Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Pelayanan Kamar bersalin RS Medina bertujuan agar dapat memberikan


pelayanan yang optimal kepada pasien yang datang ke RS Medina. Untuk
mendukung pencapaian tujuan pelayanan tersebut, maka dibutuhkan suatu pedoman
yang dapat dijadikan acuan bagi RS Medina terkait pengelolaan Instalasi Kamar
Bersalin di RS Medina. Pedoman ini disusun dengan mengacu pada Standar Instalasi
Kamar Bersalin Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, prosedur-prosedur yang biasa dilakukan di RS Medina, Keputusan Komite
Medik dan disesuaikan dengan standar Akreditasi Nasional terbaru. Pedoman ini akan
dievaluasi kembali dan akan dilakukan perbaikan apabila ditemukan hal-hal yang
tidak sesuai lagi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran
khususnya pelayanan di Instalasi Kamar Bersalin. Kami mengharapkan pihak-pihak
terkait dapat memberikan masukan untuk evaluasi dan perbaikan pedoman ini.

Garut, Mei 2021

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................i


DAFTAR ISI ..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1
A. Latar Belakang ...........................................................................1
B. Tujuan .........................................................................................1
C. Ruang Lingkup Pelayanan .........................................................2
D. Batasan Operasional ...................................................................2
E. Landasan Hukum ........................................................................2
BAB II STANDAR KETENAGAAN ....................................................4
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ............................................4
B. Distribusi Ketenagaan ................................................................4
C. Pengaturan Jaga ..........................................................................5
BAB III STANDAR FASILITAS ..........................................................6
A. Denah Ruangan ..........................................................................6
B. Standar Fasilitas .........................................................................7
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN .........................................10
1. Pelayanan Maternal ....................................................................10
2. Pelayanan Rujukan .....................................................................11
BAB V LOGISTIK ................................................................................12
BAB VI KESELAMATAN PASIEN ....................................................13
BAB VII KESELAMATAN KERJA .....................................................15
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU....................................................17
BAB IX PENUTUP ...............................................................................19

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan hak asasi manusia.Setiap orang
berhak atas kesehatan dan mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan
yang aman dan bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi.

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan dan gawat darurat.

Kamar Bersalin adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan


medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan komplikasi persalinan lebih
lanjut. Berdasarkan hal tersebut, RS Medina berusaha memberikan Pelayanan Kamar
Bersalin sebagai pelayanan yang mewujudkan pelayanan yang bermutu melalui
perbaikan sistem, ketersediaan sumber daya, dan sarana prasarana yang optimal.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terselenggaranya pelayanan Kamar Bersalin yang optimal, terarah dan
terpadu dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan
berfokus pada keselamatan pasien obstetri.

3
2. Tujuan Khusus
a. Menunjang tujuan rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang bermutu
di bidang obstetri
b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan staf dalam pelayanan kamar
bersalin melalui program seminar dan pelatihan staf kamar bersalin secara
berkesinambungan.
c. Melakukan pengelolaan kamar bersalin secara profesional agar tercapai
efisiensi dan efektifitas kerja yang tinggi.
d. Meningkatkan mutu pelayanan di kamar bersalin dengan cara komunikasi
yang efektif antar petugas dengan pasien di kamar bersalin.
C. Ruang Lingkup Pelayanan

Instalasi Kamar Bersalin adalah Instalasi pelayanan di rumah sakit yang


memberikan pelayanan pada pasien yang membutuhkan untuk tindakan obstetri.
Instalasi Kamar Bersalin di RS Medina Medina melayani tindakan persalinan
fisiologis maupun patologis dan kuretase.

D. Batasan Operasional

Instalasi Kamar Bersalin di RS Medina menyelenggarakan pelayanan kamar


bersalin kepada masyarakat secara terus menerus selama 24 jam dan 7 hari kerja.

E. Landasan Hukum

Dasar hukum yang digunakan dalam pedoman pelayanan Instalasi Kamar


bersalin RS Medina, adalah :

1. UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran


2. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

4
5. Peraturan Menteri Kesehatan No 290/MENKES/PER/III/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran
6. Keputusan Menteri Kesehatan No.772/Menkes/SK/VI/2001 tentang Pedoman
Peraturan Internal Rumah Sakit.
7. Kepmenkes No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit.
8. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691/Menkes/SK/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

5
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Kualifikasi sumber daya manusia di Instalasi Kamar bersalin RS Medina

