Anda di halaman 1dari 44

 

     LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN CA OVARIUM DI ANGSOKA 2
RSUP SANGLAH
1. Ovarium

Adalah gonad wanita, dua struktur kecil yang terletak pada kedua sisi uterus.

Kelenjar yanng berada di bawah pengaruh sikliis hormon hipofise ini menghasilkan oosit

dan hormon ovarium (Brooker, 2012)

Ovarium adalah salah satu di antara beberapa organ reproduksi wanita yang berfungsi

untuk menghasilkan sel telur. Setiap wanita memiliki dua ovarium, terletak pada rongga

panggul sebelah kiri dan kanan. (Ilmu Dokter, 2014)

Ovarium merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita. Setiap wanita memiliki dua

ovarium. Mereka oval, sekitar empat sentimeter panjang dan berbaring di kedua sisi rahim

(uterus) terhadap dinding panggul di daerah yang dikenal sebagai fossa ovarium. Mereka

diadakan di tempat oleh ligamen melekat pada rahim, tetapi tidak secara langsung melekat

pada sisa saluran reproduksi wanita, misalnya saluran telur. (Kliksama, 2015)

2.      Fungsi ovarium

a. Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan, ovum akan melalui tuba

fallopi tempat fertilisasi dengan adanya sperma kemudian memasuki uterus, jika

terjadi proses pembuahan (fertilisasi) ovum akan melekat (implantasi) dalam uterus

dan berkembang menjadi janin (fetus), ovum yang tidak mengalami proses fertilisasi

akan dikeluarkan dan terjadinya menstruasi dalam waktu 14 hari setelah ovulasi.

b. Memproduksi hormon estrogen dan progesteron, kedua hormon ini berperan terhadap

pertumbuhan jaringan payudara, gambaran spesifik wanita dan mengatur siklus

menstruasi.

c. Ovarium berfungsi mengeluarkan hormon steroid dan peptida seperti estrogen dan

progesteron. Kedua hormon ini penting dalam proses pubertas wanita dan ciri-ciri
seks sekunder. Estrogen dan progesteron berperan dalam persiapan dinding rahim

untuk implantasi telur yang telah dibuahi. Selain itu juga berperan dalam memberikan

sinyal kepada hipotalamus dan pituitari dalam mengatur sikuls menstruasi.

3.      Letak Ovarium

Ovarium adalah dua organ kecil, seukuran ibu jari Anda, yang terletak di panggul

perempuan. Mereka melekat pada rahim, satu di setiap sisi, dekat pembukaan tuba fallopi.

Ovarium berisi sel gamet wanita, disebut oosit. Dalam istilah non medis, oosit disebut

“telur”. Ovarium merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita. Setiap wanita memiliki

dua indung telur. Mereka oval, sekitar empat sentimeter panjang dan berbaring di kedua

sisi rahim (uterus) dinding panggul di wilayah yang dikenal sebagai fossa ovarium.

Mereka ditahan oleh ligamen melekat pada rahim tetapi tidak secara langsung melekat

pada sisa saluran reproduksi wanita. (Hikmat, 2014)

4.      Bagian bagian ovarium

Struktur ovarium terdiri atas :

a. Korteks disebelah luar yang diliputi oleh epitelium germinativum yang berbentuk

kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel-folikel primordial.

b. Medulla di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan pembuluh-

pembuluh darah, serabut-serabut saraf dan sedikit otot polos.Diperkirakan pada

wanita terdapat kira-kira 100.000 folikel primer. Tiap bulan satu folikel akan keluar,

kadang-kadang dua folikel, yang dalam perkembangannya akan menjadi folikel de

Graff. Folikel-folikel ini merupakan badian terpenting dari ovarium dan dapat dilihat

di korteks ovarii dalam letak yang beraneka ragam dan pula dalam tingkat-tingkat

perkembangan dari satu sel telur dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel saja sampai

menjadi folikel de Graff yang matang terisi dengan likuor folikulli, mengandung

estrogen dan siap untuk berovulasi.


1. Definisi

Kanker ovarium adalah tumor ganas yang tumbuh pada ovarium (indung telur)

yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa

menyebar melalui system getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke

hati dan paru – paru.

Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian

dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan

tidak terkendali. (Apotik Online dan Media Informasi Obat-Penyakit).

Kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal

dari sel-sel ovarium atau indung telur. (Sofyan, 2006)

Kanker ovarium merupakan sebuah penyakit di mana ovarium yang dimiliki

wanita memiliki perkembangan sel-sel abnormal. Secara umum, kanker ovarium

merupakan suatu bentuk kanker yang menyerang ovarium. Kanker ini bisa berkembang

sangat cepat, bahkan, dari stadium awal hingga stadium lanjut bisa terjadi hanya dalam

satu tahun saja. Kanker ovarium merupakan suatu proses lebih lanjut dari suatu tumor

malignan di ovarium. Tumor malignan sendiri merupakan suatu bentuk perkembangan sel-

sel yang tidak terkontrol sehingga berpotensi menjadi kanker. Wikipedia Kanker adalah

pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyerang jaringan disekitarnya dan

menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya jauh (Corwin, 2009, Hal; 66).

Kanker ovarium merupakan tumor dengan histogenesis yang beraneka ragam,

dapat berasal dari ketiga demoblast (ektodermal, endodermal, mesoderal) dengan sifat-

sifat histologis maupun biologis yang beraneka ragam (Smeltzer & Bare, 2002).

Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30%

dan 10% terdapat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak
jelas jinak dan tidak jelas pasti ganas (borderline malignancy atau carsinoma of low-

maligna potensial) dan jelas ganas (true malignant)(Priyanto, 2007).

Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian

dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan

tidak terkendali. (Apotik Online dan Media Informasi Obat-Penyakit. Hal.2 di akses tgl

20-7-2009).

Kanker ovarium adalah salah satu kanker ginekologi yang paling sering dan

penyebab kematian kelima akibat kanker pada perempuan. (Price, 2005;1297)

Kanker ovarium memiliki 4 stadium yaitu :

(Smeltzer, 2001;1570)

 Stadium I : Pertumbuhan kanker terbatas pada ovarium

 Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan perluasan

pelvis

 Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan metastasis

diluar pelvis atau nodus inguinal atau retroperitoneal positif

 Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua sisi ovarium dengan

metastasis jauh

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker indung telur atau kita

sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung

telur. dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga

mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak terkendali.

2.         Epidemiologi

Kanker ovarium adalah kanker yang membuat frustasi bagi pasien dan pemberi

pelayanan kesehatan karena awitannya yang tersembunyi dan tidak adanya gejala

peringatan adalah penyeab mengapa penyakit ini telah mencapai tahap lanjut ketika
didiagnosa. Kejadian merupakan penyebab kematian utama di antara malignan si

ginekologis. Penyakit ini mempunyai angka kejadian sekitar 13,8 wanita per 100.000.

Sayang sekali, sekitar 75% dari kasus dideteksi pada tahap lanjut. Amatlah sulit untuk

mendiagnosa dan adalah unik sehingga kemungkinan kondisi ini merupakan awal dari

banyak kanker primer dan mungkin menjadi tempat metastase dari kanker lainnya.

Kondisi ini membawa angka kematian 14.500 setiap tahunnya dan merupakan penyebab

prevalen keenam dari kematian akibat kanker pada wanita ( Wingo et. al. , 1995 ).

Sebagian kasus mengenai wanita usia 50 – 59 tahun. Insidens tertingginya adala di negara

– negara industri, kecuali Jepang yang insidennya paling rendah.

Wanita dengan kanker ovarium mempunyai resiko mengidap kanker payudara tiga

sampai empat kali lipat dan wanita dengan kanker payudara mempunyai resiko yang

meningkat terhadap kanker ovarium. Tidak ada faktor penyebab definitif yang telah

ditetapkan, tetapi kontraseptif oral tampak memberikan efek protektif. Hereditas dapat

berperan dalam menimbulkan penyakit ini, dan banyak dokter menyarankan pemeriksaan

pelvis bimanual bagi wanita yang mempunyai satu atau dua orang saudara dengan kanker

ovarium. Meskipun dengan pemeriksaan yangn cermat, tumor ovarium biasanya terdapat

jauh di dalam dan sulit untuk dideteksi. Belum ada skrinng dini yang tersedia saat ini,

meskipun penanda tumor sedang dalam penelitian. Sonogram transvaginal dan pengujian

antigen Ca-125 sangat membantu pada mereka yang beresiko tinggi untuk mengalami

kondisi ini. Akhir – akhir ini, antigen yang berkaitan dengan tumor membantu dalam

perawatn tindak lanjut setelah didiagnosis dan pengobatan, tetapi tidak pada skrining

umum dini.

Faktor – faktor resiko termasuk diet tinggi lemak, merokok, alkohol, penggunaan

bedak talk perineal, riwayat kanker payudara, kanker kolon, kanker endometrium, dan

riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium. Nulipara, infertilitas, dan tak-
ovulasi adalah faktor – faktor resiko. Angka kelangungan hidup tergantung pada tahap

mana kanker didiagnosis. Lebih dari 80% kanker ovarium epitelial ditemukan pada wanita

pascamenopause. Usia 62 tahun adalah usia di mana kanker ovarium epitelial paling

sering ditemui. Kanker ovarium epitelial jarang ditemukan pada usia kurang dari 45 tahun.

Pada wanita premenopause hanya 7% tumor ovarium epitelial yang ganas.

Di RSCM Jakarta antara tahun 1989-1992 ditemukan 1.726 kasus kanker

ginekologi, di antaranya 13,6% adalah kanker ovarium. Umumnya (72%) adalah kanker

ovarium epitelial yang datang dalam stadium lanjut, sedangkan stadium I-II (42,5%).

Mortalitas karena kanker ovarium adalah 22,6% dari 327 kematian kanker ginekologi.

3.         Etiologi

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang

menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium yaitu :

 Hipotesis incessant ovulation

Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk

penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang

terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor

 Hipotesis Gonadotropin

Teori ini didasarkan pada pengetahuan hasil percobaan binatang pada data

epidemiologi. Hormon hipofisa diperlukan untuk perkembangan tumor ovarium pada

beberapa percobaan pada binatang rodentia. Pada percobaan ini ditemukan bahwa jika

kadar hormon esterogen rendah di sirkulasi perifer, kadar hormon gonadotropin akan

mengikat. Peningkatan kadar hormon goonadotropin ini ternyata berhubungan dengan

makin bertambah bsarnya tumor ovarium pada binatang tersebut.

 Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal

ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor

androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan

epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.

 Hipotesisi Progesteron

Berbeda dengan efek peningkatan resiko kanker ovarium oleh androgen,

progesteron ternyata memiliki peranan protektif terhadap terjadinya kanker ovarium.

