tp
s:
//t
ul
un
ga
gun
gk
ab.
bp
s.
go
.id
ht
tp
s:
//t
ul
un
ga
gu
ng
ka
b.
bp
s.
go
.id
ht
tp
s:
//t
ul
un
ga
gu
ng
ka
b.
bp
s.
go
.id
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
KABUPATEN TULUNGAGUNG
MENURUT PENGELUARAN 2017-2021
ISBN: 978-623-62001-5-5
Nomor Publikasi: 35040.2206
Katalog BPS: 9302020.3504
Naskah:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung
id
.
go
Penyunting:
s.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung bp
b.
ka
Gambar Kulit:
ng
Diterbitkan Oleh:
un
Dicetak Oleh:
s:
Penanggungjawab Umum
Mohammad Amin
Penyunting
Imam Rochani
Penulis
Imam Rochani
Alfiany Fitria Wardhiningrum
id
Garinca Firgiana Santoso
.
go
s.
bp
Pengolah Data
b.
Imam Rochani
ka
Gambar Kulit
ul
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu data ekonomi yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan ekonomi di suatu wilayah. Hingga saat ini,
penghitungan PDRB dilakukan melalui dua pendekatan yaitu sisi lapangan usaha dan sisi pengeluaran.
Pada sistem kerangka kerja (frame work) data ekonomi suatu wilayah, PDRB Pengeluaran
merupakan ukuran dasar (basic measure) yang menggambarkan penggunaan barang dan jasa
(product) yang dihasilkan melalui aktivitas produksi. PDRB Pengeluaran menjelaskan pengeluaran
pendapatan untuk aktivitas konsumsi akhir dan investasi riil.
Publikasi “Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tulungagung Menurut Pengeluaran
2017-2021” menyajikan data dan informasi tentang pendekatan PDRB dari sisi pengeluaran untuk
id
periode tahun 2017-2021 di Kabupaten Tulungagung. Selain itu, publikasi ini juga menyajikan tinjauan
.
go
perkembangan perekonomian Kabupaten Tulungagung secara deskriptif. Publikasi ini merupakan
s.
bp
publikasi tahunan yang diterbitakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tulungagung.
b.
ka
Data yang disajikan dalam publikasi ini meliputi data PDRB menurut komponen pengeluaran,
ng
baik atas dasar harga berlaku (ADHB) maupun atas dasar harga konstan (ADHK) 2010 serta beberapa
gu
tabel turunannya. Komponen dan subkomponen yang disajikan telah mengalami perubahan,
ga
un
menyesuaikan konsep System of National Accounts (SNA) 2008 yang telah direkomendasikan oleh
ul
United Nations (UN) dan Klasifikasi Baku Komoditi Indonesia (KBKI) 2014 revisi IV.
//t
s:
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung penerbitan
tp
ht
publikasi ini. Semoga publikasi ini memberikan banyak manfaat bagi para pengguna data. Saran dan
tanggapan sangat diharapkan agar publikasi ini dapat disajikan lebih baik pada edisi yang akan datang.
v
ht
tp
s:
//t
ul
un
ga
gu
ng
ka
b.
bp
s.
go
.id
DAFTAR ISI
Halaman
. id
go
BAB II. METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA ................................................................................ 11
s.
2.1 Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumahtangga (PK-RT) .............................................. 13
bp
Pengeluaran Konsumsi Akhir Lembaga Non Profit Yang Melayani Rumahtangga
b.
2.2 15
(PK-LNPRT) ..............................................................................................................
ka
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, 2017-2021 (Miliar Rupiah)
............................................................................................................................. 32
Tabel 3.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, 2017-2021 (Miliar
Rupiah) ................................................................................................................ 33
Tabel 3.3 Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran,
2017-2021 (Persen) ............................................................................................. 35
Tabel 3.4 Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran, 2017-2021 (Persen) .................. 37
Tabel 3.5 Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran, 2017-2021 ...................................... 38
Tabel 3.6 Laju Implisit PDRB Menurut Pengeluaran, 2017-2021 .......................................... 39
Tabel 3.7 Perkembangan Komponen Konsumsi Rumah Tangga, 2017-2021 ......................... 41
id
Tabel 3.8 Struktur Komponen Konsumsi Rumah Tangga, 2017-2021 (Persen) ..................... 42
.
go
Tabel 3.9 Laju Implisit Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga, 2017-2021 (Persen) .... 43
s.
Tabel 3.10 bp
Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT, 2017-2021 ......................... 44
b.
Tabel 3.11 Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah, 2017-2021 .................. 46
ka
Tabel 4.1 Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Per Kapita, 2017-2021 ..................... 55
ul
Tabel 4.2 Proporsi Total Pengeluaran Konsumsi Akhir Terhadap PDRB, 2017-2021 ............. 56
//t
s:
Tabel 4.3 Perkembangan Incremental Capital Output Ratio (ICOR), 2017-2021 .................. 58
tp
ht
viii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 3.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, 2017-2021 (Miliar Rupiah)
............................................................................................................................ 32
Grafik 3.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, 2017-2021 (Miliar
Rupiah) ............................................................................................................... 34
Grafik 3.3 Perbandingan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 dan Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Pengeluaran, 2017-2021 .......................................................... 35
Grafik 3.4 Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran,
2017-2021 (Persen) ............................................................................................. 36
Grafik 3.5 Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran, 2017-2021 (Persen) ................. 37
. id
go
s.
bp
b.
ka
ng
gu
ga
un
ul
//t
s:
tp
ht
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. (Seri 2010) PDRB Kabupaten Tulungagung Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Pengeluaran, 2017-2021 (Juta Rupiah) ................................................................ 67
Lampiran 2. (Seri 2010) PDRB Kabupaten Tulungagung Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Pengeluaran, 2017-2021 (Juta Rupiah) ................................................. 68
Lampiran 3. (Seri 2010) Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Tulungagung Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Pengeluaran, 2017-2021 (Persen) ............................................ 69
Lampiran 4. (Seri 2010) Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tulungagung Atas Dasar Harga
Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, 2017-2021 (Persen) .................................. 70
Lampiran 5. (Seri 2010) Indeks Implisit PDRB Kabupaten Tulungagung Menurut Pengeluaran,
2017-2021 ........................................................................................................... 71
Lampiran 6. (Seri 2010) Laju Implisit PDRB Kabupaten Tulungagung Menurut Pengeluaran,
id
2017-2021 ........................................................................................................... 72
.
go
s.
bp
b.
ka
ng
gu
ga
un
ul
//t
s:
tp
ht
x
ht
tp
s:
//t
ul
un
ga
gu
ng
ka
b.
bp
s.
go
.id
1
ht
tp
s:
//t
ul
un
ga
gu
ng
ka
b.
bp
s.
go
.id
BAB I
PENDAHULUAN
. id
go
Berbagai variabel yang dapat ditemui dalam PDRB menurut pengeluaran di antaranya adalah
s.
permintaan konsumsi akhir, pembentukan modal tetap atau investasi fisik, ekspor dan impor.
bp
b.
Berbagai jenis barang dan jasa akhir tersebut ditujukan untuk memenuhi permintaan akhir
ka
terpisahkan dari penghitungan PDRB melalui pendekatan lapangan usaha yang ditampilkan
un
ul
dalam suatu kerangka kerja data ekonomi. Meskipun demikian, penghitungan PDRB menurut
//t
s:
pengeluaran dilakukan secara independen dengan menggunakan data dasar yang berbeda.
tp
ht
PDRB menurut lapangan usaha lebih menjelaskan tentang proses produksi, serta pendapatan
faktor yang berhasil diciptakan (balas jasa faktor produksi)1 dari hasil produksi tersebut.
Sementara itu, PDRB menurut pengeluaran menjelaskan tentang pengeluaran yang dilakukan
untuk mendapatkan barang dan jasa yang diproduksi tersebut. Selain itu, melalui komponen
pengeluaran atau permintaan akhir (final demand) atau disebut sebagai PDRB menurut
pengeluaran, dapat dilihat keterkaitan antara penyediaan barang dan jasa dari domestik
maupun impor (supply side). Melalui hubungan ini akan lebih mudah terlihat titik
keseimbangan makro antara sisi “penyediaan dan permintaan”.
Secara konsep2 dijelaskan bahwa penghitungan PDRB dari sisi yang berbeda
dimaksudkan untuk:
i) memastikan konsistensi dan kelengkapan dalam membuat perkiraan atau estimasi;
1
Termasuk di dalamnya penyusutan dan pajak tidak langsung “neto” (pajak tidak langsung dikurangi subsidi)
2
Handbook of National Accounting. Accounting for Production: Sources and Methods (Series F no 30 United Nations)
.id
go
komponen Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga (PK-RT), Pengeluaran Konsumsi Akhir
s.
bp
Lembaga Non Profit Yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT), Pengeluaran Konsumsi Akhir
b.
Pemerintah (PK-P), Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), Perubahan Inventori (PI), serta
ka
ng
Dalam menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi permintaan akhir masyarakat,
ga
un
tidak terlepas dari ketergantungan pada produk yang berasal dari dari luar wilayah atau luar
ul
negeri (impor). Berbagai barang dan jasa yang menjadi konsumsi akhir masyarakat di
//t
s:
dalamnya akan terkandung produk impor. Dengan demikian dalam mengukur besarnya nilai
tp
ht
tambah domestik (PDRB), komponen impor barang dan jasa harus dikeluarkan atau
dikurangkan dari penghitungan konsumsi atau permintaan akhir. Tingginya permintaan tidak
selalu diimbangi oleh penyediaan domestik, sehingga kondisi ini menjadi peluang bagi
masuknya produk impor. Data empiris menunjukkan bahwa dari waktu ke waktu,
perdagangan produk impor terus berkembang baik secara kuantitas, nilai, dan ragamnya.
Secara konsep, PDRB menurut lapangan usaha (Y) punya total nilai yang sama besar
dengan PDRB menurut pengeluaran (E). Namun, pada kenyataannya tidaklah demikian. Selain
berbeda dalam struktur atau komposisi, pendekatan pengukuran antara keduanya juga
berbeda. Dalam penyajiannya, perbedaan tersebut diletakkan pada sisi PDRB menurut
pengeluaran, yang kemudian disebut sebagai perbedaan statistik (statistical discrepancy).
Unsur yang menyebabkan terjadi perbedaan meliputi basis dan konsep pengukuran, metode
pendekatan, cakupan ukuran, dan sumber data yang digunakan. Adanya perbedaan tersebut
diharapkan tidak menjadi masalah bagi para pengguna data PDRB.
. id
go
s.
