Anda di halaman 1dari 26

HUBUNGAN KERJA

HUBUNGAN ANTAR MANUSIA

Intidari hubungan kerja ad. hubungan antar


manusia, dimana komunikasi memegang peran
yg penting.
Hubungan antar manusia (HAM) sangat penting
di dalam suatu organisasi , karena suatu
organisasi diciptakan oleh, dari dan untuk
manusia yang ada di dalam organisasi tersebut.
Sebagai makhluq individu dan sosial maka
manusia mempunyai multi dimensi / kompleks
shg membahas HAM juga menjadi kompleks.
HAM sukses, antara lain dipengaruhi oleh:
Kepribadian  kematangan, kelenturan/
fleksibel, kehangatan, keterbukaan, pikiran yang
positif (positive thinking), keinginan untuk
maju , kejujuran dan empati.
Sikap dan perilaku  pendangan dan nilai- nilai
pembentuk sikap, tingkah laku, sopan santun
sesuai dengan tatanan budaya setempat serta
tutur kata.
Situasi dan kondisi kerja dan tempat kerja 
memungkinkan atau tidak terbentuknya HAM
yang baik.
Orang-orang tertentu mempunyai “bakat” HAM
yang baik  biasanya mempunyai kecerdasan
emosi dan kecerdasan sosial yang cukup baik.
Seorang pemimpin atau atasan  idealnya
mempunyai HAM yang baik.

KOMUNIKASI
Untuk menghasilkan komunikasi yang lancar dan
berhasil, hrd diperhatikan 4 unsur.
Masalah-masalah dalam komunikasi muncul
karena adanya kendala/ gangguan pada 4 unsur
ini, masing-masing yaitu:
 Komunikator  orang yang menyampaikan
pesan/berita/informasi kepada sasaran atau
komunikan.
 Komunikan  orang yang menjadi sasaran
komunikasi, yaitu pihak yang dituju dan
diharapkan mendapatkan pesan/berita.
 Pesan/ berita/ informasi.
 Lingkungan dari komunikator dan komunikan,
baik sosal budaya, sosial ekonomi maupun
situasi dan kondisi yang ada disekitar dua
pihak tersebut.
Kenapa komunikasi mengalami distorsi ?.
Distorsi muncul karena menyangkut hal sbb:
Komunikator dan komunikan tidak sepadan/
sama posisi dan kedudukanya  ada dominasi
di satu pihak, sistem nilai-persepsi-asumsi yang
berbeda, sifat/ pribadi masing-masing.
Cara, metode, media/sarana dan jalur/ alur
komunikasi.
Pesan  panjang, pendek, lugas, tersamar.
Masalah yang akan dikomunikasikan  masalah
berat – ringan, berdampak luas atau tidak,
masalah pribadi atau organisasi (umum).
Bgmn komunikasi di tempat kerja?
Horizontal (sesama pegawai dalam
posisi/kedudukan yang sepadan) atau vertikal
(atasan – bawahan  ada hierarki)  berbeda
cara, media, metode dan jalurnya.
Komunikasi di tempat kerja seharusnya didasari
dengan : maksud/ niat baik, kejujuran,
keterbukaan, kebersamaan, penyelesaian
masalah dan tidak ada dominasi atau arogansi.
Kenali bahwa komunikasi tidak mesti harus
bicara lewat mulut, tetapi juga lewat tulisan
serta “body language” seperti sikap tubuh dan
isyarat.
 Penempatan diri yg sesuai untuk komunikasi
formal (rapat / pertemuan) atau komunikasi
tidak formal yg bisa dilakukan tanpa banyak
aturan dan basa-basi.
 Komunikasi yg tidak terjalin/ macet berakibat:
◦ Pekerjaan tidak lancar, bahkan macet.
◦ Persepsi dan sikap tidak mendukung kelancaran
kerja meningkat.
◦ Kesalahpahaman meningkat.
◦ Konflik meningkat.
◦ Stress dan frustasi meningkat.
◦ Kinerja menurun.
KONFLIK & MANAJEMEN
KONFLIK

Konflik atau pertentangan dan perselisihan


biasa ada dalam hubungan antar manusia,
begitu juga ditempat kerja.
Konflik di tempat kerja biasanya berkaitan
dengan urusan manajerial (konflik manajerial)
dan hal ini juga biasa muncul di tempat kerja,
tetapi apapun konflik tetap harus dicegah atau
diatasi dan jangan dibiarkan berlarut-larut.
 Apabila konflik di tempat kerja dibiarkan
berlarut-larut maka akan menyebabkan
penurunan gairah dan motivasi kerja, stress
meningkat begitu juga apatisme meningkat.
 Untuk mengatasi konflik –konflik manajerial di
tempat kerja maka konflik harus dikelola
dengan baik (manajemen konflik).