Epitel normal ovarium mengandung reseptor progesteron. Percobaan pada kera

macaque, progesteron menginduksi terjadinya apoptosis sel epitel ovarium, sedangkan

esterogen menghambatnya. Pemberian pil yang mengandung esterogen saja pada

wanita pasca menopause akan meningkatkan terjadinya resiko kanker ovarium,

sedangkan pemberian kombinasi dengan progesteron akan menurunkan resikonya.

Kehamilan, dimana kadar progesteron tinggi, menurunkan kanker ovarium. Pil

kontrasepsi kombinasi menurunkan resiko terjadinya kanker ovarium. Demikian juga

yang hanya mengandung progesteron yang menekan ovulasi juga menurunkan resiko

kanker ovarium. Akan tetapi, pemakaian depo medroksiprogesteron asetat ternyata

tidak menurunkan resiko terjadinya kanker ovarium.

Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial. Risiko

berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin dan faktor

genetik (Price, 2005;1297).

a. Faktor lingkungan

Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam lingkungan, dan

penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu dianggap mungkin

menyebabkan kanker.

b. Faktor endokrin
Faktor risiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan yang nulipara,

menarche dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama yang lambat, dan tidak

pernah menyusui. Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko dan

mungkin dapat mencegah. Terapi pengganti estrogen (ERT) pascamenopause

untuk 10 tahun atau lebih berkaitan dengan peningkatan kematian akibat kanker

ovarium

c. Faktor genetic

Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi penetrasi telah

ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker ovarium. Bila terdapat

dua atau lebih hubungan tingkat pertama yang menderita kanker ovarium, seorang

perempuan memiliki 50% kesempatan untuk menderita kanker ovarium.

Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker ovarium yaitu:

 Diet tinggi lemak

 Merokok

 Alkohol

 Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium

 Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium

 Nulipara

 Infertilitas

 Menstruasi dini

 Wanita diatas usia 50 – 75 tahun

 Wanita yang memiliki anak > 35 tahun

 Ras kaucasia > Afrika-Amerika

 Kontrasepsi oral
 Berawal dari hyperplasia endometrium yang berkembang menjadi karsinoma.

 Menarche dini

4.         Patofisiologi

Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan kegagalan

pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium

tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormone

hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan

penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel

tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara

tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap hari,

ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pada

pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan

oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang

memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi

pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif.

Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara

gradual akan mengecil selama kehamilan.

Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan

dengan abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan

pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan peritoneal sehingga implantasi dan

pertumbuhan keganasan selanjutnya dapat timbul pada semua permukaan intraperitoneal.

Limfatik yang disalurkan ke ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel

ganas. Semua kelenjar pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena.

Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa

gejala yang spesifik. Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah
perasaan berat pada pelvis, sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi

gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan

konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder

akibat hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen, beberapa tumor

menghasilkan testosterone dan menyebabkan virilasi. Gejala-gejala keadaan akut pada

abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat perdarahan dalam tumor , ruptur atau torsi

ovarium. Namun tumor ovarium paling sering terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin.
5.         Pathway
6.         Klasifikasi

Lebih dari 30 neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Tumor ovarium

dikelompokkan dalam 3 kategori (Price, 2005;1297) besar yaitu :

 Tumor-tumor epitel

Tumor-tumor epitel menyebabkan 60% dari semua neoplasma ovarium dan

diklasifikasikan sebagai neoplasma jinak, perbatasan ganas

 Tumor stroma gonad

 Tumor-tumor sel germinal

Terdapat tiga ketegori utama tumor sel germinal yaitu : tumor jinak (kista dermoid),

tumor ganas (bagian dari kista dermoid), tumor sel germinal primitive ganas (sel

embrionik dan ekstraembrionik)

Dua pertiga persen kanker ovarium adalah tumor sel germinal primitive ganas. Penting

untuk mendiagnosis jenis tumor dengan tepat.

Klasifikasi stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation International of

Ginecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :

 Stadium I : pertumbuhan terbatas pada ovarium

o Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi

sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.

o Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel

ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.


o Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau

kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan

bilasan peritoneum positif.

 Stadium II : Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul

o Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba

o Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya

o Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau

kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan

bilasan peritoneum positif.

 Stadium III : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum

di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi

sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau omentum.

o Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi

secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan

(seeding) dipermukaan peritoneum abdominal.

o Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan

peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar

getah bening negatif.

o Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah

bening retroperitoneal atau inguinal positif.

 Stadium IV : pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh.

Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis

ke permukaan liver.

7.         Tanda dan Gejala Klinis


Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan pada pasien dengan kanker ovarium

adalah sebagai berikut :

a. Haid tidak teratur

b. Darah menstruasi yang banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada payudara

c. Menopause dini

d. Dispepsia

e. Tekanan pada pelvis

f. Sering berkemih dan disuria

g. Perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut,

cepat kenyang dan konstipasi.

h. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder

akibat hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen. (Smeltzer,

2001;1570)

8.         Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah

massa pada rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu

membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum dianut bahwa

tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan licin, unilateral dan mudah digerakkan.

Sedangkan tumor ganas akan memberikan gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi

dan sering bilateral. Massa yang besar memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih

mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya asites dan nodul pada

cul-de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan.

9.         Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien kanker ovarium yaitu :

a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik pelvic


b. Radiologi : USG Transvaginal, CT scan, MRI

c. Tes darah khusus : CA-125 (Penanda kanker ovarium epitelial), LDH, HCG, dan

AFP (penanda tumor sel germinal)

d. Laparoskopi

e. Laparotomi

f. Pemeriksaan untuk mengetahui perluasan kanker ovarium

g. Pielografi intravena (ginjal, ureter, dan vesika urinaria), sistoskopi dan

sigmoidoskopi.

h. Foto rontgen dada dan tulang

i. Scan KGB (Kelenjar Getah Bening)

j. Scan traktus urinarius

10.     Diagnosis / Kriteria Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat, pemeriksaan fisik ginekologi,

serta pemeriksaan penunjang

a.         Riwayat

Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan. Keluhan yang

timbul berhubungan dengan peningkatan massa tumor, penyebaran tumor pada permukaan

serosa dari kolon dan asites. Rasa tidak nyaman dan rasa penuh diperut, serta cepat merasa

kenyang sering berhubungan dengan kanker ovarium. Gejala lain yang sering timbul

adalah mudah lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek akibat efusi pleura

dan asites yang masif.

Dalam melakukan anamnesis pada kasus tumor adneksa perlu diperhatikan umur

penderita dan faktor risiko terjadinya kanker ovarium. Pada bayi yang baru lahir dapat

ditemukan adanya kista fungsional yang kecil (kurang dari 1-2 cm) akibat pengaruh dari

hormon ibu. Kista ini mestinya menghilang setelah bayi berumur beberapa bulan. Apabila
menetap akan terjadi peningkatan insiden tumor sel germinal ovarium dengan jenis yang

tersering adalah kista dermoid dan disgerminoma. Dengan meningkatnya usia

kemungkinan keganasan akan meningkat pula. Secara umum akan terjadi peningkatan

risiko keganasan mencapai 13% pada premenopause dan 45% setelah menopause.

Keganasan yang terjadi bisa bersifat primer dan bisa berupa metastasis dari uterus,

payudara, dan traktus gastrointestinal.

b.        Pemeriksaan fisik ginekologi

Dengan melakukan pemeriksaan bimanual akan membantu dalam memperkirakan

ukuran, lokasi, konsistensi dan mobilitas dari massa tumor. Pada pemeriksaan

rektovaginal untuk mengevaluasi permukaan bagian posterior, ligamentum sakrouterina,

parametrium, kavum Dauglas dan rektum. Adanya nodul di payudara perlu mendapat

perhatian, mengingat tidak jarang ovarium merupakan tempat metastasis dari karsinoma

payudara.

Hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada rongga

pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu membedakan tumor

adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum dianut bahwa tumor jinak

cenderung kistik dengan permukaan licin, unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan

tumor ganas akan memberikan gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi dan sering

bilateral. Massa yang besar yang memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih

mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya asites dan nodul pada

cul-de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan.

c.         Pemeriksaan penunjang

Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam menegakkan

diagnosis suatu tumor adneksa ganas atau jinak. Pada keganasan akan memberikan

gambaran dengan septa internal, padat, berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites .
Walaupun ada pemeriksaan yang lebih canggih seperti CT scan, MRI (magnetic

resonance imaging), dan positron tomografi akan memberikan gambaran yang lebih

mengesankan, namun pada penelitian tidak menunjukan tingkat sensitifitas dan spesifisitas

yang lebih baik dari ultrasonografi. Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang

paling sering digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering

disertai keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda tumor untuk

jenis sel germinal, antara lain alpha-fetoprotein (AFP), lactic acid dehidrogenase (LDH),

human placental lactogen (hPL), plasental-like alkaline phosphatase (PLAP) dan human

chorionic gonadotrophin(hCG).

11.     Kemungkinan komplikasi

a.         Torsi

b.        Rupture kista

c.         Perdarahan

d.        Keganasan

12.     Penatalaksanaan

Adapun tindakan yang dilakukan pada penanganan kanker ovarium antara lain:

(Smeltzer, 2001;1570)

 Intervensi bedah untuk kanker ovarium adalah histerektomi abdominal total dengan

pengangkatan tuba falopii dan ovarium serta omentum (salpingo-oofarektomi bilateral

dan omentektomi) adalah prosedur standar unruk penyakit tahap dini

 Terapi radiasi dan implantasi fosfor 32 (32P) interperitoneal, isotop radioaktif, dapat

dilakukan setelah pembedahan

 Kemoterapi dengan preparat tunggal atau multiple tetapi biasanya termasuk sisplantin,

sikofosfamid, atau karboplatin juga digunakan


 Paklitaksel (Taxol) merupakan preparat yang berasal dari pohon cemara pasifik,

bekerja dengan menyebabkan mikrotubulus di dalam sel-sel untuk berkumpul dan

mencegah pemecahan struktur yang mirip benang ini. Secara umum, sel-sel tidak

dapat berfungsi ketika mereka terlilit dengan mikrotubulus dan mereka tidak dapat

membelah diri. Karena medikasi ini sering menyebabkan leucopenia, pasien juga

harus minum G-CSF (factor granulosit koloni stimulating)

 Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada penderita dengan

asites yang disertai massa pelvis, karena dapat menyebabkan pecahnya dinding kista

akibat bagian yang diduga asites ternyata kista yang memenuhi rongga perut.

Pengeluaran cairan asites hanya dibenarkan apabila penderita mengeluh sesak akibat

desakan pada diafragma.


BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data

yang akurat dan sistematis akan membantu pemantauan status kesehatan dan pola

pertahanan pasien, mengidentifikasi kekuatan pasien serta merumuskan diagnosa

keperawatan (Mocthar, 2006)

a.       Dasar data pengkajian

1)        Aktivitas/istirahat

Gejala : Kelemahan dan atau keletihan, perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur

pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas,

berkeringat malam, keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan. Pekerjaan atau profesi

dengan pemajanan karsinoma lingkungan, tingkat stres tinggi.

2)        Sirkulasi

Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja, perubahan TD

3)        Integritas ego

Gejala: Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres

(misal merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan


religius/spiritual). Masalah tentang perubahan dalam penampilan misal alopesia, lesi cacat,

pembedahan. Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu,

tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.

Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah

4)        Eliminasi

Gejala: Perubahan pada pola defekasi misal darah pada feces, nyeri pada defekasi.

Perubahan eliminasi urinarius misal nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih sering

berkemih.

Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.

5)        Makanan/cairan

Gejala : Kebiasaan diet buruk (misal rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet),

anoreksia, mual/muntah, intoleransi makanan.

Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema.

6)        Neurosensori

Gejala : Pusing

7)        Nyeri/kenyamanan

Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misal ketidaknyamanan ringan sampai

nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit)

8)        Keamanan

Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinoma, pemajanan matahari lama/berlebihan.

Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.

9)        Pernapasan

Gejala : Merokok (tembakau, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan asbes.
10)    Seksualitas

Gejala: Masalah seksual misal dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan

nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun, multigravida, pasangan seks multipel, aktivasi

seksual dini, herpes genital.

11)    Interaksi social

Gejala : Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinan (berkenaan

dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan), masalah tentang fungsi atau

tanggung jawab peran.

b.         Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umun pasien, kesadaran, tekanan darah, respirasi,

berat badan

a. Mata : Meliputi pemeriksaan kelopak mata, gerakan mata, konjungtiva, sclera, pupil,

akomodasi.

b. Hidung : meliputi pemeriksaan reaksi alergi, sinus, dan lain-lain

c. Mulut dan tenggorokan : kaji adanya mual, kesulitan menelan

d. Dada dan aksila : kaji adanya pembesaran mammae

e. Pernafasan : kaji jalan nafas, suara nafas, kaji adanya penggunaan otot bantu

pernafasan

f. Sirkulasi jantung : kaji kecepatan denyut apical, irama, kelainan bunyi jantung, sakit

dada

g. Abdomen : kaji adanya asites

h. Genitourinaria : kaji adanya massa pada rongga pelvis

i. Ekstremitas : kaji turgor kulit\


c.         Pemeriksaan laboratorium

1)       Pemeriksaan darah : Hb dan leukosit menurun, trombosit meningkat, ureum dan

kreatinin meningkat.

2)       Pemeriksaan urine : Ureum dan kreatinin meningkat.

2.        Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur oprasi ditandai dengan kondisi


pembedahan
3.        Rencana Tindakan Keperawatan

Tujuan dan
Intervensi
No. Dx Kriteria Hasil Rasional
(SIKI)
(SLKI)

1 Setelah diberikan Manajemen Nyeri (I.08238)


asuhan Observasi
keperawatan 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengetahui lokasi,
selama …x maka karakteristik,
karakteristik, durasi,
tingkat nyeri
(L.08066) menurun frekuensi, kualitas dan durasi, frekuensi,
dengan kriteria kualitas dan
intensitas nyeri
hasil:
1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri intensitas nyeri
menurun (skor Terapeutik 2. Mengetahui tingkat
5) 3. Berikan Teknik nyeri
2. Meringis nonfarmakologis untuk 3. Untuk mengurasi
menurun (skor mengurasi rasa nyeri nyeri yang
5) seperti terapi music, pijat dirasakan oleh
3. Gelisah dan kompres hangat pasien
menurun (skor 4. Kontrol lingkungan yang 4. Meringankan rasa
5) memperberat rasa nyeri nyeri yang
4. Kemampuan Edukasi dirasakan
meningkatkan 5. Ajarkan Teknik 5. Melatih px dan
aktivitas nonfarmakologis untuk keluarga secara
meningkat mengurangi rasa nyeri mandiri untuk
(skor 5) Kolaborasi mengurangi rasa
6. Kolaborasi pemberian nyeri
analgetik bila perlu 6. Mengurangi nyeri
apabila semakin
berat

4.        Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang dibuat

5.        Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan yaitu melihat respon pasien setelah dilakukan


tindakan keperawatan pada pasien kanker ovarium dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Dalam melakukan evaluasi keperawatan memiliki pengetahuan dan kemampuan
memahami respon pasien serta menggambarkan kesimpulan tujuan yang akan
dicapai dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil ada 2
jenis, yaitu :

1. Evaluasi formatif Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat melakukan


tindakan keperawatan dengan respon segera.

2. Evaluasi sumatif Merupakan hasil observasidan analisis status pasien kanker


ovarium berdasarkan tujuan yang direncanakan. Evaluasi juga sebagai alat ukur
apakah tujuan sudah tercapai sebagian atau tidak tercapai.

Evaluasi dilakukan dengan pendekatan pada SOAP, yaitu :

S :Data subjektif yaitu informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
O :Data objektif yaitu data yang didapat dari hasil observasi perawat, termasuk
tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan penyait pasien (meliputi :
data fisiologi dan informasi dari pemeriksaan tenaga kesehatan yang lain).

A :Analisis yaitu analisa ataupun kesimpulan dari data subjektif dan data objektif
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah
teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi.

P :Perencanaan yaitu pengembangan rencana keperawatan lanjutan yang akan


dilakukan berdasarkan analisis yang bertujuan memberikan tindakan keperawatan
yang optimal
Format pengkajian

Nama Mahasiswa : Ni Luh Nyoman Putri Ayu Bintang

Tempat Pratek : RSUP SANGLAH

Tanggal Pengkajian : 6 April 2021

PENGKAJIAN

I. Identitas Diri Pasien


Nama : Ny. N

Tanggal Masuk RS : 29-03-2021

Tempat/Tanggal Lahir : Tabanan, 11-07-2000

Sumber Informasi : keluarga

Umur : 20 Tahun Agama : Hindu

Jenis Kelamin : P Status Perkawinan : Belum Menikah

Pendidikan : SMA Suku : Bali

Pekerjaan : Pelajar

Lama Bekerja : -

Alamat : Br Dinas Carik


Keluhan Utama : Pasien mengatakan mual (+) muntah (+) lemas

Riwayat Penyakit : Pasien mengatakan lemas, pasien mengeluh nyeri perut kurang
lebih 1 minggu yang lalu di ketahui ca ovarium sejak 5/11/2020 dan
BAB susah dalam satu bulan

1. Keluarga terdekat yang dapat dihubungi (orang tua, wali, suami, istri, dan lain-
lain)
Pekerjaan : Pedagang

Pendidikan :

Alamat : Br Dinas Carik

2. Alergi : tidak ada alergi


Tipe Reaksi Tindakan

........................... ................................... ......................................................

3. Kebiasaan
Merokok / kopi / obat / alkohol / lain-lain

Jika ya, jelaskan ........................................................................................................

4. Obat-obatan
Lamanya :-

Sendiri :-

Orang lain (resep) :-

5. Pola nutrisi :
Frekuensi/porsi makan : pasien mengatakan makan sedikit

Berat Badan : 42 kg Tinggi Badan: 156 cm

Jenis makanan : susu

Makanan yang disukai :

Makanan tidak disukai : daging dan sayur


Makanan pantangan : -

Nafsu makan : [ ] baik

[ ] sedang, alasan : mual/muntah/sariawan/dll

[ √ ] kurang, alasan : mual/muntah/sariawan/dll

Perubahan BB 3 bulan terakhir :

[ ] bertambah ........................... kg

[ ] tetap

[ √ ] berkurang ........................... kg

6. Pola eliminasi:
a. Buang air besar
Frekuensi : Waktu : pagi/siang/sore/malam

Warna : Konsistensi :

Penggunaan Pencahar : -

b. Buang air kecil


Frekuensi : Warna :

Bau :

7. Pola tidur dan istirahat :


Waktu tidur (jam) :

Lama tidur/hari : 7-8 jam/hari

Kebiasaan pengantar tidur :-

Kebiasaan saat tidur :-

Kesulitan dalam hal tidur : [ ] menjelang tidur

[ v ] sering/mudah terbangun

[ ] merasa tidak puas setelah bangun tidur


8. Pola aktivitas dan latihan :
a. Kegiatan dalam pekerjaan :
b. Olah raga :-
c. Kegiatan di waktu luang :istirahat
d. Kesulitan/keluhan dalam hal ini :
[ ] pergerakan tubuh [ ] bersolek

[ ] mandi, berhajat [ v ] mudah merasa kelelahan

[ ] mengenakan pakaian [ ] sesak nafas setelah mengadakan aktivitas

9. Pola kerja :
Jenis pekerjaan : lamanya -

Jumlah jam kerja : lamanya -

Jadwal kerja : -

Lain-lain (sebutkan) -

II. Riwayat Keluarga


Genogram :

III. Riwayat Lingkungan


Kebersihan Lingkungan : pasien mengatakan bersih

Bahaya : -

Polusi : tidak terlalu ada polusi

IV. Aspek Psikososial


1. Pola pikir dan persepsi
a. Alat bantu yang digunakan :
[ ] kaca mata [ ] alat bantu pendengaran

b. Kesulitan yang dialami :


[ ] sering pusing

[ ] menurunnya sensitifitas terhadap panas dingin

[ ] membaca/menulis

2. Persepsi diri
Hal yang dipikirkan saat ini : tentang penyakitnya

Harapan setelah menjalani perawatan: semoga menjadi lebih baik

Perubahan yang dirasa setelah sakit : masih terasa nyeri

3. Suasana hati :bingung tentang penyakitnya


4. Hubungan/komunikasi:
a. Bicara
[ v ] jelas bahasa utama : Indonesia

[ ] relevan bahasa daerah : bali

[ ] mampu mengekspresikan

[ ] mampu mengerti orang lain

b. Tempat tinggal
[ ] sendiri

[ ] bersama orang lain, yaitu mertua

[√ ] bersama orang tua

c. Kehidupan keluarga
Adat istiadat yang dianut : hindu

Pembuatan keputusan dalam keluarga : Ayah

Pola komunikasi : musyawarah


Keuangan : [ v ] memadai [ ] kurang

d. Kesulitan dalam keluarga


[ ] hubungan dengan orang tua

[ ] hubungan dengan sanak keluarga

[ ] hubungan dengan suami/istri

5. Kebiasaan seksual
a. Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut :
[ ] fertilitas [ ] menstruasi

[ ] libido [ ] kehamilan

[ ] ereksi [ ] alat kontrasepsi

b. Pemahaman terhadap fungsi seksual : -


6. Pertahanan koping
a. Pengambilan keputusan
[ ] sendiri

[ v ] dibantu orang lain; sebutkan keluarga

b. Yang disukai tentang diri sendiri : -


c. Yang ingin dirubah dari kehidupan :-
d. Yang dilakukan jika sedang stress :
[ ] pemecahan masalah [ ] cari pertolongan

[ ] makan [ ] makan obat

[ ] tidur

[ v ] lain-lain (misalnya marah, diam dll) sebutkan jalan-jalan

7. Sistem nilai – kepercayaan


a. Siapa atau apa yang menjadi sumber kekuatan : orang tua
b. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda :
[ v ] ya [ ] tidak

c. Kegiatan Agama atau Kepercayaan yang dilakukan (macam dan frekuensi)


Sebutkan : sembahyang

d. Kegiatan Agama atau Kepercayaan yang ingin dilakukan selama di rumah


sakit,
Sebutkan : berdoa di tempat tidur

V. Pengkajian Fisik
A. Vital Sign

Tekanan darah: 110/70 mmHg

Suhu : 360 c

Nadi : 80 x/menit

Pernafasan : 16x/menit

B. Kesadaran : Compos mentis GCS :

Eye :

Motorik :

Verbal :

C. Keadaan umum :

Sakit/ nyeri : 1. ringan 2. sedang 3. berat

Skala nyeri : 2

Nyeri di daerah : perut

Status gizi : 1. gemuk 2. normal 3. kurus

BB : 42 TB : 148

Sikap : 1. tenang 2. gelisah 3. menahan nyeri

Personal hygiene : 1. bersih 2. kotor 3. lain-lain…….

Orientasi waktu/ tempat/ orang : 1. baik 2. terganggu……

D. Pemeriksaan Fisik Head To Toe


Kepala

Bentuk : 1. mesochepale 2. mikrochepale 3. hidrochepale

4. lain- lain normal

Lesi/ luka : 1. hematom 2. perdarahan 3. luka sobek 4. lain-lain………….

Rambut

Warna : hitam

Kelainan : rontok/ dll………….

Mata

Penglihatan : 1. normal 2. kaca mata/ lensa 3. lain-lain…….

Sklera : 1. ikterik 2. tidak ikterik

Konjungtiva : 1. anemis 2. tidak anemis

Pupil : 1. isokor 2.anisokor 3. midriasis 4. katarak

Kelainan : kebutaan kanak/kiri

Data tambahan

Hidung

Penghidu : 1. normal 2. ada gangguan

Sekret/ darah/ polip : -.

Tarikan caping hidung : 1. ya 2. tidak

Telinga

Pendengaran : 1. normal 2. kerusakan 3. tuli kanan/kiri

4. tinnitus 5. alat bantu dengar 6. lainnya

Skret/ cairan/ darah : 1. ada/tidak 2. bau…….. 3. warna………

Mulut Dan Gigi


Bibir : 1. lembab 2. kering 3. cianosis 4. pecah-pacah

Mulut dan tenggorokan: 1. normal 2. lesi 3. stomatitis

Gigi : 1. penuh/normal 2. ompong 3. lain-lain………..

Leher

Pembesaran tyroid : 1. ya 2. tidak

Lesi : 1. tidak 2. ya, di sebelah…….

Nadi karotis : 1. teraba 2. tidak

Pembesaran limfoid : 1. ya 2. tidak

Thorax

Jantung : 1. nadi 80x/ menit, 2. kekuatan: kuat/ lemah

3. irama : teratur/ tidak 4. lain-lain…………….

Paru : 1. frekwensi nafas : 18x teratur/ tidak

2. kualitas : normal/ dalam/ dangkal

3. suara nafas : vesikuler/ ronchi/ wheezing

4. batuk : ya/ tidak

5. sumbatan jalan nafas: sputum/ lendir/ darah/ ludah

6. Retraksi dada : 1. ada 2. tidak ada

Abdomen

Peristaltik usus : 1. ada;10x/menit 2. tidak ada


3. hiperperistaltik 4. lain-lain…

Kembung : 1. ya 2. tidak

Nyeri tekan : 1. tidak 2. ya di kuadran…….. /bagian


….............
Ascites : 1. ada 2. tidak ada

Genetalia

Pimosis : 1. ya 2. tidak

Alat Bantu : 1. ya 2. tidak

Kelainan : 1. tidak 2. ya,


berupa………….........................................

Kulit

Turgor : 1. elastis 2. kering 3. lain-lain

Laserasi : 1. luka 2. memar 3.lain-lain

Di
daerah………….....................................................................

Warna kulit : 1. normal (putih/sawo matang/ hitam)


2. pucat 3. cianosis 4. ikterik 5. lain-lain………

Ekstremitas

Kekuatan otot :

ROM : 1. penuh 2. terbatas

Hemiplegi/parese : 1. tidak 2. ya, kanan/kiri

Akral : 1. hangat 2. dingin

Capillary refill time : 1. < 3 detik 2. > 3 detik

Edema : 1. tidak ada 2. ada di daerah

Lain-lain :-

Data pemeriksaan fisik neurologis :-

1. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Penunjang: Laboratorium, rongent, USG, MRI, dll
b. Program Terapi: -

ANALISIS DATA

Data focus Analisis Masalah

DS : Pasien mengatakan mual Agen pencedera fisik mis. Nyeri akut


(+) muntah (+) lemas dan prosedur oprasi
nyeri di bagian perut

DO: pasien tampak meringis


Mengeluh nyeri

Kondisi pembedahan

Nyeri akut

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH (lihat SKDI)

1. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur oprasi ditandai dengan kondisi


pembedahan
PERENCANAAN (lihat SLKI)

No. Dx Tujuan Intervensi Rasional


Setelah diberikan asuhan Manajemen Nyeri
1 keperawatan selama 2 x 8 (I.08238)
jam maka tingkat nyeri
(L.08066) menurun Observasi
1. Mengetahui
dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, lokasi,
1. Keluhan nyeri
karakteristik, karakteristik,
menurun (skor 5)
durasi, frekuensi, durasi,
2. Meringis menurun
kualitas dan frekuensi,
(skor 5)
intensitas nyeri kualitas dan
3. Gelisah menurun
2. Berikan Teknik intensitas nyeri
(skor 5)
nonfarmakologis 2. Mengurasi
4. Kemampuan
untuk mengurasi nyeri yang
meningkatkan
rasa nyeri seperti dirasakan oleh
aktivitas meningkat
terapi music, pijat pasien
(skor 5)
dan kompres 3. Meringankan
hangat rasa nyeri yang
3. Kontrol lingkungan dirasakan
yang memperberat 4. Melatih px dan
rasa nyeri keluarga secara
Edukasi mandiri untuk
4. Ajarkan Teknik mengurangi
nonfarmakologis rasa nyeri
untuk mengurangi 5. Mengurangi
rasa nyeri nyeri apabila
Kolaborasi semakin berat
5. Kolaborasi
pemberian
analgetik bila perlu

PELAKSANAAN

No Tgl/ jam Implementasi Respon Paraf

06/04/2021 Mengetahui lokasi, DS: pasien


karakteristik, durasi, mengatakan
1 09. 00
frekuensi, kualitas dan nyeri pada
wita intensitas nyeri perut

DO:pasien tampak
meringis

P = Nyeri timbul
saat di graka

Q = Nyeri di tusuk
tusuk

R = Nyeri di bagian
kiri perut

S = Skala Nyeri 2

T = Sewaktu-
waktu
Mengurasi nyeri yang
dirasakan oleh pasien
DS: pasien
dengan cara mengkompres
mengatakan
09.45
iya
Wita
DO: pasien tampak
mengerti
Meringankan rasa nyeri
yang dirasakan

10.20 DS: pasien


mengatakan
wita
mengerti yang
di jelaskan

DO:pasien tampak
mengerti
Melatih pasien dan
keluarga secara mandiri
untuk mengurangi rasa
DS: pasien
10.55 nyeri
mengatakan
Wita iya

DO: pasien tampak


mengerti

Mengurangi nyeri apabila


semakin berat
(paracetamol)
DS: pasien
11.00
mengerti yang
Wita di jelaskan

DO: pasien tampak


mengerti
tentang obat
yang diminum
untuk
menghilangka
n nyeri

Mengetahui lokasi,
DS: pasien
karakteristik, durasi,
07/04/2021 mengatakan
frekuensi, kualitas dan
nyeri terasa
13.00 intensitas nyeri
berkurang
Wita
DO:

P = Nyeri timbul
saat digerakan
menurun

Q = Nyeri di tusuk
tusuk menurun

R = Nyeri di bagian
kiri perut
menurun

S = Skala Nyeri 1

T = Sewaktu-
waktu

Mengurasi nyeri yang


DS: pasien
dirasakan oleh pasien
13.15 mengatakan
dengan cara mengkompres
mengerti yang
dijelaskan

DO: pasien tampak


mengerti

Meringankan rasa nyeri


yang dirasakan DS: pasien
13.45
mengatakan
mengerti yang
di jelaskan

DO:pasien tampak
mengerti

Melatih pasien dan


keluarga secara mandiri DS: pasien
untuk mengurangi rasa mengatakan
nyeri iya

DO: pasien tampak


14.00
mengerti
Wita
Mengurangi nyeri apabila
semakin berat DS: pasien
(paracetamol) mengerti yang
di jelaskan
14.15
DO: pasien tampak
Wita
mengerti
tentang obat
yang diminum
untuk
menghilangka
n nyeri
EVALUASI

No Tgl / jam Catatan Perkembangan Paraf

06/04/2021 S : Pasien mengatakan nyei yang dirasakan sudah


berkurang
15.00
O : - Keluhan nyeri berkurang
Wita
– Meringis menurun

– Tampak gelisah menurun

P = Nyeri timbul saat digerakan menurun

Q = Nyeri ditusuk-tusuk menurun

R = Nyeri dibagian kiri perut menurun

S = Skala nyeri 1

T = Sewaktu waktu menurun


A = Masalah teratasi sebagian

P = Lanjutkan Intervensi

DAFTAR PUSTAKA

Donges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Guyton, Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC

Manuaba, I Gede Bagus. 2004. Kapita Selekta Kedokteran dan KB. Jakarta : EGC

Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktek Keperawatan. Jakarta : EGC

Prawiroharjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP

Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6.

Jakarta : EGC

Smeltzer. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume

3. Jakarta : EGC

TIM FK UNPADJ.2001. Ginekologi. Bandung : FK UNPADJ

Wilkinson M. Judith, dkk. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosis NANDA,

Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta : EGC


LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN CA OVARIUM DI ANGSOKA 2

RSUP SANGLAH

OLEH :

NI LUH NYOMAN PUTRI AYU BINTANG

NIM. P07120018182

TINGKAT 3.5
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2021

Anda mungkin juga menyukai