𝑌 = 𝐶 + 𝐺𝐹𝐶𝐹 + ∆ 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑖 + 𝑋 − 𝑀 bp
b.
ka
ng
dimana:
gu
𝑋 = Ekspor
𝑀 = Impor
Persamaan di atas menunjukkan pendapatan atau nilai tambah bruto dari hasil
penghitungan PDRB Lapangan Usaha akan “identik” dengan PDRB Pengeluaran. Jika 𝑌 adalah
pendapatan, 𝐶 adalah konsumsi akhir, serta 𝐺𝐹𝐶𝐹 dan ∆ 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑖 merupakan bentuk
investasi fisik, maka selisih antara ekspor dengan impor menggambarkan surplus atau defisit
dari aktivitas perdagangan barang dan jasa antar wilayah, baik dengan wilayah lain ataupun
dengan luar negeri.
PDRB melalui pendekatan pengeluaran dapat diketahui perilaku masyarakat dalam
menggunakan pendapatan, apakah hanya untuk tujuan konsumsi akhir atau juga untuk
3
- Yang dimaksud adalah rumahtangga, pemerintah, lembaga non profit yang melayani rumah tangga serta sektor produksi (produsen) di
wilayah domestik
- Disebut sebagai pendekatan “riil”
investasi (khususnya fisik). Selain itu juga dapat diketahui seberapa besar ketergantungan
ekonomi domestik (wilayah) terhadap luar negeri dalam bentuk perdagangan internasional
(external transaction). Selisih antara ekspor dengan impor disebut sebagai “ekspor neto” yang
juga memberikan gambaran tentang tabungan luar negeri.
Sama halnya dengan PDRB pendekatan Lapangan Usha, PDRB pendekatan
Pengeluaran juga dapat diturunkan berbagai data agregat tentang perekonomian wilayah
seperti nilai nominal, struktur atau distribusi pengeluaran konsumsi akhir, pertumbuhan “riil”,
dan indeks harga implisit. Data yang dimaksud tersedia baik untuk masing-masing komponen
PDRB Pengeluaran maupun untuk total perekonomian.
.id
go
Mengapa tahun dasar PDRB perlu diubah?
s.
Selama sepuluh tahun terakhir, banyak perubahan yang terjadi pada kondisi
bp
b.
perekonomian global maupun lokal yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian
ka
ng
nasional. Saat krisis finansial global yang terjadi tahun 2008, penerapan perdagangan bebas
gu
semakin meluasnya jasa layanan pasar modal merupakan beberapa contoh perubahan yang
un
ul
Salah satu bentuk implementasi System of National Accounts (SNA) adalah melakukan
tp
ht
perubahan tahun dasar PDB/PDRB. Indonesia melakukan kegiatan perubahan tahun dasar dari
tahun 2000 ke 2010 bersamaan dengan upaya mengimplementasi rekomendasi Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang tertuang dalam buku panduan SNA 2008. Kegiatan ini diawali
dengan menyusun kerangka kerja dalam bentuk Supply and Use Tables (SUT) Indonesia untuk
tahun data 2010. Dari kerangka SUT tersebut diperoleh nilai estimasi PDB/PDRB dan
komponen-komponennya. Selanjutnya nilai PDB maupun komponennya ini dijadikan sebagai
acuan (benchmark) ketika BPS Provinsi maupun BPS Kabupaten/Kota menyusun PDRB-nya.
Guna menjaga konsistensi dengan hasil penghitungan PDB dan PDRB, maka perubahan tahun
dasar PDB dan PDRB dilakukan secara simultan dengan perubahan tahun dasar PDB dan PDRB.
id
a. Menginformasikan kondisi ekonomi terkini, seperti terjadinya perubahan struktur dan
.
go
pertumbuhan ekonomi;
s.
b. Meningkatkan kualitas PDRB;
bp
b.
ka
a. Meningkatkan nilai PDRB, yang pada gilirannya berpengaruh pada perubahan kelompok
//t
s:
pendapatan (dari wilayah berpendapatan rendah menjadi menengah atau tinggi), serta
tp
ht
d. Rekomendasi PBB tentang pergantian tahun dasar, yang harus dilakukan setiap 5 (lima)
atau 10 (sepuluh) tahun4.
e. Tersedianya data dasar untuk meningkatkan kualitas PDRB seperti hasil Sensus Penduduk
2010 dan Indeks Harga Produsen (Producers Price Index).
f. Tersedianya kerangka SUT Indonesia tahun 2010, yang menunjukkan keseimbangan
antara produksi, konsumsi serta pendapatan yang tercipta dari aktivitas tersebut.
id
Konsep dan Cakupan
.
go
a. Sumber daya hayati (cultivated biological resources/CBR). CBR merupakan nilai aset
s.
bp
alam hasil budidaya manusia, yang diperlakukan sebagai bagian dari output pertanian
b.
ka
dan PMTB. Contoh nilai tegakan padi, kelapa sawit dan karet yang belum dipanen,
ng
diperlakukan sebagai bagian dari output industri peralatan militer dan PMTB seperti
s:
tp
4
SNA1993, para 16.76: “constant price series should not be allowed to run for more than five, or at the most, ten years without rebasing”
. id
go
diperlakukan sebagai bagian dari output industri pertambangan dan PMTB.
s.
Metodologi bp
b.
Output jasa intermediasi keuangan. Output industri ini diestimasi dengan metoda
ka
ng
berdasarkan suku bunga simpanan (deposits), bunga pinjaman (loans), dan suku bunga
ga
un
referensi (reference). Metoda ini menggantikan Imputed Bank Services Charge (IBSC).
ul
Valuasi
//t
s:
Nilai tambah bruto lapangan usaha dinilai dengan harga dasar (Basic Price). Harga
tp
ht
dasar merupakan harga keekonomian suatu barang atau jasa pada tingkat produsen,
sebelum ada intervensi pemerintah dalam bentuk pajak dan subsidi atas produk.
Klasifikasi
Klasifikasi yang digunakan adalah Internasional Standard Industrial Classification (ISIC
rev.4) dan Central Product Classification (CPC rev.2). BPS mengadopsi kedua jenis
klasifikasi tersebut menjadi KBLI 2009 dan KBKI 2010.
Perubahan Klasifikasi PDRB Menurut Pengeluaran Tahun Dasar 2000 dan 2010
PDRB Tahun Dasar 2000 PDRB Tahun Dasar 2010
1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
3. Pembentukan Modal Tetap Bruto 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
4. Perubahan Inventori 5. Perubahan Inventori
5. Ekspor 6. Ekspor
6. Impor 7. Impor
.id
go
mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu negara.
s.
4. bp
PDRB harga berlaku menurut pengeluaran menunjukkan produk barang dan jasa
b.
digunakan untuk tujuan konsumsi akhir, investasi dan diperdagangkan dengan pihak luar
ka
ng
negeri.
gu
menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi.
ul
6. PDRB pengeluaran atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju
//t
s:
7. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kapita atau per
satu orang penduduk.
8. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata
ekonomi per kapita penduduk suatu wilayah.
11
ht
tp
s:
//t
ul
un
ga
gu
ng
ka
b.
bp
s.
go
.id
BAB II
METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA
i. Pendahulan PK-RT
Sektor rumah tangga mempunyai peran yang cukup besar dalam perekonomian. Hal
ini tercermin dari besarnya sumbangan komponen konsumsi rumah tangga dalam
pembentukan PDRB pengeluaran5. Di samping berperan sebagai konsumen akhir barang dan
jasa, rumah tangga juga berperan sebagai produsen serta penyedia faktor produksi untuk
aktivitas produksi yang dilakukan oleh sektor institusi lainnya.
. id
ii. Konsep dan Definisi PK-RT
go
s.
Pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (PK-RT) merupakan pengeluaran atas
bp
barang dan jasa oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Rumah Tangga didefinisikan
b.
ka
sebagai individu atau kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat
ng
gu
mengkonsumsi barang dan jasa secara bersama-sama utamanya makanan dan perumahan.
un
ul
PK-RT mencakup pengeluaran atas barang dan jasa oleh rumah tangga residen, baik
tp
ht
yang dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu region. Jenis barang dan jasa
tersebut diklasifikasikan menurut Classifications of Individual Consumption by Purpose
(COICOP) sebagai berikut:
a. Makanan, minuman dan rokok
b. Pakaian dan alas kaki
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
d. Kesehatan dan Pendidikan
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
f. Hotel dan Restoran
g. Lainnya
5
Untuk Kabupaten/Kota yang mempunyai hasil tambang/industri/perkebunan dan nilai ekspornya sangat tinggi, umumnya nilai
konsumsi rumahtangganya relatif lebih rendah
.id
go
diluar negeri (diperlakukan sebagai impor)
s.
bp
Terdapat beberapa catatan yang perlu diketahui berkaitan dengan PK-RT ini meliputi:
b.
ka
a. Pembelian langsung oleh non-residen, diperlakukan sebagai ekspor dari wilayah tersebut.
ng
b. Pembelian barang yang tidak diproduksi kembali (diduplikasi), seperti barang antik,
gu
ga
lukisan, dan hasil karya seni lainnya diperlakukan sebagai investasi atas barang berharga,
un
c. Pengeluaran rumah tangga untuk keperluan biaya antara dan pembentukan modal di
s:
tp
dalam aktivitas usaha rumah tangga, tidak termasuk dalam pengeluaran konsumsi rumah
ht
tangga. Contoh, pembelian barang dan jasa untuk keperluan usaha, perbaikan besar
rumah, dan pembelian rumah.
d. Pengeluaran untuk keperluan transfer baik dalam bentuk uang atau barang, tidak
termasuk sebagai pengeluaran konsumsi rumah tangga.
.id
go
7. Nilai PK-RT atas dasar harga Konstan diperoleh dengan cara membagi hasil poin 5 dengan
s.
poin 6. bp
b.
