Anda di halaman 1dari 9

Laporan Hasil Observasi

Analisis Bahaya dan Risiko Kesehatan terhadap Petani


Jahe di Daerah Tanah Datar, Sumatera Barat

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Kerja Sektor Informal
dari Ibu Eka Lestari Mahyuni, SKM., M.Kes.

Oleh :
191000137 Rani Alqaziah
Kelas B

Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Medan
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita berikan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmatnya, sehingga penyusunan laporan observasi ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa
kendala. Maksud dan tujuan dari penyusunan laporan observasi ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Kesehatan Kerja Sektor Informal. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan laporan ini tidak lepas dari dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan kali ini saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Eka Lestari Mahyuni,
SKM., M.Kes. selaku dosen dari mata kuliah Kesehatan Kerja Sektor Informal.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan. Untuk itu kritik dan saran dari
pembaca yang membangun sangat diperlukan demi kesempurnaan laporan ini. Demikian kata
pengantar ini, semoga dapat digunakan sebagaimana seharusnya serta bermanfaat khususnya
bagi diri penulis dan pembaca pada umumnya.

Tanah Datar, 02 Januari 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Sektor Informal menurut
pengertian Badan Pusat Statistik adalah perusahaan non direktori (PND) dan rumah tangga
(RT) dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 20 orang.
Sektor informal mempunyai ciri-ciri khusus antara lain bekerja pada diri sendiri,
bersifat usaha keluarga, jam kerja dan gaji tidak teratur, pekerjaan sering dilakukan di
rumah, tidak ada bantuan pemerintah dan sering tidak berbadan hukum. Salah satu contoh
pekerja sektor informal adalah petani.
Pelaksanaan K3 tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah, tetapi juga
merupakan tanggung jawab semua pihak, khususnya petani (termasuk petani jahe). Tujuan
dalam penerapan K3 itu sendiri sebenarnya adalah meningkatkan kesadaran dan ketaatan
pemenuhan terhadap norma K3, meningkatkan partisipasi semua pihak untuk optimalisasi
pelaksanaan budaya K3 disetiap kegiatan usaha dan terwujudnya budaya K3.
Karena kurangnya kesadaran para petani akan kesehatannya, maka di lakukanlah
observasi bahaya dan risiko kesehatan pada petani jahe tersebut. Agar para petani jahe
tersebut lebih peduli terhadap kesehatannya. Kesehatan petani jahe ini sangat penting
dijaga karena dalam melakukan pekerjaannya petani sangat menguras tenaga.

B. Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai pada observasi ini adalah
1. Mengenal lebih jauh mengenai kesehatan kerja sektor informal khususnya pada
petani jahe
2. Menganalisis apa saja bahaya dan risiko kesehatan pada petani jahe
3. Memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Kerja Sektor Informal (KKSI)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kesehatan Kerja
Pengertian Kesehatan Kerja menurut joint ILO/WHO Committee 1995 ialah
penyelenggaraan dan pemeliharaan derajat setinggi-tingginya dari kesehatan fisik,
mental dan sosial tenaga kerja di semua pekerjaan, pencegahan gangguan kesehatan
tenaga kerja yang disebabkan kondisi kerjanya, perlindungan tenaga kerja terhadap
resiko faktor-faktor yang mengganggu kesehatan, penempatan dan pemeliharaan tenaga
kerja di lingkungan kerja sesuai kemampuan fisik dan psikologisnya, dan sebagai
kesimpulan ialah penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan manusia kepada
pekerjaannya.
B. Petani Jahe
Jahe dikenal sebagai rempah yang memiliki manfaat baik untuk kesehatan. Oleh karena
itu, popularitas jahe cukup baik di kalangan masyarakat. Jadi membudidayakannya adalah
suatu peluang meningkatkan ekonomi selain baik untuk kesehatan jahe ini juga memiliki harga
yang tinggi di pasar. Oleh karenanya, banyak yang memilih untuk membudidayakannya.
Untuk menjadi petani jahe tidaklah mudah banyak hal yang harus dikerjakan diantaranya :
1. Siapkan lahan. Tahapan awal dalam bertani jahe adalah menyiapkan lahan tanam.
Lahan tanam yang diperlukan haruslah berupa lahan tanah yang subur dan gembur.
Dibutuhkan pengolahan lahan. Langkah yang digunakan adalah menyiapkan lahan
tanam. Gemburkan lahan tanam dengan cara mencangkul lahan. Setelah itu, buat
lubang tanam dengan jarak 25×25 cm. Kedalaman lubang tanam 25—30 cm.
2. Biarkan selama seminggu baru kemudian dapat ditanami. Setelah lahan siap, tahapan
selanjutnya adalah menyiapkan benih tanaman.
3. Benih tanaman yang disiapkan adalah berupa rumpang benih jahe. Untuk
mendapatkannya, bisa membelinya di pasar tradisional. Setelah lahan tanam dan bibit
siap, tahapan selanjutnya adalah melakukan penanaman pada lahan. Disarankan agar
penanaman dilakukan pada saat selesai musim penghujan dan memasuki musim
kemarau. Sebab, curah air yang berlimpah dapat menyebabkan bibit membusuk dan
tidak dapat tumbuh di kemudian waktu.
4. Sebenarnya tanpa dipupuk pun tanaman jahe sudah dapat tumbuh baik. Namun,
tentunya untuk memperbaiki kualitas umbi perlu melakukan pemupukan tambahan
minimal tiga kali sampai dengan masa panen tiba. Penyiangan dilakukan setiap 2—3
minggu sekali. Caranya, yaitu dengan membersihkan gulma dan rumput yang tunbuh
di sekitar tanaman.
5. Semprotkan pestisida untuk membasmi hama.
6. Setelah 9 bulan barulah jahe sudah siap dipanen.
BAB III
METODE OBSERVASI

