Anda di halaman 1dari 5

Materi/ Pertemuan 2 ( Selasa 06-08-2019)

Potensi Manusia Menurut Agama Islam


Manusia menurut agama Islam adalah makhluk Allah yang berpotensi. Dalam Al-quran, ada
tiga kata yang digunakan untuk menunjuk kepada manusia. Kata yang digunakan adalah
basyar, insan atau nas, dan bani Adam.

Kata basyar diambil dari akar kata yang berarti 'penampakan sesuatu dengan baik dan
indah'. Dari kata itu juga, muncul kata basyarah yang artinya 'kulit'. Jadi, manusia disebut
basyar karena kulitnya tampak jelas dan berbeda dengan kulit binatang. Manusia dipilih
Allah sebagai khalifah di muka bumi. Alasan dipilih sebagai khalifah karena manusia memiliki
berbagai potensi. Di antaranya ruh, akal, dan jasmani.

Potensi Diri Manusia


Banyak sekali orang yang tidak mengetahui akan potensi di dalam dirinya. Dan, banyak juga
orang yang tidak mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dalam dirinya. Cobalah
tanya pada diri kita sendiri atau pada orang-orang terdekat, dan orang yang tersayang. Apa
sih kelebihan kita?

Sebagian dari Anda pasti akan bingung untuk menjawab pertanyaan sederhana ini, namun
sulit menjawabnya. Untuk menjawab pertanyaan itu, ada sebagian orang beranggapan
bahwa “Kita tidak boleh sombong, jadi tidak boleh membanggakan diri sendiri”.
Sifat sombong memang tidak boleh dan dilarang oleh semua agama. Kita pasti pernah
menjumpai rekan, teman, sahabat, atau mungkin pacar yang memiliki sifat sombong. Di
dalam agama Islam, jika Anda menjumpai seperti itu, maka bencilah sifat orang itu, bukan
membenci orangnya. Karena jika Anda membenci orangnya, maka Anda akan membenci
ciptaan-Nya, oleh karena itu dilarang.
Akan tetapi, jika Anda ditanya apa sih kekurangan dalam diri Anda? Anda pasti langsung bisa
menjawab karena yang Anda perhatikan dan tandai adalah kekurangan Anda, bukan
kelebihan Anda.
Sering sekali jika Anda memiliki kekurangan, bukannya Anda membalikkannya, akan tetapi
Anda semakin mempertahankannya. Seperti contoh, ada seorang yang kekurangannya itu
gugup pada saat berbicara di depan orang banyak. Tidak lama kemudian orang tersebut
terpilih sebagai ketua kelas.
Orang tersebut pun mau tidak mau harus akrab dengan berbicara di depan kelas. Tidak
mungkin orang tersebut harus menyuruh wakilnya terus menerus untuk berbicara di depan
kelas?
Oleh karena itu, balikkan kekurangan kita menjadi kelebihan kita. Tanamkan diri Anda kata
“tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini”, tentu saja selama Anda mau berusaha dan
berdoa. Untuk itu, kita harus mengetahui apa saja potensi yang ada di dalam diri kita yang
diberikan oleh Allah Swt. Dengan begitu, kita dapat memanfaatkan potensi kita itu untuk
hal-hal yang positif.

Potensi Manusia Menurut Agama Islam

Apabila kita merenungkan sejarah kehidupan manusia diawali sejak Nabi Adam dan anak
cucunya yang mendiami muka bumi ini. Mereka yang dibesarkan oleh perkembangan zaman,
lalu disusul dengan terwujudnya kesejahteraan di bumi yang diikuti dengan semakin
beraneragamnya peradaban dari generasi ke generasi silih berganti. Berikut ini beberapa
potensi manusia menurut agama Islam yang diberikan oleh Allah Swt.

1. Potensi Akal

Manusia memiliki potensi akal yang dapat menyusun konsep-konsep, mencipta,


mengembangkan, dan mengemukakan gagasan. Dengan potensi ini, manusia dapat
melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pemimpin di muka bumi. Namun, faktor subjektivitas
manusia dapat mengarahkan manusia pada kesalahan dan kebenaran.