Catatan:
ka
ng
konsumsi rumah tangga triwulanan yang diperoleh dari hasil kegiatan SKKRT.
ga
un
2.2 Pengeluaran Konsumsi Akhir Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga
ul
//t
(PK-LNPRT)
s:
tp
ht
i. Pendahulan PK-LNPRT
Sektor Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) muncul sebagai
sektor tersendiri di dalam perekonomian suatu wilayah. Sektor ini berperan dalam
menyediakan barang dan jasa bagi anggota maupun bagi kelompok rumah tangga tertentu
secara gratis atau pada tingkat harga yang tidak berarti secara ekonomi. Harga yang tak berarti
secara ekonomi artinya harga yang ditawarkan di bawah tingkat harga pasar (tidak mengikuti
harga pasar yang berlaku).
a. LNP umumnya adalah lembaga formal, tetapi terkadang merupakan lembaga informal
yang keberadaannya diakui oleh masyarakat;
a. pengawasan terhadap jalannya organisasi dilakukan oleh anggota terpilih yang punya hak
sama, termasuk hak bicara atas keputusan lembaga;
b. setiap anggota mempunyai tanggung jawab tertentu dalam organisasi, dan tidak berhak
menguasai profit atau surplus, karena profit yang diperoleh dari kegiatan usaha produktif
dikuasai oleh lembaga;
c. kebijaksanaan lembaga diputuskan secara kolektif oleh anggota terpilih, dan kelompok ini
berfungsi sebagai pelaksana dari dewan pengurus; dan
d. istilah nonprofit tidak berarti bahwa lembaga ini tidak dapat menciptakan surplus melalui
kegiatan produktifnya, namun surplus yang diperoleh biasanya diinvestasikan kembali
.id
go
pada aktivitas sejenis.
s.
bp
LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggota atau rumah tangga, serta tidak
b.
dikontrol oleh pemerintah. Anggota yang dimaksud bukan berbentuk badan usaha. LNPRT
ka
ng
dibedakan atas 7 jenis lembaga, yaitu: organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, organisasi
gu
Nilai PK-LNPRT merupakan nilai output non-pasar yang dihasilkan oleh LNPRT. Nilai
ht
output non-pasar diestimasi berdasarkan nilai pengeluaran LNPRT dalam rangka melakukan
kegiatan operasional. Pengeluaran yang dimaksud terdiri dari :
a. Konsumsi antara, contoh : pembelian alat tulis dan barang cetakan; pembayaran rekening
listrik, air, telepon, teleks, faksimili; biaya rapat, seminar, perjamuan; biaya transportasi,
bahan bakar, perjalanan dinas; belanja barang dan jasa lainnya; sewa gedung, sewa
perlengkapan kantor dll.
b. Kompensasi tenaga kerja, contoh : upah, gaji, lembur, honor, bonus dan tunjangan lain.
c. Penyusutan.
d. Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi), contoh: PBB, STNK, BBN dll.
xij
x ij
ni
id.
go
s.
dimana:
bp
x ij : Rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
b.
ka
xij : PK-LNPRT hasil survei menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
ng
gu
7 19
X xij Ni
i 1 j 1
dimana:
X : PK-LNPRT adh Berlaku
Ni : Populasi LNPRT menurut jenis lembaga
Hasil penghitungan di atas akan diperoleh besarnya PK-LNPRT atas dasar harga berlaku
(ADHB). PK-LNPRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010 diperoleh dengan cara mendeflate
PK-LNPRT ADHB dengan IHK tahun dasar 2010.
Catatan :
Komponen PK-LNPRT Triwulanan diestimasi dengan menggunakan indeks perkembangan
pengeluaran konsumsi LNPRT triwulanan yang diperoleh dari hasil kegiatan SKLNPT.
i. Pendahulan PK-P
Unit pemerintah merupakan unit institusi yang terbentuk melalui proses politik, serta
mempunyai kekuasaan di bidang legislatif, yudikatif, dan eksekutif atas unit institusi lain yang
berada di dalam batas-batas teritori suatu wilayah atau negara. Pemerintah juga berperan
sebagai penyedia barang dan jasa bagi individu atau kelompok rumahtangga tertentu,
pemungut dan pengelola pajak atau pendapatan lainnya, serta berfungsi untuk
mendistribusikan pendapatan melalui aktivitas transfer. Dari sudut pandang lain, unit
pemerintah terlibat dalam produksi non-pasar.
Pada suatu perekonomian, unit pemerintah berperan sebagai konsumen maupun
id
produsen barang dan jasa, serta sebagai regulator yang menetapkan kebijakan di bidang fiskal
.
go
s.
maupun moneter. Sebagai konsumen, pemerintah akan melakukan aktivitas konsumsi.
bp
Sementara itu, pemerintah juga sebagai produsen yang melakukan aktivitas produksi dan
b.
ka
investasi.
ng
gu
Nilai PK-P merupakan besarnya nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah
un
ul
untuk dikonsumsi oleh pemerintah itu sendiri. Nilai tersebut diestimasi menggunakan
//t
s:
pendekatan pengeluaran yaitu sebesar nilai pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin,
tp
ht
pembayaran kompensasi pegawai, transfer sosial dalam bentuk barang, perkiraan penyusutan
barang modal, dan nilai output dari unit Bank Indonesia. Nilai ini masih harus dikurangi dengan
nilai penjualan barang dan jasa yang dihasilkan melalui unit produksi yang tak terpisahkan dari
aktivitas pemerintahan secara keseluruhan. Aktivitas yang dimaksud mencakup:
a. Memproduksi barang yang sejenis dengan barang yang diproduksi unit perusahaan
seperti publikasi, kartu pos, reproduksi karya seni, dan pembibitan tanaman di kebun
percobaan. Aktivitas menghasilkan barang-barang semacam itu bersifat insidentil dan di
luar fungsi utama dari unit pemerintah.
b. Memproduksi jasa, seperti penyelenggaraan rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi,
museum, perpustakaan, tempat rekreasi dan penyimpanan hasil karya seni yang dibiayai
oleh pemerintah. Praktiknya pemerintah akan memungut biaya, tetapi pada umumnya
biaya yang dikenakan tidak akan melebihi seluruh biaya yang dikeluarkan pemerintah.
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas semacam ini disebut sebagai penerimaan non-
komoditi atau pendapatan jasa.
.id
Data dasar yang digunakan untuk mengestimasi PK-P kabupaten/kota tahunan adalah:
go
s.
a. Data realisasi APBD Tahunan, Kementrian Keuangan dan Bappeda.
bp
b.
b. Statistik Keuangan Daerah, BPS.
ka
ng
i. Pendahulan PMTB
id
Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor penentu di dalam perkembangan atau
.
go
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Dalam konteks PDRB, aktivitas investasi adalah
s.
bp
investasi dalam bentuk fisik. Aktivitas investasi akan tercermin melalui komponen
b.
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan Inventori (PI). Komponen PMTB
ka
ng
terkait dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang terlibat dalam proses produksi. Aset
gu
tetap dapat diklasifikasi menurut jenis barang modal yaitu dalam bentuk bangunan dan
ga
un
konstruksi lainnya, mesin dan perlengkapan, kendaraan, tumbuhan dan ternak, serta barang
ul
modal lainnya.
//t
s:
tp
PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan barang modal yang ada
pada unit produksi dalam kurun waktu tertentu. Penambahan barang modal mencakup
pengadaan, pembuatan, pembelian, sewa beli (financial leasing) barang modal baru dari
dalam negeri, barang modal baru maupun barang modal bekas dari luar negeri (termasuk
perbaikan besar, transfer dan barter), dan pertumbuhan aset sumberdaya hayati yang
dibudidaya (Cultivated Biological Resources/CBR). Sementara itu, pengurangan barang modal
mencakup penjualan, transfer atau barter, dan sewa beli (financial leasing) barang modal
bekas pada pihak lain. Pengurangan barang modal yang disebabkan oleh bencana alam tidak
dicatat sebagai pengurangan.
Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun dan mengalami penyusutan
sepanjang usia pakai. Istilah ”bruto” mengindikasikan bahwa di dalamnya mengandung unsur
penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang modal (Consumption of Fixed Capital)
menggambarkan penurunan nilai barang modal karena digunakan dalam proses produksi
secara normal selama periode tertentu.
id
c. Perbaikan besar barang modal yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi
.
go
dan usia pakai seperti overhaul mesin produksi, reklamasi pantai, pembukaan,
s.
bp
pengeringan dan pengairan hutan, serta pencegahan banjir dan erosi.
b.
ka
produk (barang dan jasa) yang menjadi barang modal di berbagai industri, atau disebut
sebagai pendekatan “arus komoditas”. Dalam hal ini penyediaan atau “supply” dari barang
modal dapat berasal dari produksi dalam negeri (domestik) maupun dari produk luar negeri
(impor).
a. Metode Langsung
Penghitungan PMTB secara langsung dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh
nilai PMTB yang terjadi di setiap industri (lapangan usaha). Barang modal tersebut dinilai atas
dasar harga (ADH) pembelian, di dalamnya sudah termasuk biaya-biaya yang dikeluarkan,
seperti biaya transportasi, biaya instalasi, pajak-pajak, dan biaya lain yang terkait dengan
pengadaan barang modal tersebut. Bagi barang modal yang berasal dari impor di dalamnya
id
termasuk bea masuk dan pajak-pajak yang terkait dengan pengadaan atau alih kepemilikan
.
go
barang modal tersebut.
s.
bp
Pada dasarnya data untuk penghitungan PMTB secara langsung dapat diperoleh dari
b.
ka
laporan keuangan perusahaan. Data yang tersedia meliputi informasi/data tentang perubahan
ng
atas aset tetap (PMTB) yang dinilai atas dasar harga berlaku (ADHB) atau harga pembelian
gu
ga
(perolehan). Untuk memperoleh nilai PMTB ADHK, maka PMTB ADHB tersebut di “deflate”
un
(dibagi) dengan indeks harga perdagangan besar (IHPB) yang sesuai dengan kelompok barang
ul
//t
modal.
s:
tp
𝑃𝑀𝑇𝐵 𝐴𝐷𝐻𝐵 (𝑖𝑚𝑝𝑜𝑟) = 𝐵𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐼𝑚𝑝𝑜𝑟 + 𝑇𝑇𝑀 + 𝐵𝑒𝑎 𝐼𝑚𝑝𝑜𝑟 + 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐼𝑛𝑠𝑡𝑎𝑙𝑎𝑠𝑖
PMTB ADHK diperoleh dengan cara men-deflate PMTB ADHB dengan IHPB seperti
berikut ini:
𝑃𝑀𝑇𝐵𝐴𝐷𝐻𝐵
𝑃𝑀𝑇𝐵𝐴𝐷𝐻𝐾 =
𝐼𝐻𝑃𝐵
IHPB yang digunakan adalah IHPB Nasional (2010=100) sesuai jenis barang modal.
nilai penyediaan produk barang yang dihasilkan oleh berbagai industri (supply), yang
kemudian sebagian di antaranya dialokasikan menjadi barang modal. Penghitungan PMTB
dalam bentuk bangunan dilakukan dengan menggunakan rasio tertentu dari nilai output
industri konstruksi, baik ADHB maupun ADHK. Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat
angkutan, dan barang modal lainnya dibedakan atas barang modal yang berasal dari produksi
domestik dan produksi impor. Untuk barang modal domestik, dapat diperoleh dengan dua
cara.
Pertama, mengalokasi output mesin, alat angkutan, dan barang modal lain yang
menjadi pembentukan modal. Nilai tersebut masih harus ditambah dengan biaya angkut dan
margin perdagangan sehingga diperoleh PMTB ADHB. Untuk memperoleh nilai ADHK yaitu
dengan cara men-deflate PMTB ADHB dengan IHPB yang sesuai dengan jenis barang modal.
