Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEHAMILAN
1. Pengertian
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari
saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut
kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana
trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15
minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu
(minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2014:213).
Kehamilan adalah mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri
dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan
zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh
kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010:75).

2. Tanda Gejala
Menurut Manuaba (2010), untuk dapat menegakkan kehamilan
ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan
gejala kehamilan, yaitu sebagai berikut:
a. Tanda dugaan kehamilan
1) Amenore (terlambat datang bulan)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan
folikel de Graaf dan ovulasi.
2) Mual dan muntah (emesis)
Pengaruh estrogen dan progesterone menyebabkan pengeluaran
asam lambung yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada
pagi hari disebut morning sickness.
3) Ngidam wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu.

6
7

4) Sinkope atau pingsan


Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)
menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan
sinkope atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah kehamilan
16 minggu.
5) Payudara tegang
Pengaruh estrogen-progesteron dan somatomamotrofin
menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara.
Payudara membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan
menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.
6) Sering miksi
Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat
terasa penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua gejala ini
sudah menghilang.
7) Konstipasi atau obstipasi
Pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltic usus,
menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
8) Pigmentasi kulit
Keluarganya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior
menyebabkan pigmentasi kulit disekitar pipi (kloasma
gravidarum), pada dinding perut (striae lividae, striae nigra, linea
alba makin hitam) dan sekitar payudara (hiperpigmentasi aerola
mamae, putting susu makin menonjol, kelenjar Montgomery
menonjol, pembuluh darah menifes sekitar payudara).
9) Epulis
Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila hamil.
10) Varises atau penampakan pembuluh darah vena
Karena pengaruh dari estrogen-progesterone terjadi penampakan
pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang mempunyai
bakat. Penampakan pembuluh darah itu terjadi di sekitar
genetalia eksterna, kaki, betis dan payudara. Penampakan
pembuluh darah ini dapat menghilang setelah persalinan.
8

b. Tanda tidak pasti kehamilan


1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil
2) Pada pemeriksaan dalam dijumpai tanda hegar, tanda Chadwick,
tanda piskaseck, kontraksi Braxton hicks dan teraba ballottement.
3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi kemungkinan
positif palsu. (Manuaba, 2010:107-108)

c. Tanda-tanda pasti kehamilan


1) Pada pemeriksaan auskultasi terdengar bunyi Denyut Jantung
Janin (DJJ)
2) Pada pemeriksaan USG terlihat gambaran janin
3) Pada pemeriksaan palpasi teraba gerakan janin.
(Prawirohardjo, 2014:214)

3. Perubahan Fisiologis dan Psikologi


a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
a) Ukuran
Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah 30 x 25 x 20 cm
dengn kapasitas lebih dari 4.000 cc. Hal ini memungkinkan bagi
adekuatnya akomodasi pertumbuhan janin. Jika pertambahan ukuran
TFU per tiga jari, dapat dicermati dalam tabel berikut.
Tabel 2.1
Pertambahan ukuran TFU per tiga jari

Usia Kehamilan (Minggu) Tinggi Fundus Uteri (TFU)


12 3 jari di atas simfisis
16 Pertengahan pusat–simfisis
20 3 jari di bawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari di atas pusat
32 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px)
36 3 jari di bawahh prosesus xiphoideus
40 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px)
Sumber : Sulistyawati, 2011
9

b) Berat
Berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi 1.000 gram
pada akhir bulan.

Tabel 2.2
Bentuk uterus berdasarkan usia kehamilan

Usia kehamilan Bentuk dan Konsistensi Uterus


Bulan pertama Seperti buah alpukat
Isthmus rahim menjadi hipertrofi dan bertambah
panjang sehingga bila diraba terasa lebih lunak,
keadaan ini yang disebut tanda hegar.
2 bulan Sebesar telur bebek
3 bulan Sebesar telur angsa
4 bulan Berbentuk bulat
5 bulan Rahim teraba seperti berisi cairan ketuban,
rahim terasa tipis itu sebabnya mengapa bagian-
bagian janin ini dapat dirasakan melalui
perabaan dinding perut
Sumber: Sulistyawati, 2011

c) Posisi Rahim dalam Kehamilan


Pada permulaan kehamilan, dalam posisi antefleksi atau retrofleksi.
Pada 4 bulan kehamilan, rahim tetap berada dalam rongga pelvis.
Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya
dapat mencapai batas hati. Pada ibu hamil, rahim biasanya mobile, lebih
mengisi rongga abdomen kanan dan kiri.
d) Vaskuliarisasi
Arteri uterine dan ovarika bertambah dalam diameter, panjang, dan
anak-anak cabangnya, pembuluh darah vena mengembang dan
bertambah
e) Serviks uteri
Bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak, kondisi ini yang
disebut dengan tanda goodell. Kelenjar endoservikal membesar dan
mengeluarkan banyak cairan mukus. Oleh karena petambahan dan
10

pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi livid, dan ini disebut


tanda chadwik.
2) Ovarium
Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteum graviditas sampai
terbentuknya plasenta yang akan mengambil alih pengeluaran esterogen
dan progesterone.
3) Vagina dan vulva
Oleh kerena pengaruh esterogen, terjadi hipervaskularisasi pada vagina
dan vulva sehingga pada bagian tersebut terlihat lebih merah atau
kebiruan. (Sulistyawati, 2011:59-61)

b. Sistem Gastrointestinal
Rahim yang semakin membesar akan menekan rectum dan usus bagian
bawah sehingga terjadi sembelit atau konstipasi. Sembelit semakin berat
karena gerakan otot di dalam usus diperlambat oleh tingginya kadar
progesterone (Sulistyawati, 2011:63).

c. Sistem Moskuloskeletal
Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada
kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi anterior,
lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah dua tungkai. Sendi
sakroilliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkatkan mobilitasnya, yang
diperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat
mengakibatkan perubahan sikap ibu dan akhirnya menyebabkan perasaan
tidak enakpada bagian punggung terutama pada akhir kehamilan
(Prawirohardjo, 2014:186).

d. Perubahan Psikologis
Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, ibu akan mengalami
perubahan psikologis dan pada saat ini pula wanita akan mencoba untuk
beradaptasi terhadap peran barunya melalui tahapan sebagai berikut:
11

1) Tahap antisipasi
Dalam tahap ini wanita akan mengawali adaptasi perannya dengan mengubah
peran sosialnya melaui latihan formal (misalnya kelas-kelas khusus
kehamilan) dan informasi melalui model peran (role model). Meningkatnya
frekuensi interaksi dengan wanita hamil dan ibu muda lainnya aan
mempercepat proses adaptasi untuk mencapai penerimaan peran barunya.
2) Tahap honeymoon
Pada tahap ini waita sudah mulai menerima peran barunya dengan cara
mencoba menyesuaikan diri. Secara internal wanita akan mengubah posisinya
sebagai penerima kasih sayang dari ibunya menjadi pemberi kasih sayang
terhadap bayinya. Untuk memenuhi kebutuhan akan kasih sayang, wanita
akan menuntut dari pasangannya. Ia akan mencoba menggambarkan figur
ibunya dimasa kecilnya dan membuat suatu daftar hal-hal positif dari ibunya
untuk kemudian ia adaptasi dan terapkan kepada bayinya nanti.
3) Tahap stabil (bagaimana mereka dapat melihat penampilan dalam peran)
Tahap sebelumnya mengalami peningkatan sampai ia mengalami suatu titik
stabil dalam penerimaan peran barunya. Ia akan melakukan aktifitas-aktifitas
yang bersifat positif dan berfokus untuk kehamilannya, seperti mencari tahu
tentang informasi seputar persiapan kelahiran, cara mendidik dan merawat
anak, serta hal yang berguna untuk menjaga kondisi kesehatan keluarga.
4) Tahap akhir (perjanjian)
Meskipun ia sudah cukup stabil dalam menerima perannya, namun ia tetap
mengadakan “perjanjian” dengan dirinya sendiri untuk sedapat mungkin
“menepati janjinya” mengenai kesepakatan-kesepakatan internal yang telah ia
buat berkaitan dengan apa yang akan ia perankan sejak saat ini sampai
bayinya lahir kelak. (Sulistyawati, 2011:75-76)

4. Antenatal care (ANC)


a. Filosofi Antenatal care (ANC)
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan
obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian
kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.
12

Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan assuhan antenatal, yaitu:


1) Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan.
2) Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan kehamilannya.
3) Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan resiko tinggi.
4) Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga
kualitas kehamilan dan merawat bayi.
5) Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan
membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.
(Prawirohardjo, 2014:278)

b. Jadwal Kunjungan Asuhan Antenatal


Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam
jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat
kali kunjungan selama periode antenatal:
1) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu)
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara 14-28 minggu)
3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan
sesudah minggu ke 36) (Saifuddin, 2002: N-2).
Pada setiap kali kunjungan antenatal tersebut, perlu didapatkan informasi yang
sangat penting. Tabel di bawah ini memberikan garis-garis besarnya.

