aplikasi e-Court dengan tahapan sebagai berikut:
a) Melakukan Login pada Aplikasi e-Courtsesuai dengan nama pengguna dan kata
c) Mengunggah relaas panggilan yang telah di isi berita acara pemanggilan serta
a) melakukan Login pada Aplikasi e-Court sesuai dengan nama pengguna dan kata
b) meneliti kehadiran para pihak pada saat pembacaan Putusan/Penetapan dan amar
hukum tempat pihak tersebut berdomisili. Pengadilan yang menerima tembusan surat
Apabila di lihat dari aturan pemanggilan secara e-Court dengan praktek yang
dilakukan oleh jurusita pada Pengadilan Agama Palu Kelas I A, menurut analisa
Penulis telah sesuai dengan regulasi yang ada. Yaitu panggilan dan pemberitahuan
putusan atau penetapan yang disampaikan secara elektronik pada hari dan jam kerja
136
merupakan panggilan atau pemberitahuan yang sah dan patut, sepanjang panggilan
yang dilaksanakan oleh jurusita pada Pengadilan Agama Palu Kelas I A telah berjalan
secara efektif karena cara pemanggilan para pihak telah menggunakan aplikasi e-
Court dan hal ini telah sesuai dengan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun
tugasnya membantu Panitera. Sebagaimana tersebut dalam pasal 26 ayat (2) UU No.
Panitera Pengadilan Agama dibantu oleh beberapa orang panitera muda, beberapa
Kemudian secara lebih spesifik, jurusita memiliki tugas-tugas yang lebih rinci,
karena jurusita pada pelaksanaan tugasnya lebih menitikberatkan pada bidang teknis,
1) bertanggung jawab atas sah dan patut tugas kejurusitaan sesuai dengan
73
Mardani, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama & Mahkamah syari’ah, 126.
74
Ibid., 126-127.
137
dan horizontal.
4) bertanggung jawab terhadap misi dan visi serta integritas citra pengadilan yang
5) meneliti instrument dan PHS yang diterima terutama hari dan tanggal sidang
pihak yang berhak atau yang berwenang sehingga klasifikasi surat menjadi sah.
11) berusaha menyampaikan surat kejurusitaan pada saat waktu dan tempat yang
13) menyerahkan salinan resmi berita acara penyitaan kepada pihak yang
berkepentingan.
138
14) menyerahkan surat-surat yang telah menjadi akta autentik kepada pihak yang
berkepentingan.
situasi di lapangan.
tugas.75
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan Solman Abidin, jurusita
“selain tugas yang telah disebutkan oleh aturan yang berlaku, jurusita sangat
berperan penting dalam proses persidangan, bahkan tugas jurusita bukan hanya
bertugas di lapangan tetapi juga bertugas menjaga sidang pada hari-hari tertentu
sesuai jadwal jaga sidang yang telah ditetapkan oleh pimpinan. Mengapa
jurusita diberikan tugas menjaga sidang? ya pertama, petugas jaga sidang atau
pihak keamanan tidak ada, kedua, karena yang memanggil pihak-pihak yang
berperkara pada hari itu adalah jurusita yang bertugas jaga sidang pada hari itu,
tentu ini sangat membantu majelis hakim, karena jurusita yang lebih
mengetahui situasi di lapangan, makanya sebelum sidang dimulai, jurusita
menyampaikan informasi kepada majelis hakim tentang watak dan tingkah laku
pihak yang berperkara seperti pihak tergugat pada saat di panggil oleh jurusita
di kediamannya marah-marah atau emosi, atau pihak tergugat mengancam
pihak pengadilan jika nantinya dia hadir di persidangan, ketiga jurusita juga
bertugas sebagai juru sumpah jika persidangan dalam tahap pembuktian atau
pemeriksaan saksi-saksi”.76
kepada Panitera. Perluasan pengertian dalam Pasal 103 jo. Pasal 10, 13, 16
75
Jaih Mubarok, Peradilan Agama di Indonesia (Jakarta: Pustaka Bani Quraisy, 2004), 59.
76
Solman Abidin, wawancara pada tanggal 20 Februari 2019.
