Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kingdom animalia di sebut juga dunia hewan.Organisme yang tergolong
dalam kingdom ini memiliki bentuk dan ukuran yang beragam.Cara bergeraknya
pun berbeda-beda. Namun, semua orgnisme yang tergolong dalam animalia
memiliki beberapa cirri yang sama. Animalia beranggotaakan organism
eukariotik dan multiseluler. Animalia tidak memiliki klorofil sehingga tidak
mampu membuat makanan sendiri, organism ini memperoleh energi dengan cara
memakan organisme lain berupa tumbuhan atau hewan lain (bersifat heterotrof),
sel-sel penyusun tubuh hewan tidak memiliki dinding sel,. Animalia
beranggotakan jenis-jenis organism yang umumnya mampu bergerak aktif,
memiliki otak dan sistem saraf, serta bereproduksi secara seksual
Berdasarkan perbedaan pada simetri tubuh dan lapisan penyusun
tubuhnya, kingdom animalia dibagi menjadi Sembilan filum berikut:
1. Porifera (hewan berpori)
2. Coenlenterata (hewan berongga)
3. Platyhelminthes (cacing pipih)
4. Nemathelminthes (cacing gilig)
5. Annelida (cacing bersegmen)
6. Mollusca (hewan bertubuh lunak)
7. Arthropoda (hewan berbuku-buku)
8. Echinodermata (hewan berkulit duri)
9. Chordata (hewan bertulang belakang)
Pada makalah ini kami akan mencoba sedikit membahas dua dari
Sembilan filum tersebut. Yaitu, platyhelminthes (cacing pipih) dan
nemathelminthes (cacing gilig)

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan di atas, maka rumusan masalah yang lahir adalah:
1. Apa yang dimaksud filum platyhelminthes?
2. Bagaimana ciri-ciri umum platyhelminthes?
3. Bagaimana klasifikasi platyhelminthes?
4. Bagaimana reproduksi platyhelminthes?
5. Apa peranan platyhelminthes?
6. Apa yang dimaksud filum nemathelminthes?
7. Bagaimana ciri-ciri umum nemathelminthes?
8. Bagaimana klasifikasi nemathelminthes?
9. Bagaimana reproduksi nemathelminthes?
10. Apa peranan nemathelminthes?
11. pengertian annelida?
12. ciri-ciri anelide?
13.klasifikasi anelide?
14. reproduksi anelide?
C. Tujuan
Mengacu pada rumusan masalah tersebut tujuan yang diharapkan adalah:
1. Memahami definisi filum platyhelminthes
2. Mengetahui ciri-ciri umum platyhelminthes
3. Memaparkan klasifikasi platyhelminthes
4. Mengetahui reproduksi platyhelminthes
5. Mengetahui peranan platyhelminthes
6. Memahami definisi filum nemathelminthes
7. Mengetahui ciri-ciri umum nemathelminthes
8. Memaparkan klasifikasi nemathelminthes
9. Mengetahui reproduksi nemathelminthes
10. Mengetahui peranan nemathelminthes
11. mengetahui pengertian anelide
12mengetahui ciri-ciri anelide
13mengetahui klasifikasi anelide
14. mengetahui reproduksi anelide

2
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam pembahasan ini ada dua yaitu, manfaat
teoretis dan manfaat praktis.
1. Manfaat teoretis= Dapat menambah khasana keilmuan tentang
platyhelminthes (cacing pipih) dan nemathelminthes (cacing gilig) serta
annelide
2. Manfaat praktis= Memberikan pengetahuan pada masyarakat (pembaca)
terhadap platyhelminthes (cacing pipih) dan nemathelminthes (cacing gilig)
serta annelide

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Platyhelmintes
Platyhelminthes adalah filum dalam Kerajaan Animalia (hewan).Filum
ini mencakup semua cacing pipih kecuali Nemertinea, yang dulu merupakan
salah satu kelas pada Platyhelminthes, yang telah dipisahkan.
Platyhelminthes,adalah filum ketiga dari kingdom animalia setelah
porifera dan coelenterata. Cacing ini bisa hidup bebas dan bisa hidup parasit.
Yang merugikan adalah platyhelminthes yang hidup dengan cara parasite
Platyhelminthes bersal dari kata : platy = pipih dan helmins = cacing atau
cacing pipih adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya sudah lebih maju
dibandingkan Porifera dan Coelenterata.Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga
lapisan sel (triploblastik), yaitu ekstoderm, mesoderm, dan endoderm.
Pada Platyhelminthessudah tedapat alat atau organ sederhana seperti
pharynx yang bersifat
musculer, ocelli dan alat-
alat yang lebih kompleks
misalnya organ genitalia
danorgan excretoria.
Namun mereka masih
mempunyai systema
gastrovasculare seperti
diketemukan pada
Coelenterata dengan hanya
satu muara keluar yang
berfungsi baik sebagai
mulut maupun sebagaianus.

4
Platyhelminthes memiliki tubuh pipih, lunak dan epidermis bersilia.
Cacing pipih ini merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga
tubuh (acoelomata). Hidup biasanya di air tawar, air laut dan tanah lembab.Ada
pula yang hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia.Cacing parasit ini
mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa.Hewan ini
mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel.
Cacing pipih belum mempunyai sistem peredaran darah dan sistem
pernafasan.Sedangkan sistem pencernaannya tidak sempurna, tanpa anus.Contoh
Platyhelmintes adalah Planaria.Planaria mempunyai sistem pencernaan yang
terdiri dari mulut, faring, usus (intestine) yang bercabang 3 yakni satu cabang ke
arah anterior dan 2 cabang lagi bagian samping tubuh. Percabangan ini berfungsi
untuk peredaran bahan makanan dan memperluas bidang penguapan.Planaria
tidak memiliki anus pada saluran pencernaan makanan sehingga buangan yang
tidak tercerna dikeluarkan melalui mulut.
B. Ciri-ciri Umum
Platyhelmintes (cacing pipih) memiliki beberapa ciri-ciri/karakteristik
umum antara lain sebagai berikut...
 Memiliki bentuk tubuh pipih, simetris dan tidak bersegmen
 Ukuran tubuh mikroskopis dan ada juga yang memiliki panjang tubuh 20 cm
yaitu cacing pita.
 Memiliki satu lubang yaitu di mulut tanpa dubur
 Mempunyai daya regenerasi yang tinggi, dan bersifat hermafodit (dua
kelamin)
 Hidup parasit dan ada juga yang hidup bebas
 Habitat di air tawar, air laut, tempat lembab, atau dalam tubuh organisme
lain.
 Melakukan perkembangbiakan (bereproduksi) secara generatif dengan
perkawinan silang dan bereproduksi secara vegetatif yaitu membelah diri
 Sensitif dengan cahaya