Tabel 2.3
Garis besar Asuhan antenatal

Kunjungan Waktu Informasi penting


Trimester Sebelum Membangun hubungan saling percaya antara
Pertama minggu petugas kesehatan dan ibu hamil.
ke 14 Mendeteksi masalah dan menanganinya.
Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus
neonatorum, anemia kekurangan zat besi,
penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan
untuk menghadapi komplikasi.
Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan
kebersihan, istirahat, dan sebagainya).
13

Trimester Sebelum Sama seperti di atas, ditambah kewaspadaan khusus


Kedua minggu mengenai preeklamsia (tanya ibu tentang gejala-
ke 28 gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi
edema, periksa untuk mengetahui proteinuria).
Trimester Antara Sama seperti di atas, ditambah palpasi abdominal
Ketiga minggu untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.
ke 28-36
Trimester Setelah 36 Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi
ketiga minggu yang tidak normal, atau kondisi lain yang
memerlukan kelahiran di rumah sakit.
Sumber: Saifuddin, 2002

Menurut Prawirohardjo (2014), dari satu kunjungan ke kunjungan berikutnya


sebaiknya dilakukan pencatatan:
1) Keluhan yang dirasakan ibu hamil.
2) Hasil pemeriksaan setiap kunjungan
a) Umum
(1) Tekanan darah
(2) Respirasi
(3) Nadi
(4) Temperatur tubuh
b) Abdomen
(1) Tinggi fundus uteri
(2) Letak janin (setelah 34 minggu)
(3) Presentasi janin
(4) Denyut jantung janin
c) Pemeriksaan tambahan
(1) Proteinuria
(2) Glukosuria
(3) Keton
3) Menilai Kesejahteraan Janin
a) Pengukuran tingggi fundus uteri terutama > 20 mg yang akan disesuaikan
dengan usia kehamilan saat pemeriksaan dilakukan. Tinggi fundus yang
normal adalah sama dengan usia kehamilan.
14

b) Gerakan menendang atau tendangan janin (10 gerakan/12 jam)


c) Gerakan janin
d) Gerakan janin yang menghilang dalam waktu 48 jam dikaitkan dengan
hipoksia berat atau janian meninggal.
e) Denyut jantung janin
f) Ultrasonografi
Bila usia kehamilan memasuki 34 minggu, selain pemeriksaan di atas, juga
di lakukan pula pemeriksaan tentang:
a) Penilaian besar janin, letak dan presentasi.
b) Penilaian luas panggul.
(Prawirohardjo, 2014:284-285)

c. Standar Pelayanan ANC


Menurut Kemenkes 2010, dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga
kesehatan harus Memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar
terdiri dari:
1) Timbang berat badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan
berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang
dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan
pertumbuhan janin.
2) Ukur lingkar lengan atas (LiLA)
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining
ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis
disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah
berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5
cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah
(BBLR).
3) Ukur tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah >140/90 mmHg) pada
15

kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau


tungkai bawah; dan atau proteinuria).
4) Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur
kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan,
kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran
menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.
5) Tentukan presentasi janin dan hitung denyut jantung janin (DJJ)
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian
bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul
berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain.
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat
lebih dari 160 menit menunjukkan adanya gawat janin.
6) Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus
mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining
status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil,
disesuai dengan status imunisasi ibu saat ini.

Tabel 2.4
Jadwal imunisasi TT

Antigen Interval Lama


(selang waktu imunisasi) perlindungan
TT1 Pada kunjungan antenatal pertama -
TT2 4 Minggu setelah TT1 3 Tahun
TT3 6 Bulan setelah TT2 5 Tahun
TT4 1 Tahun setelah TT3 10 Tahun
TT5 1 Tahun setelah TT4 25 tahun
Sumber: Buku KIA
16

7) Beri tablet tambah darah (tablet besi)


Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat
besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.
8) Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:
a) Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk
mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk
mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan
apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
b) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali
pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau
tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi
proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.
c) Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester
kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk
mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan
salah satu indikator terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.
d) Pemeriksaan kadar gula darah
Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus dilakukan
pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada
trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester
ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga).
e) Pemeriksaan darah Malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan pemeriksaan
darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di
daerah non endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria
apabila ada indikasi.
17

f) Pemeriksaan tes Sifilis


Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu
hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya dilakukan
sedini mungkin pada kehamilan.
g) Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus HIV
dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani
konseling kemudian diberi kesempatan untuk menetapkan sendiri
keputusannya untuk menjalani tes HIV.
h) Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita
Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi Tuberkulosis tidak
mempengaruhi kesehatan janin. Selain pemeriksaaan tersebut diatas,
apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di
fasilitas rujukan.
9) Tatalaksana/penanganan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus
ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-
kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
10) KIE Efektif
KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi:
a) Kesehatan ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara
rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat
yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak
bekerja berat.
b) Perilaku hidup bersih dan sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama
kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari
dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan
sebelum tidur serta melakukan olah raga ringan.
18

c) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan


Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama
suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu
menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan
calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi kehamilan,
persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.
d) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda bahaya baik
selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil
muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas,
dsb. Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera
mencari pertolongan ke tenaga kesehatan.
e) Asupan gizi seimbang
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang
cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk
proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu
hamil disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk
mencegah anemia pada kehamilannya.
f) Gejala penyakit menular dan tidak menular.
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular
(misalnya penyakit IMS, Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular
(misalnya hipertensi) karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu
dan janinnya.
g) Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah
tertentu (risiko tinggi).
Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari pelayanan
kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan penjelasan tentang risiko
penularan HIV dari ibu ke janinnya, dan kesempatan untuk menetapkan
sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak. Apabila ibu
hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak terjadi penularan
HIV dari ibu ke janin, namun sebaliknya apabila ibu hamil tersebut HIV
19