No Keterangan Kualifikasi Jumlah


Kamar VK
1 Kepala Instalasi  Dokter umum, purna waktu 1 orang
 Memiliki sertifikat PPGD
 Masa kerja minimal 1 tahun
2 Dokter jaga
 Dokter spesialis Obstetri dan 1 orang
spesialis Ginekologi purna/paruh waktu
 Memiliki SIP di RS Medina
3 Kepala perawat
 Bidan D3, purna waktu 1 orang
kamar bersalin  Pengalaman kerja minimal 5 tahun
4 PJ Admin  D3 Administrasi RS 1 orang
5 PJ shift kamar
 Bidan D3 purna waktu 1 orang/shift
bersalin  Pengalaman kerja minimal 2 tahun
6 Bidan Pelaksana  Bidan D3, purna waktu 2 orang/shift
 Pengalaman kerja minimal 1 tahun

B. Distribusi Ketenagaan
 Dokter spesialis yang bertugas sesuai dengan jadwal praktek yang telah di
tentukan sesuai dengan jadwal praktek di Poliklinik
 Bidan Kamar Bersalin masing-masing shift terdiri dari 3 orang bidan dengan 1
orang diantaranya sebagai PJ Shift.

6
Bertugas 24 jam dibagi dalam 2 shift

Shift pagi : 07.00 – 17.00

Shift malam : 17.00 – 07.00

C. Pengaturan Jaga
 Jadwal jaga dokter umum disusun oleh Manajer Pelayanan Medis Jadwal
disusun setiap bulan dan ditanda tangani oleh Ketua KSM yang bersangkutan
 Jadwal dokter spesialis disesuaikan dengan penerimaan pasien
 Jadwal jaga bidan kamar bersalin disusun oleh Kepala Perawat Kamar
Bersalin, jadwal disusun setiap bulan dan ditanda tangani oleh Kepala Perawat
Kamar Bersalin, dan diketahui Kepala Instalasi Keperawatan.

7
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan VK

T
POS SATPAM

DCB
T
Midwife Station
R. ADM

RB
R. Dokter PA

RK
T

TMB
RP

T RPN 6 T
KOLAM
RPN 1

RPN

RPN

RPN

RPN
2

5
T

8
B. Standar Fasilitas

Alat – Alat Dan Obat – Obatan

NO. ALKES JUMLAH

1 Kursi Roda 2

2 Ambubag Dewasa 1
3 Brancar Dorong 1

4 Canule Oxygen Dewasa 10

5 Timbangan dewasa 1

6 Dressing Jar 12,5 x 16,25 cm 1

7 Dressing Jar 7,5 x 10 cm (u/ Kasa & Kapas) 1

8 Korentang + Tempat + Tutup 2

9 Bed Kuretase 2

10 Set Hecting 2

11 Set IUD 1

12 Lemari Obat / Instrumen 2

13 Metline 2

14 Nierbeken 23 cm 3
15 Oxygen Dorong (Humidifier + Flowmeter + Trolly) 2

16 Penlight 1
17 Pispot 2

18 Reflex Hammer 1
19 Set Partus 3

20 Set hecting 3

9
21 Set Vakum 2
22 Stetoscope Dewasa 1

23 Suction Pump Portable 1


24 Bed Partus 2

25 Termometer digital 1
26 Tiang Infus Kaki 5 3

27 Timbangan Bayi Digital 1

28 Trolly Alkes 1

29 Trolly Emergency 1
30 Trolly instrument 3

STANDARISASI OBAT-OBATAN KAMAR BERSALIN :

a. Penyimpanan Obat
1. Obat Life saving harus diletakkan di trolley emergency.
2. Obat lain-lain diletakkan di rak obat (jenis dan jumlah obat disesuaikan
dengan kebutuhan).
b. Standar Cairan dan Obat Kamar Bersalin
No Nama Cairan dan obat
I. Cairan
1 RL
2 Nacl
3 Dextrose 5%
4 Dextrose 10%
II. Obat-obatan
Injeksi
1 Oxytocin

10
2 Methergyn
3 Lidocaine
4 Ranitidine
5 Ondancetron
6 Kalnex
7 Dexamethasone
8 Cefotaxime
9 Ceftriaxone
10 Mgso4 20%
11 Mgso4 40%
12 Kalsium glukonat
13 Ephineprine
14 Vit k
15 Ketorolac
16 Metronidazole
Tablet
1 Misoprostol
2 Nipedipin
3 Dopamet
4 Amlodipine

Keterangan:

Kebutuhan persediaan cairan atau obat dihitung berdasarkan Stok Min-Max.