5
 Tidak memiliki sistem pernapasan. Cacing pipih menggunakan pori-pori
sebagai tempat masuknya oksigen. Masuknya oksigen ke pori-pori dengan
cara difusi.
 Tidak mempunyai rongga sejati, namun memiliki simetri bilateral
 Tidak memiliki sistem pencernaan lengkap. Pencernaan platyhelmintes
(cacing pipi) melalui rongga gastrovaskular
 Mempunyai sistem saraf tanggal tali dan memiliki mata
 Platyhelminthes (cacing pipih) tidak mempunyai pembuluh darah. Sehingga
rongga gastrovaskular beperan mendistribusikan nutrisi ke seluruh tubuh.
 Platyhelminthes (cacing pipih) bersifat triploblastik (memiliki tiga lapisan
embrional), yaitu epidermis (lapisan luar), mesodermis (lapisan tengah), dan
endodermis (lapisan dalam).
C. Klasifikasi Platyhelminthes
1. Kelas Turbellaria
TURBELLARIA
Turbellaria merupakan kelompok
platyhelminthes yang dapat bergerak
dengan menggetarkan bulu
getarnya.Cacing pipih jenis ini hidup
secara bebas (bukan parasit) dan tidak
memiliki alat hisap.Tempat hidupnya
di air atau tempat lembab, dan tidak
hidup pada tempat yang terkena cahaya matahari langsung. Salah satu hewan
jenis ini yang sangat dikenal adalah planaria, kami akan berusaha menjelaskan
kelas ini dengan mencontohkan planaria.Tubuh Planaria memiliki panjang 1 –
2 cm. Planaria memakan protista dan hewan kecil lainnya, planaria memakan
mangsanya dengan menggunakan faring. Setelah ditangkap, makanan akan
dipecah dan didorong masuk ke lambung oleh faring. Umumnya hewan jenis
ini melakukan reproduksi secara seksual.Warna tubuhnya gelap dan pada

6
bagian kepala terdapat bintik mata untuk membedakan keadaan gelap dan
terang.Mulutnya terdapat di permukaan ventral juga bisa di tengah tubuh.Pada
mulut terdapat struktur seperti taring yang disebut probosis, probosis
berfungsi untuk menangkap mangsa. Turbellaria mampu beregenerasi dengan
cara memotong tubuh, dan daya regenerasi ini sangat baik.
Epidermis bersilia dan tubuh berbentuk seperti tongkat. Umumnya
berwarna coklat kehitaman. Contoh Turbellaria antara lain Planaria
(Dugesia), Geoplama, Bipalia, Pseudobicero, Prostheceraeus. Planaria
merupakan tipe umum untuk mempelajari platyhelmintes yang mempunyai
panjang tubuh kira-kira 5-25 mm.
Permukaan tubuh bersilia dan mempunyai sepasang bintik mata.
Terdapat celah mulut yang dilengkapi dengan proboscis, yaitu faring yang
dapat ditonjolkan ke luar. Faring berlanjut ke ruang digesti yang terdiri dari 3
cabang utama, dua anterior dan satu posterior.Saluran pencernaannya berupa
rongga gastrovaskular sehingga tidak terdapat anus. Sistem pencernaan
planaria sebagai berikut:
Anggota kelas ini tidak memiliki sistem respirasi dan sistem sirkulasi
darah khusus, sehingga bernapas melalui seluruh permukaan
tubuhnya.Mampu bergerak secara aktif sebab memiliki silia yang
membantunya berpindah tempat.Mekanisme gerak berkaitan dengan sistem
saraf dan sistem indera.
Sistem saraf terdiri dari 2 batang saraf yang membujur memanjang,
yang di bagian anteriornya berhubungan silang, dan dua ganglion anterior
yang terletak di dekat bintik mata.Sistem indera pada hewan kelas ini
berkembang cukup baik. Terdapat indera peraba dan sel kemoreseptor yang
terletak di sisi kepala. Beberapa spesies mempunyai statosis sebagai alat
keseimbangan dan reoreseptor untuk mengetahui arah aliran air.
Sistem ekskresi terdiri dari 2 tabung ekskresi longitudinal yang
dimulai dari sel-sel nyala (flame cell) yang di bagian anteriornya berhubungan

7
silang. Seluruh sistem terbuka ke luar melalui porus ekskretorius. Sistem
eksresi Dugesia terdiri dari saluran bercabang-cabang yang disebut
protonefridia, memanjang dari pori-pori pada permukaan tubuh bagian dorsal
sampai ke sel-sel api dalam tubuhnya. Sel-sel api yang berbentuk seperti bola
lampu dan memiliki silia di dalamnya. Pergerakan silia berfungsi untuk
menggerakkan air dalam sel menyerupai nyala api sehingga sel tersebut
dinamakan sel api. Sistem reproduksi majemuk karena bersifat hermafrodit
dan dapat melangsungkan pembuahan sendiri. Secara aseksual dengan
fragmentasi karena memiliki daya regenerasi yang besar. Fragmen tersebut
dapat tumbuh menjadi individu baru.
2. Kelas Trematoda (Cacing Hisap)
Tremotoda merupakan kelompok platyhelminthes yang memiliki alat hisap
dan alat kait untuk menempelkan diri
pada inangnya.Trematoda merupakan
platyhelminthes yang hidupnya
parasit.Tubuh bagian luarnya ditutupi
oleh kutikula yang berfungsi agar
tubuhnya tidak tercerna oleh sel tubuh
inangya.Hewan jenis ini tidak
memiliki silia pada permukaan luar
tubuh.Makanan dari trematoda
merupakan cairan atau jaringan tubuh
inangnya.Dinding tubuhnya memiliki otot dan saraf.Contoh hewan ini
adalah cacing hati.Semua anggota Trematoda hidup parasit, terutama pada
Vertebrata. Ada yang hidup sebagai ektoparasit, ada yang sebagai
endoparasit. Permukaan tubuh tidak bersilia, tetapi tertutup dengan
kutikula. Tidak memiliki alat gerak. Umumnya berwarna gelap, dengan
ukuran yang beragam. Contoh hewannya antara lain Fasciola hepatica,