Penyebab konflik manajerial di tempat kerja:


 Persepsi ,keinginan dan harapan individu
berbeda dengan organisasi.
 Persepsi, keinginan dan harapan individu antar
individu berbeda tentang suatu hal.
 Hubungan atasan dan bawahan yang tidak
sehat.
 Hubungan sesama staf yang tidak sehat.
 Standar. Metode, cara kerja, pembagian kerja,
tanggung jawab, wewenang, jalur karier,
suksesi, reward dan punishment (ganjaran
dan hukuman)  tidak jelas, timpang atau
tidak layak.
Bagaimana mengatasi konflik manajerial:
Telaah penyebab konflik:
◦ Situasi dan kondisi pekerjaan, konflik antar pribadi
yang kental nuansa emosi atau kombinasi keduanya.
◦ Apa yang dipermasalahkan, siapa yang terlibat,
kedalaman dan luasnya konflik, akibat & dampaknya
thd individu dan organisasi.
Cara/ startegi penyelesaian konflik
- Situasi dan kondisi kerja  standar/ aturan
pekerjaan, metode/ cara, pembagian kerja,
tanggung jawab dan wewenang 
mana yg harus diubah, dimodifikasi,
dilengkapi/ditingkatkan  butuh waktu,
sumber daya dan kemauan yg cukup besar.
◦ Konflik antar pribadi  tidak puas, iri, cemburu,
merasa diperlakukan tidak adil, ada dominasi satu
pihak, pelecehan, perselingkuhan  memerlukan
pendekatan individu dan HAM secara bijaksana,
adil dan memberikan perhatian bahwa masing2
individu adalah berbeda.
◦ Siapa saja yang terlibat dalam konflik, pola
hubungan yg dikehendaki, komunikasi dan HAM yg
akan dikembangkan/ ditingkatkan.
 Masalah yang memicu konflik  mendesak
atau tidak/ bisa ditunda.
 Cara/ metode penyelesaian konflik:
◦ Memperbaiki situasi dan kondisi kerja/ pekerjaan
 pembagian kerja/ tugas, wewenang & tanggung
jawab, sarana & peralatan kerja serta kompensasi
kerja.
◦ Memperbaiki pola HAM & komunikasi.
◦ Penyebab stress (stressor)  dikenali dan dicegah
atau dikelola.
◦ Bila konflik memuncak/ sulit diatasi bahkan
membuat organisasi stagnasi  diperlukan
Organizational Development pihak luar.
STRES AKIBAT KERJA

Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang


mempengaruhi emosi, proses berpikir dan
kondisi seseorang. Stres adalah biasa dan
selama manusia hidup akan selalu muncul.
Pemicu stres bisa muncul dimana-mana.
Pemicu stress ditempat kerja biasanya berkaitan
dengan masalah-masalah manajerial.
Stres di tempat kerja yang berkepanjangan akan
menganggu pelaksanaan kerja dan akibat
selanjutnya adalah penurunan kinerja.
Ciri-ciri orang stres yaitu:
 Nervous dan sulit konsentrasi.
 Kekhawatiran yang kronis.
 Mudah marah dan agresif/ reaksioner.
 Tidak dapat rileks dan selalu tegang.
 Sikap tidak kooperatif.