139
perintah yang di berikan oleh ketua sidang, tentu ini tidak terkecuali perintah ketua
pengadilan dan perintah panitera. Maka berbagai tugas tambahan yang diberikan
kepada jurusita harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, sebagaimana yang
Jadi jika melihat dari beberapa uraian diatas menurut analisa penulis, bahwa
Jurusita pada Pengadilan Agama Palu Kelas I A sangat berperan penting sebagai
bagian dari pelaksana tugas pengadilan dalam memeriksa dan mengadili perkara
perdata. Jurusita berperan di dalam dan di luar persidangan, mulai dari awal proses
penerimaan perkara hingga putusan. Bahkan selain dari tugas pokoknya juga
pihak berperkara di Pengadilan Agama Palu Kelas I A harus sesuai dengan peraturan
sesuai undang-undang tetapi banyak hambatan dan kendala yang menghambat tugas
77
Mujiyono, wawancara pada tanggal 20 Februari 2019.
140
meneliti dan sebagainya) apa saja yang telah ia ciptakan, baik ayat-ayat-Nya yang
tersurat yaitu Alquran dan yang tersirat yaitu alam semesta. Kemudian pada ayat 4-5
78
Solman Abidin, wawancara pra penelitian, tanggal 14 Januari 2019.
79
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid 10 (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka
Indonesia, 2012). 719.
141
alat tulis itu, manusia bisa menuliskan temuannya sehingga dapat dibaca oleh orang
lain dan generasi berikutnya. Dengan dibaca oleh orang lain, maka ilmu itu dapat
dikembangkan.80
Dari wawancara penulis dengan salah satu jurusita, bahwa ketika jurusita dari
pengadilan agama datang kepada pihak yang dipanggil dengan membawa surat
panggilan untuk menghadiri sidang, karena yang bersangkutan telah digugat oleh
petugas pengadilan tersebut telah membantu atau berpihak pada isterinya yang
Hal yang sama dikatakan oleh Abdul Khair, pihak yang dipanggil untuk
menghadiri sidang dalam hal ini suami sebagai tergugat sering salah paham dengan
jurusita yang bertugas mengantarkan relaas panggilan, bahkan pihak yang dipanggil
ini tidak jarang memaki-maki dan menantang berkelahi.82 Dan ada juga pihak yang
menerima surat panggilan tidak mau menandatangani tanda terima dari relaas
tandatangani atau tidak, bukanlah menjadi masalah serius, karena majelis hakim
80
Ibid, 720-721.
81
Solman Abidin, wawancara tanggal 11 Februari 2019.
82
Abdul Khair, wawancara tanggal 15 Februari 2019.
83
Abdul Khair, wawancara tanggal 20 Februari 2019.
142
hanya melihat dari berita acara pemanggilan yang tertera dalam relaas yang
dari pihak kelurahan ada perasaan bahwa kelurahan dan khususnya mereka bukanlah
bawahan dari pengadilan Agama Palu Kelas I A, sehingga mereka enggan bila
menjabat. Hal ini menyebabkan lurah tidak mengetahui secara pasti domisili
Kurangnya jumlah personil dari kelurahan yang menjadi alasan dari pihak
yang dipanggil oleh Pengadilan Agama Palu Kelas I A, dan juga sikap acuh tak acuh
dari aparat kelurahan atau lurah dan aparat kelurahan tidak ada atau sedang sibuk.85
putusan perkara gaib, terkadang pejabat walikota di bagian hukum dan perundang-
undangan kadang tidak berada di tempat, sehingga jurusita harus bolak-balik untuk
84
Mujiyono, wawancara tanggal 11 Februari 2019.
85
Musakip, wawancara tanggal 13 Februari 2019.
86
Mujiyono, wawancara tanggal 11 Februari 2019.
143
dan strategis dalam suatu organisasi, karena Sumber Daya Manusia menunjang
organisasi melalui karya, bakat, kreativitas, serta peran nyata seperti yang dapat
disaksikan dalam setiap organisasi. Tanpa adanya unsur manusia dalam organisasi,
tidak mungkin organisasi tersebut dapat bergerak dan berjalan seperti yang
diinginkan.
yang melekat pada setiap aparat pengadilan. Hal ini tentu harus di imbangi dengan
peningkatan SDM yang berkualitas sehingga kinerja dapat lebih optimal dan prima.
