Anda di halaman 1dari 6

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan dalam negara memiliki peranan yang sangat luas guna
keberlangsungan hidup bangsa dan negara. Pendidikan menjadi dasar dari
perkembangan teknologi dan informasi di dunia. Abad 21 merupakan abad
globalisasi yang mendorong masyarakat untuk terus melakukan perubahan
dari masyarakat industri menjadi masyarakat berpengetahuan. Dalam
menghadapi masa ini, masyarakat akan dituntut untuk melakukan
perubahan cara berpikir, menyusun konsep, dan langkah-langkah.
Tuntutan ini juga terdapat dalam Pendidikan di Indonesia. Paradigma abad
21 diterapkan untuk mengukir generasi muda dalam menghadapi segala
tuntutan dan tantangan abad 21.
Keterampilan yang menunjang generasi muda dikenal dengan 4C
yaitu critical thinking and problem solving skills, collaboration skills,
communications skills, creativity and innovations skills. Berpikir kritis
merupakan keterampilan yang dipakai guna menyikapi dan menghadapi
perkembangan abad keterbukaan ini. Menurut Cahyono (2017), berpikir
kritis merupakan proses otak untuk berpikir dan berkembangnya sistem
kognitif mencakup kombinasi pengetahuan yang terdapat dalam pikiran
guna menyelesaikan berbagai macam persoalan.
Konsep dasar dari berpikir kritis meliputi beberapa hal antara lain
interpretation, analysis, inference, evaluation, explanation, dan
kepercayaan diri (Faccione dalam Manik et al., 2020). Berpikir kritis
memiliki ciri spesifik yang dapat diamati dari peserta didik antara lain
konseptualisasi, rasional dan beralasan, kemandirian dalam berpikir, dan
keterbukaan dalam sikap (Nurhasanah et al., 2018).
Pelajaran kimia adalah pelajaran berisikan ilmu alam yang menyertai
keseharian hidup manusia. Umumnya, siswa merasa keberatan saat belajar
kimia sebab materi kimia bersifat abstrak, menyatukan reaksi dan struktur

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

zat, dan juga terkandung konsep yang kompleks (Hidayah et al., 2017).
Satu di antara materi kimia yang lumayan rumit dimengerti siswa adalah
materi larutan penyangga. Materi tersebut termasuk sub topik dalam materi
kesetimbangan ion yang merupakan disiplin ilmu yang mengharuskan
siswa memakai keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dalam pemahaman
materi ini, siswa dinantikan mampu menerapkan gagasan pikir yang
sistematis, teratur melewati langkah-langkah penguraian yang benar dan
secara aktif terjun guna memahami konsep (Alviah et al., 2020).
Pola pemikiran siswa menjadi salah satu faktor penting dalam
memahamkan siswa terkhusus pada materi kimia. Salah satu sekolah yang
memiliki pemahaman materi kimia yang masih tergolong rendah adalah
MAN 1 Karanganyar. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan bersama guru kimia di MAN 1 Karanganyar, selama pandemi
pembelajaran di kelas belum menetapkan pembelajaran yang
membutuhkan kecakapan berpikir tingkat tinggi, serta belum
mengaplikasikan sistem HOTS dalam evaluasi belajar peserta didik. Hal
tersebut dikarenakan para siswa masih belum mendalami konsep dasar
materi pembelajaran sehingga guru perlu menerangkan materi secara
mendalam. Penilaian evaluasi yang digunakan berbasis pilihan ganda
dengan ranah kognitif Bloom tingkat C1, C2, dan C3. Hasil observasi
menunjukkan kurangnya penerapan instrumen guna memperlihatkan
kecakapan berpikir kritis siswa.
Kualitas dari proses pembelajaran dapat diperlihatkan dari
kemampuan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran maupun
evaluasi hasil pembelajaran siswa. Kemampuan tersebut bisa dioptimalkan
dengan mengupayakan kualitas pembelajaran yang diadakan di kelas.
Aktivitas belajar mengajar yang berfokus pada siswa (student centered)
mampu memperbaiki mutu pendidikan dengan melibatkan kecakapan
berpikir kritis siswa dalam proses belajar. Dalam hal ini, dapat
disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis sangat penting dalam
memajukan hasil belajar siswa (Yunita, et al., 2018).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

