Makalah Atl Kel 1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGEMBANGAN PRIBADI DAN SOSIAL ATL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Pengembangan Pribadi Dan Sosial Anak
Tunalaras Di Perguruan Tinggi
Program Studi Pendidikan Luar Biasa

Dosen Pengampu: Dwi Endah Pertiwi, M.Pd

oleh:
Kelompok 1
ADAM RAKHMAN SAPUTRA (41032102211097)
DIAN RATNA SARI (41032102211119)
ICHARYLY ULJAYANTI (41032102211106)
INDRA FAUZI (41032102211009)
KRISRIAWATI (41032102211116)

Kelas BI-IV

PENDIDIKAN LUAR BIASA (PLB)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengembangan Pribadi

Dan Sosial Anak Tunalaras” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen

pada mata kuliah Pengembangan Pribadi Dan Sosial Anak Tunalaras. Selain itu, makalah ini

juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Pengembangan Pribadi Dan Sosial

Anak Tunalaras” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dwi Endah Pertiwi, M.Pd, selaku dosen

mata kuliah Pengembangan Pribadi Dan Sosial Anak Tunalaras yang telah memberikan tugas

ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang

saya tekuni.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan

makalah ini.

Bandung, Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul......................................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................ ii
Daftar Isi.................................................................................................. iii
BAB I Pendahuluan................................................................................. 1
Latar Belakang.................................................................................. 2
Rumusan Masalah............................................................................. 2
Tujuan Penelitian............................................................................... 2
BAB II Pembahasan................................................................................ 3
Pengertian Anak Tunalaras................................................................ 3
Karakteristik Anak Tunalaras............................................................ 4
Faktor Penyebab................................................................................ 5
Klasifikasi Anak Tunalaras................................................................ 6
BAB III Hasil Observasi Wawancara...................................................... 6
Form I Informasi Perkembangan....................................................... 7
Form II Data Orangtua...................................................................... 9
Form III Instrumen Pengamatan....................................................... 11
Form IV Hasil Identifikasi Anak....................................................... 12
Form V Program Kebutuhan............................................................. 12
BAB IV Penutup..................................................................................... 13
Kesimpulan........................................................................................ 13
Saran.................................................................................................. 13
Daftar Pustaka......................................................................................... 14