.id
go
Pendekatan kedua, apabila data output tidak tersedia maka dilakukan dengan cara
s.
bp
“ekstrapolasi” atau mengalikan PMTB ADHK dengan indeks produksi jenis barang modal yang
b.
sesuai. Untuk itu penghitungan PMTB diawali dengan menghitung PMTB ADHK terlebih
ka
ng
dahulu. Selanjutnya untuk memperoleh PMTB ADHB, nilai PMTB ADHK tersebut di “reflate”
gu
atau dikalikan dengan indeks harga masing-masing jenis barang modal yang sesuai (sebagai
ga
un
inflator). Hal ini mensyaratkan bahwa PMTB ADHK di tahun-tahun sebelumnya sudah tersedia
ul
secara lengkap.
//t
s:
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan, dan barang modal lain yang
tp
ht
berasal dari impor dilakukan menggunakan dua cara. Pertama, PMTB ADHB diperoleh dari
total nilai barang impor. Selanjutnya, barang modal tersebut dirinci menurut kelompok utama
seperti mesin-mesin, alat angkutan, dan barang modal lain. Apabila rician tersebut tidak
tersedia dapat digunakan rasio tertentu sebagai alokator (barang modal impor kode HS 2
digit). Kedua, PMTB ADHK diperoleh dengan cara men“deflate” PMTB ADHB menggunakan
indeks harga yang sesuai.
PMTB ADHB untuk barang modal tak berwujud seperti eksplorasi mineral, dihitung
dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang industri
pertambangan. Dengan menggunakan data panel, pertumbuhan ADHB dari aktivitas
pertambangan itu menjadi pengali nilai eksplorasi mineral pada periode sebelumnya.
Sementara itu, PMTB ADHK diperoleh dengan men-deflate nilai ADHB dengan indeks implisit
dari PDRB industri pertambangan. Selain itu, data dari ESDM dan BP Migas diharapkan
menjadi dasar atau data kontrol untuk data tahunan.
Untuk perangkat lunak, PMTB ADHB diperoleh dengan cara mengumpulkan data
laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang software. Sementara itu, PMTB ADHK
diperoleh dengan men-deflate nilai ADHB dengan indeks implisit industri jasa perusahaan.
Penghitungan PMTB hasil karya hiburan, sastra, dan seni original (entertainment,
literary, or artistic original products), data yang dikumpulkan adalah nilai sinetron dan
program acara televisi yang dapat dibuat. Sementara itu, data Impor film diperoleh dari nilai
impor film. PMTB ADHK diperoleh dengan cara men-deflate nilai PMTB ADHB dengan indeks
implisit industri jasa hiburan dan IHPB barang impor.
Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam penghitungan PMTB melalui
pendekatan tidak langsung (arus komoditas), yaitu:
a. Rasio penggunaan output industri yang menjadi barang modal cenderung statis. Untuk
.id
go
memperbaiki diperlukan survei dalam skala yang besar.
s.
bp
b. Nilai margin perdagangan dan angkutan (Trade and Transport Margin) sulit diperoleh.
b.
c. Selang (lag) waktu antara data tahun pengukuran (referensi) dengan data publikasi yang
ka
ng
Pendekatan Supply
ul
//t
ht
Pendekatan Ekstrapolasi
𝑃𝑀𝑇𝐵 𝐴𝐷𝐻𝐾(𝑡) = 𝑃𝑀𝑇𝐵 𝐴𝐷𝐻𝐾(𝑡−1) × 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖(𝑡)
i. Pendahulan PI
Dalam suatu perekonomian, inventori atau persediaan merupakan salah satu
komponen penting yang dibutuhkan untuk kelangsungan suatu proses produksi selain tenaga
kerja dan barang modal. Komponen tersebut menjadi bagian dari pembentukan modal bruto
atau investasi fisik, yang terjadi di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Komponen
inventori menggambarkan bagian dari investasi yang direalisasikan dalam bentuk barang jadi,
barang setengah jadi, serta bahan baku dan bahan penolong. Ketersediaan data tentang
perubahan inventori pada suatu periode akuntansi menjadi penting guna memenuhi
kebutuhan analisis tentang aktivitas investasi.
.id
go
proses produksi sehingga perlu dicadangkan, baik dalam bentuk bahan baku ataupun bahan
s.
bp
penolong. Faktor ketidakpastian yang disebabkan oleh pengaruh dari faktor eksternal juga
b.
menjadi pertimbangan bagi pengusaha untuk melakukan pencadangan (khususnya bahan
ka
ng
baku). Bagi pedagang, pengadaan inventori lebih disebabkan oleh unsur spekulasi, dengan
gu
stabilitas ekonomi, sosial dan politik. Karena menyangkut kepentingan masyarakat luas, maka
//t
s:
beberapa komoditas bahan pokok seperti beras, tepung terigu, minyak goreng, dan gula pasir
tp
ht
perlu dicadangkan oleh pemerintah. Namun bagi rumah tangga, pengadaan inventori barang
lebih ditujukan untuk kemudahan dalam mengatur perilaku konsumsi.
iii. Cakupan PI
Menurut jenis barang, inventori dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Inventori menurut industri, seperti produk atau hasil perkebunan, kehutanan, perikanan,
pertambangan, industri pengolahan, gas kota, air bersih, serta konstruksi.
b. Inventori menurut jenis bahan baku & penolong (material & supplies), mencakup bahan,
komponen atau persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
c. Barang jadi, mencakup barang yang telah diproses tetapi belum terjual atau belum
digunakan termasuk barang yang dijual dalam bentuk sama seperti waktu dibeli.
d. Barang setengah jadi, yang mencakup barang yang sebagian telah diolah atau belum
selesai (tidak termasuk konstruksi yang belum selesai).
e. Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang untuk tujuan dijual.
f. Ternak untuk tujuan dipotong.
g. Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau digunakan sebagai bahan
bakar atau persediaan.
h. Persediaan pemerintah, yang mencakup barang strategis seperti beras, kedelai, gula
pasir, dan gandum.
id
b. Laporan Keuangan Perusahaan BUMN/BUMD, Data Sekunder dari luar BPS.
.
go
c. Data komoditas pertambangan, Statistik Pertambangan dan Penggalian BPS.
s.
bp
d. Data Inventori Publikasi Tahunan Industri Besar Sedang, BPS.
b.
ka
h. Data persediaan beras, Bulog; data semen, Asosiasi Semen Indonesia; data gula, Dewan
ul
//t
a. Metode Langsung
Berdasarkan pendekatan langsung, akan diperoleh nilai posisi inventori di suatu waktu
tertentu (umumnya di akhir tahun). Sumber data utama adalah laporan neraca akhir tahun
(balance sheet) perusahaan. Untuk memperoleh nilai perubahan inventori ADHB, diperlukan
data inventori di tahun yang berurutan. Berikut ini merupakan langkah penghitungan
inventori dari laporan keuangan:
- menghitung posisi inventori ADHK dengan cara men-deflate stok awal dan akhir dengan
IHPB akhir tahun;
- menghitung perubahan inventori ADHK dengan mengurangkan posisi di tahun berjalan
dengan di tahun sebelumnya;
- menghitung perubahan inventori ADHB dengan menginflate perubahan inventori ADHK
dengan IHPB rata-rata tahunan.
id
(commodity flow). Data utama yang digunakan adalah data volume dan harga masing-masing
.
go
barang inventori. Nilai perubahan barang inventori ADHB diperoleh dengan cara menghitung
s.
bp
perubahan volume stok akhir dan stok awal dikalikan rata-rata harga pembelian atau harga
b.
ka
- mendeflate nilai perubahan inventori adh Berlaku dengan indeks harga yang sesuai;
un
- mengalikan perubahan volume stok akhir dan stok awal dikalikan dengan harga barang di
ul
//t
tahun dasar.
s:
tp
Inventori meliputi:
- Data inventori yang dibutuhkan adalah dalam bentuk posisi atau pada satu saat untuk
periode waktu yang berurutan.
- Tidak seluruh komoditas inventori tersedia data volume dan harga.
- Data perubahan inventori yang tersedia dalam bentuk volume umumnya tidak disertai
data harganya. Jika data harga inventori tidak tersedia, maka dapat diasumsikan indeks
harga komoditas inventori mengikuti indeks implisit PDRB yang sesuai.
- Diperlukan adjustment untuk melengkapi estimasi untuk industri yang datanya tidak
tersedia.
id
komunikasi juga turut memperlancar arus dan distribusi barang dan jasa. Kondisi ini semakin
.
go
s.
mendorong aktivitas ekspor impor dari dan ke suatu wilayah
bp
b.
ii. Konsep dan Definisi Net Ekspor
ka
penjualan/ pembelian, barter, pemberian atau hibah) barang dan jasa antar residen wilayah
ga
tersebut dengan non-residen (yang berada di luar wilayah atau luar negeri).
un
ul
//t
29
ht
tp
s:
//t
ul
un
ga
gu
ng
ka
b.
bp
s.
go
.id
BAB III
TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN TULUNGAGUNG
MENURUT PENGELUARAN 2017-2021
.id
Secara total, PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB) di Kabupaten Tulungagung
go
s.
tahun 2021 naik sebesar 5,08 persen, yakni dari 38,23 triliun rupiah pada tahun 2020 menjadi
bp
b.
40,17 triliun rupiah pada tahun 2021. Jika dinilai atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, PDRB
ka
ADHK di Kabupaten Tulungagung tahun 2021 naik sebesar 3,53 persen, yakni dari 26,46 triliun
ng
gu
rupiah (2010=100) pada tahun 2020 menjadi 27,39 triliun rupiah (2010=100) pada tahun 2021.
ga
2017-2019 dapat tumbuh di kisaran 5 persen. Namun, ketika terjadi pandemi Covid-19 mulai
//t
s:
tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tulungagung terkontraksi sangat dalam yaitu
tp
sebesar 3,09 persen. Setelah satu tahun sejak pandemi, pada tahun 2021 perekonomian
ht
Kabupaten Tulungagung mulai bertumbuh kembali yaitu sebesar 3,53 persen. Jika dilihat dari
sisi permintaan akhir atau pengeluaran, perekonomian Kabupaten Tulungagung didominasi
oleh pertumbuhan dari komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga (PK-RT) yang
berkontribusi lebih dari setengah terhadap total PDRB.
Pada periode tahun 2017-2019, PDRB Kabupaten Tulungagung atas dasar harga
berlaku (PDRB ADHB) meningkat yakni dari 33,64 triliun rupiah (2017) menjadi 40,17 triliun
rupiah (2021). Peningkatan ini dapat dipengaruhi oleh perubahan harga maupun perubahan
volume. Namun pada tahun 2020, terjadi penurunan sekitar 989,5 miliar rupiah sebagai akibat
dari pandemi Covid-19 yang melanda pada awal tahun 2020. Setelah setahun terjadi pandemi
Covid-19 yaitu pada tahun 2021, terjadi peningkatan sekitar 1,97 miliar rupiahpada
perekonomian Kabupaten Tulungagung. Perkembangan PDRB ADHB menurut komponen
pengeluaran di Kabupaten Tulungagung disajikan pada tabel 3.1 dan grafik 3.1.
Tabel 3.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, 2017-2021 (Miliar Rupiah)
. id
go
Apabila ditinjau dari komponen pembentuk PDRB menurut pengeluaran atas dasar
s.
harga berlaku (PDRB ADHB) tahun 2017-2021, komponen pengeluaran konsumsi rumah
bp
b.
ka
tangga (PK-RT) merupakan komponen yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB
ng
kontribusi sebesar 22,78 triliun rupiah pada tahun 2017 hingga mencapai 27,29 triliun rupiah
un
30.000
tp
ht
25.000
20.000
(Miliar Rupiah)
15.000
10.000
5.000
0
2017 2018 2019 2020 2021
-5.000
PK-RT PK-LNPRT PK-P PMTB PI Net Ekspor
PDRB sebesar 9,50 triliun rupiah pada tahun 2017 hingga mencapai 11,20 triliun rupiah tahun
2021. Sementara itu, komponen pengeluaran yang memberikan kontribusi paling kecil
terhadap PDRB yaitu perubahan inventori (PI). Perubahan inventori (PI) memberikan
kontribusi terhadap PDRB Pengeluaran sebesar 33,9 miliar rupiah tahun 2017 dan turun
hingga mencapai 32,5 miliar rupiah pada tahun 2021.
PDRB tidak hanya dihitung atas dasar harga berlaku (ADHB), tetapi PDRB juga dihitung
atas dasar harga konstan (ADHK) menggunakan tahun dasar 2010. Atas Dasar Harga Konstan
(ADHK) tahun 2010 artinya harga dari berbagai jenis produk divaluasi dengan harga tahun
2010. Melalui pendekatan ini, nilai PDRB pada masing-masing tahun memberikan gambaran
tentang perubahan PDRB secara volume atau kuantitas (tanpa dipengaruhi oleh perubahan
harga). PDRB pengeluaran atas dasar harga konstan 2010 menggambarkan terjadinya
. id
go
perubahan atau pertumbuhan ekonomi secara riil, utamanya terkait dengan peningkatan
s.
bp
volume permintaan atau konsumsi akhir. Perkembangan PDRB ADHK 2010 menurut
b.
komponen pengeluaran di Kabupaten Tulungagung tahun 2017-2021 disajikan pada tabel 3.2
ka
ng
Tabel 3.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, 2017-2021 (Miliar Rupiah)
un
ul
Tabel 3.2 menunjukkan bahwa PDRB atas dasar harga konstan (PDRB ADHK) di
Kabupaten Tulungagung meningkat dari tahun 2017 hingga 2019, tetapi mengalami
penurunan pada 2020. PDRB atas dasar harga konstan sebesar 24,64 triliun rupiah (2017);
25,92 triliun rupiah (2018); 27,30 triliun rupiah (2019); 26,46 triliun rupiah (2020); dan 27,439
triliun rupiah (2021). Ditinjau dari PDRB atas dasar harga konstan, terlihat bahwa
20.000
15.000
(Miliar Rupiah)
10.000
. id
5.000
go
s.
0
bp
b.
2017 2018 2019 2020 2021
ka
ng
-5.000
PK-RT PK-LNPRT PK-P PMTB PI Net Ekspor
gu
ga
Grafik 3.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, 2017-2021 (Miliar
ul
Rupiah)
//t
s:
Apabila ditinjau dari komponen pembentuk PDRB pengeluaran atas dasar harga
tp
ht
konstan 2010 (2010=100) pada periode 2017-2021, komponen pengeluaran konsumsi rumah
tangga (PK-RT) merupakan komponen yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB
pengeluaran Kabupaten Tulungagung. Pengeluaran konsumsi rumah tangga (PK-RT)
memberikan kontribusi sekitar 16,88 triliun rupiah pada tahun 2017 hingga mencapai 18,49
triliun rupiah pada tahun 2020. Komponen yang memberikan kontribusi terbesar kedua
terhadap PDRB ADHK pengeluaran yaitu pembentukan modal tetap bruto (PMTB). Komponen
PMTB memberikan share terhadap PDRB ADHK sebesar 6,77 triliun rupiah pada tahun 2017
hingga mencapai 7,29 triliun rupiah pada tahun 2021. Sementara itu, komponen pengeluaran
yang memberikan kontribusi paling kecil terhadap PDRB ADHK yaitu perubahan inventori (PI).
Perubahan inventori (PI) memberikan kontribusi terhadap PDRB Pengeluaran ADHK sebesar
26 miliar rupiah tahun 2017 dan menurun hingga mencapai 21,6 miliar rupiah pada tahun
2021.
2021
2020
2019
2018
2017
. id
go
Nilai PDRB atas dasar harga berlaku selalu lebih tinggi daripada PDRB atas dasar harga
s.
konstan. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh perubahan harga yang cenderung meningkat
bp
b.
yang memengaruhi PDRB atas dasar harga berlaku. Sementara itu pada PDRB atas dasar harga
ka
ng
konstan, pengaruh dari harga telah ditiadakan. Sama halnya terhadap PDRB atas dasar harga
gu
berlaku, sebagian besar pengeluaran akhir PDRB atas dasar harga konstan juga menunjukkan
ga
peningkatan. Terbentuknya total PDRB pengeluaran tidak terlepas dari kontribusi seluruh
un
ul
komponen yang terdiri dari komponen Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga (PK-RT),
//t
s:
Pengeluaran Konsumsi Akhir Lembaga Non Profit Yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT),
tp
ht
Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah (PK-P), Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB),
dan Net Ekspor (E) atau ekspor dikurangi impor barang dan jasa. Distribusi persentase dari
setiap komponen pengeluaran terhadap PDRB ADHB disajikan pada tabel 3.3 dan grafik 3.4.
Tabel 3.3 Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, 2017-2021
(Persen)
id
.
go
atau merugi. Pada tahun 2021, net ekspor Kabupaten Tulungagung sebesar minus 4,85
s.
bp
persen. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian kebutuhan domestik Kabupaten
b.
Tulungagung masih harus dipenuhi oleh produk yang berasal dari luar wilayah atau bahkan
ka
ng
100%
ul
//t
80%
s:
tp
ht
60%
40%
20%
0%
2017 2018 2019 2020 2021
-20%
PK-RT PK-LNPRT PK-P PMTB PI Net Ekspor
Agregat makro lain yang diturunkan dari data PDRB adalah pertumbuhan riil PDRB atau
pertumbuhan ekonomi (economic growth). Indikator ekonomi ini menggambarkan kinerja
pembangunan ekonomi suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tulungagung pada
tahun 2017-2021 disajikan pada tabel 3.4 dan grafik 3.5.
Tabel 3.4 menunjukkan bahwa komponen konsumsi pemerintah (PK-P) merupakan satu-
satunya komponen pengeluaran yang tumbuh negatif pada tahun 2021 yaitu sebesar minus
. id
go
0,82 persen. Sementara itu, komponen pengeluaran lainnya mengalami peningkatan
s.
bp
pertumbuhan. Pada tahun 2021, pengeluaran konsumsi rumah tangga (PK-RT) tumbuh 2,29
b.
persen; komponen pengeluaran konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga
ka
ng
(PK-LNPRT) tumbuh 2,59 persen; dan komponen PMTB tumbuh 0,87 persen.
gu
ga
3,53
//t
s:
tp
ht
-3,09
pada tahun 2021, terjadi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tulungagung kembali meningkat
sebesar 3,53 persen.
Dari sisi permintaan akhir, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tulungagung didominasi
oleh pertumbuhan komponen pengeluaran konsumsi lembaga non profit yang melayani
rumah tangga (PK-LNPRT). Meskipun kontribusi PK-LNPRT bukan yang terbesar dari total PDRB
tahun 2021, tetapi komponen PK-LNPRT mengalami kenaikan pertumbuhan paling besar yaitu
sebesar 2,59 persen. Sementara itu, kontribusi komponen PK-LNPRT terhadap perekonomian
Kabupaten Tulungagung sebesar 1,69 persen. Pada tahun 2021, laju pertumbuhan dari semua
komponen pengeluaran mengalami kenaikan, kecuali pengeluaran konsumsi pemerintah (PK-
P). Pengeluaran konsumsi pemerintah terkontraksi sebesar 0,82 persen pada tahun 2021.
Agregat makro lain yang diturunkan dari data PDRB adalah indeks implisit PDRB. Indeks
. id
go
implisit6 PDRB pengeluaran menggambarkan besarnya perubahan harga yang terjadi dari sisi
s.
bp
konsumen (rumah tangga, LNPRT, pemerintah, dan perusahaan) akhir barang dan jasa, baik
b.
yang digunakan untuk keperluan konsumsi, investasi maupun ekspor-impor. Indeks implisit
ka
ng
merupakan suatu indeks yang menunjukkan tingkat perkembangan harga di tingkat produsen
gu
(producer price index). Indeks implisit PDRB digunakan untuk mengetahui adanya perubahan
ga
un
harga barang dan jasa secara keseluruhan atau yang lebih dikenal sebagai tingkat inflasi.
ul
6
Indeks perkembangan
Tabel 3.5 menunjukkan bahwa tingkat kenaikan harga selama tahun 2017-2021, baik
perubahan harga yang terjadi secara umum maupun pada masing-masing komponen
pengeluaran. Indeks implisit Kabupaten Tulungagung tahun 2017 sebesar 136,54 meningkat
hingga 146,64 pada tahun 2021 atau dengan rata-rata sekitar 2,52 poin per tahun. Jika dilihat
dari setiap komponen pengeluaran, konsumsi pemerintah (PK-P) memiliki indeks implisit
tertinggi sebesar 170,19 pada tahun 2021. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan harga pada
komponen perubahan PK-P lebih tinggi daripada perubahan harga pada PDRB secara total.
Agregat makro lain yang diturunkan dari data indeks implisit PDRB adalah laju implisit
PDRB. Laju implisit merupakan laju perkembangan indikator harga yang dipengaruhi oleh
fluktuasi harga. Laju implisit PDRB Kabupaten Tulungagung tahun 2021 sebesar 1,49 persen,
angka ini lebih tinggi daripada tahun sebelumnya yang hanya mencapai 0,59 persen.