8
Clonorchis sinensis, Paragonimus westermani, Schistosoma. Gambar
anatomi Fasciola hepatica:
Beberapa ada yang memiliki alat isap mulut dan alat isap perut yang
dilengkapi dengan kait untuk melekatkan diri pada inangnya.
Beberapa jenis cacing hati yang dapat menginfeksi manusia antara lain sebagai
berikut :
- Opisthorchis sinensis ( Cacing hati cina )
cacing dewasa hidup pada organ hati manusia.Inang perantaranya adalah siput air dan
ikan.
- Schistosoma japonicum
Cacing ini hidup di dalam pembuluh darah pada saluran pencernaan manusia.Manusia
merupakan inang utamanya, namun hewan juga dapat terinfeksi seperti tikus, anjing,
babi, dan sapi.Inang perantaranya adalah siput amphibi Oncomelania hupensis.Cacing
ini menyebabkan penyakit skistosomiasis dengan ciri demam, anemia, disentri, berat
badan turun, dan pembengkakan hati.
- Paragonimus westermani
Cacing ini hidup dalam paru-paru manusia.Inang perantaranya adalah udang air
tawar.
Saluran pencernaannya berupa rongga gastrovaskular. Mulut melanjut ke
faring dan esofagus yang bercabang dua, yang kemudian masing-masing bercabang
banyak. Sisa metabolisme yang berupa cairan akan dikeluarkan melalui pori ekskresi.
Anggota kelas ini tidak memiliki sistem respirasi dan sistem sirkulasi darah
khusus, sehingga bernapas melalui seluruh permukaan tubuhnya.
Hewan-hewan kelas ini tidak memiliki alat gerak, gerakan terjadi akibat aliran
dalam cairan tubuh inangnya. Jika hewan tersebut telah menempel pada inangnya
melalui alat isap mulut dan alat isap perut, maka gerakan akan mengikuti arah dari
aliran tubuh inangnya.

9
Sistem saraf serupa dengan sistem saraf pada kelas Turbellaria. Sistem saraf
ini bersifat primitif, yaitu berupa ganglion otak yang memanjang. Sistem indera tidak
berkembang.
Sistem ekskresi dimulai dari flame cell, terus ke saluran ekskresi dan
bermuara di bagian posterior.
Cacing kelas ini bersifat hermafrodit. Inang perantaranya adalah siput air dan
inang tetapnya adalah sapi. Berikut daur hidupnya
3. Kelas Cestoda (Cacing Pita)
Cestoda merupakan kelompok
platyhelminthes yang berbentuk seperti
pita dan bersifat parasit.Pada bagian
kepala hewan ini terdapat kait yang
berfungsi untuk mengaitkan tubuhnya
pada usus inang.Kepala cacing pita
disebut skoleks dan bagian di bawah
kepala disebut strobilus.Bagian
Strobilus berfungsi untuk membentuk
progtolid pada hewan ini. Progtolid
merupakan bagian tubuh yang akan menjadi individu baru nantinya. Cestoda terus
membentuk progtolid dan semakin ke ujung progtolid tersebut semakin besar dan
semakin matang.Selama siklus hidupnya mereka dapat melibatkan lebih dari satu
inang. Cacing pita dapat ditularkan ke manusia melalui daging babi atau sapi
terinfeksi yang tidak dimasak dengan matang
Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang
seperti pita.Tubuh Cestoda dilapisi kutikula dan terdiri dari bagian anterior yang
disebut skoleks, leher (strobilus), dan rangkaian proglotid.Pada skoleks terdapat alat
pengisap.Skoleks pada jenis Cestoda tertentu selain memiliki alat pengisap, juga
memiliki kait (rostelum) yang berfungsi untuk melekat pada organ tubuh
inangnya.Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.

10
Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin
betina (ovarium).Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.Proglotid yang dibuahi
terdapat di bagian posterior tubuh cacing.Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi)
dan keluar dari tubuh inang utama bersama dengan tinja.
Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makan dari usus halus
inangnya.Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena
cacing ini tidak memiliki mulut dan pencernaan (usus).Manusia dapat terinfeksi
Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak sempurna.Inang perantara
Cestoda adalah sapi pada Taenia saginata dan babi pada taenia solium.
Reproduksi dan daur hidup Taenia solium dimulai dari lepasnya proglotid tua
bersama feses dari tubuh manusia.Tiap ruas berisi ribuan telur yang telah
dibuahi.Kemudian, ruas-ruas tersebut hancur dan telur yang telah dibuahi bisa
tersebar ke mana-mana.Zigot terus berkembang membentuk larva onkosfer di dalam
kulit telur.Jika telur termakan babi, kulit telur dicerna dalam usus, dan larva onkosfer
menembus usus masuk ke pembuluh darah atau pembuluh limfe dan akhirnya masuk
ke otot lurik.Di otot, larva onkosfer berubah menjadi kista yang terus membesar
membentuk cacing gelembung (sistiserkus).Pada dinding sistiserkus berkembang
skoleks.Jika seseorang memakan daging tersebut yang belum matang, kemungkinan
sistiserkus masih hidup. Di dalam usus manusia yang memakannya, skoleks akan
keluar dan akan menempel pada dinding usus, sedangkan bagian gelembungnya akan
dicerna. Dari “leher”, kemudian akan tumbuh proglotid-proglotid. Selanjutnya,
proglotid tua akan menghasilkan telur yang telah dibuahi.
D. Reproduksi Platyhelminthes
Platyhelminthes bisa bereproduksi dengan cara aseksual dan seksual. Secara
aseksual dilakukan dengan pembelahan tubuh. Tiap-tiap hasil pembelahan akan
meregenerasi bagian tubuh yang hilang. Cara reproduksi aseksual tersebut biasanya
dilakukan oleh Tubellaria sp. Platyhelminthes juga bisa bereproduksi secara seksual
dengan cara perkawinan silang meskipun cacing pipih bersifat hermafrodit. Zigot dan

11
kuning telur yang terbungkus kapsul akan menempel pada batu atau tumbuhan,
kemudian menetas menjadi embrio yang mirip induknya.