A. Lokasi dan Waktu Observasi


1. Lokasi
Lokasi observasi dilakukan di daerah Tanah Datar, Sumatera Barat
2. Waktu
Waktu observasi dilakukan pada Sabtu, 02 Januari 2021

B. Subyek Observasi
Subyek pada observasi ini adalah petani jahe yang ada di daerah Tanah Datar,
Sumatera Barat

C. Jenis Tindakan
Jenis tindakan yang saya lakukan adalah dengan melakukan observasi langsung pada
petani jahe tersebut. Observasi yang saya lakukan dengan mengamati bahaya dan
risiko kesehatan pada petani jahe tersebut.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Dokumentasi Penelitian pada Observasi

Gambar 1. Menyiang rumput jahe

Gambar 2&3. Memupuk jahe

Gambar 4&5 Menyemprotkan pestisida untuk membasmi hama

B. Pembahasan
Faktor bahaya dan risiko kesehatan yang timbul pada petani jahe antara lain :
1. Faktor Ergonomi
Pada saat menyiang atau membersihkan rumput/gulma dapat timbul beberapa resiko
dan bahaya kesehatan, seperti sakit punggung, pinggang dan kaki yang disebabkan karena
posisi tubuh yang jongkok dalam waktu yang lama, belum lagi bahaya yang timbul saat
menyiang ini karena menggunakan parang yang dapat melukai tangan atau kaki saat menyiang.

Tidak hanya saat menyiang, faktor risiko kesehatan juga timbul saat memupuk jahe
karena tubuh membungkuk dalam waktu yang sangat lama, atau posisi jongkok dalam waktu
yang lama menyebabkan nyeri sendi, nyeri pinggang dan otot kaki.
Upaya pengendalian faktor bahaya resiko diatas adalah, pada saat menyiang
rumput/gulma, sebaiknya menggunakan sarung tangan agar peluang untuk luka pada tangan
dapat diminimalisir dan usahakan harus selalu waspada dan berhati-hati dalam menggunakan
parang. Saat menyiang sebaiknya gunakan sebuah bangku kecil untuk duduk agar tidak
jongkok. Petani jahe juga harus membawa bekal dengan air minum yang cukup berserta
makanan bergizi.
2. Faktor Fisik
Faktor fisik yang ditimbulkan pada pekerjaan petani jahe adalah, panas yang berpotensi
mengakibatkan kanker kulit dan merusak mata akibat terlalu lama terpapar sinar matahari.
Olehkarena itu, petani memerlukan alat perlindungan diri seperti topi, sepatu, dan memakai
baju lengan panjang agar sinar matahari tidak langsung sampai ke kulit dan mata.
3. Faktor Kimia
Faktor kimia yang ditimbulkan saat melakukan aktivitas bertani jahe adalah saat
menyemprotkan pestisida untuk membasahi hama bisa saja pestisida tersebut terhirup dan
dapat berbahaya bagi kesehatan petani. Untuk mengantisipasi hal itu, sebaiknya petani
menggunakan masker dan sarung tangan.

Selain saat menyemprotkan pestisida, saat memupuk pun terkadang terdapat residu
pupuk pada tangan dan kemungkinan akan tertelan saat makan. Untuk menanggulanginya,
diperlukan sarung tangan saat memupuk jahe tersebut, agar residu pupuk yang tertingal di
tangan dapat diminimalisir.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari kegiatan observasi pada petani jahe di daerah Tanah Datar,
Sumatera Barat yaitu :
1. Bahaya dan risiko kesehatan yang dirasakan oleh petani jahe adalah
a. Petani jahe sering terpapar sinar matahari langsung sehingga dapat
menyebabkan kanker kulit.
b. Petani jahe jika dilihat dari sisi ergonomi sering membungkuk dan menekuk
leher saat bekerja sehingga mengalami berbagai masalah kesehatan.
c. Petani jahe terkadang akan terhirup pestisida yang disemprotkan pada saat
penyemprotan pestisida untuk membasmi hama.
d. Petani jahe kemungkinan akan tertelan residu dari pemupukan yang
dilakukannya saat bekerja.
2. Risiko kesehatan paling besar yang berdampak pada petani jahe adalah dari factor
ergonomic yaitu badannya pegal-pegal.

B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada petani jahe tersebut adalah
1. Petani jahe dapat mengantisipasi sinar matahari langsung dengan memakai
jilbab atau topi saat bekerja.
2. Petani jahe dapat memakai masker saat penyemprotan pestisida agar pestisida
yang terhirup dapat dikurangi.
3. Petani jahe dapat menggunakan sarung tangan saat menyiang dan memupuk
jahe agar pupuk yang digunakan tidak meninggalkan residu pada tangan.

Anda mungkin juga menyukai