Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FIQH KONTEMPORER

“Riba, Bunga Bank, dan Kredit Perumahan Dalam Pandangan Ulama


Kontemporer”

Dosen Pengampu: Sarbini Anim, Lc DPI, MA

Disusun Oleh:

Muhamad Afrozi (3120200017)

Assyifha Ika Heryanti (3120200055)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH

JAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

‫ــــــــــــــــــم هللاِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح ْي ِم‬


ِ ‫س‬
ْ ِ‫ب‬

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang telah ditentukan.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di hari akhir nanti. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Kontemporer, yang berjudul
“Riba, Bunga Bank, dan Kredit Perumahan Dalam Pandangan Ulama
Kontemporer”.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan makalah ini


banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan makalah selanjutnya. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu menyusun makalah ini, khususnya
kepada dosen mata kuliah Fiqh Kontemporer Bapak Sarbini Anim, Lc DPI, MA

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat


bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi para pembaca dalam mempelajari
Fiqh Kontemporer, serta dapat digunakan secara semestinya.

Jakarta, 6 Juni 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................

Daftar Isi..........................................................................................................................

BAB 1 (PENDAHULUAN).............................................................................................

A. Latar Belakang........................................................................................................

B. Rumusan Masalah...................................................................................................

C. Tujuan.....................................................................................................................

BAB 2 (PEMBAHASAN)................................................................................................

A. Pengertian Riba......................................................................................................

B. Macam-macam riba dan contohnya di masyarakat...............................................

C. Hukum riba............................................................................................................

D. Cara menghindari riba...........................................................................................

E. Pengertian bunga bank...........................................................................................

F. Pandangan ulama terkait bunga bank....................................................................

G. Hukum terhadap kredit perumahan.......................................................................

BAB 3 (PENUTUP).........................................................................................................

A. Kesimpulan............................................................................................................

B. Saran......................................................................................................................

Daftar Pustaka...............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam bingkai ajaran Islam, aktivitas ekonomi yang dilakukan
oleh manusia untuk dikembangkan memiliki beberapa kaidah dan etika
atau moralitas dalam syari’at Islam. Allah SWT telah menurunkan rizki ke
dunia ini untuk dimanfaatkan oleh manusia dengan cara yang telah
dihalalkan oleh Allah SWT dan bersih dari segala perbuatan yang
mengandung riba.
Dalam perkembangan pemikiran Islam maupun dalam peradaban
Islam, riba merupakan permasalahan yang pelik dan sering terjadi pada
masyarakat. Hal ini disebabkan perbuatan riba yang sangat erat kaitannya
dengan transaksi-transaksi dibidang perekonomian (dalam Islam disebut
kegiatan muamalah) yang sering dilakukan oleh manusia dalam
aktivitasnya sehari-hari. Pada dasarnya transaksi riba berupa qard, buyu’
dan lain sebagainya.
Para ulama menetapkan dengan tegas dan jelas tentang pelarangan
riba, disebabkan riba mengandung unsur eksploitasi yang dampaknya
merugikan orang lain, hal ini mengacu pada kitabullah dan sunnah Rasul
serta ijma’ para ulama. Beberapa pemikir Islam berpendapat bahwa riba
tidak hanya dianggap sebagai sesuatu yang tidak bermoral, akan tetapi
merupakan sesuatu yang semakin kaya sedangkan orang miskin semakin
miskin dan tertindas. Maka melalui makalah ini penulis akan menjelaskan
beberapa hal yang berkaitan dengan riba dan bunga bank.
B. Rumusan Masalah
 Apa pengertian riba?
 Apa macam-macam riba dan contohnya di masyarakat?
 Bagaimana hukum riba?
 Bagaimana cara menghidari riba?
 Apa pengertian bunga bank?
 Bagaimana pandangan ulama terhadap bunga bank?
 Bagaimana pandangan ulama terhadap kredit perumahan?