11
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

Tata laksana dan pelayanan yang dilakukan di Kamar Bersalin RS Medina


dilaksanakan oleh dokter spesialis, paramedis bidan yang terlatih, staf medis
fungsional yang bekerja di kamar bersalin memiliki latar belakang pendidikan,
pelatihan pengalaman dalam bidangnya.
Pelayanan kebidanan di kamar bersalin dikepalai oleh seorang bidan yang
memiliki pendidikan pelatihan dan pengalaman mengelola kamar bersalin dan bidan
yang sudah terlatih dan diberikan keterampilan khusus.
Tata laksana dan pelayanan yang dilakukan di Kamar Bersalin RS Medina
adalah Pelayanan Maternal, Pelayanan rujukan.
1. Pelayanan Maternal
a. Saat pasien datang kekamar bersalin akan dilakukan pengkajian yang meliputi
data Subjektif dan Objektif sehingga dapat diambil suatu diagnosa kebidanan.
Dan dilakukan juga pemeriksaan CTG pada kasus tertentu dan pemeriksaan
penunjang obstetri lainnya
b. Pasien akan dilakukan cek laboratorium minimal HR 1 (Haemoglobin,
Hematokrit, Leukosit dan Trombosit), Golongan Darah (untuk pasien yang
tidak memiliki kartu golongan darah), Faktor Pembekuan darah (BT dan CT)
c. Pasien diobservasi hingga 2 jam post partum untuk kasus obstetri dan untuk
kasus ginekologi sampai pasien tersebut stabil dan aman untuk dirawat
diruang perawatan. Jika dibutuhkan perawatan intensif maka pasien tersebut
akan di pindah keruang Intensif Care Unit (ICU).
d. Penerimaan Dan Perawatan Pasien Rawat Inap Sehari (One DayCare)
Prosedur yang dilakukan oleh bidan
 Menerima pasien di kamar bersalin (VK)
 Bidan kamar bersalin melengkapi berkas rekam medis pasien

10
 Bidan kamar bersalin melaporkan ke dokter operator dan dokter anastesi
bahwa pasien sudah di kamar bersalin
 Bidan kamar bersalin melakukan persiapan tindakan seperti mengganti baju
pasien,membersihkan lipstik dan melepaskan perhiasan pasien,observasi tanda-
tanda vital,anjurkan pasien buang air kecil terlebih dahulu dan lain-lain.
 Setelah tindakan dilaksanakan, pasien diobservasi kondisi umum dantanda-tanda
vitalnya
 Jika keadaan umum pasien baik maka bidan memberi tahu keluarga pasien
untuk menyelesaikan administrasi
 Keluarga pasien menyerahkan kartu izin pulang dari penata rekening pada bidan
 Bidan menjelaskan pada keluarga pasien mengenai perawatan paskatindakan
dirumah, menyerahkan obat pulang dan kartu kontrol dengan
e. Instalasi Rawat Jalan (IRJ)
Pasien Kebidanan yang memerlukan tindakan lanjut/konsul ke
dokterspesialis pada jam kerja,perawat akan menghubungai dokter konsulen dan
bila kondisi pasien memungkinkan untuk tindak lanjut di poliklinik, maka
pasien diantar oleh bidan jaga ke bagian IRJ.
2. Pelayanan Rujukan
Pelayanan rujukan bertujuan agar pasien mendapatkan pelayanan medis yang
lebih lengkap (fasilitas maupun tenaga medis) sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
baik RS sebagai rumah sakit rujukan ataupun dalam hal RS Medina melakukan
rujukan ke rumah sakit lain.
a. Pelayanan rujukan diatur dalam Panduan Transfer, SPO Rujukan Internal dan
Eksternal, SPO Merujuk Pasien dan SPO Menerima Pasien Rujukan.
b. RS Medina menerima pasien rujukan dari bidan sekitar, klinik sekitar dan
puskesmas disekitar.

11
BAB V
LOGISTIK

Logistik adalah pengadaan, perawatan, distribusi dan penyediaan untuk

mengganti perlengkapan, perbekalan dan ketenangan. Logistik dikamar Bersalin RS

Medina yaitu pembekalan obat/alkes dan Alat Tulis Kantor

Adapun untuk pembekalan obat/alkes dilakukan permintaan oleh Kamar


Bersalin ke instalasi farmasi dilakukan 1x dalam 1 minggu setiap hari Sabtu, dan
obat/alkes yang telah dipesan tersebut akan diberikan dari bagian instalasi farmasi ke
Kamar Bersalain pada hari yang sama sesuai dengan permintaan yang telah dibuat
berdasarkan hitungan minimum – maksimum. Dan apabila persedian obat/alkes
dikamar bersalin habis sebelum waktu penerimaan perbekalan dari instalasi farmasi
maka dilakukan permintaan segera (cyto) sesuai kebutuhan obat/alkes yang telah
habis. Persediaan obat/alkes yang diterima dari instalasi farmasi kemudian disimpan
kedalam lemari obat/alkes dan trolley emergency sesuai dengan penempatannya. Stok
obat/alkes yang ada dikamar bersalin dilakukan pengecekan antara stok fisik dengan
stok komputer, dan dilakukan setiap harinya oleh petugas kamar bersalin dines
malam, apabila terjadi selisih stock maka dilakukan pengecekan input pemakaian
oleh pasien. Alkes yang ada di kamar bersalin didalamnya ada barang habis pakai
(BHD) yang tidak dibebankan ke pasien seperti : kassa, sarung tangan, microfor,
gelang identitas pasien, masker dll.
Dan untuk pembekalan alat tulis kantor (ATK) dilakukan permintaan oleh kamar
bersalin ke bagian gudang umum dilakukan apabila stok kebutuhan mulai habis.
Adapun ATK yang diminta (pesan) dari kamar bersalin seperti balpoint, buku,
formulir-formulir, tissue dan peralatan yang lainnya. ATK yang diserahkan dari
bagian gudang umum akan ditempatkan pada bagian gudang umum dan lemari
gudang umum.

12
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan

pasien lebih aman yang meliputi asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal

yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan

belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk

meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan

oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau mengambil tindakan yang

seharusnya diambil.

Adapun dalam keselamatan pasien ada indikator sasaran keselamatan pasien,


yaitu untuk menilai penampilan dari suatu kegiatan sasaran keselamatan
pasien.Indikator keselamatan pasien yang dipantau di instalasi kamar bersalin RS
Medina, adalah :
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian tepat lokasi operasi (minor)
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan resiko pasien jatuh
Insiden Keselamatan Pasien (IKP) adalah setiap kejadian yang tidak disengaja
dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat
dicegah pada pasien. Insiden terdiri dari :
1. Kejadian Potensial Cedera (KPC), adalah kondisi di rumah sakit yang
berpotensi menimbulkan cedera pada pasien, karyawan atau lingkungan.
2. Kejadian Tidak Cedera (KTC), adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan

13
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil yang
dapat mencederai pasien tapi cedera serius tidak terjadi.
3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC), adalah terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien.
4. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), adalah suatu kejadian yang tidak
diharapkan yang mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan
karena penyakit dasarnya.
5. Sentinel adalah KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera serius.
Di Instalasi Kamar bersalin Rumah Sakit Medina melakukan pencatatan semua
kejadian terkait dengan keselamatan pasien pada formulir yang sudah
disediakan. Adapun petugas yang terkait dengan kejadian keselamatan pasien
harus membuat kronologis kejadian tersebut paling lama 1x24 jam sudah dibuat
dan dilaporkan oleh kepala instalasi atau bidan ruangan Kamar Bersalin terkait
kejadian keselamatan pasien di morning meeting, dan kepala instalasi atau
perawat ruangan Kamar Bersalin membuat laporan insiden keselamatan pasien
(IKP) maksimal 2x24 jam lalu diserahkan kepada sekretaris Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (KPRS). Selanjutnya tim KPRS menganalisis akar
penyebab masalah semua kejadian yang dilaporkan dan berdasarkan akar
masalah. Tim KPRS merekomendasikan solusi pemecahan masalah dan hasil
solusi pemecahan masalah kepada pimpinan rumah sakit. Pimpinan rumah
sakit melaksanakan pemantauan dan evaluasi terkait tentang pelaksanaan
keselamatan pasien di Kamar Bersalin.

14
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Rumah Sakit sebagai suatu bangunan umum haruslah dilengkapi dengan

peralatan, dijalankan dan dipelihara sedemikian rupa untuk menjaga keamanan dan

mencegah hal – hal yang tidak diharapkan, serta persiapan dalam menjaga

keselamatan dan keamanan di rumah sakit. Hal ini untuk menjamin dan menjaga

keselamatan hidup pasien, karyawan dan pengunjung rumah sakit.

Dalam upaya menjaga kesehatan dan keselamatan kerja (K3RS), RS Medina


menerapkan keselamatan dan keamanan di lingkungan kerja dimana didalamnya
terdapat aspek manusia, alat, mesin, lingkungan dan bahaya kerja.
Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RS Medina adalah:
a. Mengelola rumah sakit untuk menciptakan lingkungan rumah sakit yang aman dan
nyaman bagi pasien, pengunjung dan karyawan rumah sakit.
b. Menciptakan kondisi lingkungan rumah sakit yang aman dari kebakaran dan
mencegah terjadinya bencana.
c. Menciptakan suatu kondisi sehat dan aman dari kecelakaan kerja bagi seluruh
karyawan rumah sakit.
Adapun yang termasuk keselamatan kerja di Kamar Bersalin RS Medina adalah:
a. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
Dengan adanya Alat Pemadam Api Ringan yang diletakkan di tempat yang
dekat dengan ruang Kamar Bersalin dan mudah dijangkau.
b. Keamanan pasien, pengunjung dan karyawan.
Dengan adanya security yang bertugas 24 jam serta adanya safety box untuk
tempat penyimpanan barang-barang milik pasien terutama untuk pasien
kecelakaan atau pasien yang tidak sadar dan diantar bukan oleh keluarga (koordinasi
dengan security).

15
c. Pengelolaan B3
Adanya SPO pengelolaan B3 serta berkoordinasi dengan bagian Kesling
dalam mengelola B3 dan menjaga kebersihan lingkungan Kamar Operasi.
d. Kesehatan Lingkungan Kerja
Dengan adanya ventilasi yang cukup untuk sirkulasi udara.
e. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
Dengan adanya tempat sampah injak dan juga tempat sampah yang sudah di
pisah antara sampah medis (plastik kuning) untuk sampah-sampah yang infeksius dan
non medis (plastik hitam) untuk sampah-sampah yang tidak infeksius serta wadah
sampah yang safety untuk sampah-sampah seperti jarum suntik.Selain itu juga Kamar
Bersalin menyediakan sarung tangan dan masker untuk petugas dalam melayani
pasien. Oleh karena Kamar Bersalin
RS Medina adalah ruangan yang semi steril maka semua tabung oksigen yang
disimpan di Kamar Bersalin wajib memakai sarung khusus untuk tabung.
f. Sertifikasi/kalibrasi peralatan di Kamar Bersalin.
Untuk keamanan peralatan yang ada di Kamar Bersalin, maka semua
peralatan termasuk penunjang seperti AC, monitor, tensimeter, CTG, Doppler dan
oksigen dilakukan kalibrasi secara bertahap dan dilakukan uji fungsi setiap harinya
agar menjamin semua alat medis dalam keadaan siap pakai.

16
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Mutu adalah derajat kesempurnaan pelayanan rumah sakit untuk memenuhi


kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi
dan standar pelayanan rumah sakit.
1. Tujuan
a. Umum
Tercapainya kepuasan, harapan dan kebutuhan pasien terhadap pelayanan rumah
sakit.
b. Khusus
1) Terselenggaranya upaya peningkatan mutu yang menjunjung keselamatan pasien.
2) Terselenggaranya pelayanan sesuai dengan standar profesi.
3) Tercapainya profesionalisne dalam mutu pelayanan.
4) Tercapainya indikator mutu.
5) Terselenggaranya survey yang berkaitan dengan mutu.
Instalasi Kamar Bersalin Rumah Sakit Medina menjalankan program
pengendalian mutu dan peningkatan mutu, sesuai dengan pedoman peningkatan mutu
dan keselamatan pasien.
Peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah upaya peningkatan mutu secara
keseluruhan dengan terus menerus mengurangi risiko terhadap pasien dan staf baik
dalam proses klinis maupun lingkungan fisik.
Upaya peningkatan mutu adalah pendekatan terhadap proses pembelajaran dan
proses yang terus menerus dari proses penyediaan pelayanan kesehatan sesuai
kebutuhan pasien dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
Adapun indikator mutu yang dilakukan pemantauan di ruang instalasi kamar
bersalin rumah sakit Medina, adalah :
1. Kelengkapan Asesmen Medis Awal Rawat Inap

17
2. Ketepatan identifikasi pasien
3. Peningkatan komunikasi yang efektif
4. Pencegahan dan pengendalian infeksi
5. Pencegahan pasien jatuh
Pemantauan indikator mutu dilakukan oleh kepala ruangan instalasi kamar
bersalin dan dibuat laporan setiap bulannya. Lalu laporan tersebut di serahkan ke tim
peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit Medina.

18
BAB IX

PENUTUP

Pedoman Pelayanan Instalasi Kamar bersalin ini diharapkan dapat digunakan


sebagai acuan bagi RS Medina untuk mengelola Kamar Bersalin secara optimal agar
dapat memberikan pelayanan medis yang bermutu dan profesional kepada pasien
Kamar Bersalin RS Medina serta menjadi program unggulan yang berusaha
mewujudkan pelayanan yang bermutu melalui perbaikan sistem, ketersediaan sumber
daya dan sarana prasarana yang optimal.

19


Anda mungkin juga menyukai