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada saat ini banyak anak-anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku
diisolasi dari teman-temannya yang lain bukan karena mereka dikucilkan dari teman-
temannya tapi karena mereka mulai berkelahi dengan kemarahan dan agresi. Mereka
kasar, merusak, tidak terprediksi, tidak bertanggung jawab, mudah marah,
membangkang, dan lain – lain. Anak-anak tersebut digolongkan dalam anak-anak tuna
laras.
Semakin meningkatnya jumlah anak-anak tuna laras membuat para ahli semakin
menggali tentang hal tersebut. Anak-anak dan remaja yang mengalami gangguan emosi
dan perilaku adalah tipe individu yang sulit dalam berteman. Masalah terbesar bagi
mereka adalah untuk membangun keakraban dengan orang lain dan mengikatkan emosi
dengan orang lain yang dapat membantu mereka. Bahkan jika mereka berteman, maka
mereka akan berteman dengan kelompok teman yang salah.
Lalu dari mana masalah muncul? Apakah dimulai dari perilaku anak-anak tuna laras
yang membuat orang-orang di sekitarnya marah, frustasi, dan terganggu? Atau dimulai
dari lingkungan soasial yang tidak sesuai serta tidak nyaman yang menyebabkan anak-
anak tersebut menyerang orang lain? Pemikiran terbaik saat ini adalah bahwa masalah
tidak hanya terdapat pada diri anak-anak ataupun dari lingkungan sekitarnya. Masalah
tersebut muncul karena interaksi sosial antara anak-anak dan lingkungan sosial tidak
sesuai.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka dapat
disusun perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari anak tuna laras?
2. Bagaimana karakteristik anak tuna laras ?
3. Apa faktor penyebab anak tuna laras?
4. Bagaimana program kebutuhan anak tunalaras di SLB E Prayuana Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan arah dari suatu penelitian. Tujuan penelitian harus disesuaikan
dengan rumusan masalah:
1. Untuk mengetahui pengertian tunalaras
2. Untuk mengetahui karakteristik anak tunalaras.
3. Untuk mengetahui factor penyebab anak tunalaras.
4. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui program kebutuhan anak di SLB E
Prayuana Yogyakarta.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TUNALARAS
Istilah tuna laras berasal dari kata “tuna” yang berarti kurang dan “laras” berarti sesuai.
Jadi, anak tuna laras berarti anak yang bertingkah laku kurang sesuai dengan lingkungan.
Perilakunya sering bertentangan dengan norma-norma yang terdapat di dalam masyarakat
tempat ia berada. Penggunaan istilah tuna laras sangat bervariasi berdasarkan sudut
pandang tiap-tiap ahli yang menanganinya, seperti halnya pekerja sosial menggunakan
istilah social maladjustment terhadap anak yang melakukan penyimpangan tingkah laku.
Para ahli hukum menyebutnya dengan juvenile delinquency. Dalam Peraturan Pemerintah
No. 72 tahun 1991 disebutkan bahwa tuna laras adalah gangguan atau hambatan atau
kelainan tingkah laku sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Sementara itu masyarakat lebih
mengenalnya dengan istilah anak nakal. Seperti halnya istilah, definisi mengenai tuna laras
juga beraneka ragam. Berbagai definisi yang diadaptasi oleh Lynch dan Lewis (1988)
adalah sebagai berikut.
1. Public Law 94-242 (Undang-undang tentang PLB di Amerika Serikat) mengemukakan
pengertian tuna laras dengan istilah gangguan emosi, yaitu gangguan emosi adalah
suatu kondisi yang menunjukkan salah satu atau lebih gejala-gejala berikut dalam satu
kurun waktu tertentu dengan tingkat yang tinggi yang mempengaruhi prestasi belajar:
a. ketidakmampuan belajar dan tidak dapat dikaitkan dengan faktor kecerdasan,
pengindraan atau kesehatan;
b. ketidakmampuan menjalin hubungan yang menyenangkan dengan teman dan guru;
c. bertingkah laku yang tidak pantas pada keadaan normal;
d. perasaan tertekan atau tidak bahagia terus-menerus;
e. cenderung menunjukkan gejala-gejala fisik seperti takut pada masalah-masalah
sekolah.
2. Kauffman (1977) mengemukakan bahwa penyandang tuna laras adalah anak yang
secara kronis dan mencolok berinteraksi dengan lingkungannya dengan cara sosial yang
tidak dapat diterima atau secara pribadi tidak menyenangkan tetapi masih dapat diajar
untuk bersikap yang secara sosial dapat diterima dan secara pribadi menyenangkan.
3. Sechmid dan Mercer (1981) mengemukakan bahwa anak tuna laras adalah anak yang
secara kondisi dan terus menerus menunjukkan penyimpangan tingkah laku tingkat
berat yang mempengaruhi proses belajar meskipun telah menerima layanan belajar
serta bimbingan, seperti anak lain. Ketidakmampuan menjalin hubungan baik dengan
orang lain dan gangguan belajarnya tidak disebabkan oleh kelainan fisik, saraf atau
inteligensia.

3
4. Nelson (1981) mengemukakan bahwa tingkah laku seorang murid dikatakan
menyimpang jika:
a. menyimpang dari perilaku yang oleh orang dewasa dianggap normal menurut usia
dan jenis kelaminnya;
b. penyimpangan terjadi dengan frekuensi dan intensitas tinggi;
c. penyimpangan berlangsung dalam waktu yang relatif lama.
Dari beberapan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa membuat definisi atau
batasan mengenai tuna laras sangatlah sulit karena definisi tersebut harus menggambarkan
keadaan anak tuna laras secara jelas. Beberapa komponen yang penting untuk diperhatikan
adalah:
a. Adanya penyimpangan perilaku yang terus-menerus menurut norma yang berlaku
sehingga menimbulkan ketidakmampuan belajar dan penyesuaian diri
b. Penyimpangan itu tetap ada walaupun telah menerima layanan belajar serta
bimbingan