C. Tujuan
 Untuk mengetahui pengertian riba
 Untuk mengetahui mmacam-macam riba dan contohnya di masyarakat
 Untuk mengetahui hukum riba
 Untuk mengetahui cara menghindari riba
 Untu mengetahui pengertian dari bunga bank
 Untuk mengetahui pandangan ulama terhadap bunga bank
 Untuk mengetahui pandangan ulama terhadap kredit perumahan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Riba
Diantara akad jual beli yang dilarang dengan pelarangan yang
kerasa antara lain adalah riba, yang dalam hal ini riba berarti ‫ادة‬DD‫) الزي‬:
kelebihan atau tambahan). Secara bahasa bermakna tambahan, tumbuh dan
menjadi tinggi.
Riba menurut istilah ahli fiqih adalah penambahan pada salah satu
dari dua ganti yang sejenis tanpa ada ganti dari tambahan ini. Tidak semua
tambahan dianggap riba, karena tambahan terkadang dihasilkan dalam
sebuah perdagangan dan tidak ada riba didalamnya hanya saja tambahan
yang di istilahkan dengan nama Riba dan Al-Qur’an datang menerangkan
pengharamannya adalah tambahan yang diambil sebagai ganti dari tempo.

B. Macam-Macam Riba dan Contohnya Di Masyarakat


Menurut para ahli fiqh, riba bisa diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:
- Riba Fadhl, yaitu tukar menukar dua barang yang sama jenisnya
dengan kwalitas berbeda yang disyaratkan oleh orang yang
menukarkan.contoh : tukar menukar emas dengan emas,perak dengan
perak, beras dengan beras dan sebagainya.
- Riba Yad, yaitu berpisah dari tempat sebelum ditimbang dan diterima,
maksudnya: orang yang membeli suatu barang, kemudian sebelum ia
menerima barang tersebut dari si penjual, pembeli menjualnya kepada
orang lain. Jual beli seperti itu tidak boleh, sebab jual beli masih dalam
ikatan dengan pihak pertama.
- Riba Nasi’ah yaitu riba yang dikenakan kepada orang yang berhutang
disebabkan memperhitungkan waktu yang ditangguhkan. Contoh:
Aminah meminjam cincin 10 Gram pada Ramlan. Oleh Ramlan
disyaratkan membayarnya tahun depan dengan cincin emas sebesar 12
gram, dan apa bila terlambat 1 tahun, maka tambah 2 gram lagi,
menjadi 14 gram dan seterusnya. Ketentuan melambatkan pembayaran
satu tahun.
- Riba Qardh, yaitu meminjamkan sesuatu dengan syarat ada
keuntungan atau tambahan bagi orang yang meminjami/mempiutangi.
Contoh: Ahmad meminjam uang sebesar Rp. 25.000 kepada Adi. Adi
mengharuskan dan mensyaratkan agar Ahmad mengembalikan
hutangnya kepada Adi sebesar Rp. 30.000 maka tambahan Rp. 5.000
adalah riba Qardh.

C. Hukum Riba
Riba dalam syari’at Islam secara tegas dinyatakan haram. Bahkan
semua agama samawi melarang praktik riba karena dapat menimbulkan
dampak negatif bagi pemberi dan penerima hutang. Di samping berpotensi
menghilangkan sikap tolong menolong, riba juga dapat menimbulkan
permusuhan antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi. Hukum
haram dari riba berdasarkan al-Qur’an, hadis dan ijmak ulama sebagai
berikut:
- Al- Qur’an
ۗ ‫وا َواَ َح َّل هّٰللا ُ ا ْلبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّر ٰب‬
‫وا‬ ۘ ‫ٰذلِكَ بِاَنَّ ُه ْم قَالُ ْٓوا اِنَّ َما ا ْلبَ ْي ُع ِم ْث ُل ال ِّر ٰب‬
Artinya: “yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli
sama dengan riba. Padahal Allah SWT telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba”. (QS. Al- Baqarah ayat 275)
- Hadist Rasulullah SAW
Artinya: “Dari Jabir Ra. ia berkata: “Rasulullah Saw. telah melaknat
orang- orang yang memakan riba, orang yang menjadi wakilnya
(orang yang memberi makan hasil riba), orang yang menuliskan,
orang yang menyaksikannya, (dan selanjutnya), Nabi bersabda,
mereka itu semua sama saja.” (HR. Muttafaq Alaih).
- Ijmak Ulama
Para ulama sepakat bahwa seluruh umat Islam mengutuk dan
mengharamkan riba. Riba adalah salah satu usaha mencari rezeki
dengan cara yang tidak benar dan dibenci oleh Allah Swt. Praktik riba
lebih mengutamakan keuntungan pribadi dan mengorbankan orang
lain. Riba akan menyebabkan kesulitan hidup bagi manusia, terutama
mereka yang memerlukan pertolongan. Riba juga dapat menimbulkan
kesenjangan sosial yang semakin besar antara “yang kaya dan yang
miskin”, serta dapat menghilangkan rasa kemanusiaan untuk saling
membantu. Oleh karena itu, agama Islam mengharamkan riba.

D. Cara Menghindari Riba


- Dalam jual beli
Berikut ini beberapa jual beli agar tidak menjadi riba:
 Serupa timbangan dan jenis barangnya
 Terima dalam akad (ijab Kabul) sebelum meninggalkan majelis
akad
- Menjual sesuatu yang berlainan jenis ada dua syarat, yaitu:
 Serah terima dalam akad sebelum meninggalkan majelis

E. Pengertian Bunga Bank


Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992
tentang perbankan ialah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan bunga bank
adalah kelebihan jasa yang harus dibayarkan kepada bank dari pihak
peminjam atau pihak yang berhutang. Bunga (interest/fa-idah) adalah
tambahan yang dikenakan untuk transaksi pinjaman uang (al-qard) yang
diperhitungkan dari pokok pinjaman tanpa mempertimbangkan
pemanfaatan/hasil pokok tersebut berdasarkan jatuh tempo waktu dan
diperhitungkan secara pasti dimuka berdasarkan persentase.
Bunga bank adalah ketetapan nilai mata uang oleh bank yang
memiliki tempo/tenggang waktu, kemudian pihak bank memberikan
kepada pemiliknya atau menarik kepada sipeminjam sejumlah bunga
(tambahan) tetap sebesar beberapa persen.

F. Pandangan Ulama Tentang Bunga Bank


Apakah bunga yang diterapkan oleh bank konvensional adalah riba?
Banyak pendapat dan tantangan ulama dan ahli fiqh klasik maupun
kontemporer atas pertanyaan ini. Di antara tanggapan tersebut adalah:
- Syekh Mahmud Saltut mengatakan bahwa pinjaman berbunga boleh
dilakukan bila sangat dibutuhkan, atau kita kenal dengan istilah
dhorurat dan tidak ada cara lain yang dapat digunakan selain dengan
pinjaman berbunga tersebut.
- Yusuf Al-Qardhawi mengatakan bahwa bunga bank dihukum sesama
dengan riba (haram). Dengan alasan uang bertambah, sedang
keuntungan dari tambahan yang diberikan itu tanpa usaha
penyimpanan.
- Mustafa Ahmad az-Zarqa, seorang guru besar hukum islam di
Universitas Yaman Yordania, mengemukakan bahwa bunga termasuk
riba fadli yang dibolehkan karena darurat dan bersifat sementara.
Artinya, umat Islam harus berupaya mencari jalan keluar dengan
mendirikan bank islam, sehingga karaguan atau sikap tidak setuju
dengan bank konvensional dapat dihilangkan.

G. Hukum Terhadap Kredit Perumahan


Dalam perspektif Islam, hukum kredit perumahan dalam Islam terbagi
menjadi dua, yaitu:
- Hukum kredit perumahan dalam Islam melalui Bank Konvesional
akadnya didasarkan pada prinsip pinjam-meminjam dengan
memanfaatkan bunga sebagai variabelnya. Hubungan yang terjalin
antara bank dengan nasabah adalah hubungan antara kreditur dan
debitur. Pihak bank akan memberikan pinjaman kepada nasabah untuk
membayar hunian kepada pihak developer atau pemilik bangunan.
Setelah itu, nasabah berkewajiban untuk mencicil pembayaran Kredit
perumahan dan bunga pinjaman uang kepada pihak bank, dikarenakan
ada unsur bunga di dalamnya, maka hukum Kredit perumahan melalui
bank konvensional adalah haram. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
Ibnu Qudamah rahimahullah dalam kitab Al-Mughni, ia berkata,
"Setiap utang yang dipersyaratkan ada tambahan, maka itu adalah
haram. Hal ini tanpa diperselisihkan oleh para ulama.
Hukum haram ini tidak hanya mencakup pihak bank sebagai debitur,
namun juga kepada nasabah sebagai kreditur. Sebagaimana yang
disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits. Diriwayatkan
oleh Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba (rentenir),
penyetor riba (nasabah yang meminjam), penulis transaksi riba
(sekretaris) dan dua saksi yang menyaksikan transaksi riba.” Kata
beliau, “Semuanya sama dalam dosa.” (HR. Muslim no. 1598)
- Hukum kredit perumahan dalam Islam melalui Bank Syariah
Dalam kredit perumahan syari’ah, yang menjadi dasar transaksi adalah
mekanisme jual beli yang disebut dengan ‘Bai’ al Murabahah lil
Aamir bi asy Syira’. Sistem jual beli dalam Kredit perumahan syariah
diawali dengan adanya akad yang disampaikan oleh nasabah dan pihak
perbankan. Pihak perbankan akan membeli rumah yang diinginkan
oleh nasabah kepada pihak developer. Setelah itu, pihak bank akan
menjual kembali rumah tersebut kepada nasabah dengan harga lebih
tinggi daripada harga beli dari developer/pemilik rumah. Selanjutnya,
nasabah akan membayar kepada bank Syariah dengan cara
mengangsur dengan waktu yang telah disepakati kedua belah pihak.
Majelis Ulama Indonesia melalui Fatwa DSN-MUI Nomor 73 Tahun
2008 tentang Musyarakah Mutanaqisah menyatakan bahwa kebolehan
melakukan transaksi dengan menggunakan Kredit perumahan Syariah
adalah boleh. Dasar hukum yang diambil adalah surat Al-Baqarah ayat
275. Allah berfirman: "Orang-orang yang makan (mengambil) riba
tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti
(dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya
dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada
Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya." (Qs. Al-
Baqarah: 275).
Menurut MUI, prinsip sistem kredit perumahan Syariah pada dasarnya
sama dengan prinsip jual beli, yakni asas tolong menolong. Oleh
karenanya, sistem angsuran melalui kredit perumahan Syariah
diperbolehkan menurut fatwa MUI karena tidak mengandung riba.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Riba adalah penambahan pada salah satu dari dua ganti yang
sejenis tanpa ada ganti dari tambahan ini. macam-macam riba yaitu riba
fadhl, riba yad, riba nasi’ah, riba qard. Hukum riba diharamkan karena
banyak kemudaratannya karena riba hanya menguntungkan satu pihak.
Bunga bank adalah ketetapan nilai mata uang oleh bank yang memiliki
tempo/tenggang waktu, kemudian pihak bank memberikan kepada
pemiliknya atau menarik kepada sipeminjam sejumlah bunga (tambahan)
tetap sebesar beberapa persen.

B. Saran
Kepada para pembaca setelah memahami isi dari makalah ini, agar
dapat menghindari riba dalam kehidupan sehari-hari. Dan menjalankan
perintah dan larangan Allah SWT.
DAFTAR PUSAKA

Arifuddin, S. W. (2021). Pemikiran Abdullah Saeed dan Relevansinya dengan


Sistem Bunga Bank pada Perbankan Di Indonesia (Doctoral dissertation, IAIN
Parepare).

Harahap, Syahirin. 1993, Bunga Uang dan Riba dalam Hukum Islam, Pustaka al -
Husna, Jakarta.

Muhammad Abduh Tuasikal, MSc Rumaysho.com/muamalah//agar-tidak-


terjerumus-dalam-riba-2274. | Sikap menghindari Riba

Anda mungkin juga menyukai