negatif maka diberikan bimbingan untuk tetap HIV negatif selama


kehamilannya, menyusui dan seterusnya.
h) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya
segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh
yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai
bayi berusia 6 bulan.
i) KB paska persalinan
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah
persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu
merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.
j) Imunisasi
Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
untuk mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum.
k) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu
hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan
nutrisi pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada periode
kehamilan (KemenKes, 2010:16-21).

d. Edukasi Kesehatan bagi Ibu Hamil


1) Nutrisi yang adekuat
a) Kalori
Jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya
adalah 2500 kalori. Pengetahuan ibu tentang berbagai jenis makanan
yang dapat memberikan kecukupan kalori tersebut sebaiknya dapat
dijelaskan secara rinci dan bahasa yang dimengerti oleh para ibu hamil
dan keluarganya. Jumlah kalori yang berlebih dapat menyebabkan
obesitas dan hal ini merupakan factor predisposisi untuk terjadimya
preeklampsia. Jumlah pertambahan berat badan sebaiknya tidak
melebihi 10-12 kg selama hamil.
20

b) Protein
Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adlaah 85 gram per
hari. Sumber protein tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan
(kacang-kacangan) atau hewani (ikan, ayam, keju, susu, telur).
Defisiensi protein dapat menyebabkan kelahiran premature, anemia,
dan edema.
c) Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari. Kalsium
dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama bagi oengembangan
otot dan rangka. Sumber kalsium yang mudah diperoleh adalah susu,
keju, yogurt dan kalsium karbinat. Defisiensi kalsium dapat
menyebabkan riketsia pada bayi dan osteomalasia pada ibu.
d) Zat besi
Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan kecukupan
oksigenisasi jaringan yang diperoleh dari pengikatan dan pengantaran
oksigen melalui hemoglobin di dalam sel-sel darah merah. Untuk
menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal, diperlukan asupan zat
besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mg/hari terutama setelah
trimester kedua. Bila tidak ditemukan anemia pemberian besi per
minggu cukup adekuat. Zat besi yang diberikan dapat berupa ferrosus
gluconate, ferrosus fumarate, atau ferrosus sulphate. Kekurangan zat
besi pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
e) Asam folat
Selain zat besi, sel-sel darh merah juga membutuhkan asam folat bagi
pematangan sel. Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil
adalah 400 mikrogram per hari. Kekurangan asam folat dapat
menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu hamil.
2) Perawatan payudara
Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat
segera berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Pengurutan payudara
untuk mengeluarkan sekresi dan membuka duktus dan sinus laktiferus,
sebaiknya dilikukan denga hati-hati dan benar karena pengurutan yang
21

salah dapat menimbulkan kontraksi pada rahim. Basuhan lembut setiap


hari pada areola dan puting susu akan dapat mengurangi retak dan lecet
pada area tersebut.
3) Perawatan gigi
Paling tidsk dibutuhkan dua kali pemeriksaan gigi selama kehamilan,
yaitu pada trimester pertama dan ketiga. Penjadualan untuk trimester
pertama terkait dengan hiperemesis dan ptialisme (produksi air liur
berlebihan) sehingga kebersihan rongga mulut harus selalu terjaga.
Sementara itu, pada trimester ketiga terkait dengan adanya kebutuhan
kalsium untuk pertumbuhan janin sehingga perlu diketahui apakah terdapat
pengaruh yang merugikan pada gigi ibu hamil. Dianjurkan menyikat gigi
setelah makan karena ibu hamil sangat rentan terhadap terjadinya carie dan
gingivitis.
4) Kebersihan tubuh dan pakaian
Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamilan. Perubahan anaomik
pada perut, area genetalia/lipatan paha, dan payudara menyebabkan
lipatan-llipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah terinvestasi, oleh
mikroorganisme. Sebaiknya gunakan pancuran atau gayung pada saat
mandi, tidak dianjurkan berendam dan melakukan vaginal toucher.
Gunakan pakaian yang longgar, bersih dan nyaman dan hindarkan
sepatu bertongkat tinggi (high heels) dan alas kaki yang keras (tidak
elastis) serta korset penahan perut (Prawirohardjo, 2014:286-287).