E. Peranan Platyhelminthes
Karena kebanyakan platyhelminthes hidup sebagai parasit, pada umunya
filum ini akan merugikan manusia, selain manusia, ada pula cacing pita inag
domba dan anjing, dulu amat banyak orang-orang cina, jepang dan korea yang
menderita karena penyakit parasit, clonorchis, disamping belum berkembang
ilmu kesehatan, maka mereka juga suka makan ikan mentah atau setengah
matang.
Usaha-usaha untuk mencegah infeksi cacing pita pada manusia dan pada
inag lain biasanya dengan memutuskan daur cacing pita, baik dengan cara
mencegah jangan sampai inang perantara terkena infeksi maupun dengan jalan
mencegah jangan sampai inag sendiri terkjena infeksi, selain itu juga pembuangan
tinja manusia perlu diatur menurut syarat-syarat kesehatan sehingga tidak
memungkinkan heksakan yang keluar bersama tinja-tinja itu sampai tertelan babi,
sementara itu semua daging babi, sapid an ikan yang mungkin mengandung
sisteserkus harus dimask sebaik-baiknya oleh manusia.
F. Pengertian Nemathelminthes
Nama lain Nemathelminthes adalah Nematoda. Cacing yang tergolong
dalam filum Nemathelminthes bentuk tubuhnya gilig (bulat panjang), bilateral

12
simetris, tidak bersegmen, triploblastik, dan memiliki rongga tubuh semu
(pseudoselomata).Sebagian cacing gilig hidup bebas di air atau di tanah, dan
sebagian parasit pada hewan atau manusia.Cacing ini berukuran kecil
(mikroskopis), dan tubuh dilapisi kutikula.
Nemathelminthes adalah kelompok hewan cacing yang mempunyai tubuh
bulat panjang dengan ujung yang runcing.Secara bahasa, Kata Nemathelminthes
berasal dari bahasa yunani, yakni “Nema” yang artinya benang, dan “helmintes”
yang artinya cacing.Nemathelminthes sudah memiliki rongga pada tubuhnya
walaupun rongga tersebut bukan rongga tubuh sejati.
Rongga tubuh pada Nemathelminthes disebut pseudoaselomata.Cacing
ini mempunyai tubuh meruncing pada kedua ujung sehingga disebut dengan
cacing gilig. Ukuran tubuh Nemathelminthes umumnya miksroskopis, tapi ada
juga yang mencapai ukuran 1 m. Cacing Nemathelminthes kebanyakan hidup
parasit pada tubuh manusia, hewan, atau tumbuhan, namun adapula yang hidup
bebas. Ukuran dari cacing betina lebih besar dari cacing jantan.
Saluran pencernaan sempurna, mulut di ujung anterior dilengkapi gigi
pengait dan anus di ujung posterior.Cacing ini bernapas secara difusi melalui
seluruh permukaan tubuh dan memiliki cairan mirip darah sebagai alat
transportasi.Reproduksi cacing gilig secara seksual, ovipar, dan jenis kelamin
terpisah (gonochoris).Cacing jantan berukuran lebih kecil daripada cacing betina.
G. Ciri-ciri Umum Nemathelminthes
1. Memiliki tubuh yang berbentuk bulat panjang seperti benang dengan ujung-
ujung yang meruncing, berbentuk gilig/silindris memanjang , tidak beruas-
ruas, tidak bersilia, dan simetris bilateral
2. Merupakan anggota dari kelompok hewan pseudoselomata ( Hewan yang
memiliki rongga tubuh (selom) yang bersifat semu )
3. Tergolong triploblastik karena tubuhnya terdiri dari 3 lapisan yaitu ektoderm
, mesoderm dan endoderm denga rongga tubuh / selom yang masih bersifat
semu

13
4. Sistem pencernaan tubuh yang lengkap mulai dari mulut, faring, usus, dan
anus
5. Alat ekskresi berupa protonefridia (Tubulus/pembuluh bercabang-cabang
yang memanjang pada bagian samping kiri dan kanan disepanjang tubuh Sel
)
6. Belum memiliki sistem peredaran darah, jantung, dan sistem pernafasan
7. Sistem Pernapasan Pernapasan dengan pertukaran gas secara difusi melalui
permukaan tubuh
8. Habitat cacing ini berada di tanah becek dan di dasar perairan tawar atau laut
Hidupnya ada yang bebas dan ada pula yang bersifat parasit pada manusia,
hewan, dan tumbuhan lain. Nemathelminthes yang hidup secara bebas
berperan sebagai pengurai sampah organik, sedangkan yang hidup secara
parasit memperoleh makanan berupa sari makanan dan darah dari tubuh
inangnya.
9. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi, mulai dari yang bersifat mikroskopis
hingga yang panjangnya 1 meter. Umumnya, Individu betina berukuran lebih
besar daripada individu jantan
10. Permukaan tubuh pada Nemathelminthes dilapisi oleh lapisan kutikula yang
berfungsi untuk melindungi diri dari enzim pencernaan inang .
11. Sistem Syaraf Sistem syaraf berupa cincin syaraf yang menelilingi
esofagus yang dihubungkan 6 serabut syaraf ke bagian anterior dan
posterior.
12. Sistem Reproduksi bereproduksi secara seksual. Umumnya cacing betina
lebih besar daripada cacing jantan. Perbedaan lain terdapat pada bagian ekor.
Pada hewan jantan, di dekat lubang anal terdapat tonjolan yang disebut
penial setae yang digunakan untuk kopulasi, sedangkan pada betina tidak
ada. Fertilisasi berlangsung secara internal

14
H. Klasifikasi Nemathelminthes
1. Adenophorea
Anggota kelas dari Adhenophorea tidak mempunyai phasmid (organ
kemosreseptor) sehingga disebut dengan Aphasmida.Banyak dari anggota
Adenophorea yang hidup bebas, tetapi menjadi parasit di berbagai hewan.
Contohnya Trichuris ovis sebagai parasit di domba
Cacing Trichinella spiralismenjadi parasit di usus karnivor dan
manusia.Cacing yang menyebabkan penyakit trikinosis.Setelah cacing dewasa
kawin, cacing jantan mati, sedangkan cacing betina menghasilkan larva.Larva
memasuki sel-sel mukosa dinding usus kemudian mengikuti peredaran darah
hingga ke otot lurik.Dalam otot lurik, larva membentuk sista.Manusia
mengalami infeksi cacing jika cacing dimakan yang kurang matang dan
mengandung sista.Penyakit trikinosis ditandai dengan rasa mual yang hebat
dan terkadang menimbulkan kematian ketika larva menembus otot jantung.

Larva Trichinella spiralis

2. Secernentea
Secernentea disebut dengan Phasmida, karena terdapat anggota
spesiesnya mempunyai phasmid.Banyak anggota kelas hidup dalam tubuh
vertebrata, serangga dan tumbuhan.Contoh spesies dan Secernentea adalah
sebagai berikut:

15
A. Ascaris Lumbricoides (Cacing Pita)
Ascaris lumbricoides adalah parasit usus halus manusia yang menyebabkan
penyakit askariasis.Infeksi cacing perut menyebabkan penderita mengalami
kekurangan gizi.Tubuh pada bagian anterior cacing mempunya mulut yang dengan
dikelilingi tiga bibir dan gigi-gigi kecil.