.id
go
Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) merupakan komponen pengeluaran yang
s.
bp
memiliki laju implisit tertinggi yaitu sebesar 1,62 persen, sedangkan pengeluaran konsumsi
b.
pemerintah (PK-P) merupakan komponen dengan laju implisit terendah yaitu sebesar 0,08
ka
ng
persen. Laju implisit PDRB menurut pengeluaran di Kabupaten Tulungagung disajikan pada
gu
tabel 3.6.
ga
un
id
3.2.1 Konsumsi Akhir Rumah Tangga (PK-RT)
.
go
Komponen Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga (PK-RT) merupakan
s.
bp
pengeluaran terbesar atas berbagai barang dan jasa yang tersedia. Hal ini menunjukkan
b.
ka
bahwa dari seluruh nilai tambah bruto (PDRB) yang diciptakan di Kabupaten Tulungagung
ng
ternyata sebagian besar masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah
gu
ga
tangga. Dengan kata lain, sebagian besar produk (domestik) yang dihasilkan di wilayah
un
Kabupaten Tulungagung maupun produk yang didatangkan dari luar wilayah atau luar negeri
ul
//t
(impor) akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir rumah tangga.
s:
tp
Dalam suatu perekonomian, fungsi utama dari institusi rumah tangga adalah sebagai
ht
konsumen akhir (final consumer) atas barang dan jasa yang tersedia, termasuk konsumsi oleh
rumah tangga khusus (seperti penjara, asrama dan lain-lain). Berbagai jenis barang dan jasa
yang dikonsumsi tersebut diklasifikasikan menurut tujuh kelompok COICOP (Classification of
Individual Consumption by Purpose), yaitu: a) Makanan, Minuman, dan Rokok; b) Pakaian dan
alas kaki; c) Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga; d)
Kesehatan dan Pendidikan; e) Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya; f) Hotel dan
Restoran; dan g) Lainnya.
Pada tahun 2017-2019, pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga mengalami
peningkatan signifikan, baik dari sisi nominal (atas dasar harga berlaku) maupun secara riil
(atas dasar harga konstan). Kenaikan jumlah penduduk menjadi salah satu pendorong
terjadinya kenaikan nilai pengeluaran konsumsi rumah tangga. Kenaikan pengeluaran
konsumsi rumah tangga juga akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan. Namun pada tahun 2020, sejak adanya pandemi Covid-19 memberikan dampak
negatif pada perekonomian secara keseluruhan. Secara nominal, pengeluaran konsumsi
rumah tangga turun sekitar 245,3 miliar rupiah pada tahun 2020. Setelah setahun terjadi
pandemi Covid-19 yaitu pada tahun 2021, secara nominal pengeluaran konsumsi rumah
tangga mengalami peningkatan sekitar 989,6 miliar rupiah.
. id
go
Proporsi terhadap PDRB ADHB 67,71 67,71 67,69 68,80 67,94
s.
Rata-Rata Konsumsi Per Kapita (Juta Rp)
a. ADHB 22,10
bp
23,87 25,54 25,21 24,88
b.
ka
Pertumbuhan7
gu
** Angka Sementara
Pada tahun 2017-2021, proporsi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap total
PDRB berfluktuasi. Meskipun demikian kontribusinya masih sangat besar yaitu sekitar 68
persen, yaitu 67,71 persen pada tahun 2017 hingga mencapai 67,94 persen pada tahun 2021.
Secara rata-rata, konsumsi rumah tangga dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, baik atas
dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2010. Pada tahun 2017, setiap orang di
Kabupaten Tulungagung menghabiskan anggaran sekitar 22,1 juta rupiah setahun untuk
memenuhi kebutuhan konsumsinya. Pengeluaran tersebut meningkat menjadi 23,87 juta
rupiah (2018) dan 25,54 juta rupiah (2019). Namun, pada tahun 2020 sedikit turun menjadi
25,21 juta rupiah. Kemudian, pada tahun 2021 konsumsi setiap orang di Kabupaten
Tulungagung menurun kembali menjadi 24,88 juta rupiah. Sementara itu, atas dasar harga
7
Diturunkan dari perhitungan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK 2010)
konstan 2010, pertumbuhan konsumsi rumah tangga berada di sekitar 4,5 persen dari tahun
2017 hingga 2019. Pertumbuhan komsumsi rumah tangga tertinggi terjadi pada tahun 2018
sebesar 4,51 persen. Namun pada tahun 2020, konsumsi rumah tangga terkontraksi 1,77
persen sebagai akibat pandemi Covid-19. Kemudian pada tahun 2021, konsumsi rumah tangga
tumbuh kembali sebesar 2,29 persen.
Di sisi lain pada tahun 2017-2019, kenaikan konsumsi per kapita cenderung searah
dengan kenaikan jumlah penduduk. Konsumsi rumah tangga per kapita menunjukan
peningkatan, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2010. Kondisi
ini menunjukan rata-rata konsumsi setiap penduduk meningkat, baik secara kuantitas
(volume) maupun secara nilai (kualitas). Namun, pada tahun 2020-2021 konsumsi rumah
tangga per kapita mengalami penurunan. Pada tahun 2017-2019, konsumsi per kapita secara
. id
go
riil meningkat pada kisaran 3,87 hingga 4,06 persen. Namun pada tahun 2020-2021, konsumsi
s.
bp
per kapita secara riil mengalami penurunan atau terkontraksi sebesar 2,13 persen (2020) dan
b.
2,70 persen (2021). Kondisi tersebut memengaruhi struktur konsumsi rumah tangga. Struktur
ka
ng
Pada tahun 2017 pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga sebesar 4,34
persen. Kemudian, berturut-turut sebesar 4,51 persen (2018); 4,34 persen (2019);
8
Diturunkan dari perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB)
terkontraksi 1,77 persen (2020); dan tumbuh kembali sebesar 2,29 persen (2021). Sementara
itu, pertumbuhan konsumsi perkapita pada masing-masing tahun adalah 3,87 persen (2017);
4,06 persen (2018); 3,94 persen (2019); serta mengalami penurunan di tahun 2020 dan 2021
secara berturut-turut sebesar 2,13 persen dan 2,70 persen. Berdasarkan data tersebut
menunjukkan bahwa pada tahun 2017-2019, peningkatan total konsumsi riil rumah tangga
lebih tinggi daripada peningkatan jumlah penduduk yang berada pada kisaran 0,4 persen. Hal
ini mengindikasikan telah terjadi perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat. Namun, data
juga menunjukkan bahwa pada 2020-2021, peningkatan konsumsi riil rumah tangga lebih
rendah dari peningkatan jumlah penduduk karena pada periode ini terjadi pandemi Covid-19
sehingga menyebabkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga per kapita terkontraksi.
id
Tabel 3.9 Laju Implisit9 Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga, 2017-2021 (Persen)
.
go
s.
Komponen Pengeluaran 2017 2018 2019 2020* 2021**
bp
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
b.
ka
Tabel 3.9 menggambarkan tingkat perubahan harga secara implisit. Tabel 3.9
menujukkan peningkatan harga untuk masing-masing kelompok pengeluaran konsumsi
rumah tangga pada setiap tahunnya. Pada tahun 2021, laju implisit konsumsi rumah tangga
sebesar 1,44 persen dimana laju implisit terbesar berasal dari kelompok Makanan, Minuman,
dan Rokok serta kelompok Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya yaitu sebesar
11,38 persen. Sementara itu, laju implisit terendah berasal dari kelompok perumahan,
perkakas, perlengkapan, dan penyelenggaraan rumah tangga yaitu sebesar 1,20 persen.
9
Diturunkan dari perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB)
id
Total Konsumsi LNPRT
.
go
a. ADHB (Miliar Rp) 530,2 589,2 646,2 656,5 680,0
s.
b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 355,9 380,0 bp 403,7 404,8 415,3
b.
Proporsi terhadap PDRB ADHB 1,58 1,61 1,65 1,72 1,69
ka
** Angka Sementara
un
ul
Total pengeluaran konsumsi LNPRT dalam kurun waktu tahun 2017-2021 mengalami
//t
s:
peningkatan baik atas dasar harga berlaku (ADHB) maupun atas dasar harga konstan (ADHK).
tp
ht
Pada tahun 2017 konsumsi LNPRT atas dasar harga berlaku sebesar 530,2 miliar rupiah dan
mengalami peningkatan hingga mencapai 680 miliar rupiah pada tahun 2021. Pada periode
yang sama, kontribusinya terhadap total PDRB tidaklah besar yaitu hanya sekitar 1,5 hingga 2
persen saja setiap tahunnya. Kontribusi konsumsi LNPRT yang tertinggi sebesar 1,72 persen
pada tahun 2020 dan terendah sebesar 1,58 persen tahun 2017.
Sementara itu, pertumbuhan pengeluaran konsumsi LNPRT atas dasar harga konstan
2010 bernilai fluktuatif dalam 5 tahun terakhir. Pengeluaran konsumsi LNPRT merupakan satu-
satunya komponen pengeluaran yang tumbuh positif pada tahun 2020 walaupun terdampak
pandemi Covid-19. Secara berturut-turut pertumbuhan pengeluaran konsumsi LNPRT sebesar
1,98 persen (2017); 6,78 persen (2018); 6,23 persen (2019); 0,27 persen (2020); dan 2,59
persen (2021).
.id
go
pendidikan di sekolah/universitas negeri.
s.
bp
Sementara itu, barang dan jasa kolektif ekuivalen dengan barang publik. Ciri-ciri barang
b.
kolektif atau publik yaitu:
ka
ng
a. Rivalry, yaitu pengeluaran satu konsumen terhadap suatu barang tidak mengurangi
gu
b. Non excludable, yaitu apabila suatu barang publik tersedia, maka tidak ada yang dapat
ul
menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaat dari barang tersebut atau dengan
//t
s:
Contoh barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah dan tergolong sebagai barang dan jasa
kolektif adalah jasa pertahanan yang dilakukan TNI dan keamanan yang dilakukan kepolisian.