5. Ketidaknyamanan Kehamilan Trimester III


Dalam proses kehamilan terjadi perubahan sistem dalam tubuh ibu yang
semuanya membutuhkan adaptasi, baik fisik maupun psikologis. Dalam proses
adaptasi tersebut tidak jarang ibu akan mengalami ketidaknyamanan yang
meskipun hal itu adalah fisiologis namun tetap perlu diberikan suatu
pencegahan dan perawatan. Beberapa ketidaknyamanan pada trimester III dan
cara mengatasinya adalah sebagai berikut.
22

Tabel 2.5
Ketidaknyamanan Kehamilan

No. Ketidaknyamanan Cara Mengatasi

1. Sering buang air kecil  Kosongkan saat ada dorongan untuk kencing
 Perbanyak minum pada siang hari
 Jangan kurangi minum untuk mencegah nocturia
 Batasi minum kopi, the dan soda
2. Hemoroid  Hindari konstipasi
 Makan makanan yang berserat dan banyak minum
 Gunakan kompres es atau air hangat
 Dengan perlahan masukkan kembali anus setiap
selesai BAB
3. Keputihan  Tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari
 Memakai pakaian dalam dari bahan katun dan mudah
menyerap
 Tingkatkan daya tahan tubuh dengan makan buah
dan sayur
4. Sembelit/konstipasi  Tingkatkan diet asupan cairan
 Minum cairan dinginatau hangat, terutama saat perut
kosong
 Istirahat cukup
 Senam hamil
 Membiasakan buang air besar secara teratur
 Buang air besar segera setelah ada dorongan
5. Kram pada kaki  Kurangi konsumsi susu (kandungan fosfornya tinggi)
 Latihan dorsofleksi pada kaki dan meregangkan otot
yang terkena
 Gunakan penghangat untuk otot
6. Napas sesak  Merentangkan tangan di atas kepala serta menarik
napas panjang
 Menforong postur tubuh yang baik, melakukan
pernapasan intercostal
7. Panas perut  Makan sedikit-sedikit tapi sering
(heartburn)  Hindari makan berlemak dan berbumbu tajam
 Hindari rokok, asap rokok, alcohol dan coklat
 Hindari berbaring setelah makan
 Hindari minum air putih saat makan
 Kunyah permen karet
 Tidur dengan kaki ditinggikan
8. Pusing/sinkope  Bangun secara perlahan dari posisi tidur
 Hindari berdiri terlalu lama dalam lingkungan yang
hangat dan sesak
 Hindari berbaring dalam posisi terlentang
9. Varises pada kaki  Tinggikan kaki sewaktu berbaring
 Jaga kaki agar tidak bersilangan
 Hindari duduk atau berdiri terlalu lama
23

 Senam untuk melancarkanperedaran darah


 Hindari pakaian yang ketat
10. Sakit punggung atas  Gunakan posisi tubuh yang baik
dan bawah  Mekanik tubuh yang tepat saat mengangkat beban
 Hindari menbungkuk berlebihan, mengangkat beban,
dan berjalan tanpa istirahat
 Gunakan sepatu bertumit rendah
 Kompres hangat pada punggung
 Kompres es pada punggung
 Berikan pijatan/usapan pada punggung
 Gunakan kasur yang menyokong dan bantal untuk
mengganjal punggung ketika tidur
Sumber: Sulistyawati, 2011

6. Penapisan Awal
Ibu hamil yang akan melahirkan harus memenuhi beberapa persyaratan
yang disebut penapisan awal. Tujuan awal dari penapisan awal adalah untuk
menentukan apakah ibu tersebut boleh bersalin di BPM atau harus dirujuk.
Apabila terdapat satu atau lebih penyulit seperti dibawah ini, maka ibu harus
dirujuk di Rumah Sakit

Tabel 2.6
Penapisan Awal

No. Jenis Penapisan


1. Riwayat bedah Caesar
2. Pendarahan pervaginam (semua umur kehamilan)
3. Kehamilan kurang bulan (< 37 minggu)
4. Ketuban pecah dengan mekonium kental
5. Ketuban pecah lama (< 12 jam)
6. Ketuban pecah dengan kehamilan kurang bulan
7. Ikterus
8. Anemia berat (Hb ≤ 8 gram)
9. Pre eklamia berat / eklamsia
10. Tinggi fundus uteri > 40 cm atau < 25 cm
11. Demam > 38 ˚C
12. Gawat janin (DJJ < 120 x/menit atau > 160 x/menit)
13. Presentasi bukan belakang kepala
14. Tali pusat menumbung
15. Gemelli
16. Presentasi majemuk
17. Primipara fase aktif palpasi 5/5
18. Syok
19. Hipertensi
20. Kehamilan dengan penyakit sistemik (asma, DM, jantung, TBC, kelainan darah)
21. Tinggi badan < 140 cm
22. Kehamilan diluar kandungan
24

23. Kehamilan lewat waktu (> 42 minggu)


24. Partus tak maju (kala I lama, kala II lama, kala II tak maju)
25. Hamil dengan mioma uteri
26. Kehamilan dengan riwayat penyakit tertentu (Hepatitis, HIV)
Sumber: https://www.scribd.com/document/328558342/26-Penapisan-Ibu-Hamil-Bersalin

7. Anemia Dalam Kehamilan


a. Pengertian
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
dibawah 11 g% pada trimester 1 dan 3 atau
kadar < 10,5 g% pada trimester 2. Menurut WHO, 40% kematian ibu di
negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan
anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi atau perdarahan akut
bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi (Saifuddin, 2001:282).
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, dan
merupakan jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.
Anemia kehamilan disebat “potential danger to mother and child” (potensial
membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian
serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan. Menurut
WHO, kejadian anemia kehamilan berkisar antara 89% dengan menetapkan
Hb 11 g% (g/dl) sebagai dasarnya (Manuaba, 2010:237).