“Pengadilan Agama Palu sampai saat ini tidak memiliki staf di tiap bagian,
yang menjadi staf disana hanya honorer dan tenaga sukarela, jadi harus betul-
betul memanfaatkan SDM yang ada. ini juga karena selama ini tidak ada
penerimaan pegawai di bidang administrasi. Sementara jurusita atau JSP yang
ada kita berdayakan semua untuk membantu dibagian administrasi, baik itu
dibagian kesekretariatan maupun bagian kepaniteraan. tentu saja ini
berpengaruh kepada tugas pokok pengadilan, tapi ya.. mau di apa, makanya
dalam setiap kesempatan pimpinan selalu melakukan pembinaan kepada
seluruh aparatur pengadilan dan mengadakan Diklat Di Tempat Kerja
(DDTK) untuk memaksimalkan tugas pokok dan fungsi aparatur. Khusus
untuk jurusita harus meningkatkan integritas dan mempedomani kode etik
panitera dan jurusita, karena mereka ujung tombak di lapangan. Jurusita dalam
memanggil harus selalu menggunakan pakaian dinas, harus menguasai ilmu
komunikasi, sopan dan ramah demi menumbuhkan kepercayaan masyarakat
kepada lembaga peradilan”.87
87
Drs. Khalis, MH., wawancara tanggal 27 Februari 2019.
144
khususnya staf untuk membantu bagian administrasi di tiap bagian, tentunya tidaklah
menjadi masalah serius, karena selalu ada solusi untuk mengatasi hal tersebut. Ini
jelas terlihat dari peran jurusita maupun jurusita pengganti yang disamping tugas
untuk memaksimalkan tugas pokok dan fungsi aparatur pengadilan, dan memiliki
integritas sehingga segala tindakan yang ditempuh tetap berpedoman pada Kode Etik
diwajibkan menjunjung tinggi etika profesi yaitu sikap hidup berupa keadilan untuk
terhadap masyarakat.88
Agama Palu Kelas I A dalam menjalankan tugasnya harus menjunjung tinggi norma
yang berlaku di masyarakat dengan sikap ramah dan perilaku sopan santun dan yang
paling penting adalah jurusita harus menguasai ilmu komunikasi untuk meyakinkan
lemabaga peradilan.
88
Suhrawardi Lubis, Etika Profesi Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 1994), 6-7.
145
Ada beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang berbicara tentang alam atau
⧫⧫ ◆◆
◆◆ ◆⬧◆
◆◆◆
❑
⬧ ◆➔◆
⬧ ⧫◆ ➔⧫
⧫✓⧫
Terjemahnya:
“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-
gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan
Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan
(kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan
pemberi rezki kepadanya”.89
Dalam tafsir jalalayn menerangkan (Dialah yang menjadikan bumi itu mudah
bagi kalian) mudah untuk dipakai berjalan di atas permukaannya (maka berjalanlah di
segala penjurunya) pada semua arahnya (dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya)
89
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Surabaya: Lintas Media,2002), 355-
356.
90
Ibid, 823.
146
yang sengaja diciptakan buat kalian. (Dan hanya kepada-Nyalah kalian dibangkitkan)
dan asimilasi yang terbatas. Selama eksploitasi atau penggunaannya di bawah batas
daya regenerasi atau asimilasi, maka sumber daya terbaharui dapat digunakan secara
lestari. Akan tetapi apabila batas itu dilampaui, sumber daya akan mengalami
kerusakan dan fungsinya sebagai faktor produksi dan konsumsi atau sarana pelayanan
Hal ini sesuai dengan pengertian lingkungan hidup, yaitu sistem yang
merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup
kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya.92 Atau bisa juga dikatakan
sebagai suatu sistem kehidupan dimana terdapat campur tangan manusia terhadap
tatanan ekosistem.
Lingkungan dan alam adalah faktor penghambat yang sangat dominan karena
lingkungan dan alam ini sebagai akibat interaksi manusia dan alam, penghambat yang
datang dari lingkungan berupa petugas Pengadilan Agama Palu Kelas I A bekerja
(melaksanakan pemanggilan) pada jam-jam kerja, sedangkan pada jam kerja yaitu
91
Otto Soemarwoto. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. (Jakarta: Djambatan,
1997). 59.
92
Undang-undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup
147
antara pukul 08.00 sampai 16.30 Wita, pada umumnya orang-orang yang menduduki
Hal yang sama juga penulis lihat saat ikut melaksanakan pemanggilan, para
pihak berperkara dikelurahan Balaroa dan Kelurahan Petobo, alamat yang tertera di
surat gugatan/permohonan tidak sesuai dengan tempat kediaman sebenarnya. Hal ini
disebabkan karena pada tanggal 28 September 2018 yang lalu Kota Palu, Sigi dan
Donggala dilanda bencana alam gempa bumi, tsunami dan likuifaksi sehingga banyak
warga yang mengungsi ke rumah sanak saudara tak terkecuali para pihak yang sudah
pegunungan yang bila ada hujan mengakibatkan jalan-jalan licin untuk daerah yang
terpencil yang belum ada pengerasan jalan. Hal ini tentu menyulitkan jurusita dalam
93
Solman Abidin, wawancara tanggal 11 Februari 2019.
94
Solman Abidin, Observasi dan partisipasi serta wawancara tanggal 11 Februari 2019.
148
sendiri (Maka Rabb kalian lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya") maka
Dia akan memberi pahala kepada orang yang lebih benar jalannya.96
Ayat diatas mengatakan bahwa setiap orang yang melakukan suatu perbuatan,
dimaksud disini ialah tabiat dan pengaruh alam sekitarnya). Hal ini menjelaskan
bahwa dalam melakukan suatu perbuatan memerlukan media (sarana dan prasarana)
agar hal yang dimaksud dapat tercapai. Dalam dunia peradilan, aparatur peradilan
memudahkan pekerjaannya.
dan prasarana yang memadai. Hal ini terlihat dari seluruh rangkaian proses
95
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Surabaya: Lintas Media,2002), 396.
96
Nurtuah Tanjung, Tafsir Ayat-ayat Al-Qur’an Tentang Manajemen Sarana dan Prasarana
(Sabilarrasyad Volume II Nomor 01 Januari-Juni 2017). 161.
149
tentunya ini berkaitan langsung dengan jaringan teknologi informasi dan sarana
pendukung lainnya. 97
tertentu seperti aplikasi SIPP dan turunannya, aplikasi arsip, aplikasi pengaduan,
aplikasi meja informasi dan lain-lain. Aplikasi yang digunakan berupa aplikasi yang
sifatnya local host dan ada pula aplikasi yang online yang terintegrasi dengan instansi
pusat dan instansi lain serta dapat di lihat dan di akses oleh masyarakat luas.
terpenuhinya sarana dan prasarana, karena tanpa adanya sarana dan prasarana
yang memadai, sangatlah tidak mungkin akan terwujud pencapaian tugas dengan
baik. Teknologi informasi hanya dapat beroperasi dengan baik jika ditunjang
oleh perangkat keras (hardware) berupa PC Unit, Laptop, Server, Wireless, Wireless
97
Moh, Rizal, wawancara tanggal 20 Februari 2019.
98
Mujiyono, wawancara tanggal 11 Februari 2019.
150
Access Point, Televisi, LAN dan sebagainya serta perangkat lunak (software) yang
memadai.
Pada umumnya sarana dan prasarana telah tersedia dan berjalan sebagaimana
PENUTUP
A. Kesimpulan
yang berperkara dalam wilayah hukum Pengadilan Agama Palu Kelas I A, baik
kediamannya.