2. Potensi Ruh
Manusia memiliki ruh. Banyak pendapat para ahli tentang ruh. Ada yang mengatakan bahwa
ruh pada manusia adalah nyawa. Sementara sebagian yang lain memahami ruh pada
manusia sebagai dukungan dan peneguhan kekuatan batin. Soal ruh ini memang bukan
urusan manusia karena manusia memiliki sedikit ilmu pengetahuan. Biarlah urusan ruh
menjadi urusan Tuhan. Allah swt berfirman: Katakanlah, “Ruh adalah urusan Tuhan-Ku,
kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit”. (QS. Al-Isra: 85)

3. Potensi Qalbu
Qalbu di sini tidak dimaknai sekadar ‘hati’ yang ada pada manusia. Qalbu lebih mengarah
pada aktivitas rasa yang bolak-balik. Sesekali senang, sesekali susah. Kadang setuju kadang
menolak.
Qalbu berhubungan dengan keimanan. Qalbu merupakan wadah dari rasa takut, cinta, kasih
sayang, dan keimanan. Karena qalbu ibarat sebuah wadah, ia berpotensi menjadi kotor atau
tetap bersih.

4. Potensi Fitrah
Manusia pada saat lahir memiliki potensi fitrah. Fitrah tidak dimaknai melulu sebagai
sesuatu yang suci. Fitrah di sini adalah bawaan sejak lahir. Fitrah manusia sejak lahir adalah
membawa agama yang lurus. Namun, kondisi fitrah ini berpotensi tercampur dengan yang
lain dalam proses perkembangannya.

5. Potensi Nafs
Dalam bahasa Indonesia, nafs diserap menjadi nafsu yang berarti 'dorongan kuat untuk
berbuat kurang baik'. Sementara nafs yang ada pada manusia tidak hanya dorongan berbuat
buruk, tetapi berpotensi berbuat baik. Dengan kata lain, nafs ini berpotensi positif dan
negatif.

Hakikatnya, nafs pada diri manusia cenderung berpotensi positif. Namun, potensi negatif
daya tariknya lebih kuat dari pada potensi negatif. Oleh karena itu, manusia diminta untuk
menjaga kesucian nafsnya agar tidak kotor.

Sebagai manusia, fitrah kita cenderung mengarah kepada hal-hal yang baik dan terpuji.
Namun, karena manusia diberi akal, nafsu, dan syahwat, bisa jadi kedua tipe akhlak
tersebut ada pada diri kita. Tetapi karena manusia memiliki hawa nafsu, maka dari itulah
derajat manusia lebih tinggi dari pada malaikat, syetan, bahkan semua makhluk ciptaan
Allah.

Karena di dalam hadis, Nabi bersabda bahwa golongannyalah yang dapat menyamakan
derajat pahalanya dengan nabi-nabi sebelum Nabi. Itu karena golongan Nabi Muhammad
tidak melihat dan menjumpai nabinya, melainkan hanya menjumpai apa yang telah
ditinggalkan, yaitu Al-Quran dan Hadis.

Sebagaimana dalam Al-Quran yang isinya “Telah aku tinggalkan 2 perkara, di mana jika kalian
mengikutinya, kalian tidak akan tersesat, yaitu kitabillah (Al-Quran) dan sunnati Nabi (hadis
Nabi)”. Sampai ada istilah manusia itu ada di antara setan dan malaikat karena memiliki
potensi berbuat baik dan berbuat buruk.

Sepanjang menjalani hidup, manusia pasti tidak akan luput dari perbuatan salah. Akan
tetapi, sebaik-baiknya manusia berbuat salah, harus ditobati. Sebagaimana yang terdapat
dalam hadits, yang artinya “Setiap anak turunnya nabi Adam pasti melakukan kesalahan,
sebaik-baiknya kesalahan, yaitu ditobati”.

Namun, jika perbuatan itu melanggar aturan Allah dan Rasul-Nya, dapat dikategorikan
sebagai orang yang berakhlak tercela atau buruk. Yang mana kita telah mengetahui orang
yang melakukan perbuatan yang tercela atau buruk, Allah selalu memberikan balasan yang
jelek pula.

Seperti di dalam Al-Quran surat An-Nisa’ ayat 14

ٞ ‫ص ٱهَّلل َ َو َرسُولَهۥُ َويَتَ َع َّد ُح ُدو َدهۥُ ي ُۡد ِخ ۡلهُ نَارًا ٰ َخلِ ٗدا فِيهَا َولَهۥُ َع َذ‬
١٤ ‫ين‬ٞ ‫اب ُّم ِه‬ ِ ‫َو َمن يَ ۡع‬
yang artinya “Barang siapa yang menentang Allah, Rasul, dan melanggar aturan-aturan-Nya,
.”maka dia akan dimasukkan ke dalam neraka, dan mereka kekal di dalam neraka

Di dalam hadis Nabi bersabda bahwa di dalam neraka adalah sejelek-jeleknya tempat
kembali. Di dalam hadis juga diterangkan bahwa api yang ada di neraka itu berwarna hitam,
.itu karena saking panasnya di dalam neraka

Orang yang masuk ke dalam neraka adalah orang-orang yang berdosa, baik itu dosa kecil
maupun dosa besar. Di zaman sekarang, baik dosa kecil maupun dosa besar, tingkat
ketakutannya itu hampir tidak ada. Banyak orang yang meninggalkan solat dengan sengaja,
tidak berzakat, minum minuman yang memabukkan atau dalam Al-Quran disebut khomr,
.pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan, dan masih banyak lagi

Itulah pekerjaan syetan yang selalu mengganggu anak turun Adam supaya mereka banyak
yang masuk ke dalam neraka. Dan, Allah pun telah meridhokan syetan untuk mengganggu
.sebanyak-banyaknya untuk dijerumuskan ke dalam neraka

Adapun syetan itu lebih pintar untuk menggoda anak Adam karena syetan telah hidup
berabad-abad tahun. Padahal dalam Al-Quran telah dijelaskan dalam surat Bani Israil yang
artinya, ”Dan janganlah kalian mendekati zina karena zina itu adalah sejelek-jeleknya
.”perbuatan

Tetapi jika kita sebaliknya, jika kita taat, maka kita akan dimsukkan ke dalam surga. Seperti
dalam surat An-Nisa’ ayat 13 yang artinya, “Barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul,
.”maka dia akan dimasukkan ke dalam surga, yang mana mereka kekal selamanya di sana

Seperti kita telah ketahui bahwa surga adalah senikmat-nikmatnya tempat. Semua orang
pasti ingin ke sana. Orang-orang yang masuk ke dalam surga ini jelaslah bukan orang-orang
yang senang berbuat tercela. Mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat kebajikan dan
ikhlas dengan niat karena Allah. Semoga informasi mengenai potensi manusia menurut
.agama Islam tersebut bermanfaat

SYAHWAT

Kalimat syahwat disebut al-Qur’an dalam bentuk mufrad sebanyak dua kali (QS. Al-Naml:
,55)
َ ُ‫م تَ ۡجهَل‬ٞ ‫ون ٱلنِّ َسٓا ۚ ِء بَ ۡل َأنتُمۡ قَ ۡو‬
٥٥ ‫ون‬ ِ ‫ال َش ۡه َو ٗة ِّمن ُد‬ َ ُ‫َأِئنَّ ُكمۡ لَتَ ۡأت‬
َ ‫ون ٱلرِّ َج‬
55. "Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu), bukan (mendatangi)
wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)"

berhubungan dengan syahwat seksual, dan tiga kali dalam bentuk jamak. Pada surat an-
Nisa’ ayat 27, ungkapan syahwat berhubungan dengan pikiran-pikiran tertentu, yakni
mengikuti pikiran orang karena menuruti hawa nafsu, sedangkan dalam surat Ali Imran ayat
14 dan Maryam ayat 59, ungkapan syahwat dihubungkan dengan keinginan manusia
.terhadap kelezatan dan kesenangan
Secara lughawi, Syahwat artinya menyukai dan menyenangkan ( syahiya, syaha-yasha atau
syahwatan), sedangkan maknanya adalah kecenderungan jiwa terhadap apa yang
dikehendakinya (nuzu’an nafsi ila ma turiduhu). Dalam Al-Qur’an, kata syahwat terkadang
dimaksudkan untuk obyek yang diinginkan, di ayat lain dimaksudkan untuk menyebutkan
:potensi keinginan manusia, sebagaimana yang disebutkan oleh ayat berikut

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-
binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga).(QS. Ali Imran: 14)

Ayat tersebut di atas menyebut syahwat sebagai potensi keinginan manusia, yakni pada
dasarnya manusia menyukai terhadap wanita (seksual), anak-anak (kebanggaan), harta
kekayaan atau benda berharga (kebanggaan, kenyamanan, kesenangan), binatang ternak
(kesenangan, kemanfaatan) dan sawah ladang (kesenangan, kemanfaatan) jadi
kecenderungan manusia terhadap seksual, harta benda dan kenyamanan dalam pandangan
.al-Qur’an adalah manusiawi

Anda mungkin juga menyukai