Makalah Gawat Darurat
Makalah Gawat Darurat
Disusun Oleh :
FARMASI C/VII
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur patut dipanjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah Gawat Darurat. Adapun isi dari makalah ini yaitu menjelaskan tentang
“PERAN APOTEKER DALAM PENGGUNAAN TERAPI ANTINYERI
DI IGD”
Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
semata-mata karena keterbatasan kemampuan penyusun sendiri. Oleh karena itu,
sangatlah diharapkan saran dan kritik yang positif dan membangun dari semua
pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna untuk pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover/Sampul…….……………………………….……………………………i
Kata Pengantar ..…….…………………………….……………………..........ii
Daftar Isi...……………..…………………………..…………...…….............iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………
B. Rumusan Masalah……………………………………………………..
C. Tujuan………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
A. Instalasi Gawat Darurat………………………………..……………….
B. Apoteker ………………………………………………………….........
C. Peran Apoteker Dalam Perawatan Pasien Di UGD.……………………
D. Manajemen Risiko Pelayanan Farmasi Klinik……………………........
E. Terapi Antinyeri………………………………………………………..
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………...
B. Saran………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui peran apoteker dalam penggunaan terapi antinyeri di IGD.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Instalasi Gawat Darurat
Gawat darurat adalah sebuah kondisi saat pasien memerlukan tindakan
medis segera guna menyelamatkan nyawa ataupun mencegah kecacatan permanen
yang lebih lanjut. Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan salah satu bagian di
rumah sakit yang menyediakan penanganan pertama bagi pasien yang mengalami
sakit dan cedera, yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. IGD memiliki
tugas menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan
sementara, serta pelayanan pembedahan darurat, pada pasien yang datang dengan
gawat darurat medis dan mampu menanggulangi bencana pada waktu kapan saja.
Pelayanan pasien gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan pelayanan
segera, yaitu cepat, tepat, dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan
(Solagracia, 2017)
Alur keperawatan pasien di IGD dimulai ketika pasien datang dan
mendaftar di IGD. Saat penanggung jawab pasien mendaftar di IGD, triase
dilakukan terhadap pasien. Setelah pasien mendaftar dan dilakukan triase, pasien
menunggu. Selanjutnya dokter ataupun tenaga kesehatan lain melakukan tindakan
penanganan sesuai keadaan pasien. Tahapan ini dimulai saat initial physician
assessment (penilaian awal dokter), sampai decision to admit. Prosedur pelayanan
resep di instalasi gawat darurat memiliki prinsip pelayanan ‘prima 5 menit ‘
artinya dalam 5 menit pasien sudah mendapatkan pertolongan darurat. Alur
resepnya adalah pasien datang ke IGD, dilakukan pemeriksaan, dilakukan
tindakan medis, penulisan resep di kartu obat, penyerahan kartu obat ke apotek
IGD, perawat mengambil obat dan alat kesehatan di apotek IGD, entri data,
dispensing ke pasien (jika pasien pulang obat di ambil pasien dengan membawa
kuitansi pembayaran dan jika pasien di rawat inap obat dikirim ke IGD).
(Solagracia, 2017)
2.2 Apoteker
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. (Permenkes, 2016)
Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang menjamin seluruh
rangkaian kegiatan perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan
kualitas, manfaat, dan keamanannya. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan,
dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan
administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan Kefarmasian. (Permenker,
2016)
Apoteker di Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah seorang sarjana
farmasi yang telah menempuh pendidikan apoteker serta telah mengucapkan
sumpah jabatan apoteker dan berfokus pada pelayanan farmasi klinik di Instalasi
Gawat Darurat terkait penggunaan obat oleh pasien dalam rangka
keberhasilan outcome terapi serta meminimalkan resiko terjadinya medication
error dan kejadian efek samping obat yang mungkin terjadi. Apoteker di IGD
juga berperan dalam mengendalikan perbekalan farmasi di instalasi gawat darurat.
Keberadaan apoteker di Instalasi Gawat Darurat adalah agar pasien dapat
memperoleh/mendapatkan obat dengan indikasi, bentuk sediaan, dosis, rute,
frekuensi pemberian, waktu dan durasi pemberian dengan benar dan tepat. Selain
itu juga, apoteker berperan dalam pencapaian terapi obat secara efektif dan efisien
dengan meminimalkan risiko medication error, efek samping, dan efisiensi biaya.
2. Informasi obat.
3. Resusitasi.
EMP harus ada selama semua upaya resusitasi kritis dan akut di UGD.
Studi awal tentang peran EMP dalam resusitasi pasien trauma menemukan
peningkatan keamanan dari penurunan efek samping obat yang dapat dicegah dan
waktu yang dipercepat untuk pemberian obat. Selain resusitasi trauma, EMP
memberikan nilai dalam sejumlah keadaan darurat klinis, seperti stroke, infark
miokard, henti jantung dan pernapasan, gangguan saluran napas yang
membutuhkan intubasi urutan cepat dan perawatan pascaintubasi, dan keadaan
darurat medis lainnya. Peran EMP dalam resusitasi dapat mencakup berbagai
tanggung jawab termasuk, namun tidak terbatas pada:
8. Dokumentasi.
Kepadatan ED adalah hal biasa. Ada banyak kendala dan proses yang
menjadi faktor pemindahan tepat waktu pasien rawat inap dari UGD ke tempat
tidur rawat inap. Kepadatan di UGD sering mengakibatkan staf UGD memberikan
perawatan kepada pasien untuk jangka waktu yang lama sementara pasien
menunggu masuk atau pemindahan fisik ke tempat tidur rawat inap atau ke
institusi lain untuk tingkat perawatan yang berbeda (yaitu asrama). Kebutuhan
pasien yang naik pesawat dapat bervariasi dari permintaan sederhana untuk obat-
obatan sesuai kebutuhan hingga kebutuhan kompleks seperti manajemen
perawatan kritis. Selain itu, dokter EM dapat diberi tanggung jawab untuk
memulai dan mempertahankan tingkat perawatan rawat inap, termasuk
pengobatan rutin dan manajemen penyakit kronis. Dokter EM tidak dilatih secara
khusus untuk memberikan perawatan rawat inap untuk masa tinggal yang lama.
EMP ditantang untuk mencoba mendukung pemberi resep dengan memastikan
manajemen terapi pengobatan yang menyeluruh untuk pasien yang naik kompleks
sambil terus memfokuskan upaya pada kebutuhan mendesak atau mendesak dari
pasien UGD yang baru tiba.
1. Faktor risiko yang terkait karakteristik kondisi klinik pasien Faktor risiko
yang terkait karakteristik kondisi klinik pasien akan berakibat terhadap
kemungkinan kesalahan dalam terapi. Faktor risiko tersebut adalah umur,
gender, etnik, ras, status kehamilan, status nutrisi, status sistem imun, fungsi
ginjal, fungsi hati.
2. Faktor risiko yang terkait terkait penyakit pasien Faktor risiko yang terkait
penyakit pasien terdiri dari 3 faktor yaitu: tingkat keparahan, persepsi pasien
terhadap tingkat keparahan, tingkat cidera yang ditimbulkan oleh keparahan
penyakit.
3. Faktor risiko yang terkait farmakoterapi pasien Faktor risiko yang berkaitan
dengan farmakoterapi pasien meliputi: toksisitas, profil reaksi Obat tidak
dikehendaki, rute dan teknik pemberian, persepsi pasien terhadap toksisitas,
rute dan teknik pemberian, dan ketepatan terapi.
1. Analisa risiko baik secara kualitatif, semi kualitatif, kuantitatif dan semi
kuantitatif.
2. Melakukan evaluasi risiko; dan
3. Mengatasi risiko melalui:
a. melakukan sosialisasi terhadap kebijakan pimpinan Rumah Sakit;
b. mengidentifikasi pilihan tindakan untuk mengatasi risiko;
c. menetapkan kemungkinan pilihan (cost benefit analysis);
d. menganalisa risiko yang mungkin masih ada; dan
e. mengimplementasikan rencana tindakan, meliputi menghindari risiko,
mengurangi risiko, memindahkan risiko, menahan risiko, dan
mengendalikan risiko.
Pembinaan dan edukasi Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat dalam
setiap tahap manajemen risiko perlu menjadi salah satu prioritas perhatian.
Semakin besar risiko dalam suatu pemberian layanan dibutuhkan SDM yang
semakin kompeten dan kerjasama tim (baik antar tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lain/multidisiplin) yang solid. Beberapa unit/area di Rumah Sakit yang
memiliki risiko tinggi, antara lain Intensive Care Unit (ICU), Unit Gawat Darurat
(UGD), dan kamar operasi (OK).
2.5 Terapi Antinyeri
Nyeri akut adalah keluhan utama yang paling umum terlihat di gawat
darurat (ED), nyeri sering tidak dirawat dengan baik di UGD. Secara khusus,
pasien mengharapkan untuk menerima analgesik lebih cepat dari pada yang terjadi
secara rutin. Sebuah survei pasien ED mengungkapkan bahwa mereka diharapkan
untuk menerima analgesik dalam waktu 30 menit setelah kedatangan mereka.
(Hapsari, 2020)
IGD merupakan gerbang awal pasien masuk rumah sakit dan mempunyai
resiko tinggi terjadi kesalahan pengobatan. Jumlah pasien yang datang ke IGD
sangat fluktuatif bergantung pada kondisi masyarakat (Nurhanifah,2015). Selain
itu, pasien yang masuk ke IGD berasal dari segala macam usia, seperti bayi, anak,
orang dewasa, dan lansia. Pasien IGD juga memiliki tingkat keparahan yang tidak
dapat diprediksi serta memiliki beragam penyakit.