Tabel 2.7
Nilai Batas Anemia pada Perempuan

Status Kehamilan Hemoglobin Hematokrit


Tidak hamil 12,0 36
Hamil
1. Trimester I 11,0 33
2. Trimester 2 10,5 32
3. Trimester 3 11,0 33
Sumber : Sarwono Prawihardjo, 2014

b. Penyebab anemia pada kehamilan


Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu
peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah
dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume
plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
25

peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb)


akibat hemodilusi.
Ekspansi volume plasma merupakan penyebab anemia fisiologi pada
kehamilan. Volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht),
konsentrasi hemoglobin darah (Hb), dan hitung eritrosit tetapi tidak
menurunkan jumlah absolute Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Mekanisme
yang mendasari perubahan ini belum jelas. Ada spekulasi bahwa anemua
fisiologik dalam kehamilan bertujuan menurunkan viskositas darah maternal
sehingga meningkatkan perfusi plasental dan membantu penghantaran
oksigen serta nutrisi ke janin (Prawirohardjo, 2014:775).
Pada kehamilan relative terjadi anemia karena darah ibu hamil
mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30%
sampai 40 % yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah
peningkatan sel darah 18-30%, dan hemoglobin sekitar 19%. Bila hemoglobin
ibu sebelum hamil 11 g%, dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan
anemia hamil fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10 g%
(Manuaba, 2010:328).

c. Penggolongan anemia
1) Anemia defisiensi zat besi (kekurangan zat besi)
2) Anemia megaloblastik (kekurangan vitamin B12)
3) Anemia hemolitik (pemecahan sel-sel darah lebih cepat dari pembentukan)
4) Anemia hipoplastik (gangguan pembentukan sel-sel darah)
(Manuaba, 2010:239)

d. Diagnosis anemia pada kehamilan


Keluhan lemah, pucat, mudah pingsan sementara tensi masih dalam batas
normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi (Saifuddin, 2001:282).
Menurut Manuaba (2010), pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat
dilakukan dengan menggunakan alat sahli. Anemia dapat digolongkan
sebagai berikut:
26

Hb 11 g% tidak anemia
Hb 9-10 g% anemia ringan
Hb 7-8 g% anemia sedang
Hb <7 g% anemia berat
(Manuaba, 2010:239)

Derajat anemia berdasarkan kadar Hemoglobin menurut WHO:


Ringan sekali : Hb 10 g/dl – Batas normal
Ringan : Hb 8 g/dl – 9.9 g/dl
Sedang : Hb 6 g/dl – 7.9 g/dl
Berat : Hb <6 g/dl
(Ns. Tarwoto, 2007:31)

e. Bahaya anemia dalam kehamilan


1) Pengaruh anemia terhadap kehamilan
a) Bahaya selama kehamilan
(1) Dapat terjadi abortus
(2) Persalinan prematur
(3) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
(4) Mudah terjadi infeksi
(5) Ancaman dekompensasi kordis (Hb <6 gr/dl)
(6) Mola hidatidosa
(7) Hiperemesis gravidarum
(8) Perdarahan antepartum
(9) Ketuban pecah dini (KPD)
b) Bahaya saat persalinan
(1) Ganggaun his – kekuatan mengejan
(2) Kala pertama dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar
(3) Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan
(4) Kala tiga dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan post
partum akibat atonia uteri
27

(5) Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan
atonie uteri
c) Pada kala nifas
(1) Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post
partum
(2) Memudahkan infeksi peurperium
(3) Pengeluaran Air Susu ibu (ASI) berkurang
(4) Dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
(5) Anemia pada kala nifas
(6) Mudah terjadi infeksi mamae

