LP Dien Kebutuhan Rasa Aman Dan Nyaman
LP Dien Kebutuhan Rasa Aman Dan Nyaman
OLEH:
201111020
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN
NYAMAN(NYERI)
Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan pengumpulan
data atau perolehan data yang akurat guna mengetahui berbagai permasalahan yang ada (Sri Mulya
Ningsih, 2018).
a. Identitas pasien Identitas pasien meliputi, nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, suku, bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa
medis.
d. Riwayat kesehatan dahulu Riwayat kesehatan dahulu ini berisi tentang pengalaman
penyakit sebelumya, apakah memberi pengaruh pada penyakit yang diderita sekarang dan
apakah pernah mengalami pembedahan sebelumnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang
menderita penyakit yang sama seperti pasien, karena penyebab kanker payudara salah satu
faktornya adalah keturunan.
f. Pengkajian nyeri Pengkajian nyeri pada masalah nyeri secara umum mencangkup lima
hal, yaitu pemicu nyeri, kualitas nyeri, lokasi nyeri, intensitas nyeri, dan waktu serangan.
Berikut penjelasan tentang pengkajian nyeri:
P :Provoking atau pemicu, yaitu faktor yang menimbulkan nyeri dan mempengaruhi gawat
atau ringannya nyeri.
T :Time atau waktu, yaitu jangka waktu serangan dan frekuensi nyeri.
g. Riwayat nyeri Saat mengkaji nyeri, perawat harus memberikan pasien kesempatan untuk
mengungkapkan cara pandang mereka terhadap nyeri dan situasi tersebut dengan cara atau
kata-kata mereka sendiri. Langkah ini akan membantu perawat memahami makna nyeri
pada pasien, pengkajian riwayat nyeri meliputi beberapa aspek, antara lain (Huzaifah,
2017).:
1) Lokasi: untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, perawat bisa memberikan bantuan
dengan gambar tubuh untuk pasien agar bisa menandai bagian tubuh mana yang dirasakan
nyeri.
2) Intensitas nyeri: cara menentukan intensitas nyeri pasien, biasanya paling banyak
menggunkan skala nyeri biasanya dalam rentang 0-5 atau 0-10. Angka ‘0’ menandakan
tidak adanya nyeri dan angka tertinggi adalah nyeri ‘terhebat’ yang dirasakan pasien.
3) Kualitas nyeri: terkadang nyeri yang dirasakan bisa seperti, tertusuktusuk, teriris benda
tajam, di setrum dan rasa terbakar. Perawat dapat mencatat kata-kata yang digunakan pasien
dalam menggambarkan nyerinya.
4) Pola: pola nyeri meliputi, waktu, durasi, dan kekambuhan interval nyeri. Maka, perawat
perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang,
dan kapan nyeri terakhir kali muncul.
5) Faktor presipitasi: terkadang, aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri. Seperti,
aktivitas berlebih yang mengakibatkan timbulnya nyeri dada, selain itu faktor lingkungan,
suhu lingkungan dapat berpengaruh terhadap nyeri, stersor fisik dan emosional juga dapat
memicu munculnya nyeri.
6) Gejala yang menyertai: nyeri juga bisa menimbulkan gejala yang menyertai, seperti mual,
muntah,dan pusing.
8) Sumber koping: setiap individu memliki strategi koping berbeda beda dalam menghadapi
nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman nyeri sebelumnya, atau pengaruh
agama dan budaya.
9) Respon afektif: respon afektif pasien terhadap nyeri bervariasi, bergantung pada situasi,
derajat dan durasi nyeri, dan faktor lainnya. Perawat perlu mengkaji adanya perasaan
ansietas, takut, lelah, depresi, atau perasaan gagal pada diri pasien (Sri Mulya Ningsih,
2018).
h. Pemerikasaan fisik Pemerikasaan fisik harus dilakukan secara lengkap dan menyeluruh.
1) Ukur suhu tubuh, tekanan darah, nadi, serta tinggi dan berat badan pada setiap
pemeriksaan.
2) Amati seluruh tubuh pasien untuk melihat keberadaan lesi kulit, hiperpigmentasi,
ulserasi, tanda bekas tusukan jarum, perubahan warna dan ada tidaknya edema.
4) Pemeriksaan sendi selalu lakukan pemeriksaan di kedua sisi pasien apabila kemungkinan
untuk mendeteksi adanya asimetri. Lakukan palpasi untuk mengetahui area spesifik dari
nyeri.
5) Pemerikasaan sensorik, menggunakan diagram tubuh sebagai alat bantu dalam menilai
nyeri terutama untuk menentukan letak dan etiologi nyeri.
Diagnosis keperawatan yang sering muncul pada pasien gangguan kebutuhan rasa nyaman
akibat nyeri yang dirasakan pasien adalah: a. Nyeri akut
1) Definisi Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
2) Penyebab
a) Subjektif (1) Mengeluh nyeri b) Objektif (1) Tampak meringis (2) Bersikap protektif
( mis. Waspada, posisi menghindari nyeri ) (3) Gelisah (4) Frekuensi nadi meningkat (5)
Sulit tidur
a) Objektif (1) Tekanan darah meningkat (2) Pola napas berubah (3) Nafsu makan berubah
(4) Proses berfikit terganggu (5) Menarik diri (6) Berfokus pada diri sendiri (7) Diaphoresis
b. Ganguan Rasa Nyaman
1) Definisi gangguan rasa nyaman adaalah perasaan kurang senang, lega dan sempurna
dalam dimensi fisik, psikospiritual, linkungan dan sosial.
a) Subjektif (1) Mengeluh sulit tidur (2) Tidak mampu rileks (3) Mengeluh
kedinginan/kepanasan (4) Merasa gatal (5) Mengeluh mual (6) Mengeluh lelah b) Objektif
(1) Menunjukkan gejala distress (2) Tampak merintih/menangis (3) Pola eliminasi berubah
(4) Postur tubuh berubah (5) Iritabilitas c. Nyeri Kronis 1) Definisi Pengalaman sensorik
atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan yang
berlangsung lebih dari 3 bulan.
2) Penyebab
c) Penekanan saraf
d) Infiltrasi tumor
a) Subjektif
b) Objketif
(2) Gelisah
(3) Tidak mampu menuntaskan aktivitas
b) Waspada
d) Anoreksia
e) Fokus menyempit
Adapun rencana keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman
(Huzaifah, 2017) antara lain
a. Diagnosis : nyeri akut 1) Luaran utama : tingkat nyeri 2) Luaran tambahan : kontrol nyeri
3) Intervensi utama : a) Manajemen nyeri b) Pemberian analgetik 4) Intervensi tambahan :
a) Terapi Relaksasi b) Aromaterapi c) Dukungan hypnosis diri d) Dukungan pengungkapan
kebutuhan e) Edukasi efek samping obat f) Edukasi manajemen nyeri
g) Edukasi proses penyakit h) Edukasi teknik napas i) Kompres dingin j) Kompres panas k)
Konsultasi l) Latihan pernapasan m) Manajemen efek samping obat n) Manajemen kenyamanan
lingkungan o) Manajemen medikasi p) Manajemen sedasi q) Manajemen terapi radiasi r)
Pemantauan nyeri b. Diagnosis : gangguan rasa nyaman 1) Luaran utama : tingkat nyeri 2) Luaran
tambahan : kontrol nyeri 3) Intervensi utama : a) Manajemen nyeri b) Pengaturan posisi c) Terapi
relaksasi 4) Intervensi tambahan : a) Dukungan hypnosis diri b) Dukungan pengungkapan
kebutuhan c) Dukungan aktivitas/istirahat d) Edukasi efek samping obat e) Edukasi keluarga :
manajemen nyeri f) Edukasi kemoterapi g) Edukasi kesehatan
c.Nyeri kronis 1) Luaran utama : tingkat nyeri 2) Luaran tambahan : kontrol nyeri 3) Intervensi
utama : a) Manajemen nyeri b) Perawatan kenyamanan
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/ terbakar, kesulitan berkemih
(infeksi), ISK baru/ berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri (dapat berkembang menjadi oliguria/anuria jika
terjadi hypovolemia berat, urine berkabut, baubusuk infeksi), abdomen keras, adanya ansietas,
bising usus lemah danmenurun, hiperaktif (diare)
1. Makanan/ cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa/
karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/ minggu, penggunaan
diuretic (tizaid).
Tanda: Kulit kering/ berisik, turgor jelek, kekakuan/ distensi abdomen, muntah,pembesaran
tiroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan peningkatan gula darah), bau halitosis/ manis,
bau buah (napas aseton).
2. Neurosensor
Gejala : Pusing/ pening, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan otot, paresthesia, gangguan
penglihatan.
Tanda : Disoreintesi, mengamuk, alergi, stupor/ koma (tahap lanjut), gangguan memori, reflek
tendon menurun, kejang.
3. Nyeri/ keamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/ nyeri (sedang/ berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
4. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/ tanpa sputum purulent (tergantung adanya
infeksi/ tidak)
Tanda : Batuk dengan / tanpa sputum purulent (infeksi), frekuensi pernapasan
5. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ ulserasi, menurunya kekuatan umum/ rentang
gerak, paresthesia/ paralysis otot termasuk otot-otot pernapasaan (jika kadar kalium menurun
dengan cukup tajam).
a. Pemeriksaan Fisik
Meliputi keadaan penderita kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda-tanda vital.
1. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada keher, telinga kadang-kadang
berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur/ ganda, diplopia,
lensa mata keruh.
2. Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit
didaerah sekitar ulkus dan gangrene, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
3. Sistem pernapasan.
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada, pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
4. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/ bradikardi, hipertensi/
hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
5. Sistem gastrointestinal
Terdapat poliphagi, polidipsi, mual muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, Poliuri, retensio urine,
inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
6. Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri,
adanya gangren di ekstremitas.
7. Sistem neurologis
Terjadinya penurunn sensoris, parathesia, anatesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental,
disorientasi.
2.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan bardasarkan SDKI menurut (PPNI, 2016) :
1. Nyeri akut
2. Gangguan integritas kulit/jaringan
3. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
4. Risiko infeksi
5. Gangguan mobilitas fisik
meningkat Intervensi :
4. Risiko infeksi
Tujuan & kriteria hasil
f) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan misalduduk di atas tempat tidur
DAFTAR PUSTAKA