Metode yang bisa dipakai untuk mengukur seberapa besar kecakapan


berpikir kritis siswa yaitu tes diagnostik testlet. Testlet mampu dipakai
sebagai kombinasi tes pilihan ganda dengan tes soal uraian yang berbentuk
tes pilihan ganda. Menurut Wahyuni, dkk (2015), tes model testlet
merupakan tes yang mengombinasikan kelebihan tes pilihan ganda dan tes
soal uraian. Tiap elemen soal didesain saling terkait membagikan
informasi yang terhubung dengan soal pendukung. Tiap elemen soal
pendukung didesain dengan pengerjaan berjenjang terhadap soal utama
sehingga dinantikan dapat membantu guru dalam mengukur kecakapan
berpikir kritis siswa dengan efektif dan efisien.
High Order Thinking Skills atau biasa disingkat HOTS merupakan
suatu kemampuan yang digunakan dalam mengalihkan, mempertemukan,
dan memadukan pengetahuan serta pengalaman yang telah diperoleh
secara kritis dan inovatif. Soal berbasis HOTS merupakan soal dengan
penalaran keterampilan berpikir. HOTS meliputi berpikir kritis, logis,
reflektif, metakognitif, dan kreatif. Instrumen Testlet Test berbasis HOTS
dirasa mampu dipadukan untuk digunakan dalam menganalisis
kemampuan berpikir kritis siswa (Shidiq, et al., 2014). Instrumen penilaian
bentuk testlet dapat mempermudah guru memahami kemampuan berpikir
siswa dalam menjawab tiap langkah persoalan. Setiap langkah soal akan
memberikan informasi mengenai kemampuan berpikir kritis siswa, yaitu
kemampuan dalam menerapkan kecakapan berpikir analisis, evaluatif,
kreatif, kritis, dan bernalar logis (Damayanti, et al., 2019).
Berdasarkan penelitian Munandar (2020) menyebutkan bahwa
umumnya siswa memiliki kemampuan berpikir kritis dalam belajar, seperti
kemampuan bertanya, menyimpulkan hipotesis, mengelompokkan,
mengobservasi dan menginterpretasi. Kecakapan berpikir kritis yang baik
adalah bisa menyusun sikap dan perbuatan objektif serta dapat digunakan
siswa untuk memecahkan permasalahan kimia. Namun, kemampuan itu
terkadang kurang terlihat sehingga dibutuhkan adanya instrumen yang
dapat memperlihatkan kecakapan berpikir kritis siswa. Kecakapan berpikir
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

kritis siswa dapat diasah dengan cara diberikan sebuah masalah secara
luas. Permasalahan dapat diberikan melalui soal berstimulus yang sesuai
dengan kehidupan lingkungan siswa. Menurut penelitian Damayanti
(2019), instrumen testlet mampu dipakai untuk melihat tingkat
kemampuan berpikir kritis pada materi elektrokimia dengan persentase
kemampuan siswa untuk analisa 61,15%; evaluasi 52,5%; kreasi 34,25%;
berpikir kritis 42,5%; dan bernalar logis 37,25%. Penelitian Lutviana
(2019), kelayakan instrument testlet pada materi ikatan kimia yang
memiliki validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan
indeks pengecoh yang memenuhi kriteria sebagai suatu soal yang baik.
Instrumen testlet digunakan sebagai alat evaluasi untuk mengukur
kemampuan literasi dan generik sains siswa.
Oleh sebab itu, butuh adanya suatu cara untuk menganalisis
kecakapan berpikir kritis siswa MAN 1 Karanganyar dari data yang
diperoleh berdasarkan hasil belajar siswa dengan menggunakan instrumen
testlet test berbasis HOTS di MAN 1 Karanganyar. Instrumen testlet
berbasis HOTS diharapkan dapat mengembangkan keterampilan berpikir
kritis siswa. Soal HOTS bukan berarti soal yang sulit, tetapi suatu cara
pendidik untuk mencanangkan suatu kebaruan dalam pembelajaran serta
bagaimana guru mengasah daya nalar kritis siswa. Berdasarkan latar
belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian
yang berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi
Larutan Penyangga dengan menggunakan Testlet Test Berbasis HOTS
Kelas XI MIPA di MAN 1 Karanganyar”.

B. Perumusan Masalah
Berlandaskan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah instrumen testlet test berbasis HOTS layak digunakan untuk
menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa pada materi larutan
penyangga kelas XI MIPA di MAN 1 Karanganyar?
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

2. Bagaimana profil kemampuan berpikir kritis siswa pada materi


larutan penyangga menggunakan testlet test berbasis HOTS kelas XI
MIPA di MAN 1 Karanganyar?
3. Manakah sub indikator keterampilan berpikir kritis yang paling
dikuasai dan tidak dikuasai siswa pada instrumen testlet test yang
telah diujikan?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini antara lain:
1. Mengetahui bahwa instrumen testlet test berbasis HOTS layak
digunakan untuk menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa pada
materi larutan penyangga kelas XI MIPA di MAN 1 Karanganyar.
2. Mengetahui profil kemampuan berpikir kritis siswa pada materi
larutan penyangga menggunakan testlet test berbasis HOTS kelas XI
MIPA di MAN 1 Karanganyar.
3. Mengetahui sub indikator keterampilan berpikir kritis yang paling
dikuasai dan tidak dikuasai siswa pada instrumen testlet test yang
telah diujikan.

D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dinantikan dapat
membagikan manfaat, di antaranya adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan informasi mengenai kecakapan berpikir kritis yang
dimiliki siswa kelas XI MIPA di MAN 1 Karanganyar.
b. Memberikan informasi bahwa instrumen testlet test berbasis
HOTS dapat digunakan untuk mengukur kecakapan berpikir
kritis siswa kelas XI MIPA di MAN 1 Karanganyar.
c. Membantu mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa
dalam mengerjakan soal kimia, terkhusus soal-soal berpikir
tingkat tinggi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

2. Manfaat Praktis
a. Sebagai contoh dalam mengembangkan soal kimia berpikir
tingkat tinggi untuk mata pelajaran lain.
b. Sebagai sumber referensi untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai