Anda di halaman 1dari 36

TATA LAKSANA ASUHAN GIZI

KANKER SERVIKS
DAN HIPERTENSI

OLEH
HUSNAENI ARSAD,SKM.M.Kes
NIP 19691211 199203 2 013

RSUD I LAGALIGO
WOTU LUWU TIMUR

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridhonya,

penulisan Makalah: Tata Laksana Asuhan Gizi Pada Pasien Kanker Serviks Dan

Hipertensi, dapat diselesaikan. Tujuannya adalah supaya dapat dijadikan sebagai

referensi atau bahan bacaan untuk para nutrisionis dan masyarakat secara umum.

Akhir kata, meskipun berbagai usaha telah dilakukan semaksimal mungkin

dalam menyelesaikan makalah ini, namun karena keterbatasan pengalaman,

pengetahuan, kepustakaan dan waktu, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk ini, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk

menyempurnakan makalah ini.

Makassar, 28 Oktober 2019

Husnaeni Arsad,SKM.M.Kes

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 4
A. Gambaran Umum Penyakit.............................................................................................. 4
B. Data Dasar Pasien................................................................................................................ 4
BAB II PENENTUAN MASALAH GIZI DAN PROBLEM CLUE.........................8
A. Diagnosis Gizi................................................................................................................. 8
B. Diagnosis Medis............................................................................................................. 9
BAB III RENCANA TERAPI GIZI................................................................................... 10
A. Rencana Asuhan Gizi............................................................................................ 10
B. Implementasi Asuhan Gizi................................................................................... 13
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 16
A. Definisi Kanker Serviks......................................................................................... 16
B. Etiologi........................................................................................................................... 16
C. Potofisiologi................................................................................................................. 17
D. Gejala-Gejala............................................................................................................. 19
E. Pencegahan................................................................................................................ 20
F. Penatalaksanaan Diet Diare Akut Dehidrasi Sedang............................21
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................26
A. Monitoring.................................................................................................................... 26
B. Hasil Motivasi Diet Pasien................................................................................... 30
C. Evaluasi Asuhan Gizi Pasien.............................................................................31
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................34
A. Kesimpulan................................................................................................................... 34
B. Saran................................................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum Penyakit


Kanker serviks adalah kanker leher rahim / kanker mulut rahim yang di
sebabkan oleh virus Human Papiloma Virus (HPV). Hanya beberapa saja
dari ratusan varian HPV yang dapat menyebabkan kanker. Penularan
virus HPV yang dapat menyebabkan kanker leher rahim ini dapat menular
melalui seorang penderita kepada orang lain dan menginfeksi orang
tersebut. Penularannya dapat melalui kontak langsung dan karena
hubungan seks. Selain itu, salah sati faktor risiko terkena kanker serviks
adalah usia menarche yang terlalu muda, paritas yaitu jarak kelahiran
antara anak yang satu dengan anak yang lainnya dekat dan berganti-ganti
pasangan dalam hubungan seks (Prawirohardjo, 2005).
Menurut WHO, 490.000 perempuan didunia setiap tahun didiagnosa
terkena kanker serviks dan 80 % berada di Negara Berkembang termasuk
Indonesia. Setiap 1 menit muncul 1 kasus baru dan setiap 2 menit
meninggal 1 orang perempuan karena kanker serviks. Di Indonesia
diperkirakan setiap hari muncul 40-45 kasus baru, 20-25 orang meninggal,
berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang perempuan meninggal dunia
karena kanker serviks. Berdasarkan AOGIN Angka ini mengalami
peningkatan sebesar 0,89% sejak tahun 2008 (AOGIN, 2010).

4
B. Data Dasar Pasien
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. KR.
Umur : 49 Tahun.
Jenis Kelamin : Perempuan.
Agama : Islam.
Alamat : Tomoni.
No. Register RM : 00-18-25-26
Diagnosa Medis : Kanker Serviks Stadium II.

2. Data Subyektif
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Keluar darah dari vagina dan batuk berlendir
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluar darah jika berhubungan (post cortal bleeding)
sejak ±3 bulan yang lalu. Riwayat keputihan sejak ±5 bulan yang
lalu dan pernah berobat di salah satu rumah sakit di makassar
dan dilakukan biopsi. Riwayat hipertensi.
c) Riwayat Gizi Sekarang
Asupan zat gizi dari pasien selama di rumah sakit cukup
bagus, dimana pasien hampir menghabiskan selalu makanan
yang disediakan di rumah sakit.
Hasil recall 24 jam (sebelum intervensi):
E = 1109 kkal (60,57%).
P = 40,32 gr (60,01%).
L = 27,5 gr (67,7%).
KH = 174 gr (58,3%).
d) Riwayat Gizi Dahulu
1. Frekuensi makan teratur dengan porsi yang sedang yaitu
pada nasi 150 gr.
2. Mengkonsumsi gorengan setiap harinya sebanyak 2 potong.

5
3. Alergi terhadap daging sapi dan daging kambing..
e) Riwayat Sosial Ekonomi
Ny.KR adalah seorang Ibu Rumah Tangga dan memiliki
suami yang berprofesi sebagai Wiraswasta, berpendidikan SMA,
beragama islam, menikah pada usia 20 tahun dan mempunyai 2
orang anak dimana 2 orang anaknya sudah menikah.
f) Riwayat Keluarga
Tidak ada riwayat keluarga yang menderita Kanker Serviks.
3. Data Obyektif
a) Antropometri
U : 49 tahun.
TB : 148 cm.
BB : 55 kg.
BBI = 48 kg
IMT = 25,11 kg/m2

Penurunan BB sebesar 5 kg selama 1 bulan dari 60 kg menjadi


55 kg.
b) Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Hasil Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan
WBC 7,83 x 103 4-11 x 103 U/L Normal
U/L
MCH 24,5 Pg 27-34 Pg Rendah
Hb 11,2 gr/dL 12-14 g/dL Rendah
Na 146 136-145 mmol/L Tinggi
mmol/L
K 3,5 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L Normal
Cl 111 97-111 mmol/L Normal
mmol/L
Albumin 3,8% 3,3-5,0% Normal
Ureum 21 mg/dL 10-50 mg/dL Normal
Kreatinin 0,6 mg/dL <1,5 mg/dL Normal
SGOT 23 I/U <37 U/I Normal

6
SGPT 16 I/U <42 U/I Normal
Sumber : Data Sekunder, 2019

c) Pemeriksaan Fisik-klinis
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Fisik/Klinis
Jenis
Hasil Nilai Normal Ket
Pemeriksaan
Keadaan Umum Sedang