Stres menyebabkan berbagai gangguan psikis dan


fisik  gangguan kesehatan : penyakit sulit
tidur, hipertensi, gangguan pencernaan dll.
Banyak “penyakit orang modern” yang
kebanyakan merupakan penyakit degeneratif,
pemicu awalnya adalah adanya stres yang
berkepanjangan dan tidak dikelola dengan baik,
gaya hidup yang tidak teratur dan seimbangan
antara kerja-makan- istirahat dan hidup serba
tergesa-gesa dan dikejar target, kondisi
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME
yang tidak memadai.
Berikut ini beberapa penyebab stres didalam
pekerjaan yaitu:
 Beban kerja berlebihan.
 Tekanan/ desakan target waktu atau target
hasil/perolehan.
 Kualitas supervisi (pembinaan, pengawasan
dan bimbingan) yang jelek.
 Iklim sosial politis yang tidak stabil atau tidak
aman.
 Umpan balik (feedback) pelaksanaan kerja
tidak memadai/ kurang.
 Wewenang tidak mencukupi untuk
melaksanakan tanggung jawab.
 Kemenduaan peran.
 Persaingan antara sesama pegawai.
 Konflik antar pribadi atau kelompok.
 Perbedaan nilai-nilai antara institusi dan
pegawai.
 Berbagai bentuk perubahan pada “on the job”
antara lain adanya suksesi, mutasi, promosi.
Penyebab stres yang berasal dari luar pekerjaan:
 Kekhawatiran finansial dan jaminan hidup.
 Masalah anak.
 Masalah fisik.
 Maslah perkawinan.
 Perubahan-perubahan di tempat tinggal.
 Masalah-masalah pribadi lain  misalkan
kematian orang yang dikasihi.
Stres tidak selamanya bermakna negatif tetapi
juga bisa positif yang bila disadari dan dikelola
dengan baik akan meningkatkan kinerja. Stres
acapkali justru diciptakan di lingkungan kerja
untuk memacu prestasi kerja pegawai,
misalkan : situasi dan kondisi persaingan antar
pegawai. Sebaliknya stres yang terlalu besar
akan menurunkan prestasi kerja. Berikut ini
kurve model hubungan stres dan prestasi kerja:
Bagaimana reaksi seseorang terhadap stres 
tergantung tingkat toleransi individu  hal ini
tergantung tipe kepribadian seseorang.
Tipe A  tipe yang lebih mudah stres  tipe
kepribadian yang idealis, agresif, kompetitif,
standar tinggi, menekan waktu dan mengejar
target serta giat bekerja.
Tipe B  tipe yang tidak mudah stres  tipe
kepribadian yang rileks, kalem, tidak suka
tantangan, tidak suka menghadapi masalah,
tidak senang bersaing, dan “nrimo”.
Stres tidak mungkin dihilangkan, tetapi bisa
dikuangi dan diciptakan stres yang positif.
 Kegiatan2 personalia untuk mengurangi stres.
 Menelaah penyebab stres, cari solusi bersama
dan membangun keterbukaan- kebersamaan
dan kepercayaan).
 Mengganti supervisor yang lain.
 Menyediakan lingkungan kerja dengan
suasana/ situasi yang baru.
 Menyediakan pendidikan & pelatihan bagi
pegawai utk meningkatkan kemampuan
pegawai.
 Perancangan kembali atas pekerjaan-
pekerjaan yang ada  keputusan dan
kewenangan meningkat.
 Menyusun dan memperbaiki desain dan
metode pekerjaan.
 Pembagian kerja dan penyusunan tim kerja
yang dapat bekerja sama.
 Membangun komunikasi dan keterbukaan di
dalam tempat kerja.
 Pengembangan program konseling (bimbingan
dan penyuluhan) bagi pegawai.
 Transfer/ pidah ke pekerjaan lain sebagai
alternatif terakhir.
PROGRAM KONSELING

Program konseling bagi pimpinan dan pegawai


di dalam suatu organisasi akan sangat
membantu dlm memecahkan masalah konflik
dan stres.
Program konseling yang melibatkan konselor
(pembimbing) dan conselee (yang dibimbing)
biasanya ditangani oleh divisi/bag SDM.
Konseling bisa dilakukan leh tenaga profesional (
psikolog, psikiater) atau bukan (misal seorang
atasan atau supervisor yang baik).
Konseling seringkali bersifat rahasia baik
mengenai masalah pekerjaan maupun masalah
pribadi yang berpengaruh terhadap pekerjaan.
Fungsi konseling yaitu:
 Memberi nasehat.
 Penentraman hati.
 Komunikasi.
 Pengenduran ketegangan emosi.
 Penjernihan pikiran.
 Reorientasi nilai-nilai.

Anda mungkin juga menyukai