2) Bahaya terhadap janin


a) Abortus
b) Kematian intrauterine
c) Persalinan prematuritas tinggi
d) Berat badan lahir rendah
e) Kelahiran dengan anemia
f) Dapat terjadi cacat bawaan
g) Bayi mudah mendapatkan infeksi sampai kematian perinatal
h) Inteligensia rendah
(Manuaba, 2010:240)

f. Penatalaksanaan Anemia defisiensi zat besi


1) Pemberian Vitamin Zat Besi (Fe) diminum 90 tablet selama kehamilan
Selama kehamilan seorang ibu hamil minimal harus mendapatkan 90
tablet tambah darah (Fe), karena sulit untuk mendapatkan zat besi dengan
jumlah yang cukup dari makanan. Untuk mencegah anemia seorang wanita
sebaiknya mengonsumsi sedikitnya 60 mg zat besi (mengandung FeSO4 320
mg) dan 1 mg asam folat setiap hari ditambah Vit C (90 mg) diminum pada
malam hari agar penyerapan zat besi optimal. Akan tetapi, jika ibu tersebut
sudah menderita anemia, maka sebaiknya mengonsumsi 2 tablet besi dan 1
asam folat per hari. Kadar haemoglobin 1 gr/dl dapat didapatkan dalam 30
tablet Fe dengan dosis 60 mg. Ingatkan bahwa zat besi menyebabkan mual,
28

konstipasi, serta perubahan warna pada feses agak kehitaman dan agak keras.
Maka saran yang dianjurkan adalah minum tablet besi pada malam hari untuk
menghindari perasaan mual. Tablet Fe sebaiknya diberikan saat diketahui ibu
tersebut hamil sampai 1 bulan sesudah persalinan. Zat besi penting untuk
mengompensasi peningkatan volume darah yang terjadi selama kehamilan dan
untuk mengompensasi peningkatan volume darah yang terjadi selama
kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan serta perkembangan janin
yang adekuat (Hanni, dkk, 2011: 11-12).
Sedangkan, menurut Depkes (1999) pemberian zat besi untuk dosis
pencegahan 1x1 tablet dan untuk dosis pengobatan (bila hb kurang dari
11gr/dl) adalah 3x1 tablet (Ns. Tarwoto, 2007).

2) Pemberian nutrisi/makanan yang banyak mengandung unsur zat besi,


diantaranya daging hewan, telor, ikan, sayuran hijau
Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (1998), berikut ini
makanan-makanan yang banyak mengandung zat besi.

Tabel 2.8
Makanan yang Mengandung Zat Besi

Jenis Makanan Kandungan Besi per 100 gram


Havermout 4,5
Biji jambu monyet 5,0
Kacang hijau 6,7
Kacang kedelai basah 6,9
Kacang kedelai kering 8,0
Kacang merah 5,0
Kacang tunggak (polo) 6,5
Daging kelapa muda 10
Tempe kedelai murni 10
Daging ayam 1,5
Daging angsa 1,8
Daging bebek 1,8
Daging domba 2,6
Daging sapi 2,8
Otak 3,6
29

Udang 8,0
Telor ayam 2,7
Telor bebek 2,8
Bayam 3,8
Daun singkong 2,0
Kangkung 2,5
Daun katuk 2,7
Pare 1,4
Kembang kol 1,1
Jambu biji 1,1
Mangga 1,9
Pepaya 1,7
Susu skim 9,7
Keripik kentang goreng 1,9
Brondong jagung 2,7
Sumber: Ns. Tarwoto, 2007

8. Gangguan Psikologis pada Kehamilan


a. Macam-macam Penyebab Gangguan Psikologis pada Kehamilan
1) Kehamilan palsu / pseudosiesis
Kehamilan palsu adalah suatu keadaan di mana seorang wanita berada
dalam kondisi yang menunjukkan berbagai tanda dan gejala kehamilan,
tetapi sesungguhnya ia tidak benar-benar hamil. Faktor yang sangat sering
berhubungan dengan terjadinya kehamilan palsu adalah faktor emosional
atau psikis yang menyebabkan kegagalan sistem endokrin dalam
mengontrol hormon yang menimbulkan keadaan seperti hamil.
2) Kehamilan diluar nikah
Remaja bisa mengatakan bahwa seks bebas atau pranikah itu aman
untuk dilakukan. Namun, bila remaja melihat dan memahami akibat dari
perilaku itu, ternyata lebih banyak membawa kerugian. Salah satu
resikonya adalah kehamilan di luar nikah. Selain itu, kehamilan yang tidak
diinginkan yang juga mengarah pada tindakan aborsi kriminalitas.
Umumnya kehamilan di luar nikah dialami oleh remaja, dimana remaja
dengan rentang usia 12-19 tahun memiliki kondisi psikis yang labil karena
masa ini merupakan masa transisi dan pencarian jati diri.
30