Ascaris Lumbricoide
Cacing betina memiliki ukuran panjang sekitar 20-49 cm, dengan diamater 4-
6 mm, di bagian ekor runcing lurus, dan dapat menghasilkan 200.000 telur per hari.
Cacing jantan berukuran panjang sekitar 15-31 cm, dengan diameter 2-4 mm, bagian
ekor runcing melengkung, dan di bagian anus terdapat spikula yang berbentuk kait
untuk memasukkan sperma ke tubuh betina.
Setelah terjadi perkawinan, cacing betina menghasilkan telur.Telur kemudian
keluar bersama tinja.Telur mengandung embrio terletan bersama-sama dengan
makanan yang terkontaminasi.Di dalam usus inang, telur menetas menjadi
larva.Larva selanjutnya menembus dinding usus dan masuk ke daerah pembuluh
darah, jantung, paru-paru, faring, dan usus halus hingga cacing dapat tumbuh dewasa.

16
Operasi Ascaris Lumbricoide
Cacing ini parasit pada usus halus manusia.Dikenal sebagai cacing gelang
atau cacing perut.Cacing betina berukuran lebih panjang daripada cacing jantan.
Panjang tubuhnya dapat mencapai 25 cm, diameter tubuh sekitar 0,5 cm. Dalam
sehari cacing betina mampu menghasilkan sampai 200.000 telur.Daur hidup Ascaris
lumbricoides:
Telur keluar bersama feses penderita => termakan oleh manusia => menetas menjadi
larva dalam usus halus => larva menembus dinding usus => ikut aliran darah ke
jantung => masuk ke paru-paru => trakea => tertelan lagi => lambung => di usus
halus menjadi cacing dewasa.

17
B. Ancylostoma Duodenale (Cacing Tambang)

Anylostoma duodenale / Necator americanus


Anylostoma duodenale disebut cacing tambang karena sering ditemukan
didaerah pertambangan, misalnya di Afrika.Spesies cacing tambang di Amerika yaitu

18
Necator americanus.Cacing yang hidup parasit di usus halus manusia dan mengisap
darah sehingga dapat menyebabkan anemia bagi penderita ankilostomiasis.
Cacing tambang dewasa betina yang berukuran 12 mm, mempunyai organ-
organ kelamin luar (vulva), dandapat menghasilkan 10.000 sampai 30.000 telur per
hari. Cacing jantan yang berukuran 9 mm dan mempunyai alat kopulasi di ujung
posterior.Di ujung anterior cacing terdapat mulut yang dilengkapi 1-4 pasang gigi
kitin untuk mencengkeram dinding usus inang.
Setelah terjadi perkawinan, cacing betina menghasilkan telur.Telur keluar
bersama feses (tinja) penderita.Di tempat yang becek, telur menetas dan
menghasilkan larva.Larva masuk ke tubuh manusia dari pori-pori telapak kaki.Larva
mengikuti aliran darah menuju jantung, paru-paru, faring, dan usus halus hingga yang
tumbuh dewasa.
C. Wuchereria bancrofti
Wuchereria bancrofti disebut juga Filaria bancrofti (cacing filaria).Cacing ini
menyebabkan penyakit kaki gajah (filariasis, elefantiasis), yang ditandai dengan
pembengkakan di daerah kaki (dapat juga di organ lain, misalnya
skrotum).Banyaknya populasi cacing ini dalam saluran getah bening mengakibatkan
penyumbatan pada saluran kelenjar getah bening.Dengan adanya penyumbatan ini
menyebabkan penumpukan cairan getah bening di suatu organ.Jika penumpukan
terjadi di daerah kaki maka kaki membengkak sehingga menyerupai kaki gajah.

19
Penyakit kaki gajah

Wuchereria bancrofti

D. Onchorcerca Volvulus
Onchorcea vovulus merupakan cacing mikroskospis penyebab onchocerciasis (river
blindness) yang mengakibatkan kebutaan.Vektor pembawa adalah lalat kecil pengisap
darah black fly (simulium).Cacing banyak terdapat di Afrika dan Amerika Selatan.

20
Larva Onchorcea vovulus

3. Enterobios vermicularis
Enterobios vermicularis disebut juga Oxyuris vermicularis atau cacing
kremi.Parasit pada usus besar manusia. Jika akan bertelur cacing betina bermigrasi ke
daerah sekitar anus sehingga menimbulkan rasa gatal. Bila tanpa sengaja kita
menggaruknya, kemudian tanpa cuci tangan maka telur cacing ini dapat tertelan
kembali. Cacing betina panjangnya sekitar 1 cm, sedangkan cacing jantan
panjangnya sekitar 0,5 cm.

21
telur Enterobios vermicularis

I. Reproduksi Nemathelminthes
Alat kelamin terpisah, cacing betina lebih besar dari cacing jantan dan
yang jantan mempunyai ujung berkait. Gonad berhubungan dengan saluran alat
kelamin, dan telur dilapisi oleh kulit yang terbuat dari kitin. Hewan ini tidak
berkembangbiak secara aseksual.
Nemathelminthes umumnya melakukan reproduksi secara seksual. Sistem
reproduksi bersifat gonokoris, yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah pada
individu yang berbeda. Fertilisasi terjadi secara internal. Telur hasil fertilisasi
dapat membentuk kista dan kista dapat bertahan hidup pada lingkungan yang
tidak menguntungkan.
J. Peranan Nemathelminthes
Nemathelmintes terdiri dari dua macam ada yang bebas dan ada yang
parasit.Bagi jenis nemathelmintes yang bebas berperan dalam tanah yang becek
dan didasar perairan untuk menguraikan sampah-sampah organik. Sedangkan bagi
nemathelmintes yang parasit manusia dan hewan dalam tubuh inangnya dan
memperoleh dengan menyerap nutrisi dan darah dari inangnya yang

