EVALUASI RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ASMA PADA PASIEN
ASMA DI RSUD PROF. Dr. W.Z. JOHANNES KUPANG
OLEH : MELANI ANGGRINI FAFO 194111086
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS CITRA BANGSA KUPANG 2022 BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Asma adalah penyakit pernapasan kronis yang umum menyerang 1–18% populasi di berbagai negara. Asma ditandai dengan gejala yang bervariasi berupa mengi, sesak napas, sesak dada dan/atau batuk, dan dengan keterbatasan aliran udara ekspirasi yang bervariasi. Baik gejala maupun keterbatasan aliran udara secara karakteristik bervariasi dari waktu ke waktu dan intensitasnya. Variasi ini sering dipicu oleh faktor- faktor seperti olahraga, paparan alergen atau iritan, perubahan cuaca, atau infeksi virus pernapasan (GINA, 2021: 20). Asma adalah suatu kelainan berupa peradangan kronik saluran napas yang menyebabkan penyempitan saluran napas (hiperakifitas bronkus) sehingga menyebabkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk terutama pada malam hari atau dini hari (KEMENKES RI, 2018). Asma dapat menyebabkan kematian dini, penurunan kualitas hidup, dan menyerang sekitar 339 juta orang di dunia, dengan sekitar 1000 orang meninggal setiap hari akibat asma. Kondisi ini menempatkan penyakit asma sebagai salah satu dari 20 besar peyebab peningkatan angka kematian dan kecacatan di dunia (Global Asthma Network, 2018:6). Menurut WHO (World Health Organization), saat ini jumlah penderita asma di seluruh dunia sekitar 300 juta penderita. Diperkirakan pada tahun 2025 jumlahnya akan meningkat menjadi 400 juta penderita. Jumlah tersebut bisa saja menjadi lebih besar dari yang diprediksi karena kasus asma yang belum terdiagnosis, kualitas udara yang semakin buruk dan terjadinya perubahan pola hidup di masyarakat (WHO 2021). Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2020, Asma merupakan salah satu jenis penyakit yang paling banyak diidap oleh masyarakat Indonesia, hingga akhir tahun 2020, jumlah penderita asma di Indonesia sebanyak 4,5 persen dari total jumlah penduduk Indonesia atau sebanyak 12 juta lebih (KEMENKES, 2020). Prevalensi asma pada semua umur menurut kabupaten/kota di NTT, kota Kupang menempai urutan ke -5 terbanyak yaitu 2,16% kasus (Riskesdas NTT, 2018:11). Penyakit asma sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena merupakan salah satu penyakit penyebab kematian utama yang menyerang golongan usia produktif (15 – 50 tahun) dan anak-anak. Dalam salah satu studi terjadi peningkatan morbiditas dan mortalitas penderita asma. Hal ini dikarenakan kurang tepatnya penatalaksanaan atau kepatuhan penderita. Suatu kesalahan dalam penatalaksanaan asma dalam jangka pendek dapat menyebabkan kematian, sedangkan kesalahan dalam penatalaksanaan dalam waktu panjang akan menyebabkan peningkatan serangan asma atau terjadi obstruksi paru menahun . Prioritas pengobatan penyakit asma sejauh ini ditujukan untuk mengontrol gejala. Pengobatan secara efektif telah dilakukan untuk menurunkan morbiditas karena efektivitas terapi hanya tercapai jika ketepatan obat untuk pasien telah sesuai (Mafruha dkk, 2016). Penggunaan obat dikatakan Rasional menurut WHO (World Health Organization) apabila pasien menerima obat yang tepat untuk kebutuhan klinis, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan jangka waktu yang cukup, dan dengan biaya yang terjangkau baik untuk individu maupun masyaakat (WHO, 2018). Suatu pengobatan di katakana rasional apabila memenuhi beberapa kriteria antara lain tepat diagnosis, tepat indikasi penyakit,tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat cara pemberian, tepat interval waktu pemberian,, dan tepat penilaian kondisis pasien. Pemilihan dan penggunaan terapi yang tepat dan rasional akan menentukan keberhasilan pengobatan untuk menghindari terjadinya kekambuhan yang berulang. Hasil penelitian menurut Gerry S. Alotia dkk, 2020. Berdasarkan karakteristik pasien asma menunjukkan jumlah pasien perempuan lebih banyak dibanding laki-laki yaitu sebesar 33 pasien (55,93%) dan jumlah pasien terbanyak pada kelompok usia 56 - 65 tahun sebesar 10 pasien (16,95%). Penyakit endoktrin, nutrisi dan gangguan metabolik merupakan penyakit penyerta terbanyak yang ditemukan pada 13 pasien (17,33%) dan 3 - 4 obat diresepkan lebih banyak yaitu pada 28 pasien (47,46%).Persentase ketepatan penggunaan obat terdiri dari tepat indikasi 81,36%, tepat obat 74,58%, tepat pasien 94,92%, dan tepat dosis 86,44%. kemudian Pada penelitian yang dilakukan oleh Amilia Rohmah dengan judul Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Kortikosteroid pada Penyakit Asma Pasien Rawat Jalan di RS PKU Muhammadiyah Delanggu tahun 2016 menunjukkan bahwa 43.48% tepat pasien dan tepat dosis 100% (Rohmah, 2018). Kemudian Pada penelitian yang dilakukan oleh Satibi dan Sikni Retno Karminingtyas dengan judul Evaluasi Penggunaan Obat Asma pada Pasien Asma di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 menunjukkan bahwa evaluasi penggunaan obat pada pasien asma 56.72% tepat pasien, dan 90.77% tepat obat (Satibi dan Karminingtyas, 2011). Dengan melihat pentingnya penatalaksanaan penyakit asma, maka peneliti menganggap penelitian tentang “Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat Pada Pasien Asma di RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang ini perlu dilakukan. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Permenkes No 3 tahun 2020). RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang di pilih sebagai tempat penelitian karena merupakan rumah sakit tingkat lanjutan yang terakhir di NTT sehingga rumah sakit ini menerima pasien dengan berbagai jenis penyakit baik penyakit yang menular maupun tidak menular. Dimana berdasarkan data pra penelitian pada penyakit asma di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang yang terdiagnosa asma sebanyak 311. Hal ini menyebabkan agar pasien tersebut mendapatkan terapi obat yang banyak sehingga dapat melihat kerasionalitas dalam pengunaan obat. Baik itu tepat dosis tepat indikasi tepat pasien dan tepat terapi.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka masalah penelitian ini adalah bagaimana gambaran penggunaan obat asma pada pasien asma di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang?
1.3. Tujuan Penelitian
Mengetahui penggunaan obat asma pada pasien asma RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang?
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi pendidikan Sebagai data ilmiah yang di harapkan untuk bahan pembelajaran di mata kuliah farmasi klinik mengenai evaluasi rasionalitas Penggunaan obat pada pasien asma 2. Bagi Pelayanan Sebagai tambahan dan ilmiah bagi RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang yang dapat digunakan untuk peningkatan kerasionalitas penggunaan obat asma pada pasien. 3. Bagi penulis Sebagai sarana belajar dalam menambah wawasan dan pengetahuan mengenasi evaluasi rasionalitas penggunaan obat asma pada pasien asma. 1.5. Keaslian Penelitian Tabel 1.1. Kesalian Penelitian Nama dan Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan No. Tahun penelitian Penelitian penerbit 1. Gerry Evaluasi Hasil penelitian Penelitian 1. Pada S.Alotia, Penggunaan berdasarkan ini penelitian Weny Obat Pada karakteristik merupakan Gerry I.Wiyono, dan Pasien Asma pasien asma penelitian S.Alotia, Deby A.Mpila Di Instalasi menunjukkan deskriptif Weny (2020) Rawat Inap jumlah pasien dengan I.Wiyono, dan Rsup Prof. perempuan lebih pengambil Deby A.Mpila Dr. R. D. banyak dibanding an data menggunakan Kandou laki-laki yaitu secara sampel pada Manado sebesar 33 pasien retrospektif data pasien (55,93%) dan dari secara jumlah pasien catatan keseluruhan terbanyak pada rekam dari anak kelompok usia 56 medik sampai - 65 tahun pasien dewasa. sebesar 10 pasien asma 2. Sedangkan (16,95%). pada Penyakit penelitian ini endoktrin, nutrisi menggunakan dan gangguan sampel pada metabolik seluruh pasien merupakan asma yang penyakit penyerta terdapat pada terbanyak yang instalasi rawat ditemukan pada inap. 13 pasien (17,33%) dan 3 - 4 obat diresepkan lebih banyak yaitu pada 28 pasien (47,46%). Persentase ketepatan penggunaan obat terdiri dari tepat indikasi 81,36%, tepat obat 74,58%, tepat pasien 94,92%, dan tepat dosis 86,44%.