B. KARAKTERISTIK ANAK TUNALARAS


Karakteristik yang dikemukakan oleh Hallahan & Kauffman (1986), berdasarkan dimensi
tingkah laku anak tuna laras adalah sebagai berikut.
Anak yang mengalami kekacauan tingkah laku, memperlihatkan ciri-ciri: suka
berkelahi, memukul, menyerang, mengamuk, membangkang, menantang, merusak
milik sendiri atau milik orang lain, kurang ajar, lancang, melawan, tidak mau bekerja
sama, tidak mau memperhatikan, memecah belah, ribut, tidak bisa diam, menolak
arahan, cepat marah, menganggap enteng, sok aksi, ingin menguasai orang lain,
mengancam, pembohong, tidak dapat dipercaya, suka berbicara kotor, cemburu, suka
bersoal jawab, tak sanggup berdikari, mencuri, mengejek, menyangkal berbuat salah,
egois, dan mudah terpengaruh untuk berbuat salah.

Berikut ini akan dikemukakan karakteristik yang berkaitan dengan segi akademik,
sosial/emosional, fisik/kesehatan anak tuna laras.
1. Karakteristik Akademik
Akibat penyesuaian sosial yang buruk maka dalam belajarnya memperlihatkan ciri-
ciri sebagai berikut.
a. Pencapaian hasil belajar yang jauh di bawah rata-rata.
b. Sering kali dikirim ke kepala sekolah atau ruangan bimbingan untuk tindakan
discipliner.
c. Sering kali tidak naik kelas atau bahkan ke luar sekolahnya.
d. Sering kali membolos sekolah.
e. Lebih sering dikirim ke lembaga kesehatan dengan alasan sakit, perlu istirahat.
4
f. Anggota keluarga terutama orang tua lebih sering mendapat panggilan dari petugas
kesehatan atau bagian absensi.
g. Orang yang bersangkutan lebih sering berurusan dengan polisi.
h. Lebih sering menjalani masa percobaan dari yang berwewenang.
i. Lebih sering melakukan pelanggaran hukum dan pelanggaran tanda lalu lintas.
j. Lebih sering dikirim ke klinik bimbingan.
2. Karakteristik Sosial/Emosional
Karakteristik sosial/emosional anak tuna laras dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Karakteristik sosial
1) Masalah yang menimbulkan gangguan bagi orang lain, dengan ciriciri: perilaku
tidak diterima oleh masyarakat dan biasanya melanggar norma budaya, dan
perilaku melanggar aturan keluarga, sekolah, dan rumah tangga.
2) Perilaku tersebut ditandai dengan tindakan agresif, yaitu tidak mengikuti aturan,
bersifat mengganggu, mempunyai sikap membangkang atau menentang, dan tidak
dapat bekerja sama.
3) Melakukan kejahatan remaja, seperti telah melanggar hukum.
b. Karakteristik emosional
1) Adanya hal-hal yang menimbulkan penderitaan bagi anak, seperti tekanan batin
dan rasa cemas.
2) Adanya rasa gelisah, seperti rasa malu, rendah diri, ketakutan, dan sangat sensitif
atau perasa.
3. Karakteristik Fisik/Kesehatan
Karakteristik fisik/kesehatan anak tuna laras ditandai dengan adanya gangguan
makan, gangguan tidur, dan gangguan gerakan (Tik). Sering kali anak merasakan ada
sesuatu yang tidak beres pada jasmaninya, ia mudah mendapat kecelakaan, merasa
cemas terhadap kesehatannya, merasa seolah - olah sakit. Kelainan lain yang
berwujud kelainan fisik, seperti gagap, buang air tidak terkendali, sering mengompol,
dan jorok

