Kelompok 1 - Audit Manajemen 6B - Audit Lingkungan Hidup (PT Semen Indonesia Tbk-Plant Tuban)
Kelompok 1 - Audit Manajemen 6B - Audit Lingkungan Hidup (PT Semen Indonesia Tbk-Plant Tuban)
Semen adalah komoditi yang memanfaatkan sumber daya alam berupa batu kapur,
tanah liat, pasir besi dan pasir silika dengan pembakaran pada temperatur tinggi.
Berkembangnya perusahaan yang bergerak dalam mengelola sumber daya alam di Indonesia
yang terus bersaing untuk memenuhi pangsa pasar lokal, nasional maupun internasional. Hal
ini membuat perusahaan memiliki masalah dalam mengolah limbah dan lingkungan yang
harus diperhatikan oleh perusahaan.
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. - Plant Tuban sendiri telah melakukan audit
lingkungan hidup wajib berkala dengan ruang lingkup yang telah disetujui oleh Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui surat persetujuan atas rencana audit lingkungan
hidup yang diwajibkan secara berkala Nomor S-272PKTL PDLUKPLA.43/2018, tanggal 15
Maret 2018. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. - Plant Tuban telah melakukan audit
lingkungan hidup dengan auditor : Ir. Bambang Purwono, selaku Auditor Utama dengan
Nomor Sertifikasi Kompetensi: LSK Auditor LH INTAKINDO AU.001.01.015.0015.
1. Tujuan Laporan :
a. Mengevaluasi dan manverifikasi hasil identifikasi risiko lingkungan hidup yang telah
dilakukan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk-Plant Tuban terkait dengan timbulan risiko
tinggi lingkungan;
b. Mengevaluasi dan memverifikasi cara dan hasil penetapan risiko tinggi lingkungan hidup
yang dilakukan oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk-Plant Tuban
c. Mengevaluasi dan memverifikasi efektivitas pengelolaan risiko yang telah dilakukan oleh
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. - Plant Tuban berdasarkan hasil identifikasi dan
penetapan risiko lingkungan
Tujuan dari laporan hasil audit pengelolaan limbah B3 di PT Semen sudah sesuai dengan
hasil Audit Lingkungan dimana poin utama terkait terciptanya lingkungan kerja yang sehat
dan menjaga continuitas terhadap laju produksi.
2. Ruang Lingkup:
b. Lingkup Area: Tapak fisik yang diaudit adalah tapak kegiatan PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk - Plant Tuban Plant I, II, III, dan IV dengan luas 394.618 m2 yang terletak di
Desa Sumberarum, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur, serta
masyarakat sekitar kegiatan di Desa Sumberarum dan Desa Kasiman
c. Lingkup Proses dan Fasilitas: Proses yang diaudit mencakup proses penentuan identifikasi
risiko, penetapan risiko dan pengelolaan risiko tinggi lingkungan dalam dokumen
managemen risiko: proses pengadaan; pra penerimaan dan penerimaan limbah B3; proses
penyimpanan dan pengumpulan limbah B3, proses grinding dan mixing bahan baku dan
bahan bakar alternatif proses feeding dan proses pembakaran di sistem kiln serta proses
pengamanan risiko lepasan dioksin furan (interlock system).
d. Lingkup Horison Waktu Kajian audit adalah 3 (tiga) tahun (Tahun 2014 sd. 2016) dan
Semester 1 2017. Pertimbangan penetapan waktu kajian adalah berdasarkan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 03 tahun 2013 tentang Audit
Lingkungan Hidup
e. Lingkup Topik dan Isu Lingkungan: Topik dan isu lingkungan yang diaudit mencakup
pengelolaan limbah B3, kualitas emisi udara dan udara ambien, kesehatan akibat paparan
dioksin furan dan logam berat dan komunikasi risiko, baik dalam operasikondisi normal,
abnormal maupun kedaruratan,
f. Audit difokuskan pada komponen kegiatan Semen Gresik yang dapat menimbulkan risiko
tinggi lingkungan pada kondisi abnormal (shut down, start up dan up set/ab-normal) dan
kondisi darurat
g. Klasifikasi Temuan dan Prioritasi: Klasifikasi temuan audit meliputi temuan kesesuaian
dan ketidaksesuaian bila ditemukan adanya kesesuaian atau ketidaksesuaian terhadap
ketentuan-ketentuan dalam manajemen risiko. Temuan kepatuhan atau ketidakpatuhan
apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap peraturan atau perizinan. Temuan abservasi
disampaikan apabila di lapangan dijumpai adanya kegiatan yang berpotensi menimbulkan
risiko tinggi apabila tidak dikelola dengan baik
Ruang lingkup terhadap tata kelola proses produksi diuraikan secara menyeluruh yakni
organisasi; area/lokasi, proses dan fasilitas, waktu kajian isu lingkungan, komponen kegiatan;
temuan dan prioritasi, rekomendasi dan saran.
3. Hasil Laporan:
Temuan Kesesuaian :
b. Manajemen risiko telah diterapkan pada aktivitas pemanfaatan limbah B3, mulai dari
proses pengadaan penerimaan pengumpulan dan penyimpanan, pre-processing: proses
produksi, jaminan mutu (quality asurance) dan pengendalian mutu (quality control)
manajemen pemeliharaan managemen SDM: managemen kesehatan, management of change,
pengendalian pencemaran, kesiapsiagaan dan tanggap darurat dan komunikasi lingkungan
serta managemen risiko kegiatan decommissioning
c. Perusahaan telah melakukan pengukuran parameter dioksin furan sebagai PCDD dan
PCDF dan hasilnya telah menujukan jauhdibawah haku mutu yang telah ditetapkan, yakni
sebesar 0,00002 ng TEQ/m3, 0,00002 ng TEQ/m3 (baku mutu 01 ng.m3)
d. Perusahaan sudah melakukan Kajian Dispersi Emisi Udara pada tahun 2011 sesuai dengan
kewajiban Izin Pemanfaatan Menteri Lingkungan Hidup nomor 231 tahun 2010.
Temuan Ketidaksesuaian :
a. Identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko lingkungan dan keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) belum mencakup paparan dioksin-furan dan logam-logam berat
b. Cara penetapan nilai risiko masih mengacu pada baku mutu lingkungan atau nilai ambang
batas (BML/NAB)
c. Pemberian nilai pala likelihood (1) Kegiatan Inspeksi dan Perbaikan Pengendalian Emisi
EP dan Bag Filter Unit Kerja Seksi Pengendalian Emisi antara kondisi normal dan abnormal
perlu ditinjau kembali dengan mempertimbangkan risiko operasi abnormal berdasarkan data
time series yang ada
Pemanfaatan Limbah B3 yang mencakup unit fungsi khusus pemanfaatan limbah B3 dan
simulasinya di lapangan.
Temuan Observasi :
c. Pemeliharan Gas analyzer yang terpasang di Kiln system masih bersifat manual.
e. Perusahaan belum memiliki prosedur management of change yang menjadi induk IK yang
digunakan oleh unit kerja yang berhubungan langsung dengan pemanfaatan limbah B3
sebagai BBMA
Hasil temuan positif atau kesesuaian sudah cukup sesuai prosedur pengelolaan lingkungan
dimana:
b. Perusahaan telah melakukan pengukuran parameter dioksin furan dimana hasilnya dibawah
baku mutu yang telah ditetapkan, yakni sebesar 0,00002 ng TEQ/m3, 0.00002 ng TEQ/m3
(baku mutu 01 ng.m3)
c. Perusahaan sudah melakukan Kajian Dispersi Emisi Udara pada tahun 2011 sesuai dengan
kewajiban Izin Pemanfaatan Menteri Lingkungan Hidup nomor 231 tahun 2010.
d. Prosedur Penerimaan dan Penimbangan Bahan Baku dan Bahan Penolong Nomor
IKKSO/PPG01/53204300 005belum sesuai dengan jenis limbah B3 yang termuat dalam izin
Hasil penemuan negatif atau ketidaksesuaian tidak cukup beresiko berat namun tetap
dibutuhkan perencanaan tindak lanjut untuk perbaikan agar manajemen pengelolaan
lingkungan terkait limbah B3 di PT Semen Indonesia lebih baik demi lingkungan yang sehat.