22
menyebabkan kerugian dengan menimbulkan penyakit ascariasis, filariasis,
trichinosis, dan anemia.
C. ANNELIDA
Annelida berasal dari kata annulus yang berarti cincin-cincin kecil, gelang-gelang atau ruas-
ruas, dan oidus yang berarti bentuk. Oleh sebab itu, Annelida juga dikenal sebagai cacing
gelang. Cacing tanah sebagai anggota Annelida dapat digunakan untuk memberi gambaran
struktur umum dari filum ini. Tubuh cacing tanah memiliki selom bersepta (bersekat), tetapi
saluran pencernaan, pembuluh saraf dan tali saraf memanjang menembus septa itu.
Cacing tanah merupakan hewan hermafrodit, mereka melakukan pembuahan secara silang.
Sel sperma yang dipertukarkan disimpan dalam klitelum untuk kemudian diselubungi mukus
(lendir) membentuk kokon. Kokon dilepas dalam tanah dan berkembang menjadi embrio
yang siap menjadi individu baru. Perkembangbiakan vegetatifnya dengan cara fragmentasi
tubuh yang diikuti dengan regenerasi.
Cacing-cacing yang termasuk dalam Filum ini, hidup di dalam tanah yang lembab, dalam
laut, dan dalam air. Pada umumnya Annelida hidup bebas, ada yang hidup dalam liang,
beberapa bersifat komensal pada hewan-hewan aquatis, dan ada juga yang bersifat parasit
pada Vertebrata. Di samping tubuhnya bersegmen, juga tertutup oleh kutikula yang
merupakan hasil sekresi dari epidermis dan sudah ada rongga tubuh.
Annelida yang hidup di tanah, berperan penting dalam memperbaiki struktur tanah untuk
pertanian dan mengembalikan mineral yang penting untuk menjaga kesuburan tanah.
Beberapa contoh kelas Oligochaeta yang penting adalah Pheretima (cacing tanah) yang
mampu menghancurkan sampah dan membantu proses sirkulasi bahan organik di tanah serta
sebagai makanan sumber protein bagi ternak. Contoh lainnya adalah Perichaeta (cacing
hutan), Tubifex (cacing air), Lumbricus rubellus yang banyak diternakkan orang karena
berkhasiat untuk mengobati penyakit tifus, ekstraknya sebagai minuman kesehatan dan
bahan kosmetik.
Kelas Polychaeta, misalnya Nereis vireus (kelabang laut), Eunice viridis (cacing wawo),
Lysidice oele (cacing palolo) merupakan cacing yang menghuni lautan. Hirudinea
merupakan kelas dari Annelida yang mampu menghasilkan zat hirudin, semacam bahan
kimia yang mencegah koagulasi atau pembekuan darah, contohnya Hirudo medicinalis,
Haemodipsa javanica.

2.1 Ciri-ciri Umum Annelida


Ciri-ciri umum yang dimiliki anggota filum Annelida adalah :
1. Tempat hidup air tawar, air laut dan darat. Sebagian ada yang bersifat parasit
(merugikan karena menempel pada inangnya).
2. Simetri tubuhnya bilateral simetris karena sudah ada punggung di dorsal dan Sisi
Perut (ventral)
3. Sistem saraf terdiri dari ganglion otak dihubungkan dengan tali saraf yang memanjang
sehingga berupa tangga tali.
4. Alat eksresi disebut nephridium.

23
5. Respirasi dengan menggunakan epidermis pada seluruh permukaan tubuh dan
berlangsung secara difusi. Sistem peredaran darah tertutup.
6. Hewan ini bersifat hermafrodit dan memiliki klitelum sebagai alat kopulasi.
7. Alat pencernaan makanan sempurna mulai dari mulut, saluran pencernaan dan anus.
8. Mulut dilengkapi gigi kitin yang berada di ujung depan sedangkan anus berada di
ujung belakang.
9. Ruas tubuhnya (segmen) disebut Metameri
10. Metameri merupakan bentuk segmen-segmen yang antara segmen itu memiliki organ-
organ yang sama.
11. Organ-organ yang dimiliki pada setiap segmennya sama itu antara lain alat ekskresi
(nefridium) lubang reproduksi, otot dan pembuluh darah , Sistem pencernaan
lengkap/sempurna.
12. Sistem peredaran darah tertutup.
13. Klasifikasi Annelida ini didasarkan atas tidaknya seta / rambut / parapodium yang ada
di permukaan tubuhnya.
14. Tubuh tertutup oleh kutikula yang licin yang terletak di atas epithelium yang bersifat
glanduler

2.2 Anatomi dan Fisiologi Annelida


a. Anatomi Annelida

Banyak tipe cacing tanah, tetapi Lumbricus terrestris adalah merupakan salah satu contoh
spesies yang baik atau representative bagi Filum Annelida. Lumbricus terrestris ini akan
digunakan sebagai contoh dalam pembahasan selanjutnya.
Struktur tubuh annelida ini mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
yang lain. Cacing tersebut sudah mempunyai rongga sejati disebut triplobastik selomata.
Bentuk tubuhnya bersegmen-segmen dilapisi oleh kutikula, tersusun oleh gelang kecil yang
dibatasi dengan sekat berbentuk seperti cincin atau gelang. Jika cacing ini dipotong menjadi
dua bagian yang sama, maka bentuk tubuhnya simetri bilateral.
Bentuk tubuh Lumbricus terrestris panjang silindris, kurang lebih 2/3 baian posteriornya
sedikit memipih ke arah dorsoventral. Warna tubuh permukaan atas berwarna merah sampai
biru kehijau-hijauan dan dari luar aorta dorsalis kelihatan jelas. Permukaan bawah lebih
pucat, umumnya merah jambu dan kadang-kadang putih. Mulut terdapat di ujung anterior
pada bagian yang disebut prostomium.
Pada segmen-segmen ke 32-37, terdapat penebalan kulit yang disebut clitellum. Clitellum
ini jelas pada bagian dorsal dan ventral, dimana disini tidak terdapat annuli. Pada tiap-tiap
segmen terdapat 4 pasang setae, kecuali segmen pertama dan terakhir, 2 pasang di lateral
dan 2 pasang lainnya di ventro-lateral. Setae berguna sebagai alat gerak bagi cacing tanah,
yang digerakkan oleh musculus retractor.
Pada permukaan tubuh cacing tanah terdapat beberapa lubang muara keluar dari berbagai
alat atau organ di dalam tubuh. Lubang-lubang tersebut ialah:
a. mulut, berbentuk bulan sabit terletak di medio ventral segmen pertama
b. anus, terletak pada segmen terakhir
c. lubang muara keluar ductus spermaticus atau vas deferens, terletak pada segmen ke-15