3) Keguguran
Keguguran diartikan sebagai keluarnya janin atau persalinan prematur
sebelum mampu untuk hidup. Resiko keguguran memiliki persentase
sebesar 15%-40% dari ibu hamil, dan 60-75% keguguran terjadi
sebelum usia kehamilan 3 bulan. Namun jumlah kejadian atau resiko
keguguran akan menurun pada usia kehamilan di atas 3 bulan.
4) Hamil dengan janin mati
Kematian janin dalam kandungan disebut Intra Uterin Fetal Death
(IUFD), yakni kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20
minggu atau pada trimester kedua. Jika janin sudah meninggal di dalam
kandungan maka rahim tidak akan membesar lagi, pembesarannya akan
berhenti sesuai dengan usia kehamilan saat janin meninggal.
5) Kehamilan yang tidak diinginkan
Kehamilan tidak hanya terjadi pada remaja akibat hubungan yang
terlampau bebas, tetapi juga pada wanita yang telah menikah sebagai
akibat dari kegagalan kontrasepsi atau penolakan pada jenis kelamin bayi
yang ia kandung.
6) Hamil ketergantungan obat
Ketergantungan obat adalah suatu keadaan kebutuhan fisik atau
mental atau kedua-duanya yang terjadi sebagai akibat pemakaian abat
secara terus-menerus atau secara periodik.

b. Peran Bidan dalam Mengatasi Gangguan Psikologi pada Masa Kehamilan


Selain itu juga untuk menghindari tindakan-tindakan nekat, dalam
mengatasi gangguan psikologis pada masa kehamilan perlu diperhatikan
beberapa hal berikut:
1) Mencegah timbulnya rasa tertekan dengan menghindari rangsangan-
rangsangan dapat menimbulkan kemarahan maupun luapan emosi lainnya.
2) Masa depresi yang berhubungan dengan masa hamil sebaiknya dicegah
dengan kesibukan seperti membaca cerita yang bagus, melihat gambar-
gambar indah, dan berjalan-jalan menghirup hawa segar.
3) Mencegah kelelahan tubuh ibu supaya tidak melampaui batas daya tahan.
31

4) Melakukan pertemuan antar kaum perempuan, kaum ibu maupun


pertemuan informal akan bermanfaat.
5) Pembinaan kesatuan suami istri melalui penciptaan hubungan suami istri
yang serasi berdasarkan kasih.
6) Senam Hamil
7) Anjurkan ibu hamil bergabung dengan kelompok senam hamil sejak usia
kandungan menginjak usia 5-6 bulan. Dengan syarat untuk berkonsultasi
terlebih dahulu dengan dokter kandungan. Senam hamil tidak hanya
bermanfaat melatih otot-otot yang diperlukan dalam proses persalinan,
melainkan juga memberi manfaat psikologis. Pertemuan sesama calon ibu
biasanya diisi dengan acara berbagi pengalaman yang dapat dijadikan
pelajaran positif.
8) Latihan Pernafasan
9) Anjurkan agar ibu sering melakukan latihan relaksasi dan latihan
pernapasan secara teratur. Latihan ini bermanfaat untuk ketenangan dan
kenyamanan sehingga kondisi psikologis bisa lebih stabil.
10) Bila depresi masih belum dapat diatasi dan tidak dapat dianalisis penyebab
segala keadaan dan pernderitaan batin, perlu diminta pertolongan pada ahli
dalam bidang ini yaitu psikiater.

c. Dukungan Psikososial pada Masa Hamil


1) Dukungan dari suami
Dukungan yang diberikan suami sangat mempengaruhi kondisi ibu
dan bayi yang dikandungnya. Keterlibatan suami sejak awal masa
kehamilan, akan mempermudah dan meringankan pasangan dalam
menjalani dan mengatasi berbagai perubahan yang terjadi pada tubuhnya
akibat hadirnya janin didalam perutnya.
2) Dukungan anggota keluarga lainnya
Anggota keluarga lainnya juga mempengaruhi tingkat stres ibu hamil.
Meskipun suami mendukung penuh kehamilan istri, namun ibu hamil
dapat merasa tertekan jika kehamilannya tidak diterima oleh angota
32

keluarga lainnya. Oleh karena itu, diharapkan anggota keluarga lainnya


mendukung penuh atas kehamilan istri.
3) Dukungan dari lingkungan sosial
Dukungan dari lingkungan sekitar tempat tinggal juga berpengaruh
terhadap kehamilan. Sebab jika lingkungan sosial tidak menerima atas
kehamilan ibu, maka akan mengganggu psikologis ibu tersebut.
4) Dukungan dari tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan sangat berperan dalam memberikan
dukungan pada ibu hamil. Bidan sebagai tempat mencurahkan segala isi
hati dan kesulitannya dalam menghadapi kehamilan dan persalinan.Tenaga
kesehatan harus mampu mengenali keadaan yang terjadi disekitar ibu
hamil. Hubungan yang baik, saling mempercayai dapat
memudahkan bidan atau tenaga kesehatan dalam memberikan pendidikan
kesehatan. Tenaga kesehatan dapat memberikan peranannya melalui
dukungan aktif (melalui kelas antenatal) dan pasif (dengan memberikan
kesempatan kepada ibu hamil untuk berkonsultasi, meyakinkan bahwa ibu
dapat menghadapi perubahan selama kehamilan, membagi pengalaman
yang pernah dirasakan sendiri, dan memutuskan apa yang harus
diberitahukan pada ibu dalam menghadapi kehamilannya).

Anda mungkin juga menyukai