Kesadaran Sadar - -

Nadi 75 x/i 80-120 x/i Normal


Tekanan Darah 100/80 mmhg 120/80mmhg Rendah

Pernapasan 20 x/i 28 x/i Rendah


Suhu 36,5˚C 36-37˚C Normal
Sumber : Data Sekunder, 2019

d) Riwayat Makan
Tabel 3. Asupan zat Gizi sebelum intervensi

Energi Protein Lemak KH

Asupan 1109 kkal 40,32 gr 27,5 gr 174 gr

Kebutuhan 1830,73 kkal 67,2 gr 40,68 gr 298,86 gr

% Kebutuhan 60,57% 60,01% 67,7% 58,3%


Sumber : Data Primer Terolah, 2019

7
BAB II
PENENTUAN MASALAH GIZI DAN PROBLEM CLUE

A. Diagnosis Gizi
1. Domain Intake
Tabel 4. Diagnosis Gizi Berdasarkan Domain Intake
Problem Etiologi Sign
Intake pasien menderita batuk hasil recall 24 jam:
makanan berlendir E= 1109 kkal
yang tidak (60,57%).
cukup sesuai P= 40,32 gr
dengan (60,01%).
kebutuhan L= 27,5 gr (67,7%).
gizi yang KH= 174 gr (58,3%).
ditetapkan
(NI – 2.1)
Intake oral kurang sesuai dengan kebutuhan gizi yang ditetapkan
yang berkaitan dengan pasien menderita batuk berlendir. Hal ini
ditandai dengan hasil recall 24 jam:
E= 1109 kkal (60,57%).
P= 40,32 gr (60,01%).
L= 27,5 gr (67,7%).
KH= 174 gr (58,3%).

Problem Etiologi Sign


Intake perdarahan dan penyakit nilai Hb yaitu 11,2 (↓)
mineral yang infeksi (12-14 mg/dL).
terkandung di
dalam tubuh
kurang
(NI - 5.10.1)
Intake mineral yang terkandung di dalam tubuh kurang yang
berkaitan dengan perdarahan dan penyakit infeksi. Hal ini ditandai
dengan hasil nilai Hb yaitu 11,2 (↓) (12-14 mg/dL).

8
2. Domain Klinik
Tabel 5. Diagnosis Gizi Berdasarkan Domain Klinik
Problem Etiologi Sign
Penurunan Kondisi fisiologi (malas penurunan BB
berat badan makan) sebesar 5 kg selama
yang tidak 1 bulan dari 60 kg
diharapkan menjadi 55 kg.

(NC-3.2)
Penurunan berat badan yang tidak diharapkan yang berkaitan
dengan kondisi fisiologi (malas makan) ditandai dengan
penurunan BB sebesar 5 kg selama 1 bulan dari 60 kg menjadi 55
kg.

3. Domain Behavioural
Tabel 6. Diagnosis Gizi Berdasarkan Domain Behavioural
Problem Etiologi Sign
Ketidakmampuan keterbatasan keuangan terbatasnya variasi
memperoleh dan akses makanan makanan yaitu
makanan dari frekuensi konsumsi
sumbernya protein nabati lebih
tinggi daripada
protein hewani.
(NB – 3.2)
Ketidakmampuan memperoleh makanan dari sumbernya yang
berkaitan dengan keterbatasan keuangan dan akses makanan. Hal
ini ditandai dengan terbatasnya variasi makanan yaitu frekuensi
konsumsi protein nabati lebih tinggi daripada protein hewani..

B. Diagnosis Medis
Pasien didiagnosa menderita Kanker Serviks Stadium II.

9
BAB III
RENCANA TERAPI GIZI

A. Rencana Asuhan Gizi


1. Jenis diet
Diet yang diberikan untuk pasien ini adalah Diet Kanker.
Rendah garam III
2. Tujuan Diet
Adapun tujuan diet adalah sebagai berikut:
a. Untuk membantu memberikan makanan pasien yang seimbang
sesuai dengan keadaan penyakit dan daya terima pasien.
b. Untuk membantu mencapai dan mempertahankan berat badan
yang mendekati normal.
c. Untuk membantu menormalkan tekanan darah
3. Prinsip/Syarat Diet
Adapun prinsip/syarat diet adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan energi sebesar 1830,73 kkal.
b. Protein tinggi dengan 1,4 gr/kgBB.
c. Lemak sebesar 20%.
d. Karbohidrat adalah sisa dari energi total yaitu 65,3%.
e. Vitamin dan mineral cukup terutama vitamin A, B kompleks, C
dan E.
f. Cukup konsumsi Fe.
g. Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi
garam atau air dan atau hipertensi
h. Porsi makan kecil dan sering diberikan.
i. Konsistensi sesuai daya terima

10
4. Perencanaan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
Data Antropometri :
U : 49 tahun.
TB : 148 cm.
BB : 55 kg.
BBI : 48 kg.
IMT : 25,11 kg/m2

Penurunan BB sebesar 5 kg selama 1 bulan dari 60 kg menjadi 55


kg.
Kebutuhan energi basal dan zat gizi dengan menggunakan
rumus Harris-Benedict:
BEE = 655 + 9,6 (BB) + 1,7 (TB) – 4,7 (U)
= 655 + 9,6 (48) + 1,7 (148) – 4,7 (49)
= 655 + 460,8 + 251,6 – 230,3
= 1137,1 kkal.
TEE = BEE x FA x FS
FA
8
Tidur (8 j): x 1,0=0,33
24
12
Duduk (12 j): x 1,08=0,54
24
2
Berdiri (2 j): x 1,17=0,09
24
2
Berjalan (2 j): x 2,37=0,19
24
FA = 0,33 + 0,54 + 0,09 + 0,19
= 1,15
TEE = BEE x FA x FS
= 1137,1 x 1,15 x 1,4
= 1830,73 kkal

11
Kebutuhan Protein
Protein = 1,4 gr x kgBB
= 1,4 x 48
= 67,2 gr
67,2 x 4 x 100 %
% Protein =
1830,73
= 14,68%
Kebutuhan Lemak
20 % x 1830,73
Lemak =
9
366,14
=
9
= 40,68 gr
Kebutuhan Karbohidrat
Karbohidrat = 100 – (Protein + Lemak)
= 100% – (14,68+20)%
= 100% – 34,68%
= 65,3%
65,3 % x 1830,73
Karbohidrat =
4
= 298,86 gr
5. Rencana Motivasi dengan Penyuluhan Konsultasi
a) Tujuan:
Agar pasien dan keluarga:
1. Memperbaiki pola dan kebiasaan makan yang salah.
2. Mengerti tentang makanan yang boleh /tidak dikonsumsi.
3. Dapat menjalankan diet yang dianjurkan dengan benar.
4. Mengerti tentang diet yang diberikan.
5. Mematuhi diet.
b) Materi:

12
1. Diet Kanker dan diet rendah garam
2. Menjelaskan perlunya untuk mengatur pola makan dan
aktivitas pada penderita Kanker Serviks Stadium II.
3. Menjelaskan makanan dan minuman yang boleh dikonsumsi
dan makanan dan minuman yang harus dihindari.
4. Menjelaskan pentingnya asupan makanan setelah menjalani
kemoterapi.
c) Sasaran:
Pasien dan keluarga.
d) Waktu:
±45 menit.
e) Tempat:
Kamar perawatan Mahalona 1 RSUD I Lagaligo Prov. SulSel
Metode: Penyuluhan individu dan diskusi.
f) Alat Bantu:
Kuesioner recall 24 jam, pulpen, buku dan food picture.
6. Rencana Monitoring
Parameter yang dimonitor selama studi kasus adalah sebagai
berikut:
a) Asupan zat gizi.
b) Data antropometri.
c) Perubahan data pemeriksaan fisik klinis.
d) Nilai laboratorium.

B. Implementasi Asuhan Gizi


1. Diet Pasien
Diet yang diberikan adalah diet Kanker dan Rendah garam III,
dengan energi 1830,73 kkal, protein yaitu 67,2 gr (14,68%), Lemak
40,68 gr (20%), KH 298,86 gr (65,3%) dan natrium 1000 mg. Diet
ditujukan untuk memberikan makanan dengan memperhitungkan
semua nilai zat gizi meliputi energi, protein, lemak dan karbohidrat

13
dan zat gizi mikro tetapi utamanya dalam kebutuhan energi dan
protein, agar asupan zat gizi pasien menjadi persiapan dalam
menjalani kemoterapi.
Diet pasien diberikan dalam bentuk makanan biasa dengan
pertimbangan pasien masih bisa mengkonsumsi makanan yang
keras atau bertekstur kasar.
2. Susunan Menu
Dari hasil perhitungan, maka didapatkan standar kebutuhan
energi dan zat gizi harian pasien sebagai berikut: energi = 1830,73
kkal, protein = 67,2 gr, lemak = 40,68 gr, KH = 298,68 gr.
Tabel 7. Perencanaan Distribusi Makanan Pasien
JUMLAH
Menu Bahan
URT Gram
 Pagi (07.30)
Nasi putih Nasi putih ¾ gls 100
Telur masak kecap Telur 1 bj 55
Kecap 1 sdt 8
Minyak kelapa sawit ½ sdt 2,5
Tim tahu Tahu ½ ptg 25
Kentang ½ bh 20
Sayur bening labu Bayam 2 ½ gls 25
Jagung ½ ptg kcl 25
Labu 1/3 ptg 35

 Snack (10.00)
Es alpukat Alpukat ½ bh 50
Kelapa muda 3 sdm 25
Susu kental manis 1 sdm 10
 Siang (13.30)
Nasi putih Nasi putih 9/8 gls 150
Tim ikan Ikan segar 2 ptg sdg 70
Bawang putih 4 bh 12
Pepes kacang tolo Kacang tolo 1 ½ sdm 15
Tahu ½ ptg sdg 25
Tumis sawi Sawi ½ ptg 50
Wortel ½ ptg 25
Minyak kelapa sawit ½ sdt 2,5

14
 Snack (16.00)
Nagasari Pisang ambon 1 bh 50
Tepung beras 3 sdm 30
Gula pasir 2 sdm 20
Santan 1 ½ sdm 15
Buah Jeruk manis 1 bh 50
 Malam (19.00)
Nasi putih Nasi putih ¾ gls 100
Ikan masak tomat Ikan kakap 1/6 ekr sdg 50
Tomat ½ bh 25
Minyak kelapa sawit ½ sdt 2,5
Botok kacang Kacang merah 1 ½ sdm 15
Santan 1 sdm 10
Kelapa parut 1 ½ sdm 10
Sop sayuran Kentang 1 bh bsr 50
Wortel ½ bh 25
Jagung 3 ½ sdm 35
Telur ayam ½ bj 25
Kembang kol ¼ bh kcl 20
Snack (20:00)
Susu Susu kental manis 2 sdm 20

Menu tersebut mengandung Energi = 1830,7 kkal (98,337%),


Protein = 66,61 gr (99,13%), Lemak = 40,2 gr (98,7%) dan
Karbohidrat = 299 gr (100%).

15
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kanker Serviks


Serviks berasal dari bahasa latin yang artinya leher. Serviks adalah
salah satu bagian dari Rahim. Serviks terdiri dari dua bagian yaitu mulut
rahim dan leher rahim tetapi secara keseluruhan keduanya disebut
serviks. Serviks adalah organ yang menghubungkan rahim dengan
vagina. Leher rahim terletak lebih rendah , bagian sempit dari rahim mana
ia bergabung dengan ujung atas vagina berbentuk silinder atau kerucut
dan menonjol bagian atas. Panjang serviks atau leher rahim diperkirakan
2 inchi. Mulut rahim adalah bagian terendah rahim di kalangan medis
disebut sebagai porsio. Leher rahim adalah bagian sempit dari bagian
bawah rahim di atas porsio. Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh
dari sel-sel serviks, kanker serviks dapat berasal dari sel-sel di leher rahim
tetapi dapat pula tumbuh dari sel-sel mulut rahim atau keduanya
(Nurwijaya, dkk., 2010).
Kanker serviks atau kanker leher rahim atau disebut juga kanker mulut
rahim merupakan salah satu penyakit keganasan di bidang kebidanan dan
penyakit kandungan yang masih menempati posisi tertinggi sebagai
penyakit kanker yang menyerang kaum perempuan (Manuaba, dkk.,
2008).