24
d. ubang muara keluar oviduct, terletak pada segmen ke-14
e. lubang muara keluar receptaculum seminalis berupa 2 pasang pori. Receptaculum
seminalis adalah tempat penyimpanan sperma
f. pori dorsales merupakan lubang muara keluar coelom
g. sepasang nephridiofor, merupakan lubang muara keluar dari saluran ekskresi dan
terletak pada tiap segmen, keculi segmen terakhir dan 3 segmen pertama.

b. Fisiologi
1. Sistem Gerak
Dinding tubuh cacing tanah mempunyai 2 lapis otot, yaitu : stratum circulare (lapisan otot
sebelah luar) dan stratum longitudinal (lapisan otot sebelah dalam). Jika musculi ini
berkontraksi akan menimbulkan gerakan menggelombang dari cacing tanah itu sehingga ia
bergerak.
Dinding intestine juga mempunyai otot, yaitu stratum longitudinal. Jika otot ini
berkontraksi, akan menimbulkan gerak peristaltic yang dapat mendorong makanan dalam
saluran pencernaan dan mendorong keluar sisa-sisa pencernaan.
Setae digerakkan oleh 2 berkas otot, yaitu : musculus protactor, yang mendorong setae
keluar, dan musculus retractor yang menarik kembali setae masuk ke dalam rongganya.
Kedua berkas musculi ini melekat pada ujung-ujung dalam dari setae. Jadi cacing tanah
bergerak dengan setae dan kontraksi otot-otot dinding tubuh.

2. Sistem Respirasi
Cacing tanah bernapas dengan kulitnya, karena kulitnya bersifat lembab, tipis, banyak
mengandung kapiler-kapiler darah.
3. Sistem Pencernaan Makanan
Saluran pencernaan cacing tanah sudah lengkap, terdiri atas mulut, pharynx, esophagus,
proventriculus, ventriculus, intestine dan anus. Makanan cacing tanah terdiri atas sisa-sisa
hewan dan tanaman. Cacing tanah mencari makanannya di luar liang pada saat malam hari.
Makanan diambil melalui mulutnya. Makanan di dalam esophagus tercampur dengan cairan
hasil sekresi kelenjar kapur (calciferous glands) yang terdapat pada dinding esophagus itu.
Dari esophagus, makanan terus masuk ke dalam proventriculus yang merupakan tempat
penyimpan makanan yang bersifat sementara.
Selanjutnya, makanan masuk ke dalam ventriculus. Disini makanan dicerna menjadi
partikel-partikel halus. Dari ventriculus, partikel makanan ini masuk ke dalam intestin. Di
dalam intestine, makanan akan dicerna lebih lanjut sehingga menjadi substansi-substansi
yang lebih kecil, yang dapat diabsorbsi oleh dinding intestine tersebut. Dinding intestin
mengandung kelenjar-kelenjar yang menghasilkan enzim-enzim. Karena pengaruh enzim-
enzim ini, partikel-partikel makanan tadi dicernakan menjadi monosakarida, asam lemak
dan gliserol, dan asam amino yang siap untuk diabsorbsi. Senyawa-senyawa tersebut
diabsorbsi oleh dinding intestin dan selanjutnya bersama-sama dengan sirkulasi darah
diangkut ke seluruh bagian-bagian tubuh.

4. Sistem Sirkulasi
25
Sistem peredaran darah cacing tanah adalah sistem peredaran darah tertutup. Darah terdiri
atas bagian cair yang disebut plasma, dan sel-sel darah atau korpuskula. Korpuskula terdapat
di dalam plasma darah. Eritrosit mengandung hemoglobin yang mempunyai kemampuan
mengikt oksigen. Pembuluh-pembuluh darah terdiri atas aorta dorsalis, aorta ventralis.
Aorta dorsalis terletak di sebelah dorsal saluran pencernaan dan mudah terlihat dari luar
pada cacing yang hidup sebab kulit tubuh cacing sedikit transparent. Aorta ventralis terletak
di sebelah ventral saluran pencernaan dan di sebelahdorsal truncus nervosus.
Pada saat darah mengalir menuju ke kulit, hemoglobin mengikat CO 2 , CO2keluar melalui
kulit sedangkan O2 dari udara masuk ke dalam tubuh cacing tanah melalui kulit dan
bersenyawa dengan hemoglobin, membentuk oxyhemoglobin.
5. Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi cacing tanah berupa nephridia (nephridios=ginjal). Pada tiap segmen tubuh
terdapat sepasang nephridia, kecuali 3 segmen yang pertama dan segmen yang terakhir tidak
ada.
6. Sistem Saraf
Sistem saraf cacing tanah, terletak di sebelah dorsal pharynx di dalam segmen yang ke 3 dan
terditi atas :
a. ganglion cerebrale, yang tersusun atas 2 kelompok sel-sel saraf dengan comissura,
terletak di sebelah dorsal pharynx, di dalam segmen ke 3
b. berkas saraf ventralis dengan cabang-cabangnya.
Dari tiap kelompok sel-sel tersebut terdapat saraf-saraf yang terinnervasi daerah mulut dan
berpangkal pada ujung anterior tiap kelompok sel tersebut dan cabang saraf yang menuju ke
ventral dan melingkari pharynx.
7. Organ Sensoris
Cacing tanah tidak mempunyai mata, tetapi pada kulit tubuhnya terdapat sel-sel saraf
tertentu yang peka terhadap sinar.

8. Sistem Reproduksi
Cacing tanah bersifat hermaphrodit. Kedua oviductnya terletak di dalam segmen ke-13 dan
infundibulumnya bersilia. Testes terletak di dalam suatu rongga yang dibentuk oleh dinding-
dinding vesicular seminalis.

2.3 Habitat Annelida


Cacing tanah hidup di dalam liang dalam tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak
rendah. Cacing-cacing ini keluar ke permukaan hanya pada saat tertentu saja. Pada siang
hari tidak pernah keluar ke permukaan tanah, kecuali pada saat hujan. Dalam keadaan yang
sangat dingin atau sangat kering mereka masuk ke dalam liang, seringkali sampai sedalam 8
kaki dan dalam keadaan ini beberapa cacing seringkali terdapat melingkar bersama-sama,
dengan di atasnya terdapat lapisan tanah yang bercampur dengan lendirnya.