dengan cara diumumkan melalui siaran radio dengan tujuan agar tergugat atau
pemanggilan, agar panggilan dikatakan sah menurut hukum, yaitu harus resmi dan
patut. Panggilan dikatakan resmi apabila dilakukan oleh pejabat yang berwenang
dan sasaran atau obyek pemanggilan tepat menurut tata cara yang telah ditentukan
150
151
dikatakan patut apabila dilakukan dengan memenuhi tenggang waktu yang patut,
yaitu tidak boleh kurang dari tiga hari sebelum acara persidangan dimulai dan
didalamnya tidak termasuk hari besar atau hari libur. Jurusita dalam proses
Palu Kelas I A antara lain: 1) Sumber Daya Manusia (SDM) baik itu SDM
Pengadilan Agama Palu Kelas I A, dan 3) Sarana dan Prasarana terutama jaringan
B. Implikasi Penelitian
dan tetap berkoordinasi dengan instansi terkait serta terus meningkatkan SDM
2. Dalam hal perbaikan hukum, penelitian ini berguna untuk melihat celah-celah
hukum yang harus di perbaiki dan diharapkan bisa memberi informasi kepada
masyarakat pada umumnya bagi kemajuan hukum acara perdata islam yang
Adi Seno, Yuda, Kewenangan Penyitaan Oleh Jurusita Pajak Dan Upaya
Penyelesaian Sengketa Pajak (Tinjauan Yuridis Normatif terhadap
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa), Jurnal Ilmu Hukum Mizan, Vol. 1 No. 2 Tahun 2012.
Ali, Ahmad, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan. Vol. 1. Jakarta;
Kencana, 2010.
at-Thabari, Abu Jafar Muhammad bin Jarir, Tafsir at-Thabari, juz 5, Jakarta:
Pustaka Azzam, 2009.
152
153
Abu Bakar bin Hasan Al-Kasynawi, Ashal Al-Madarik, Juz I, Beirut: Dar Al-
Kutub Al-Ilmiyah, t.th.
Fauzan, Pokok Pokok Hukum Acara Peradilan Agama dan Mahkamah Syariah di
Indonesia, Jakarta: Kencana, 2007.
Hasan Bisri, Cik, Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000.
Humam, Ibnu Al Hanafi, Fathul Qadir, Juz 6. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.t.th
Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI, Kode Etik Panitera dan Jurusita, KMA
Nomor 122 Tahun 2013.
Madkur, Muhammad Salam Peradilan Dalam Islam, Surabaya: Bina Ilmu, 1988.
Mardani, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama & Mahkamah syari’ah, Edisi I
Cet. 2; Jakarta: Sinar Grafika, 2010.
M. Marwan dan Jimmy P., Kamus Hukum, Surabaya: Reality Publisher, 2009.
Muhammad, Abi Isa, Sunan at-Turmuzi, cet ke-3 (Beirut: Dar al Fikr, t.t), II.
Nasution, S, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara,
2004.
Nasution, Bahder Johan, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Bandung: CV. Mandar
Maju, 2008.
Qohar, Adnan, Peranan dan Tugas Jurusita Dalam Penyelesaian Suatu Perkara
Perdata, Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Pengetahuan
Kinerja Jurusita/Jurusita Pengganti Pengadilan Agama Lamongan, 2006.
Rasyid, Chatib dan Syaifuddin, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktik
pada Peradilan Agama, Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2009.
Rasyid, Roihan A., Hukum Acara Peradilan Agama, Cet: XIV; Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2010.
Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.
Rifqiyati, Dwi Ulya, Tinjauan Hukum Acara Peradilan Islam Terhadap Domisili
Tergugat/Termohon Berstatus Terpidana, Mahasiswi Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2013.
SEMA No. 2 Tahun 2014 Tentang Penyelesaian Perkara di Tingkat Pertama dan
Tingkat Banding Pada 4 (Empat) Lingkungan Peradilan.
Ash Shiddieqy, TM. Hasbi, Peradilan dan Hukum Acara Islam, Bandung: PT. Al
Ma’arif, 1964.
Suratman, Dillah, Philips, Metode Penelitian Hukum, Cet. II; Bandung: Alfabeta,
2014.
2. Apa saja tugas dan peran jurusita di Pengadilan Agama Palu Kelas I A?
4. Dalam hal pelaksanaan tugas jurusita, apakah prakteknya telah sesuai dengan
Dilihat dari jumlahnya apakah sudah sesuai dengan aturan yang berlaku?
4. Bagaimana solusi yang ditempuh oleh jurusita Pengadilan Agama Palu Kelas I
Wawancara dengan Drs. Khalis, MH., Ketua Pengadilan Agama Palu Kelas I A
Wawancara dengan Moh. Rizal, S.HI., MH, Panitera Muda Permohonan
Nama : Hasanuddin
TTL : Caramming, 03 Juni 1984
2. Ibu : Rosliah
Istri : Roskiani, SH
2. Kaysha Aysha
Riwayat Pendidikan :