B. Etiologi
Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks adalah sejenis
kanker yang 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV)
onkogenik, yang menyerang leher rahim. Human Papillomavirus (HPV)

16
termasuk dalam Famili Papovaviridae yang terdiri atas dua genus yaitu
Polyomavirus dan Papillomavirus. Karakteristik Papillomavirus merupakan
virus berukuran kecil dengan diameter 45-55 nm, memiliki genom sirkular
dengan double stranded DNA dengan kapsid berbentuk icosahedral dan
tidak berenvelop. Virus ini mempunyai tropisme pada sel epitel kulit dan
membran mukosa (Rusmana, 2009).
Kanker serviks 90% disebabkan karena infeksi HPV (Human
Papillomavirus). Menurut Setiawan, 8-10 perempuan diduga sudah
terinfeksi HPV selama hidupnya. Terdapat 100 jenis HPV dengan 30 jenis
diantaranya mengenai bagian kelamin, namun dibersihkan sendiri oleh
tubuh. Jenis HPV yang paling sering menginfeksi adalah HPV 16 dan 18
yang menyebabkan perubahan sel-sel pada vagina atau serviks yang
pada mulanya menjadi displasia dan selanjutnya berkembang menjadi
kanker serviks (Rusmana, 2009).

C. Patofisologi
Karsinoma serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan
intraepitel, berubah menjadi neoplastik, dan akhirnya menjadi kanker
serviks setelah 10 tahun atau lebih. Secara histopatologi lesi pre invasif
biasanya berkembang melalui beberapa stadium displasia (ringan, sedang
dan berat) menjadi karsinoma insitu dan akhirnya invasif. Berdasarkan
karsinogenesis umum, proses perubahan menjadi kanker diakibatkan oleh
adanya mutasi gen pengendali siklus sel. Gen pengendali tersebut adalah
onkogen, tumor supresor gene, dan repair genes (Akram, 2010).
Onkogen dan tumor supresor gen mempunyai efek yang berlawanan
dalam karsinogenesis, dimana onkogen memperantarai timbulnya
transformasi maligna, sedangkan tumor supresor gen akan menghambat
perkembangan tumor yang diatur oleh gen yang terlibat dalam
pertumbuhan sel. Meskipun kanker invasive berkembang melalui
perubahan intraepitel, tidak semua perubahan ini progres menjadi invasif.
Lesi preinvasif akan mengalami regresi secara spontan sebanyak 3 -35%.

17
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi
yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu
(KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari
karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun (Mayura, 2014).
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali
adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif.
Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang
meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau
bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10
tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang
menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan.
Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang
eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke
forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi
ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel
permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor
risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak
dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan
sel normal sehingga terjadi keganasan (Akram, 2011).
Berbagai jenis protein diekspresikan oleh HPV yang pada dasarnya
merupakan pendukung siklus hidup alami virus tersebut. Protein tersebut
adalah E1, E2, E4, E5, E6, dan E7 yang merupakan segmen Open
Reading Frame (ORF). Di tingkat seluler, infeksi HPV pada fase laten
bersifat epigenetic. Pada infeksi fase laten, terjadi terjadi ekspresi E1 dan
E2 yang menstimulus ekspresi terutama terutama L1 selain L2 yang
berfungsi pada replikasi dan perakitan virus baru. Virus baru tersebut
menginfeksi kembali sel epitel serviks. Di samping itu, pada infeksi fase
laten ini muncul reaksi imun tipe lambat dengan terbentuknya antibodi E1
dan E2 yang mengakibatkan penurunan ekspresi E1 dan E2. Penurunan
ekspresi E1 dan E2 dan jumlah HPV lebih dari ± 50.000 virion per sel
dapat mendorong terjadinya integrasi antara DNA virus dengan DNA sel

18
penjamu untuk kemudian infeksi HPV memasuki fase aktif (Mayura,
2014).
Dengan demikian dapatlah diasumsikan bahwa pada kanker serviks
terinfeksi HPV terjadi peningkatan kompleks p53-E6. Dengan pernyataan
lain, terjadi penurunan p53 pada kanker serviks terinfeksi HPV. Dan,
seharusnya p53 dapat dipakai indikator molekuler untuk menentukan
prognosis kanker serviks. Bila pembuluh limfe terkena invasi, kanker
dapat menyebar ke pembuluh getah bening pada servikal dan parametria,
kelenjar getah bening obtupator, iliaka eksterna dan kelenjar getah bening
hipogastrika. Dari sini tumor menyebar ke kelenjar getah bening iliaka
komunis dan pada aorta. Secara hematogen, tempat penyebaran
terutama adalah paru-paru, kelenjar getah bening mediastinum dan
supravesikuler, tulang, hepar, empedu, pankreas dan otak (Akram, 2011).

D. Gejala – Gejala
Kanker serviks sering kali dideteksi setelah kondisinya cukup parah.
Wanita yang memiliki lesi pra-kanker atau kanker serviks stadium awal,
pada umumnya tidak merasakan adanya keluhan. Keluhan biasanyan
mulai timbul ketika kanker sudah mulai bersifat invasif dan menyerang
organ atau jaringan tubuh lain di sekitarnya. Berikut beberapa gejala yang
sering dikeluhkan penderita kanker serviks yaitu sebagai berikut
(Handayani, dkk., 2012):
1. Perdarahan abnormal.
Perdarahan abnormal dapat terjadi antara lain setelah
berhubungan seksual, perdarahan setelah menopause, perdarahan
atau flek-flek (spotting) di antara waktu menstruasi ataupun
perdarahan menstruasi lebih lama dari biasanya.
2. Keputihan abnormal dari vagina.
Keputihan kadang bercampur darah. Keputihan dapat terjadi di
antara periode menstruasi atau setelah menopause. Keputihan yang
normal lendirnya tidak berwarna, tidak gatal dan tidak berbau.

19
Keputihan yang normal ini biasa ditemukan pada kondisi sebagai
berikut:
1. Bayi yang baru lahir sampai usia sekira 10 hari. Keputihan pada
bayi biasanya disebabkan pengaruh estrogen dari plasenta
terhadap vagina dan rahim janin.
2. Memasuki masa menarche (masa seorang wanita mengalami haid
pertama) karena mulai mendapatkan pengaruh estrogen. Orang tua
tidak perlu meresahkan hal ini karena lama-kelamaan akan hilang
sendiri.
3. Wanita dewasa sebelum dan saat berhubungan dengan seks.
4. Pada masa ovulasi. Biasanya konsistensi lendir lebih encer.
Keputihan abnormal dapat ditemukan pada infeksi atau pada
tumor jinak dan ganas. Pada infeksi, lendir biasanya berwarna
kekuningan sampai hijau, lebih kental dan berbau atau disertai rasa
yang sangat gatal. Penyakit infeksi kelamin yang menimbulkan
keputihan antara lain herpes genitalis, gonorrhea dan kondiloma
akuminata.
3. Nyeri saat berhubungan seksual.
Hubungan seksual yang menyebabkan nyeri di pihak perempuan
perlu dicurigai sebagai gejala kanker serviks.