2.4 Klasifikasi Annelida


Seta berguna untuk bergerak. Dengan dasar ada tidaknya seta, maka filum ini dibagi
menjadi kelas yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea.
· Kelas Polychaeta
Polychaeta tubuhnya jelas bersegmen-segmen, baik bagian luar maupun bagian dalamnya,
coelom umumnya terbagi oleh septa intersegmental, segmen tubuhnya banyak, mempunyai
26
banyak setae. Umumnya mempunyai kepala yang dilengkapi sejumlah alat tambahan atau
extremitas hampir bersifat gonochoristis, dengan gonade memanjang di seluruh tubuh dan
fertilisasi eksternal, perkembangannya melalui stadium larva, larva disebut trochophora.
Ciri khas kelas polychaeta memiliki banyak rambut pada permukaan tubuhnya. Seta terdapat
pada parapodia di setiap segmen tubuh. Parapodia merupakan tonjolan kaki yang berfungsi
sebagai alat gerak. Pada parapodia juga terdapat insang. Seluruh anggotanya hidup di air
laut (sehingga sering disebut kelabang laut). Contohnya, cacing palolo (Eunice viridis) dan
cacing wawo (Lysidice oele).

Gambar 1. Struktur tubuh cacing wawo, palolo, dan kelabang laut.

7
· Kelas Oligochaeta
Cacing oligochaeta hanya memiliki sedikit seta. Cacing tersebut hidup di tanah yang lembab
atau di air tawar. Tubuhnya tidak memiliki parapodia. Pergerakannya dilakukan oleh
kontraksi otot yang dibantu oleh seta. Contohnya, cacing tanah (lumbricus terestris).
Tubuh cacing tanah disusun oleh 100-180 segmen. Bagian mulut (prostomium) terdapat
pada ujung anterior segmen pertama dan anus pada segmen terakhir. Pada segmen ke-32
sampai ke-37 terdapat penebalan kulit yang disebut klitelum. Klitelum berfungsi membentuk
kokon, yaitu kantong untuk meletakkan sel telur dan melangsungkan pembuahan. Tubuh
cacing tanah memiliki testis dan ovarium. Walaupun hermafrodit, hewan tersebut
melangsungkan pembuahan silang.

27
Gambar 2. Cacing Tanah

· Kelas Hirudinea
Kelas hirudinea beradaptasi sebagai hewan pengisap darah. Pada sekeliling mulut dan
anusnya dilengkapi alat penghisap. Tubuhnya mengandung se-sel kelenjar yang
menghasilkan zat antikoagulan (anti-pembekuan darah) bernama hirudin.
Kelas herudinea tergolong hermafrodit. Meskipun begitu, hewan tersebut elangsungkan
perkawinan secara silang dan pembuahannya terjadi di kokon. Anggota kelas hirudinea
antara lain lintah (hirudo sp.) dan pacet (haemadipsa sp.). Lintah kebanyakan hidup di air
tawar, sedangkan pacet di darat.

Gambar 3. Anatomi Lintah.


2.5 Peranan Annelida
Beberapa jenis Annelida berguna sebagai bahan makanan. Cacing wawo dan palolo dapat
digunakan sebagai sumber protein hewani bagi manusia. Cacing tanah memiliki kandungan
protein lebih tinggi dari daging sapi sehingga sangat baik untuk bahan pakan ternak.
Cacing tanah bermanfaat untuk menyuburkan tanah pertanian. Cacing tersebut dapat
menggemburkan lahan dan sisa metabolismenya dapat menambah unsur hara tanah.
Lintah dapat digunakan untuk membersihkan nanah pada luka yang telah terinfeksi. Selain
itu, hirudin bermanfaat dalam penyimpanan darah, yaitu untuk keperluan transfusi darah.

28
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Platyhelminthes berasal dari Bahasa Yunani, dari kata Platy = pipih dan
helminthes = cacing. Jadi berarti cacing bertubuh pipih. Platyhelminthes terbagi
menjadi 3 kelas, yaitu: Turbellaria, Trematoda (cacing hisap), dan Cestoda (cacing
pita).Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-
tempat yang lembab, sedangkan Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam
tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau
manusia.Platyhelminthes tidak memiliki rongga tubuh (selom) sehingga disebut
hewan aselomata.Tubuh pipih dorsoventral, tidak berbuku-buku, simetri bilateral,
serta dapat dibedakan antara ujung anterior dan posterior.Siklus hidup dari
Platyhelminthes parasit yang ada hubungan dengan manusia diantaranya: dari
kelas Trematoda, Clonorchis sp dan Fasciola hepatica. Dan dari kelas Cestoda,
Taenia saginata dan Taenia solium.Peranan platyhelminthes dalam kehidupan
adalah: Planaria menjadi salah satu makanan bagi organisme lain, cacing hati
maupun cacing pita merupakan parasit pada manusia.
Nemathelminthes umumnya cacing yg hidupnya parasit dan merugikan
manusia.Tubuhnya terdiri atas 3 lapisan (triploblastik), yaitu lapisan luar
(ektoderm), lapisan tengah (mesoderm), dan lapisan dalam
(endoderm).Nemathelminthes terbagi menjadi kelas, yaitu:
Nematoda terbagi menjadi :
Ø Ascaris lumbricoides (cacing perut)
Ø Ancylostoma duodenale (cacing tambang)
Ø Oxyuris vermicularis (cacing kremi)
Ø Wuchereria bancrofti (cacing rambut)
Ø Trichinella spiralis

29
B. Saran
Sebaiknya pembaca tidak menjadikan makalah ini sebagai rujukan utama,
memngingat masih banyaknya kekurangan dari penulisan makalah ini.

30
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil. A and Reece, Jane B.2008.Biologi edisi kedelapan.Jakarta:Erlangga.

Campbell, Reece, Mitcheli, Biologi Edisi Kelima Jilid 2, Jakarta: Erlangga, 2003.

Djarubito, Brotowidjoyo. M. Zoologi Dasar, Jakarta: Erlangga,

1994.Ensiklopedia

Hewan (Invertebrata), Jakarta: Lentera Abadi, 2008.

George H. Fried & George J. Hademenos, Biologi Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga,

2006.

Jasir, Maskoeri, Sistematik Hewan, Surabaya: Sinar Wijaya, 1984.

John, W. Kimball, Biologi Edisi Kelima Jilid 3, Jakarta: Erlangga, 1999.

Kastawi, Yusuf.2005.Zoologi Avertebrata.Malang:UM Press

Levine, Norman. D, Parasitologi Veteriner, Yogyakarta: gajah mada university press,

1994

Natadisastra, Djaenuddin, dkk. 2009. Parasitologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Oemarjati, Boen. S dan Wardhana WIsnu.1990.Taksonomi Avertebrata

Pengantar

PraktikumLaboratorium.jakarta : UI Press.

Rusyana, Adun.2011.Zoologi Invertebrata.Bandung:IKAPI

31

Anda mungkin juga menyukai