Satu
Satu
Al Baqoroh 30
ۖ ٓ
ِ ض َخلِيفَ ٗة قَالُ ٓو ْا َأت َۡج َع ُل فِي َها َمن يُ ۡف
س ُد فِي َها ِ ل فِي ٱَأۡل ۡرٞ اع ِ َوِإ ۡذ قَا َل َربُّكَ لِ ۡل َم ٰلَِئ َك ِة ِإنِّي َج
َ ِّس لَ ۖكَ قَا َل ِإنِّ ٓي َأ ۡعلَ ُم َما اَل ت َۡعلَ ُم
ون َ َُويَ ۡسفِ ُك ٱل ِّد َمٓا َء َونَ ۡحنُ ن
ُ سبِّ ُح بِ َحمۡ ِدكَ َونُقَد
30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui".
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal dan pikiran. Manusia
merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki derajat paling tinggi di antara
citaannya yang lain. Hal yang paling penting dalam membedakan manusia dengan makhluk
lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan
untuk mempertinggi kualitas hidupnya di dunia.
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan
mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai
kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan
Allah Swt.
Dengan demikian al-Quran tidak berbicara tentang proses penciptaan manusia pertama.
Yang dibicarakan secara terinci namun dalam ungkapan yang tersebar adalah proses
terciptanya manusia dari tanah, saripati makanan, air yang kotor yang keluar dari tulang
sulbi, alaqah, berkembang menjadi mudgah, ditiupkannya ruh, kemudian lahir ke dunia
setelah berproses dalam rahim ibu.
QS Al Muminun 12-16
2. Martabat manusia
Martabat saling berkaitan dengan maqam, maksud nya adalah secara dasarnya
maqam merupakan tingkatan martabat seseorang hamba terhadap khalikNya, yang juga
merupakan sesuatu keadaan tingkatannya seseorang sufi di hadapan tuhannya pada saat
dalam perjalanan spritual dalam beribadah kepada Allah Swt.
Maqam ini terdiri dari beberapa tingkat atau tahapan seseorang dalam hasil
ibadahnya yang di wujudkan dengan pelaksanaan dzikir pada tingkatan maqam tersebut,
secara umum dalam thariqat naqsyabandi tingkatan maqam ini jumlahnya ada 7 (tujuh),
yang di kenal juga dengan nama martabat tujuh, seseorang hamba yang menempuh
perjalanan dzikir ini biasanya melalui bimbingan dari seseorang yang alim yang paham akan
isi dari maqam ini setiap tingkatnya, seseorang hamba tidak di benarkan sembarangan
menggunakan tahapan maqam ini sebelum menyelesaikan atau ada hasilnya pada riyadhah
dzikir pada setiap maqam, ia harus ada mendapat hasil dari amalan pada maqam tersebut.
Tingkat martabat seseorang hamba di hadapan Allah Swt mesti melalui beberapa
proses sebagai berikut :
1. Taubat;
2. Memelihara diri dari perbuatan yang makruh, syubhat dan apalagi yang haram;
3. Merasa miskin diri dari segalanya;
4. Meninggalkan akan kesenangan dunia yang dapat merintangi hati terhadap tuhan
yang maha esa;
5. Meningkatkan kesabaran terhadap takdirNya;
6. Meningkatkan ketaqwaan dan tawakkal kepadaNya;
7. Melazimkan muraqabah (mengawasi atau instropeksi diri);
8. Melazimkan renungan terhadap kebesaran Allah Swt;
9. Meningkatkan hampir atau kedekatan diri terhadapNya dengan cara menetapkan
ingatan kepadaNya;
10. Mempunyai rasa takut, dan rasa takut ini hanya kepada Allah Swt saja.
Dengan melalui latihan di atas melalui amalan dzikir pada maqamat, maka seseorang
hamba akan muncul sifat berikut :
1. Ketenangan jiwa;
2. Harap kepada Allah Swt;
3. Selalu rindu kepadaNya dan suka meningkatkan ibadahnya;
4. Muhibbah, cinta kepada Allah Swt.
1. Mengabdikan diri kepada Allah swt dengan beriman dan melakukan amal soleh mengikut
syariat yang ditetapakan oleh agama.
2. Melaksanakan amanah Allah swt memelihara dan mengawal agama Allah serta ajaran
Allah swt seperti FirmanNya; Surah Al Ahzab; 72 “Sesungguhnya Kami telah kemukakan
tanggung jawab amanah (Kami) kepada langit dan bumi serata gunung-gunung (untuk
memikul) maka mereka enggan memikulnya dan bimbang tidak dapat meyempurnakannya
(kerana tidak ada pada mereka persediaan untuk memikulnya) dan (pada ketika itu)
manusia (dengan persediaan yang ada padanya) sanggup memikulnya. (ingatlah)
sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan suka pula
membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan.”- (Surah Al Ahzab: 72)
3. Melaksanakan amar makruf, nahi mungkar, yaitu sebagai khalifah Allah swt bertanggung
jawab menyebarkan Islam.
4. Menjaga kesucian agama, dengan menegakkan Islam dengan berdakwah dan
melaksanakan syariat Islam yang telah ditetapkan agama.
5. Bertanggung jawab menjauh dan memelihara diri dan keluarga dari azab neraka
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, “ Aku hendak menjadikan
khalifah*) di bumi “ Mereka berkata, “ Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak
dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan
nama-Mu?” Dia berfirman, “ Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”
b. Kandungan Ayat