E. Pencegahan
Sebagian besar kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat
dan menghindari faktor- faktor penyebab kanker meliputi (Akram, 2011):
1.Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia
muda, pernikahan pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks.
Wanita yang berhubungan seksual dibawah usia 20 tahun serta sering
berganti pasangan beresiko tinggi terkena infeksi. Namun hal ini tak
menutup kemungkinan akan terjadi pada wanita yang telah setia pada
satu pasangan saja.

20
2.Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai
anak perlu melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali atau
menurut petunjuk dokter. Pemeriksaan Pap smear adalah cara untuk
mendeteksi dini kanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
cepat, tidak sakit dengan biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya
akurat. Disarankan untuk melakukan tes Pap setelah usia 25 tahun
atau setelah aktif berhubungan seksual dengan frekuensi dua kali
dalam setahun. Bila dua kali tes Pap berturut-turut menghasilkan
negatif, maka tes Pap dapat dilakukan sekali setahun. Jika
menginginkan hasil yang lebih akurat, kini ada teknik pemeriksaan
terbaru untuk deteksi dini kanker leher rahim, yang dinamakan
teknologi Hybrid Capture II System (HCII).
3. Pilih kontrasepsi dengan metode barrier, seperti diafragma dan
kondom, karena dapat memberi perlindungan terhadap kanker leher
rahim.
4.Memperbanyak makan sayur dan buah segar. Faktor nutrisi juga dapat
mengatasi masalah kanker mulut rahim. Penelitian mendapatkan
hubungan yang terbalik antara konsumsi sayuran berwarna hijau tua
dan kuning (banyak mengandung beta karoten atau vitamin A, vitamin
C dan vitamin E) dengan kejadian neoplasia intra epithelial juga kanker
serviks. Artinya semakin banyak makan sayuran berwarna hijau tua dan
kuning, maka akan semakin kecil risiko untuk kena penyakit kanker
mulut rahim.
5.Pada pertengahan tahun 2006 telah beredar vaksin pencegah infeksi
HPV tipe 16 dan 18 yang menjadi penyebab kanker serviks. Vaksin ini
bekerja dengan cara meningkatkan kekebalan tubuh dan menangkap
virus sebelum memasuki sel-sel serviks. Selain membentengi dari
penyakit kanker serviks, vaksin ini juga bekerja ganda melindungi
perempuan dari ancaman HPV tipe 6 dan 11 yang menyebabkan kutil
kelamin. Yang perlu ditekankan adalah vaksinasi ini baru efektif apabila
diberikan pada perempuan yang berusia 9 sampai 26 tahun yang belum

21
aktif secara seksual. Vaksin diberikan sebanyak 3 kali dalam jangka
waktu tertentu.

F. Penatalaksanaan Diet Pada Penderita Kanker Serviks


Gangguan gizi yang dapat timbul pada pasien penyakit kanker
disebabkan kurangnya asupan makanan, tindakan medik, efek psikologik
dan pengaruh keganasan sel kanker. Gejala kanker dalam keadaan berat
dinamakan cachexia yang manifestasinya secara klinis adalah anoreksia,
penurunan berat badan, gangguan refleks, lemas, anemia, kurang energi
protein dan keadaan deplesi secara keseluruhan. Beberapa faktor
penyebab gangguan gizi yang dapat timbul pada penyakit kanker adalah
(Almatsier, 2010):
1. Kurang nafsu makan yang disebabkan oleh faktor psikologik dan lost
response terhadap kanker berupa cepat kenyang atau perubahan pola
indera pengecap.
2. Gangguan asupan makanan dan gangguan gizi karena:
a. Gangguan pada saluran cerna, dapat berupa kesulitan menguyah,
menelan dan penyumbatan.
b. Gangguan absorpsi zat gizi.
c. Kehilangan cairan dan elektrolit karena muntah-muntah dan diare.
3. Perubahan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak.
4. Peningkatan pengeluaran energi.
Adapun tujuan diet adalah sebagai berikut (Almatsier, 2010):
a. Untuk membantu memberikan makanan pasien yang seimbang
sesuai dengan keadaan penyakit dan daya terima pasien.
b. Untuk membantu mencapai dan mempertahankan berat badan
yang mendekati normal.
c. Untuk membantu mengupayakan perubahan sikap dan perilaku
sehat terhadap makanan oleh pasien dan keluarganya.
Adapun prinsip/syarat diet adalah sebagai berikut:

22
a. Kebutuhan energi tinggi yaitu 36 kkal/kgBB untuk laki-laki dan 32
kkal/kgBB untuk perempuan. Apabila pasien berada dalam keadaan
gizi kurang maka kebutuhan energi menjadi 40 kkal/kgBB untuk laki-
laki dan 36 kkal/kgBB untuk perempuan.
b. Protein tinggi yaitu 1-1,5 gr/kgBB.
c. Lemak sedang yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total.
d. Karbohidrat adalah sisa dari energi total.
e. Vitamin dan mineral cukup terutama vitamin A, B kompleks, C dan E.
f. Cukup konsumsi Fe.
g. Porsi makan kecil dan sering diberikan.
Saat ini dikenal berbagai macam diet untuk pejuang kanker. Ada
diet yang “umum” seperti yang selama ini dikenal dan diikuti
kebanyakan orang, dan sekarang banyak pula yang mengikuti pola diet
“food combining”, diet sesuai golongan darah, maupun diet jenis lain.
Menurut Ny. Ning Harmanto dan beberapa sumber lain, dalam berdiet
ada pantangan-pantangan yang harus dihindari pejuang kanker yaitu
sebagai berikut (Harmanto, 2005):
1. Makanan yang menimbulkan alergi (merangsang produksi lendir
yang merupakan “makanan” kanker).
2. Sayur: tauge (meningkatkan daya tumbuh kanker), sawi putih,
kangkung (mengurangi daya serap obat), cabai (meningkatkan
aktivitas bawah sadar sehingga menghabiskan persediaan oksigen).
3. Buah: lengkeng, nangka (meningkatkan daya tumbuh kanker),
nanas, anggur, durian, duku (mengandung alkohol).
4. Minuman: es (menghambat sirkulasi darah), alkohol (meningkatkan
aktivitas bawah sadar), softdrink (karsinogen), kopi, coklat, susu
(merangsang lendir dan membuat tubuh bersifat asam).
5. Seafood: udang, kerang, cumi2, kepiting (tinggi lemak).
6. Daging: kambing, sapi, kerbau, babi (berlemak dan membuat tubuh
asam), ayam negeri, bebek, kalkun, burung (disuntik hormon

23
pertumbuhan, berlemak), terutama kulit dan jerohan (tempat
berkumpulnya racun-racun).
7. Makanan yang dipanggang, dibakar, dan digoreng dengan minyak
jelantah atau sampai gosong. Makanan serta minuman yang
mengandung pengawet, pewarna, perasa, dan zat-zat kimia buatan.
Kesemuanya memicu kanker.
Makanan yang dianjurkan yaitu sebagai berikut (Harmanto, 2005):
1. Sayuran berwarna hijau tua: bayam, brokoli, sawi hijau, kailan,
katuk, kenikir, pegagan, daun dewa, sambungnyawa, dll. Sayuran
berwarna hijau muda: selada, selada air, daun bawang. Sayuran
berwarna terang: kubis, bunga kol, lobak, wortel, kentang, rebung,
ubi, dll. Sayuran buah: tomat, terong, gambas, mentimun, pepaya,
labu siam, kacang-kacangan, jagung, dan lain-lain.
2. Buah-buahan: apel Malang/hijau, pepaya, tomat, jeruk, jambu biji,
mangga, dan lain-lain.
Pedoman untuk mengatasi masalah makan bagi penderita kanker
yaitu sebagai berikut (Almatsier, 2010):
1. Bila pasien menderita anoreksia:
a. Dianjurkan makan makanan yang disukai atau dapat diterima
walaupun tidak lapar.
b. Hindari minum sebelum makan.
c. Tekankan bahwa makan adalah bagian penting dalam proses
pengobatan.
d. Olahraga sesuai kemampuan penderita.
2. Bila ada perubahan pengecapan:
a. Makanan atau minuman diberikan dengan suhu kamar atau
dingin.
b. Tambahkan bumbu makanan yang sesuai untuk menambah
rasa.
c. Minuman diberikan dalam bentuk segar seperti sari buah atau
jus.

24
3. Bila ada kesulitan menguyah atau menelan:
a. Minum dengan menggunakan sedotan.
b. Makanan atau minuman diberikan dengan suhu kamar atau
dingin.
c. Bentuk makanan disaring atau cair.
d. Hindari makanan terlalu asam atau asin.
4. Bila mulut kering:
a. Makanan atau minuman diberikan dengan suhu dingin.
b. Bentuk makanan cair.
c. Kunyah permen karet atau bard candy.
5. Bila mual dan muntah:
a. Beri makanan kering.
b. Hindari makanan yang berbau.
c. Hindari makanan lemak tinggi.
d. Makan dan minum perlahan-lahan.
e. Hindari makanan atau minuman terlalu manis.
f. Batas cairan pada saat makan.
g. Tidak tiduran setelah makan.

25
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Monitoring
1. Monitoring Diet Pasien
Pasien masuk rumah sakit tanggal 29 September 2019 dengan
keluhan keluar darah jika berhubungan seksual (post cortal bleeding)
sejak ±3 bulan yang lalu dan nyeri pada area perut. Pasien
mendapatkan diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein) saat masuk
rumah sakit.
Sebelum intervensi dilakukan, pasien pernah mendapatkan diet
TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein) karena pasien mengalami
penurunan berat badan dan pasien membutuhkan protein tinggi untuk
menanggulangi penyakitnya. Hasil recall 24 jam sebelum intervensi
tanggal 01/10/2019 diperoleh persentase asupan yaitu energi 1109
kkal (60,57%), protein 40,32 gr (60,01%), lemak 27,5 gr (67,7%), dan
karbohirdat 174 gr (58,3%). Dari hasil tersebut kita dapat mengetahui
bahwa asupan gizi pasien masih rendah dan belum mencapai standar
kebutuhan tubuhnya berdasarkan rumus perhitungan BEE. Saat
intervensi dilakukan, berdasarkan hasil monitoring sesuai dengan
kondisi dan penyakit pasien maka diet yang diberikan adalah diet
kanker dan rendah garam III.
Diet kanker dan rendah garam ini bertujuan untuk memberikan
makanan dengan memperhitungkan semua nilai zat gizi meliputi

26
energi, protein, lemak dan karbohidrat tetapi utamanya dalam
kebutuhan energi dan protein dan agar asupan zat gizi pasien menjadi
persiapan dalam menjalani kemoterapi. Diet ini mengandung energi
sebesar 1830,73 kkal, protein sebesar 67,2 gr (14,68%), lemak
sebesar 40,68 gr (20%), karbohidrat sebesar 298,68 gr (65,3%) dan
natrium sebesar 1000 mg. Diet pasien diberikan dalam bentuk
makanan biasa dengan pertimbangan pasien masih bisa
mengkonsumsi makanan yang keras atau bertekstur. Berikut tabel
distribusi hasil monitoring asupan makanan pasien setelah intervensi:
Tabel 8. Distribusi Hasil Monitoring Asupan Makanan Pasien
ASUPAN ZAT GIZI
HARI URAIAN
E (Kkal) P (gr) L (gr) KH (gr)
Asupan 267,9 5,83 0,82 59,9
I
Kebutuhan 1830,73 67,2 40,68 298,68
02/10/2019
% Asupan 14,63 8,68 2 20
Asupan 634,7 22,10 24,1 98,7
II
Kebutuhan 1830,73 67,2 40,68 298,68
03/10/2019
% Asupan 34,67 32,89 59,2 33
Asupan 871,53 45,44 37,5 92,2
III
Kebutuhan 1830,73 67,2 40,68 298,68
04/10/2019
% Asupan 47,6 67,63 92,2 30,9
Rata-rata % Asupan 32,3 36,4 51,13 27,96
Sumber : Data Primer, 2019
Pada intervensi hari pertama terlihat pada tabel bahwa terjadi
penurunan asupan energi, lemak dan karbohidrat bila dibandingkan
dengan data hasil recall 24 jam sebelum intervensi dilakukan. Hal ini
disebabkan karena pada hari setelah intervensi pertama, pasien harus
menjalani operasi sehingga pasien hanya bisa mengkonsumsi bubur
dan susu yang disediakan dari pihak rumah sakit sehingga asupannya
menurun.
Pada intervensi hari kedua asupan energi pasien meningkat sedikit
jika dibandingkan dengan intervensi hari pertama dan menurun jika
dibandingkan dengan intervensi sebelumnya. Hal ini disebabkan
berhubungan dengan kondisi pasien setelah mengalami operasi
sehingga rasa nyeri pasca operasi masih terasa. Sedangkan pada

27
intervensi hari ketiga intake asupan pasien kembali mengalami
peningkatan utamanya asupan lemak karena pasien setelah operasi
sudah mulai menghabiskan lauk hewani yang disediakan di rumah sakit
meski masih mengkonsumsi bubur.
Berdasarkan tabel 8 diatas, dapat diketahui bahwa asupan pasien
dari intervensi hari pertama sampai dengan intervensi hari ketiga
dibandingkan dengan sebelum intervensi mengalami penurunan.
Dimana asupan makanan sebelum intervensi meningkat persentasenya
yaitu energi 60,57% menurun menjadi 14,63% pada intervensi pertama,
meningkat menjadi 34,67% pada intervensi kedua dan meningkat dari
intervensi kedua tetapi menurun dari sebelum intervensi yaitu 47,6%
pada intervensi ketiga, intake protein sebelum intervensi yaitu 60,01%
menurun menjadi 8,68% pada intervensi pertama, meningkat menjadi
32,89% pada intervensi kedua dan meningkat dari intervensi kedua dan
dari sebelum intervensi yaitu 67,63% pada intervensi ketiga, intake
lemak sebelum intervensi yaitu 67,7% menurun menjadi 2% pada
intervensi pertama, meningkat menjadi 59,2% pada intervensi kedua
dan meningkat dari intervensi kedua dan dari sebelum intervensi yaitu
92,2% pada intervensi ketiga dan intake karbohidrat sebelum intervensi
yaitu 58,3% menurun menjadi 20% pada intervensi pertama, meningkat
menjadi 33% pada intervensi kedua dan menurun pada intervensi
kedua dan sebelum intervensi menjadi 30,9% pada intervensi ketiga.
Rata-rata persen asupan energi yaitu 32,3%, protein yaitu 36,4%,
lemak yaitu 51,13% dan karbohidrat yaitu 27,96%.
Adanya asupan makanan yang menurun terutama pada asupan
energi, protein dan karbohidrat diakibatkan pasien yang baru saja
menjalani operasi dan sebelum operasi pasien dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan lunak berupa bubur dan tidak diperbolehkan
mengkonsumsi sumber makanan protein hewani maupun nabati.

28
2. Monitoring Pemeriksaan Fisik/Klinik
Tabel 9. Monitoring Pemeriksaan Fisik/Klinik
Hasil Pemeriksaan

HARI URAIAN NIlai Kriteria


Nilai Normal
Pemeriksaan

TD 110/80 mmHg 120/80mmHg Rendah


I Nadi 90 x/i 80-120 x/i Normal
02/10/19 Respirasi 20x/i 20-45 x/i Normal
Suhu 360C 36-370 C Normal
110/70 mmHg 120/80 Rendah
TD
mmHg
II
Nadi 88 x/i 80-120 x/i Normal
03/10/19
Respirasi 20x / i 20-45 x/i Normal
Suhu 36,70C 36-370 C Normal
120/80 mmHg 120/80 Normal
TD
mmHg
III
Nadi 84 x/i 80-120 x/i Normal
04/10/19
Respirasi 20 x / i 20-45 x/i Normal
Suhu 36,5 0C 36-370 C Normal
Sumber : Data Sekunder, 2019
3. Monitoring Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 10. Monitoring Pemeriksaan Laboratorium
Hasil Pemeriksaan

TANGGAL BIOKIMIA Nilai


Nilai Normal Kriteria
Pemeriksaan

01/10/2019 WBC 7,83 x 103 4-11 x 103 U/L


N
U/L
MCH 24,5 Pg 27-34 Pg ↓
Hb 11,2 gr/dL 12-14 g/dL ↓
Na 146 mmol/L 136-145 mmol/L ↑
K 3,5 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L N

29
Cl 111 mmol/L 97-111 mmol/L N
Albumin 3,8% 3,3-5,0% N
Ureum 21 mg/dL 10-50 mg/dL N
Kreatinin 0,6 mg/dL <1,5 mg/dL N
SGOT 23 I/U <37 U/I N
SGPT 16 I/U <42 U/I N
Sumber : Data Sekunder, 2019
Adapun perkembangan data laboratorium pasien tidak dapat
dimonitor karena pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan setiap hari
sehingga tidak terpantau selama studi kasus dilakukan.

B. Hasil Motivasi Diet Pasien


1. Perkembangan Pengetahuan Gizi
Pasien dan penjaga pasien sebelum pelaksanaan intervensi
belum pernah mendapatkan edukasi terkait dengan masalah gizi.
Jadi pasien dan keluarga belum tahu secara keseluruhan
mengenai makanan dan minuman yang dapat dikonsumsi oleh
penderita Kanker Serviks Stadium II.
Terapi edukasi yang diberikan dengan metode penyuluhan
gizi yang dilakukan selama 1 hari sebelum pelaksanaan intervensi
dan diskusi ringan yang dilakukan setiap hari selama 3 hari
intervensi.
Pada sebelum intervensi, konsulen melakukan recall 24 jam
sebelum intervensi dalam upaya mengetahui asupan makanan
yang dikonsumsi sebelum dilakukan intervensi. Setelah itu,
dilakukanlah intervensi berupa pemberian informasi mengenai
makanan-makanan yang dapat dikonsumsi pasien.
Pada intervensi ke-1 dan ke-2 yang dilakukan adalah me-
recall 24 jam asupan setelah intervensi. Kemudian memberikan
pengetahuan terkait makanan dan minuman yang dibatasi bahkan
dihindari oleh pasien seperti mengurangi konsumsi makanan dan
minuman yang mengandung kacang-kacangan.

30
Pada intervensi ke-3 dilakukan recall 24 jam hari terakhir
dalam intervensi dan menimbang berat badan dimana berat
badannya tetap dari hari senin sampai hari sabtu. Setelah itu,
menanyakan kepada pasien dan penjaga tentang makanan yang
dapat dikonsumsi oleh penderita Kanker Serviks Stadium II
sebagai tanda bahwa intervensi telah berhasil dilakukan.
Penjaga pasien dan pasien merespon dengan baik apa yang
disampaikan terkait diet yang dianjurkan, terlihat penjaga pasien
yang mendampingi pasien sedikit demi sedikit mulai memahami
dan mengetahui alasan pemberian diet serta jenis makanan yang
harus dikonsumsi dan dibatasi mengingat kondisi kesehatan
pasien harus dijaga untuk proses penyembuhan yang optimal.
Sehingga dengan demikian, pasien dan penjaga pasien dapat
menerapkan diet dan pola makan yang telah dianjurkan setelah
keluar dari rumah sakit nantinya sehingga dapat mendukung
proses penyembuhan.
2. Sikap dan Perilaku Pasien Terhadap Diet
Hasil recall konsumsi 24 jam sebelum pelaksanaan intervensi
menunjukkan bahwa asupan oral pasien kurang karena berkaitan
dengan keadaan penyakitnya dimana pasien mengalami batuk
berlendir. Akan tetapi, pasien selalu menghabiskan sayur yang
berisi jagung yang disediakan di rumah sakit.

C. Evaluasi Asuhan Gizi Pasien


1. Konsumsi Energi dan Zat Gizi Pasien
Hasil monitoring evaluasi asupan energi dan zat gizi selama
studi kasus didapatkan data bahwa ada yang terjadi peningkatan
dan penurunan persen asupan dibanding sebelum intervensi
dengan selama intervensi yaitu asupan energi dari 60,57% menjadi
47,6%, protein dari 60,01% menjadi 67,63%, Lemak dari 67,7%
menjadi 92,2% dan karbohidrat dari 58,3% menjadi 30,09%. Hal

31
tersebut terjadi karena keadaan pasien sudah mulai membaik
setelah dioperasi meskipun asupan energi dan karbohidrat sangat
kurang.
2. Evaluasi Status Gizi
Keadaan status gizi pasien pada akhir studi kasus yaitu sudah
mulai mengalami kemajuan dimana pasien sudah mulai
mengkonsumsi protein hewani seperti ikan. Selain itu, pasien juga
sudah menghabiskan sayur yang disediakan di rumah sakit.
3. Perkembangan Pengobatan yang Berhubungan dengan Gizi
Pengobatan yang berhubungan dengan gizi tidak terpantau
selama studi kasus dilaksanakan.
4. Perkembangan Terapi Diet
Terapi diet yang diberikan sejak awal intervensi hingga akhir
intervensi tidak berubah meskipun dari hasil monitoring dan
evaluasi yang dilakukan setiap hari tidak terdapat identifikasi
masalah baru baik dari pemeriksaan antropometri, fisik/klinis
maupun laboratorium sehingga terapi diet tetap yaitu Diet kanker
dengan energi yaitu 1830,73 kkal dan protein yaitu 67,2 gr. Hal itu
dapat dilihat pada Tabel.V.1.
Konsumsi Zat Gizi Pasien Selama Intervensi dapat dilihat pada
grafik berikut ini:
Grafik 1. Persentasi Asupan zat gizi selama intervensi

32
Asupan (%)

Berdasarkan grafik di atas, kita bisa melihat bahwa selama studi


kasus berlangsung, asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat
mengalami fluktuasi dari sebelum intervensi. Seperti yang terlihat
asupan protein dan lemak mengalami peningkatan setelah intervensi
ketiga dari yang sebelum intervensi dimana protein dari 60,01%
menjadi 67,63% dan lemak dari 68% menjadi 92,2% sementara energi
mengalami penurunan dari 60,57% menjadi 47,6% dan karbohidrat
mengalami penurunan dari 58% menjadi 30,09%. Hal tersebut terjadi
akibat intervensi hari ketiga setelah melakukan operasi sehingga
diberikan makanan lunak berupa bubur sehingga asupan energi dan
karbohidratnya mengalami penurunan dari recall 24 jam sebelum
intervensi.

33
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Diagnosa yang ditegakkan yaitu Kanker Serviks Stadium II.
2. Status gizi pasien adalah Overweight dengan IMT 25,11 kg/m2
3. Pada studi kasus ini diagnosa gizi yang ditegakkan adalah NI-2.1
NI-5.10.1, NC-3.2 dan NB-3.2.
4. Jenis diet yang diberikan adalah diet kanker rendah garam III
dengan energi yaitu 1830,73 kkal dan protein yaitu 67,2 gr.
5. Ada peningkatan asupan oral meskipun tidak mencapai persen
asupan yang diharapkan selama dilakukannya intervensi.

B. Saran

34
1. Terapi diet dan edukasi gizi harus terus diakukan untuk
memberikan motivasi pada pasien dan keluarganya sehingga dapat
mengubah sedikit demi sedikit diet dan aktivitasnya.
2. Pemeriksaan antropometri, fisik-klinis dan laboratorium harus tetap
dipantau untuk melakukan identifikasi masalah gizi sedini mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Akram, Salma BT. Mohd.. 2010. Prevalensi Stadium Kanker Serviks yang
Tersering Pada Wanita di Rsup H. Adam Malik Pada Tahun 2009.
Karya Tulis Ilmiah. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21557

Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet Terbaru. Jakarta: Penerbit PT.


Gramedia Pustaka Utama.

AOGIN. 2010. Abstract of Conference of AOGIN 2010.


http://www.aoginindia.in/sites/g/files/g812896/f/Abstracts_Aogin_Co
nference_New_Delhi_2010_0.pdf

Handayani, Lestari, dkk.. 2012. Menaklukkan Kanker Serviks dan Kanker


Payudara dengan 3 Terapi Alami. Jakarta: Penerbit PT. Agromedia
Pustaka.

Harmanto, Ning. 2005. Menu Aman dan Sehat Bagi Penderita Kanker.
Jakarta: Penerbit AgroMedia Pustaka.

35
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk.. 2008. Buku Ajar Patofisiologi
Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Mayura, Mayun. 2014. Peran MRI dalam Diagnostik Serviks. Makalah


Ilmiah. Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Diakses dari
http://ojs.unud.ac.id/index.php/obgyn/article/view/13437/9137.html

Nurwijaya, H, dkk.. 2010. Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta:


Penerbit PT. Elex Media Komputindo.

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka. 2008.

Rusmana, Djaja. 2010. Aspek Onkologi Human Papilloma Virus. JKM


Volume 9 No.1 Juli 2009. Bandung: Fakultas Kedokteran
Universitas Maranatha. Diakses dari
http://majour.maranatha.edu/index.php/jurnal-kedokteran/article/vie
w/.../pdf

36

Anda mungkin juga menyukai