TUGAS MAKALAH PKN KELOMPOK 1 Modul 2
TUGAS MAKALAH PKN KELOMPOK 1 Modul 2
MODUL 2
KEGIATAN BELAJAR 1
Dalam pasal 1 butir 1 UU Sidikan 20/2003 ditegaskan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya sebagai prinsip pendidikan
ditegaskan hal-hal sebagai berikut :
Bagaimana PKn sebagai Mata Pelajaran yang Memiliki MIsi adalah Pendidikan
Nilai dan Moral?
Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea empat, dinyatakan bahwa Pemerintah Negara
Indonesia dibentuk untuk “mencerdaskan kehidupan bangsa” . Secara psikologis dan
sosial yang dimaksud cerdas bukan hanya cerdas secara rasional tetapi juga secara
emosional, sosial, dan spiritual (Sanusi: 1998, Winataputra: 2001). Berkaitan dengan hal
tersebut (UU Nomor 20/2003, Sisdiknas) dengan tegas menyatakan bahwa “pendidikan
diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
sepanjang hayat”, dan seyogyanya bukan hanya proses berpikir tetapi juga pendidikan
nilai dan watak serta perilaku.
Menurut Lickona (1992: 53-63) yang perlu dikembangkan dalam rangka pendidikan
nilai adalah nilai karakter yang baik (good character) yang didalamnya mengandung tiga
dimensi nilai moral sebagai berikut :
Ketiga domain moralita tersebut satu dan lainnya memiliki keretkaitan substantif
dan fungsional, artinya bahwa wawasan, perasaan, sikap, dan perilaku moral
merupakan tiga hal yang secara psikologis bersinergi.
Dalam konteks itu teori perkembangan moral dari Piaget dan Kohlberg yang
dapat diadaptasikan adalah terhadap nilai moral sosial-kultural selain nilai yang
berkenaan dengan aqidah keagamaan yang tidak selamanyadapat atau boleh
dirasionalkan.
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
2. Partisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-
bangsa lainnya
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau
tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.”
1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta
lingkungan,Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara,Sikap
positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan
keadilan
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,Tata tertib
di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-
norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukumdan peradilan
nasional, Hukum dan peradilan internasional
3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota
masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan
dan perlindungan HAM
4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong-royong, Harga diri sebagai warga
masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat,
Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara
5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama,
Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara
dengan konstitusi
6. Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,Pemerintahan
daerah dan otonomi-Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya
politik,Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers
dalam masyarakat demokrasi
7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara,
Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka
8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesiadi era
globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional,
dan Mengevaluasi globalisasi.”
KEGIATAN BELAJAR 3
Hubungan interaktif proses pengembangan nilai dan moral dengan proses pendidikan
di sekolah harus dilihat dalam paradigma pendidikan nilai secara konseptual dan operasional.
Konsep-konsep “values education, moral education, education forvirtues" yang secara
teoritik, oleh Lickona (1992) diperkenalkan sebagai program dan proses pendidikan yang
tujuannya selain mengembangkan pikiran, atau menurut Bloom untuk mengembangkan nilai
dan sikap.
Seperti dikutip oleh Lickona (1992) Theodore Roosevelt (mantan Presiden USA) dan
Bill Honing (Superintendent of Public Instruction, California) memberi landasan pentingnya
pendidikan nilai di Amerika. Roosevelt, mengatakan bahwa “Mendidik orang, hanya tertuju
pada pikirannya dan bukan moralnya, sama dengan mendidikkan keburukan kepada
masyarakat". Lebih jauh juga Lickona (1992:6-7) melihat bahwa para pemikir dan
pembangun demokrasi, sebagai paradigma kehidupan di dunia Barat, berpandangan bahwa
pendidikan moral merupakan aspek yang esensial bagi perkembangan dan berhasilnya
kehidupan demokrasi. Hal itu sangatlah beralasan, karena demokrasi pada dasarnya
merupakan suatu sistem pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat.
Sejak dini sekolah diharapkan mampu mengambil peran yang aktif dalam merancang
dan melaksanakan pendidikan nilai moral yang bersumber dari kebajikan dan keadaban
demokrasi. Dengan kata lain pendidikan nilai dalam dunia barat adalah pendidikan nilai yang
bertolak dari dan bermuara pada nilai-nilai sosial-kultural demokrasi. Sedangkan nilai yang
bersumber dari agama bukanlah tanggung jawab negara, karena memang dunia barat yang
sekuler dengan tegas memisahkan urusan agama sebagai urusan pribadi,bukan urusan publik.
Jean Piaget pada masa hidupnya pernah menjadi Wakil Direktur “Institute of
Educational Science” dan sebagai Guru Besar (Profesor) Psikologi Eksperimental pada
university of Geneva. Ia dengan tekun melakukan penelitian mengenai perkembangan
struktur kognitif (cognitive structure) anak dan kajian moral (moral judgement) anak selama
40 tahunan. Penelitiannya itu didasarkan pada sikap verbal anak (childrenverbal attitudes)
terhadap berbagai aturan permainan, perilaku sehari-hari, mencuri,dan membohong. Ia
mengidentifikasi bahwa ada dua tingkat perkembangan moral pada anak usia antara 6-12
tahun yakni heteronomi dan autonomi.
Secara teoritik nilai moral berkembang secara psikologis dalam diri individu
mengikuti perkembangan usia dan konteks sosial. Dalam kaitannya dengan usia, Piaget
merumuskan perkembangan kesadaran dan pelaksanaan aturan sebagai berikut. Piaget
membagi beberapa tahapan dalam dua domain yakni kesadaran mengenai aturan dan
pelaksanaan aturan.
1. Usia 0-2 tahun: Pada usia ini aturan dirasakan sebagai hal yang tidak bersifat
memaksa
2. Usia 2-8 tahun: Pada usia aturan disikapi sebagai hal yang bersifat sakral dan diterima
tanpa pemikiran
3. Usia 8-12 tahun: Pada usia ini aturan diterima sebagai hasil kesepakatan
1. Usia 0-2 tahun: Pada usia ini aturan dilakukan sebagai hal yang hanya bersifat
motorik saja
2. Usia 2-6 tahun: Pada usia ini aturan dilakukan sebagai perilaku yang lebih
berorientasi diri sendiri
3. Usia 6-10 tahun: Pada usia ini aturan diterima sebagai perwujudan darik esepakatan
4. Usia 10-12 tahun: Pada usia ini aturan diterima sebagai ketentuan yang sudah
dihimpun
Dari penelitiannya itu Kohlberg merumuskan adanya tiga tingkat (level) yang terdiri atas
enam tahap (stage) perkembangan moral seperti berikut.
Dengan kata lain,pendekatan pendidikan nilai yang ditawarkan oleh Kohlberg sama
dengan yang ditawarkan Piaget dalam hal fokusnya terhadap perilaku moral yang dilandasi
oleh penalaran moral, namun berbeda dalam hal titik berat pembelajarannya