C. FAKTOR PENYEBAB
Menurut Santoso (2012: 42) mengemukakan penyebab anak tunalaras ada beberapa
hal, antara lain dapat disimpulkan bahwa penyebab ketunalarasan yaitu adanya
tekanan-tekanan yang sering terjadi di masyarakat terhadap anak, ditambah dengan
ketidakberhasilan anak bersangkutan dalam pergaulan dilingkungannya seringkali
menjadi penyebab perilaku-perilaku yang menyimpang. Dapat juga terjadi, bila
seorang anak kurang memahami akan aturan-aturan yang ada dalam kehidupan
masyarakat atau juga dapat terjadi oleh karena adanya suatu pandangan yang keliru
terhadap sekelompok minoritas tertentu, dapat menjadikan anak yang suka melawan
hukum atau aturan-aturan tertentu dan selalu memberontak untuk melawan orang
yang berkuasa.

Kemudian Pierangelo dan Giuliani (2008: 2) mengemukakan bahwa

5
ketunalarasan disebabkan oleh tiga faktor penting, diantaranya:
1) Faktor biologis (ketidakseimbangan neurotransmitter, faktor genetika,
infeksi yang mengakibatkan brain damage, sehingga memunculkan
penyakit mental (mental illness),cedera yang menyebabkan cacat
mental, dan faktor prenatal)
2) Faktor psikologis (kehidupan keluarga yang disfungsional, kehilangan
figur sebuah keluarga, kegagalan mendidik, kurang pergaulan, merasa
kurang mempunyai harga diri, pemarah, penyendiri, dan trauma
pengalaman masa lalu)
3) Faktor Lingkungan

D. KLASIFIKASI ANAK TUNALARAS


Sistem klasifikasi kelainan perilaku yang dikemukakan oleh Kirk dan Gallagher
(Moh. Amin, 1991: 51) yaitu:
a. Anak yang mengalami gangguan perilaku yang kacau (conduct disorder) mengacu
pada tipe anak yang melawan kekuasaan, seperti bermusuhan dengan polisi dan
guru, kejam, jahat, suka menyerang, dan hiperaktif.
b. Anak yang cemas menarik diri (anxious-witdrawl) adalah anak yang pemalu,
takut-takut, suka menyendiri, peka dan penurut dan tertekan batinnya.
c. Dimesi ketidak matangan (immaturity) mengacu pada anak yang tidak ada
perhatian, lambat, tidak berminat sekolah, pemalas, suka melamun dan pendiam.
Anak mirip seperti anak autistik.
d. Anak agresi sosialisasi (sosialize aggresive) mempunyai ciri atau masalah perilaku
yang sama dengan gangguan perilaku yang bersosialisasi dengan “geng” tertentu.
Anak dalam tipe ini termasuk dalam perilaku pencurian dan pembolosan serta
merupakan suatu bahaya bagi masyarakat umum.
Pendapat lain dari William M. Cruickshank (Sutjihati Somantri, 2007: 141-142)
memaparkan bahwa anak dengan hambatan sosial dapat diklasifikasikan dalam kategori
the semisosialize child, anak pada kelompok ini masih mampu berhubungan sosial
terhadap lingkungan tertentu misalnya keluarga atau kelompoknya, children arrested at a
primitive level of socialization, anak pada kelompok ini tidak pernah mendapatkan
bimbingan sikap sosial, dan juga pendidikan, children with minimum sosialization
capacity, anak pada kelompok ini tidak memiliki kemampuan untuk belajar sikap sosial.

6
BAB III
HASIL PENELITIAN

From I
INFORMASI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
(Di isi oleh orang tua)

Petunjuk : Isilah daftar berikut pada kolom yang tersedia sesuai dengan kondisi anak yang
sebenarnya. Jika ada yang kurang jelas, konsultasikan kepada guru kelas tempat anak Bapak/
Ibu bersekolah.
A. Identitas Anak
1. Nama : AF
2. Tempat tanggal lahir :-
3. Usia : 13 Tahun
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Agama : Islam
6. Anak ke dari berapa bersaudara :-
7. Alamat rumah : Yogyakarta