Secara total, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah menunjukan peningkatan, baik
atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2010. Namun, pada tahun 2020
dan 2021 pengeluatan konsumsi pemerintah mengalami penurunan. Secara nominal (ADHB),
pada tahun 2017 total pengeluaran konsumsi akhir pemerintah atas dasar harga berlaku
sebesar 2,50 triliun rupiah. Kemudian pada tahun berikutnya sebesar 2,76 triliun rupiah
(2018); dan 2,80 triliun rupiah (2019). Pada tahun 2020 dan 2021, pengeluaran pemerintah
mengalami penurunan atau terkontraksi sebesar 2,94 triliun rupiah (2020) dan 2,92 triliun
rupiah (2021). Begitu pula dengan konsumsi pemerintah atas dasar harga konstan 2010 yang
juga mengalami fluktuasi pada masing-masing tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa secara
riil telah terjadi fluktuasi pengeluaran pemerintah dari sisi kuantitas. Perkembangan
pengeluaran konsumsi akhir pemerintah tahun 2017-2021 terakhir disajikan pada tabel 11.
id
Keterangan: * Angka Diperbaiki
.
go
** Angka Sementara
s.
bp
Tabel 3.11 menunjukkan bahwa proporsi pengeluaran akhir pemerintah terhadap
b.
ka
PDRB ADHB mengalami fluktuasi dari 7,44 persen (2017) hingga menjadi 7,26 persen (2021).
ng
Pada tahun 2017-2021, proporsi terendah terjadi pada tahun 2021 sebesar 7,26 persen,
gu
Salah satu fungsi pemerintah adalah memberikan jasa layanan pada publik atau
ul
//t
masyarakat dalam bentuk jasa kolektif maupun individual. Pada praktiknya, pengeluaran
s:
tp
pemerintah ini selalu dikaitkan dengan luasnya cakupan layanan yang diberikan pada
ht
masyarakat (publik), walaupun tidak semua masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara
langsung. Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa setiap rupiah pengeluaran pemerintah
harus ditujukan untuk melayani penduduk, baik langsung maupun tidak langsung.
Pengeluaran konsumsi pemerintah secara total menunjukkan adanya fluktuasi, hal ini diikuti
oleh adanya fluktuasi pada rata-rata konsumsi pemerintah per kapita. Pada tahun 2017,
konsumsi pemerintah per kapita atas dasar harga berlaku sebesar 2,43 juta rupiah. Kemudian
pada tahun berikutnya konsumsi pemerintah per kapita berfluktuasi sebesar 2,67 juta rupiah
(2018); 2,86 juta rupiah (2019). Selanjutnya, pada tahun 2020 dan 2021 mengalami penurunan
sehingga menjadi 2,82 juta rupiah (2020) dan 2,66 juta rupiah (2021).
Rata-rata konsumsi pemerintah per kapita atas dasar harga konstan 2010 juga
fluktuatif setiap tahunnya yaitu sebesar 1,59 juta rupiah pada tahun 2017 hingga menjadi 1,56
10
Diturunkan dari perhitungan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK 2010)
juta rupiah pada tahun 2020. Hal ini menunjukkan adanya fluktuasi pengeluaran konsumsi
pemerintah secara kuantitas, dengan laju pertumbuhan sebesar 2,71 persen (2017) hingga
menjadi minus 5,65 persen (2021).
Gambaran tentang konsumsi akhir pemerintah secara riil ini menunjukkan adanya
peningkatan pada tahun 2017-2019 dan penurunan pada tahun 2020-2021, baik secara
keseluruhan maupun rata-rata per kapita. Penurunan konsumsi akhir pemerintah pada tahun
2020-2021 sebagai akibat adanya pandemi Covid-19. Parameter ini adalah pendekatan untuk
mengukur pemerataan kesempatan masyarakat atas pengeluaran sumber daya finansial oleh
pemerintah. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2018 dengan rincian untuk total
konsumsi pemerintah yaitu sebesar 4,89 persen, sedangkan untuk konsumsi pemerintah per
kapita sebesar 4,43 persen.
. id
go
3.2.4 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
s.
bp
Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada PDRB menurut pengeluaran
b.
ka
menjelaskan tentang bagian dari pendapatan (income) yang direalisasikan menjadi investasi
ng
(fisik). Jika ditinjau dari sisi lain, PMTB dapat pula diartikan sebagai gambaran dari berbagai
gu
ga
produk barang dan jasa yang sebagian digunakan sebagai investasi fisik atau kapital11. Fungsi
un
kapital adalah sebagai input tidak langsung (indirect input) di dalam proses produksi pada
ul
//t
berbagai lapangan usaha. Kapital ini dapat berasal dari produksi domestik maupun impor.
s:
tp
PMTB pada PDRB atas dasar harga konstan tahun dasar 2010 dikelompokan menjadi
ht
dua kelompok yaitu bangunan dan non bangunan. Secara keseluruhan, pertumbuhan PMTB
dalam kurun waktu 2017-2021 berfluktuasi dari 6,6 persen (2017) hingga menjadi 0,87 persen
(2021). Pertumbuhan komponen PMTB cenderung naik, tetapi pada tahun 2020 PMTB
mengalami penurunan atau terkontraksi sebesar 4,41 persen.
Proporsi PMTB terhadap PDRB dalam 5 tahun terakhir sekitar 27-29 persen. Proporsi
PMTB yang terbesar yaitu 28,89 persen pada tahun 2019, sedangkan proporsi PMTB terendah
yaitu 27,88 persen pada tahun 2021. Komponen PMTB dibentuk oleh subkomponen bangunan
dan subkomponen non bangunan. Subkomponen bangunan membentuk sekitar 80 persen
PMTB, sedangkan sisanya dibentuk oleh subkomponen non bangunan. Rincian perkembangan
dan struktur PMTB disajikan pada tabel 12.
11
Selain bagian lain yang menjadi konsumsi antara, konsumsi akhir, ataupun diekspor
id
Miliar Rp 1.902,0 2.054,6 2.191,0 2.146,9 2.181,0
.
go
% 20,02 19,69 19,34 19,65 19,48
s.
c. Total PMTB bp
b.
Miliar Rp 9.501,5 10.437,0 11.329,6 10.924,6 11.197,9
ka
13
Pertumbuhan (%)
ga
** Angka Sementara
12
Diturunkan dari perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB)
13
Diturunkan dari perhitungan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK 2010)
. id
Uraian 2017 2018 2019 2020* 2021**
go
s.
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total Nilai Inventori bp
b.
ka
** Angka Sementara
//t
s:
tp
Tabel 3.13 menunjukkan bahwa perubahan inventori atas dasar harga berlaku tahun
ht
2021 sebesar 32,5 miliar rupiah. Pada periode lima tahun terakhir, perubahan inventori
tertinggi mencapai 38,7 miliar rupiah yaitu di tahun 2019. Kemudian, pada tahun 2020 terjadi
penurunan yang tajam daripada tahun sebelumnya yaitu hanya mencapai 15,8 miliar rupiah.
Proporsi perubahan inventori terhadap total PDRB Kabupaten Tulungagung mengalami
fluktuasi. Pada tahun 2017, 2018, dan 2019, proporsi perubahan inventori adalah 0,1 persen.
Pada tahun 2020 turun menjadi 0,04 persen. Selanjutnya pada tahun 2021, proporsi
perubahan inventori terhadap PDRB ADHB Kabupaten Tulungagung yaitu sebesar 0,08 persen.
Pembelian oleh badan-badan internasional, kedutaan besar (termasuk konsulat), awak kapal
(udara maupun laut) yang singgah, dan sebagainya tercakup dalam kegiatan ekspor.
Aktivitas pengeluaran (konsumsi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah) maupun
PMTB (termasuk inventori) dan ekspor sering mengandung produk yang berasal dari impor.
PDRB menggambarkan produk yang benar-benar dihasilkan oleh ekonomi domestik
Kabupaten Tulungagung. Dengan demikian, untuk mengukur potensi dan besaran produk
domestik maka komponen impor tersebut harus dikeluarkan dari penghitungan dengan cara
mengurangkan nilai PDRB (E) terhadap nilai impor. Hasil pengurangan inilah yang secara
konsep harus sama dengan nilai PDRB menurut lapangan usaha.
Berbeda dengan komponen ekspor, transaksi impor menjelaskan ada tambahan
penyediaan (supply) produk di wilayah ekonomi domestik yang berasal dari non residen.
.id
go
Impor terdiri dari produk barang maupun jasa, meskipun rincian penggolongannya bisa
s.
bp
berbeda dengan ekspor. Komponen impor termasuk pembelian berbagai produk barang dan
b.
jasa secara langsung (direct purchase) oleh penduduk (resident) Kabupaten Tulungagung di
ka
ng
luar domestik, baik yang berupa makanan maupun bukan makanan (jasa). Perkembangan
gu
yang terjadi pada transaksi impor barang dan jasa dapat menunjukkan seberapa besar
ga
un
ketergantungan Kabupaten Tulungagung terhadap ekonomi atau produk wilayah lain, baik
ul
wilayah kabupaten/kota lain dalam satu provinsi, provinsi lain, maupun luar negeri.
//t
s:
Komponen net ekspor barang dan jasa menjelaskan adanya transaksi ekspor yang telah
tp
ht
dikurangi dengan impor, termasuk tambahan penyediaan (supply) produk di wilayah ekonomi
domestik yang berasal dari non residen, pembelian berbagai produk barang dan jasa secara
langsung (direct purchase) oleh penduduk (resident) Kabupaten Tulungagung di luar domestik,
baik yang berupa makanan maupun bukan makanan (jasa). Perkembangan yang terjadi pada
transaksi ekspor impor barang dan jasa dapat menunjukkan seberapa besar ketergantungan
Kabupaten Tulungagung terhadap ekonomi atau produk wilayah lain, baik wilayah
kabupaten/kota lain dalam satu provinsi, provinsi lain, maupun luar negeri.
Secara total, pada tahun 2017-2021 nilai net ekspor barang dan jasa menunjukkan hal
yang kurang memuaskan. Pada tahun 2017 nilai net ekspor barang dan jasa sekitar minus 1,71
triliun rupiah hingga meningkat sebesar minus 1,95 triliun rupiah pada tahun 2021. Adanya
tanda minus dalam net ekspor menunjukkan bahwa Kabupaten Tulungagung sangat
bergantung pada barang dan jasa dari luar wilayah Kabupaten Tulungagung untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat Tulungagung.
Tabel 3.14 menunjukkan bahwa nilai net ekspor barang dan jasa atas dasar harga
.id
konstan 2010 menunjukan arah yang fluktuatif dengan nilai riil masing-masing tahun sebesar
go
s.
-1,02 triliun rupiah (2017); -1,02 triliun rupiah (2018); -0,88 triliun rupiah (2019); -0,99 triliun
bp
rupiah (2020); dan -0,54 triliun rupiah (2021). Kemudia pada periode 2017-2021, proporsi net
b.
ka
ekspor terhadap PDRB juga berfluktuatif dari -5,07 persen pada tahun 2017 menjadi -4,85
ng
gu
14
Diturunkan dari perhitungan PDRB ADHK 2010
53
ht
tp
s:
//t
ul
un
ga
gu
ng
ka
b.
bp
s.
go
.id
BAB IV
PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB PENGELUARAN
KABUPATEN TULUNGAGUNG
id
Data series PDRB pengeluaran dapat diturunkan ke beberapa ukuran yang berkaitan
.
go
s.
dengan PDRB maupun variabel pendukung lain. Misalnya perkembangan tingkat pemerataan
bp
dapat dilihat dari data PDRB per kapita. Perkembangan PDRB dan PDRB per kapita kabupaten
b.
ka
Tabel 4.1 Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Per Kapita, 2017-2021
ga
un
Nilai PDRB
tp
ht
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa PDRB Kabupaten Tulungagung atas dasar harga berlaku
tahun 2017-2021 meningkat cukup signifikan, dari 33,64 triliun rupiah di tahun 2017 hingga
mencapai 40,17 triliun rupiah di tahun 2021. Pada periode yang sama, secara riil PDRB atas
dasar harga konstan tahun dasar 2010 juga meningkat dari 24,64 triliun rupiah di tahun 2017
menjadi 27,39 triliun rupiah di tahun 2021. Pada periode lima tahun terakhir, pertumbuhan
ekonomi sempat terkontraksi 3,09 persen pada tahun 2020 sebagai akibat adanya pandemi
Covid-19. Namun, pada tahun 2021 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tulungagung kembali
tumbuh sebesar 3,53 persen.
id
tersebut mempunyai fungsi yang berbeda dalam sistem ekonomi, tetapi sama-sama
.
go
membelanjakan sebagian pendapatannya untuk tujuan konsumsi akhir. Perkembangan
s.
bp
proporsi total pengeluaran konsumsi akhir terhadap PDRB disajikan pada tabel 4.2.
b.
ka
Tabel 4.2 Proporsi Total Pengeluaran Konsumsi Akhir Terhadap PDRB, 2017-2021
ng
gu
Konsumsi Akhir ADHB (Miliar Rp) 25.812,0 28.063,4 30.166,5 29.893,1 30.884,5
ul
//t
Kontribusi total konsumsi akhir dalam perekonomian Tulungagung tahun 2017 sebesar
25,81 triliun rupiah atau sebesar 76,73 persen. Angka ini terus berfluktuasi hingga mencapai
30,88 triliun rupiah atau 76,89 persen pada tahun 2021. Komponen pengeluaran rumah
tangga memberikan kontribusi paling besar dalam konsumsi akhir, dimana kontribusi
pengeluaran rumah tangga mencapai 88,35 persen pada tahun 2021. Pada tahun 2017-2021,
kontribusi komponen pengeluaran LNPRT stabil pada kisaran 2 persen hingga 2,5 persen dari
total konsumsi akhir.
id
Sementara itu, output adalah besarnya nilai keluaran dari suatu proses ekonomi (produksi)
.
go
yang digambarkan melalui parameter nilai tambah.
s.
bp
ICOR mampu menjelaskan perbandingan antara penambahan kapital terhadap output.
b.
ka
ICOR menunjukkan bahwa setiap pertambahan satu unit nilai output (𝑌) akan membutuhkan
ng
penambahan kapital sebanyak (𝐾) unit. Berikut ini merupakan formula ICOR:
gu
ga
K I It
ICOR
un
Y Y Yt Yt 1
ul
//t
s:
dimana:
tp
𝐼𝑡 = PMTB tahun ke t
ht
𝑌𝑡 = Output tahun ke t
𝑌𝑡−1 = Output tahun ke (t-1)
. id
go
s.
bp
b.
ka
ng
gu
ga
un
ul
//t
s:
tp
ht
59
ht
tp
s:
//t
ul
un
ga
gu
ng
ka
b.
bp
s.
go
.id
BAB V
PENUTUP
.id
go
(LNPRT), pemerintah, dan perusahaan.
s.
2. Publikasi ini menyajikan analisis sederhana tentang perilaku konsumsi, investasi, dan
bp
b.
perdagangan antar daerah maupun luar negeri. Analisis didasarkan pada indikator yang
ka
diturunkan dari PDRB pengeluaran. Analisis tersebut juga dilengkapi dengan indikator
ng
gu
sosial demografi (seperti: penduduk, rumah tangga), sehingga hasil analisis yang disajikan
ga
3. Data daat disajikan dalam bentuk series data dari tahun 2017 hingga 2021, sehingga
//t
s:
antar waktu. Masing-masing parameter disajikan dalam satuan yang berbeda (rupiah,
indeks, persentase, rasio, unit, dan sebagainya) sesuai dengan tujuan analisis dan
karakteristik masing-masing data.
4. Data dan indikator yang diturunkan dari sajian data PDRB menurut pengeluaran dapat
digunakan sebagai acuan bagi pengembangan dan perluasan indikator ekonomi makro
lain, seperti: pendapatan disposabel, tabungan, dan model ekonomi sederhana yang
saling berkaitan antara seluruh variabel ekonomi dan variabel yang tersedia. Bahkan
secara langsung maupun tidak langsung dapat dikaitkan dengan penyajian data ekonomi
makro lain, seperti: PDRB menurut lapangan usaha (industry), Tabel Input-Output (I-O),
Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE), dan Neraca Arus Dana (NAD).
Badan Pusat Statistik, Tabel Input Output Indonesia, berbagai seri, Jakarta.
, Pendapatan Nasional Indonesia, berbagai seri, Jakarta.
Statistik Matriks Investasi Pemerintah Pusat, berbagai seri, Jakarta.
, Profil Ekonomi Rumahtangga 1998, Jakarta 1999.
Frenken Jim, How To Measure Tangible Capital Stocks, Netherlands, 1992.
Host Poul, Madsen, Macroeconomic Accounts An Overview, Pamphlet Series, No. 29,
Washington DC, 1979.
Keuning. J. Steven, An Estimate of the Fixed Capital Stock By Industry and Types of Capital
Goods in Indonesia, Statistical Analysis Capability Program, Project Working Paper, Series
No.4, Jakarta 1988.
.id
, Input-Output Table and Analysis, Studies in Methods, Series F No. 14
go
Rev 1, New York, 1973.
s.
bp
, Handbook of National Accounting for Production, Sources and
b.
Methods, Series F No. 39, New York, 1986.
ka
ng
Verbiest Piet, Investment Matrix, Hasil Kerjasama Asian Development Bank dengan Badan
gu
Ward, Michael, The Measurement of Capital: Methodology of Capital Stock Estimates in OECD
un
ul
65
ht
tp
s:
//t
ul
un
ga
gu
ng
ka
b.
bp
s.
go
.id
LAMPIRAN
Lampiran 1. (Seri 2010) PDRB Kabupaten Tulungagung Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Pengeluaran, 2017-2021 (Juta Rupiah)
1a. Makanan, Minuman, dan Rokok 6.396.254,2 6.911.892,1 7.394.876,1 7.781.878,7 8.301.450,4
1b. Pakaian dan Alas Kaki 965.337,2 1.042.042,1 1.105.663,5 1.104.962,4 1.158.321,5
. id
go
1e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan
6.474.725,9 7.149.146,3 7.755.829,4 6.567.711,2 6.482.789,5
Budaya
s.
1f. Hotel dan Restoran 3.596.821,6
bp
3.877.909,2 4.196.823,9 4.316.748,7 4.492.058,3
b.
ka
ng
Lampiran 2. (Seri 2010) PDRB Kabupaten Tulungagung Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut
Pengeluaran, 2017-2021 (Juta Rupiah)
1a. Makanan, Minuman, dan Rokok 4.524.202,2 4.703.852,8 4.885.747,6 5.075.238,3 5.310.480,9
1b. Pakaian dan Alas Kaki 741.440,0 769.023,4 797.061,4 786.053,3 796.020,2
. id
go
1e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan
4.988.377,5 5.292.055,5 5.577.227,2 4.844.959,2 4.860.918,5
Budaya
s.
1f. Hotel dan Restoran 2.546.286,7
bp
2.642.027,1 2.773.600,0 2.791.608,3 2.805.042,0
b.
ka
ng
Lampiran 3. (Seri 2010) Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Tulungagung Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Pengeluaran, 2017-2021 (Persen)
1a. Makanan, Minuman, dan Rokok 19,01 18,94 18,86 20,36 0,00
1b. Pakaian dan Alas Kaki 2,87 2,86 2,82 2,89 2,88
1c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan
6,51 6,38 6,29 6,79 6,74
dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
id
1f. Hotel dan Restoran 10,69 10,63 10,70 11,29 11,18
.
go
s.
1g. Lainnya 3,53 3,51 3,50 3,91 4,13
bp
b.
2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1,58 1,61 1,65 1,72 1,69
ka
ng
Lampiran 4. (Seri 2010) Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tulungagung Atas Dasar Harga Konstan
2010 Menurut Pengeluaran, 2017-2021 (Persen)
1a. Makanan, Minuman, dan Rokok 3,10 3,97 3,87 3,88 4,64
1b. Pakaian dan Alas Kaki 4,43 3,72 3,65 -1,38 1,27
1c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan
4,49 3,70 3,38 3,11 3,04
dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
id
1f. Hotel dan Restoran 3,74 3,76 4,98 0,65 0,48
.
go
s.
1g. Lainnya 4,57 3,91 3,85 6,07 6,74
bp
b.
2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1,98 6,78 6,23 0,27 2,59
ka
ng
5 Perubahan Inventori - - - - -
tp
ht
6 Net Ekspor - - - - -
Lampiran 5. (Seri 2010) Indeks Implisit PDRB Kabupaten Tulungagung Menurut Pengeluaran, 2017-
2021
1a. Makanan, Minuman, dan Rokok 141,38 146,94 151,36 153,33 170,78
1b. Pakaian dan Alas Kaki 130,20 135,50 138,72 140,57 145,51
1c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan
126,19 129,46 132,74 135,44 137,06
dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
id
1f. Hotel dan Restoran 141,26 146,78 151,31 154,63 160,14
.
go
s.
1g. Lainnya 128,40 133,25 137,47 141,38 146,81
bp
b.
2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 148,99 155,06 160,09 162,19 163,76
ka
ng
5 Perubahan Inventori - - - - -
tp
ht
6 Net Ekspor - - - - -
Lampiran 6. (Seri 2010) Laju Implisit PDRB Kabupaten Tulungagung Menurut Pengeluaran, 2017-
2021
1a. Makanan, Minuman, dan Rokok 3,45 3,93 3,00 1,30 11,38
1b. Pakaian dan Alas Kaki 3,23 4,07 2,37 1,34 3,52
1c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan
2,25 2,59 2,53 2,03 1,20
dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
id
1f. Hotel dan Restoran 2,11 3,91 3,09 2,19 3,56
.
go
s.
1g. Lainnya 2,23 3,78 3,16 2,85 3,84
bp
b.
2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 4,11 4,08 3,24 1,31 0,97
ka
ng
5 Perubahan Inventori - - - - -
tp
ht
6 Net Ekspor - - - - -
id
.
go
s.
bp
b.
ka
ng
gu
ga
un
ul
//t
s:
tp
ht