B. Riwayar Kehamilan
1. Usia saat mengandung :-
2. Gejala saat mengandung :-
3. Mengalami keram perut :-
4. Mengalami pendarahan :-
5. Aktivitas selama mengandung :-

C. Riwayat Kelahiran
1. Usia kandungan :-
2. Proses kelahiran :-
3. Saat bayi lahir menangis :-
4. Berat badan bayi :-
5. Panjang badan bayi :-
6. Lingkar kepala bayi :-
7. Kondisi kulit :-

7
8. Tanda kelainan saat lahir :-
D. Perkembangnan Masa Balita
1. Mengunakan asi/susu :
2. Bayi mampu menghisap :
3. Susu formula hingga umur :
4. Mengunakan asi sampai umur :
5. Anak mengalami kejang :

E. Perkembanngan Fisik
1. Menelungkup pada umur :
2. Merangkangkat pada umur :
3. Duduk pada umur :
4. Berdiri pada umur :
5. Berjalan pada umur :
6. Berbicara pada umur :
7. Kesulitan gerak yang dialami :
8. Perkembangan yang tidak normal :

F. Perkembangnan Sosial
1. Hubungan dengan ortu :
2. Hubungan dengan saudara :
3. Hubungan dengan teman :
4. Hobi :
5. Minat khusus :

8
From II
DATA ORANG TUA/ WALI SISWA
(Di isi orang tua/ wali siswa)
Nama Anak :AF
Nama Sekolah : SLB E Prayuwana
Kelas :-
A. Identitas Orangtua/Wali
Ayah :
1. Nama Ayah :-
2. Umur :-
3. Agama :-
4. Status Ayah :-
5. Pendidikan Tertinggi :-
6. Pekerjaan Pokok :-
7. Alamat Tinggal :-

Ibu :
1. Nama Ibu :-
2. Umur :-
3. Agama :-
4. Status Ibu :-
5. Pendidikan Tertinggi :-
6. Pekerjaan Pokok :-
7. Alamat Tinggal :-

Wali :
1. Nama :
2. Umur :
3. Agama :
4. Status Perkawinan :
5. Pendidikan Terakhir :
6. Pekerjaan :
7. Alamat Tinggal :
8. Hubungan Keluarga :

9
B. Hubungan Orangtua dan Anak
1. Kedua orangtua satu rumah :
2. Anak satu rumah dengan kedua orangtua :
3. Anak diasuh oleh salah satu orang tua :
4. Anak diasuh wali/saudara :

C. Sosial Ekonomi Orangtua


1. Jabatan formal ayah di kantor (jika ada) :
2. Jabatan formal ibu di kantor (jika ada) :
3. Jabatan informal ayah di luar kantor (jika ada) :
4. Jabatan informal ibu di luar kantor (jika ada) :
5. Rata-rata penghasilan (kedua orangtua) perbulan :

D. Tanggungan dan Tanggapan Keluarga


1. Jumlah anak Ysb :
2. Anak yang ke :
3. Persepsi orang tua terhadap anak ysb :
4. Kesulitan orang tua terhadap anak ysb :
5. Harapan orang tua terhadap pendidikan anak ysb :
6. Bantuan yang diharapkan orang tua untuk anak ysb :

Diisi Tanggal:
……………………..
Orang Tua

(……………………..)

10
Form III
INSTRUMEN IDENTIFIKASI
No Indicator Ya Tidak Keterangan
1 Anak sering berbohong 
2 anak sering mengejek 
temannya
3 Anak susah diberitahu 
4 Anak berkonsentrasi dalam 
belajar
5 Anak sering bolos sekolah 
6 Anak sering melamun saat 
pembelajaran
7 Anak mudah tersinggung 
8 Anak tidak bisa mengontrol 
perkataan
9 Anak sering melanggar 
aturan kelas
10 Anak sering membantah 
guru
11 Anak sering memukul 
teman
12 Anak tidak bisa mengontrol 
emosi
13 Sering dipanggil guru 
14 Anak menunjukan minat 
sekolah
15 Anak sering menyalahkan 
orang lain
16 Anak sering berkelahi 
17 Anak sering mengisolasi 
diri
18 Anak sering melanggar 
norma
19 Anak merusak alat-alat 
sekolah
20 Anak sering menolak tugas 
dari guru

11
From IV
HASIL IDENTIFIKASI ANAK

Kontrol emosi yang dimiliki AF masih kurang, AF sering marah dan merasa benci.Emosi
tersebut ditunjukkan apabila AF merasa tersinggung atau terganggu dengan perbuatan
atau perkataan dari teman maupun orang dewasa (guru) serta tidak sesuai dengan
keinginannya. Tetapi emosi AF akan setabil apabila dalam kondisi senang atau mood
anak sedang baik. Perilaku yang sering ditunjukkan oleh AF adalah memukul,
menendang, mengejek, membuat gaduh, membantah arahan, dan berbicara tidak sopan.
Perilaku tersebut terjadi pada saat pembelajaran dan di luar pembelajaran (waktu
istirahat).Perilaku tersebut muncul apabila AF merasa tersinggung atau terganggu

From V
PROGRAM

Menurut kelompok kami, Intervensi yang diberikan dalam kasus ini adalah Terapi Perilaku
(Behavior Therapy). Terapi tingkah laku berusaha menghilangkan atau meniadakan masalah-
masalah tingkah laku dan berusaha memunculkan tingkah laku yang diharapkan. Menurut
B.F Skinner (Nafsiah Ibrahim, 1996:114), ada tiga cara mengubah tingkah laku manusia:
a) Tingkah laku dapat diubah dengan mengubah peristiwa-peristiwa yang mendahului
yang membangkitkan tingkah laku khusus, contoh: anak hiperaktif tidak bisa tenang
jika belajar dalam kelas yang terdapat banyak rangsangan.
b) Suatu jenis tingkah laku yang timbul dalam suatu keadaan tertentu dapat diubah dan
dimodifikasi, misal dalam keluarga anak kurang mendapat perhatian, maka dalam
sekolah guru harus memberi perhatian lebih.
c) Akibat dari suatu tingkah laku tertentu dapat diubah; dengan demikian tingkah laku
bisa dimodifikasi, misalkan seorang anak mencuriia dihukum akibat dari
perbuatannya.
Tujuan Terapi Tingkah Laku
Setiap kegiatan terapi mempunyai tujuan seperti halnya terapi tingkah laku, berikut ini adalah
tujuan terapi tingkah laku menurut (Nafsiah Ibrahim, 1995:115) Mengubah pola-pola
perilaku maladaptip dan membantu anak tunalaras untuk mempelajari tingkah laku yang
konstruktif.
Tujuan utama terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi yang baru dalam
proses belajar. Hal ini didasarkan bahwa segenap tingkah laku itu dipelajari, termasuk
tingkah laku yang maladaptip jika suatu tingkah laku juga dapat dihilangkan dan tingkah laku
yang lebih efektif diperoleh.

12
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut, kondisi di sekolah SLB/E
Prayuana Yogyakarta masih belum maksimal mendapat bimbingan konsep diri guna
menumbuhkan kesadaran pentingnya diri dalam menempatkan diri. Kebutuhan
pendidikan anak tuna laras dapat dipenuhi dengan cara menata lingkungan sekolah
yang kondusif, agar anak tidak berkembang ke arah tuna laras dan kegagalan akademik.
Lingkungan yang menyenangkan, tidak membosankan, harmonis dalam hubungan,
penuh perhatian, menerima apa adanya dan terbuka, serta teladan yang baik akan
mengantarkan anak untuk mencapai keberhasilan pendidikannya.

B. SARAN
Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Dan penulis
juga membutuhkan kritik dan saran agar bisa menjadi motivasi untuk kedepannya yang
lebih baik dari sebelumnya. Penulis juga mengucapkan terimakasih atas dosen
pembimbing yang telah memberikan tugas demi kebaikan penulis.

13
Daftar Pustaka
https://eprints.uny.ac.id/56921/1/Ganis%20Ariffiani_12103244037.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai