Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

JOINT VENTURE
AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN
Disusun guna untuk memenuhi tugas kelompok Akuntansi Keuangan Lanjutan
Dosen Pengampu: Nafi’ Inayati Zahro, SE, Msi Ak

Disusun oleh:
1. ANGGI PRATIVI (202012099)
2. RIZKY PUTRI RAMADHANI (202012102)
3. EGA MIFTAHURROZAQ (202012111)
4. M SHENDY SAPUTRA (202012122)
5. LULUK KHANSA HUWAIDA ( 202012131)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Tidak semua kegiatan usaha bisa dilakukan sendiri, karena berbagai alasan,
baik alasan teknis produksi, alasan penguasaan pasar, maupun semata-mata alasan
keuangan. Maka beberapa orang atau beberapa pihak bersama-sama mendirikan
satu perusahaan, baik dengan pihak-pihak dalam satu negara bahkan lintas negara. Pada
era globalisasi seperti sekarang, sudah biasa melihat perusahaan patungan
dengan pemegang saham yang berasal dari banyak negara. Karena itu sudah menjadi
makin susah untuk menyebut negara asal mana yang mendominasi satu perusahaan.
Usaha patungan atau yang biasa disebut Joint Venture merupakan
suatu pengertian yang  luas. Dia tidak saja mencakup suatu kerja sama dimana masing-
masing pihak melakukan penyertaan modal (equity joint ventures) tetapi juga bentuk-
bentuk kerjasama lainnya yang lebih longgar, kurang permanen sifatnya serta tidak
harus melibatkan partisipasi modal. Yang pertama mengarah pada terbentuknya suatu
badan hukum, sedangkan pola yang kedua perwujudannya tampak dalam berbagai
bentuk kontrak kerjasama (contractual joint ventures) dalam bidang
manajemen(management contract), pemberian lisensi (license agreement), bantuan
teknik dan keahlian (technical assistance and know-how agreement), dan sebagainya.
Dengan joint venture diharapkan dapat menghimpun sinergi dari berbagai pihak,
khususnya pihak yang menguasai pasar dan pihak yang menguasai teknologi produksi.

2. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian joint venture
b. Untuk mengetahui keanggotaan dalam joint venture
c. Untuk menganalisis kasus dalam joint venture
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Joint Venture adalah suatu bentuk kerja sama atau persekutuan beberapa pihak
untuk menyelenggarakan usaha bersama dalam jangka waktu tertentu, kerja sama ini
akan berakhir jika tujuan telah telah tercapai atau pekerjaan selesai.

Anggota Joint Venture


Para anggota (pihak yang menyelenggarakan) joint venture sering disebut
dengan istilah venture atau partner atau sekutu.anggota joint venture sendiri dapat
berupa perseorangan, persekutuan, perseroan terbatas dan sebagainya. Pada umumnya
semua partner ikut mengelola jalannya perusahaan. Salah satu sekutu bertindak sebagai
manajernya, yang disebut managing partner.

Pembagian Laba Joint Venture


Seperti halnya persekutuan, mak laba joint venture juga hak para anggota. Oleh
karena itu laba joint venture akan dibagikan kepada para sekutu. Cara (metode)
pembagian labanyajuga akan diatur didalam perjanjian. Metode pembagian laba yang
dapat dipakai juga sama dengan metode pembagian laba persekutuan, yaitu:
a. Laba dibagi sama
b. Laba dibagi dengan rasio tertentu
c. Laba dibagi dengan rasio modal,yaitu:
1. Modal mula – mula
2. Modal awal periode
3. Modal akhir periode dan
4. Modal rata –rata
d. Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal, sisanya dibagi menurut
cara a,b dan c
e. Laba dibagi dengan memperhitungkan gaji dan bonus, sisanya dibagi menurut
cara a, b dan c
f. Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal, gaji serta bonus dan
sisanya dibagi menurut cara a, b dan c
Akuntansi Joint Venture
Pada dasarnya akuntansi joint venture dapat diselenggarakan dengan 2 metode,
yaitu
1. Metode akuntansi terpisah
2. Metode akuntansi tidak terpisah

A. Metode Akuntansi Terpisah


Di dalam metode ini joint venture menyelenggarakan akuntansi secara tersendiri.
Akuntansi yang diselenggarakan oleh joint venture ini pada dasarnya sama dengan
akuntansi yang diselenggarakan oleh pihak persekutuan. Dalam hal ini joint ventura
akan menyelenggarakan rekening – rekening :
a. Aktiva
b. Utang
c. Modal untuk masing – masing sekutu
d. Penghasilan
e. Biaya

Dalam metode ini masing –masing sekutu hanya akan mencatat investasi seniri
saja. Jadi para sekutu hanya akan mencatat apabila haknya berubah.metode ini
biasanya dipakai oleh joint venture yang umurnya relatif panjang.
Contoh 1
Dalam rangka perayaan Sekaten tahun 1991 A, B dan C sepakat untuk mengadakan join
venture yang bergerak dalam bidang penjualan pakaian dan mainan anak-anak selama
perayaan Sekaten di alun-alun utara Yogyakarta. Setoran modal masing-masing sekutu
disepakati :
-A Rp10.000.000
-B Rp10.000.000
-C Rp15.000.000
Cara pembagian laba disepakati:
a. A sebagai managing partner mendapat bonus 20% dari laba
b. Sisa laba setelah dikurangi bonus akan dibagi:
-A 30%
-B 30% dan
-C 40%

Transaksi yang terjadi beroperasinya join venture tersebut adalah :


1. A menyetor modal berupa kas sebesar Rp10.000.000
2. Join venture membayar biaya sewa tempat sebesar Rp2.500.000
3. B menyetor kas sebesar Rp10.000.000 sebagai setoran modal
4. C menyerahkan barang dagangan sebagai setoran modal. Harga perolehan
barang dagangan tersebut Rp14.000.000 akan tetapi nilainya disepakati
Rp15.000.000
5. Join venture membeli tambahan barang dagangan seharga Rp9.000.000.
pembelian ini dilakukan oleh managing partner
6. Join venture membayar berbagai macam biaya usaha sebesar Rp3.500.000
7. Join venture berhasil menjual semua barang dagangan seharga Rp35.000.000
secara tunai.
8. Rugi-laba join venture dihitung dan dibagikan kepada para partner
9. Join venture dibubarkan dan semua kas dibagikan kepada para sekutu

Apabila join venture menyelenggarakan akuntansi secara terpisah maka pencatatan baik
oleh join venture maupun oleh masing-masing partner dapat dilihat pada Tabel 5.1 pada
halaman berikut ini, perhitungan pembagian laba dapat dilihat pada Tabel 5.2
Pembagian kas tersebut didasarkan pada saldo modal masing-masing partner setelah pembagian
laba.

Tabel 5.2

Pembagian Rugi-laba

Join venture ABC

Keterangan total A B C

Rp Rp Rp Rp

Total laba 5.000.000

Bonus:

-A = 20% x 5.000.000 1.000.000

Sisa = 5.000.000 – 1.000.000 =

Dibagi

-A = 30% x 4.000.000 = 1.200.000

-B = 30% x 4.000.000 = 1.200.000

-C = 40% x 4.000.000 = 1.600.000

Jumlah 5.000.000 2.200.000 1.200.000 1.600.000

B. Metode Akuntansi TidakTerpisah


Dalam metode ini joint venture tidak menyelenggarakan akuntansi secara
sendiri. Akuntansi terhadap joint venture diselenggarakan oleh masing – masing
sekutu (partner). Dalam hal ini akauntansinya dapat dibagi menjadi 2, yaitu
diselenggarakan oleh managing partner (sekutu manajer) dan yang diselenggarakan
oleh yang non managing partner (sekutu biasa). Akuntansi yang diselenggarakan
oleh masing – masing partner tersebut adalah:
a. Managing Partner
Pada dasarnya managing partner akan menyelenggarakan
rekening secara lengkap, yaitu rekening – rekening aktiva , utang, modal,
pendapatan dan biaya. Rekening modal biasanya berganti nama menjadi
rekening sekutu yang bersangkuatan. Jadi rekening modal C diganti menjadi
rekening C. Pada umumnya elemen pendapatan da biaya pada joint venture tidak
kompleks. Oleh karen itu rekening pendapatan dan biaya biasanya digabung
menjadi satu idalam rekening “ joint venture”.
Oleh karena akuntansi tersebutdicampur dengan akuntansi
perusahaan sendiri, maka untuk membedakan setiap rekening joint venture
diberi tanda tersendiri, yaitu dengan penambahan istilah “joint venture “ pada
setiap rekening. Dengan demikian rekening – rekening yang diselenggarakan
managing partner meliputi :
1. Aktiva- joint venture
2. Utang- joint venture
3. Rekening sekutu atau partner
4. Rekening joint venture

Penggunaan masing – masing rekening tersebut adalah sebagai berikut:


1. Rekening Aktiva – Joint Venture
Rekening ini menunjukkan semua aktiva joint venture yang ada (di
tangan managing partner). Rekening ini akan didebit kalau bertambah dan
dikredit kalau berkurang. Termasuk dalam kelompok rekening ini misalnya:
a. Kas-joint venture
b. Piutang wesel- joint venture
c. Piutang dagang- joint venture
2. Rekening Utang – Joint Venture
Rekening ini menunjukkan semua utang joint venture. Rekening ini akan
didebit kalau berkurang dan dikredit kalau bertambah. Rekening utang- joint
venture ini jarang terjadi.
3. Rekening Sekutu
Masing – masing partner hanya akan menyelenggarakan rekening Sekutu
untuk partner yang lain. Jadi tidak menyelenggarakan rekening untuk diri
sendiri. Jadi managing partner hanya akan menyelenggarkan rekening sekutu
untuk non-managing partner. Besarnya hak (modal) sekutu yang
bersangkutan tidakkelihatan secara langsung di dalam rekening tertentu,
akan etapi dihitung dengan cara membandingkan jumlah saldo debit dengan
jumlah saldo kredit. Pada dasarnya jumlah aktiva bersih joint venture adalah
sama dengan jumlah hak masing – masing partner ditambah laba joint
venture, yaitu saldo kredit rekening joint venture.oleh karena itu hak
managing partner dapat dihitung sebagai berikut.

Rekening bersaldo debit:

Aktiva Joint Venture xxx

Rekening bersaldo kredit :

Utang Joint Venture xxx

Joint Venture xxx

Jumlah saldo kredit xxx

Modal managging partner xxx

Hasil saldo perhitungan harus akan selalu sama dengan saldo rekening
manging partner yang diselenggarakan oleh managing sekutu yang lain (non-
managing partner)

4. Joint Venture
Rekening ini merupakan gabungan dari rekening pendapatan dan
biaya. Jadi rekening ini didebit dengan biaya dan dikredit dengan
pendapatan. Jadi, saldo rekening ini akan menunjukkan laba atau rugi,
yaitu saldo debit menunjukkan rugi dan sebaliknya saldo kredit
menunjukkan laba.
Jadi managing partner akan menyelenggarakan 4 rekening.
Selisih antara jumlah saldo debit dengan jumlah saldo kredit adalah hak
managing partner. Hubungan antara keempat rekening dengan hak
managing partner adalah sebagai berikut:
b. Non-Managing Partner
Non-managing partner hany menyelenggarakan 2 macam rekening, yaitu:
1. Rekening joint venture
2. Rekening sekutu (partner)
Penggunaan masing – masing rekening tersebut adalah sebagai berikut:
1. Rekening Joint Venture
Pemakain rekening ini sam dengan pemekaian rekening “joint venture”
yang diselenggarkan oleh managing partner, yaitu didebit denagn biaya
dan dikredit dengan pendapatan, sehingga saldonya menunnjukkan laba
atau rugi, yaitu saldi debit menunjukkan rugi dan saldo kredit
menunnjukkan laba.
2. Rekening Sekutu (Rekening Partner)
Rekening modal yang diselenggarakan oleh non-managing partner ada 2,
yaitu:
a. Rekening managing partner
b. Rekenig sekutu non-managing partner yang lain
Pemakaiankedua macam rekening modal ini ada perbedaan prinsipiil,
yaitu:
a. Rekening partner
Rekening ini dipakai untuk menampung aktiva bersih joint venture yang
dititipkan pada managing partner dan hak atau modal managing partner. oleh
kat=rena itu saldo rekening ini menunjukkan selisih antara aktiva bersih joint
venture yang dititipkan pada managing partner dengan modal managing partner.
Aktiva bersih joint venture adalah selisih antara aktiva joint venture dengan
utang joint venture. Dengan demikian mekanisme pendebitan dan pengkreditan
rekening ini adalah:
Pendebitan
Pendebitan dilakukan apabila terjadi transaksi yang berakibat
 Aktiva joint venture bertambah
 Utang joint venture berkurang dan
 Modal atau managing partner berkurang
pengkreditan
pengkreditan dilakukan apabila terjadi transaksi yang berakibat:
 Aktiva joint ventureberkurang
 Utang modal joint ventire bertambah dan
 Modal atau managing partner bertambah
Pada umumnya aktiva bersih joint venture yang dititipkan pada managing
partner lebih besar daripada ha managing partner. oleh karena itu rekening managing
partner pada umumnya saldo debit.
b. Rekening non-managing partner

Masing masing non managing partner hanya akan menyelenggarakan rekening


non managing partner untuk partner yang lain. Sedangkan untuk dirinya sendiri tidak
akan diselenggarakan rekening. Besarnya modal non-managing partner yang
bersangkutan akan tercemin pada selisih antara rekening yang bersaldo debit dengan
yang bersaldo kredit yaitu:
Rekening yang bersaldo debit:
- Rekening managing g partner

Rekening yang bersaldo kredit:


- Rekening joint venture
- Rekening non-managing partner yang lain

Jumlah kredit
Hak partner yang bersangkutan

Dengan demikian masing – masing non-managing partner hanya akan


menyelenggarakn 2 jenis rekening, masing – masing dengan saldo debit dan kredit
sebagai berikut:

Jenis Rekening Saldo


Rekening bersaldo debit:
Rekening managing partner
Rekening bersaldo kredit:
Rekening non – managing partner
Rekening joint venture
Jumlah saldo kredit
Hak sekutu yang bersangkutan = jumlah saldo debit - jumlah saldo kredit.
Contoh 2

Dari data pada contoh 1 akan tetapi menggunakan metode akuntansi tidak terpisah yaitu:

Dalam rangka perayaan Sekaten tahun 1991 A, B dan C sepakat untuk mengadakan join venture
yang bergerak dalam bidang penjualan pakaian dan mainan anak-anak. Modal masing-masing
sekutu disepakati:

-A Rp10.000.000

-B Rp10.000.000

-C Rp15.000.000

Cara pembagian laba disepakati:

a. A sebagai managing partner mendapat bonus 20% dari laba.


b. Sesa laba setelah dikurangi bonus akan dibagi:
-A 30%
-B 30%
-C 40%

Transaksi yang terjadi selama beroperasinya join venture tersebut adalah:

1. A menyetor modal berupa kas sebesar Rp10.000.000


2. Join venture membayar biaya sewa tempat sebesar Rp2.500.000
3. B menyetor kas sebesar Rp10.000.000 sebagai setoran modal
4. C menyerahkan barang dagangan setoran modal. Harga perolehan barang dagangan
tersebut Rp14.000.000, akan tetapi nilainya disepakati Rp15.000.000
5. Join venture membeli tambahan barang dagangan sebesar Rp9.000.000
6. Join venture membayar berbagai macam biaya usaha sebesar Rp3.500.000
7. Join venture berhasil menjual semua barang dagangan seharga Rp35.000.000 secara Tunai
8. Rugi-laba join venture dihitung dan dibagikan kepada para partner
9. Join venture dibubarkan dan semua kas dibagikan kepada para sekutu

Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi-transaksi tersebut baik oleh join venture maupun
oleh masing-masing partner dapat dilihat pada Tabel 5.3 pada halaman berikut ini. Mengenai
pembagian labanya sama saja dengan apabila menggunakan metode akuntansi terpisah.
Barang yang Belum Terjual
Kadang – kadang pada saat joint venture dibubarkan, belum semua barang
dagangan berhasil terjual. Sisa barang tersebut harus diperlakukan secara tepat sesuai
dengan penggunaan sisa barang yang bersangkutan, dalam hal ini ada 3 kemungkinan,
yaitu:
a. Dibagi kepada para sekutu
b. Dijual kepada pihak luar
c. Dijual kepada sekutu

Perlakuan akuntansi untuk masing - masing adalah sebagai berikut:


a. Dibagi Kepada Para Sekutu

Pencatatan terhadap pembagian sisa barang kepada para sekutu tergantung metode
akuntansi yang dipakai, yaitu:
1. Metode Akuntansi Terpisah

Apabila joint venture menyelenggarakan akuntansi secara terpisah maka


pencatatan terhadap pembagian sisa barang dagangan kepada para sekutu tersebut
tergantung pada system akauntansi persediaan, yaitu siatem fisik atau system
perpectual. Apabila joint venture mencatat persediaan dengan system perpetual , maka
pembagian sisa barang kepda para sekutu akan dicatat oleh joint venture dengan
mendebit rekening masing 0 masing sekutu dan mengkredit rekening persediaan.
Apabila joint venture menggunakan system fisisk maka pembagian sisa barang
dagangan kepda para sekutu tersebut tidakharus dicatat. Apabila ingin dicatat dengan
mendebit rekening modal masing – masing sekutu dan mengkredit rekening penjualan.
2. Metode Akuntansi Tidak Terpisah

Apabila joint venture menyelenggarakan akuntansi secara tidak terpisah, maka


pembagian sisa barang kepada sekutu tidak perlu dicatat.
b. Dijual Kepada Pihak Luar

Apabila sisa barang dijual kepada pihak luar maka akan dicatat seperti halnya
penjualan yang biasa (bukan penjulaan sisa barang). Pencatattan ini tergantung pada
metode akuntansi yang digunakan joint venture , yaitu metode akuntansi terpisah dan
metode akuntansi tidak terpisah. Apabila joint venture menggunakan metode akuntansi
terpisah transaksi ini akan dikredit ke rekening penjualan, yang pada akhiryang akan
menanbah laba sebesar harga jual. Apabila joint venture mengguanakan metode
akuntansi tidak terpisah transaksi ini akan dikredit ke rekening joint venture sebesar
harga jual. Pencatatan ini akan menambah laba (saldo rekening joint vemture) sebesar
harga jual., karena harga pokok (pembelian) sudah dicatat pada saat membeli.
c. Dijual Kepada Sekutu

Apabila dijual kepada sekutu pada umumnya pembayarannya diperhitungkan dengan


hak sekutu yang bersangkutan. Pencatatat terhadap penjualan sisa barang kepda para
sekutu tergantung pada metode akuntansi yang dipakai, yaitu:
1. Metode Akuntansi Terpisah

Apabila joint venture menyelenggarakan metode akuntansi terpisah maka


transaksi tersebut hanya akan dicatat oleh joint venture dan sekutu yang bersangkutan.
Joint venture akan mencatat dengan mendebit rekening sekutu yang membeli akan
mengkredit rekening penjualan, masing – masing sebesar harga jula. Pencatatan ini akan
berakibat laba joint venture bertambah sebesar harga jual dan hak (saldo rekening)
sekutu pembeli akan berkurang sebesar haraga jual. Karena cukup mudah maka tidak
perlu diberi contoh.
2. Metode Akuntansi Tidak Terpisah

Apabila joint venture menyelenggaran metode akuntansi tidak terpisah maka


transaksi tersebut akan dicatat oleh semua sekutu, baik sekutu yang membeli maupun
tidak. Sekutu pembeli akan mencatat dengan mendebit rekening pembelian (dalam
system fisik) atau persediaan (didalam system perpetual)akan mengkredit rekening joint
venture. Sekutu yang lain (bukan pembeli) akan mencatat dengan mendebit rekening
sekutu pembeli dan mengkredit rekenong joint venture, masing – masing juga sebesar
harga jual. Pencatatan tersebut berakibat saldo rekening joint venture (laba) bertambah
dan saldo rekening sekutu pembeli berkurang.

JOINT VENTURE YANG BELUM SELESAI


Kadang – kadang umur joint venture melebihi satu periode akuntansi. Dalm hal
ini pada saaat perusahaan Yng menjadi anggota joint venture akan menyusun laoporan
keuangan (akhir tahun) masih ada joint venture yang belum selesai. Dalam
hubungannya dengan joint venture yang belum selesai tersebut timbul masalah
akuntansi , yaitu mengenai pengakuan laba atau rugi joint venture, yaitu apakah perlu
mengakui rugi laba atas joint venture yang belum selesai. Perlu tidaknya mengakuai
rugi laba joint venture yang belum selesai harus memperhatikan prinsip – prinsip yang
mendasari pengakuan rugi laba (pendapatan dan biaya) terutapa prinsip konsevatif.
Apabila usaha joint venture bersifaf spekulatif dalam arti mengandung resiko
yang besar dan mengandung banyak risiko sebaiknya laba atas joint venture diakui
apabilaa joint venture telah selesai. Sesuai dengan prinsip konservatif apabila indikasi
yang ada menunjukkan akan diderita kerugian sebaiknya kerugian tersenut segera
diakui. Dalam hal angggota joint ventuire mengakui labva atas joint venture yang belum
selesai menimbulkan 2 masalah, yaotu penghitungn laba atau rugi yang diakui dan
pencatatnnya. Untuk menghitung besarnya laba atau rugi yang akan diakui atas joint
venture yang belum selesai beserta cra pencatattnya akan tergantunng pada metode
akuntansi yang digunakan joint venture, yaitu metode akuntnais tepisah dan tidalk
terpisah
1. Metode Akuntnsi Terpisah

Apabila joint venture menyelenggarakan akuntansi dengan metode terpisah


maka besarnya laba adalah selisih antara pendapatan dan biaya. Apabila diperlukan
maka akan menghitung laba atau regi tersen=but diperluakan penyesuaian. Laba atau
rugi tersebutv akan dibagi sesui denagn rasio yang telah atau metode pembagian laba
yang dise[pakati. Denag metode ini mmasing – masing sekutu akan mencatat bagian
laba atau rugi menjadi haknya.
2. Metode Akuntansi Tidak Terpisah

Apabila joint venture menggunakan metode akuntansi tidak terpisah maka


besarnya laba taua rugi dapat diketahui dari saldo rekening “joint venture”, yaitu:
- Laba, apabila rekening “Joint Venture” bersaldo kredit
- Rugi apabila rekening “Joint Venture” bersaldo debit

Selanjutnya masing – masing sekutu akan mencatat seluruh laba atau rugi baik yang
menjadi bagiannnya maupun tidak.

Contoh 3
Joint venture ABC membagi rugi-laba sebagai berikut:
- Sebagai managing partner A mendapat bonus 10% dari laba bersih (hanya kalau
laba)
- Sisa laba atau rugi

Joint venture tersebut berakhir pada tanggal 1 agustus 1991. Saldo rekening-rekening
joint venture yang diselenggarakan oleh masing-masing partner pada saat itu dan hak
masing-masing sekutu pada saat itu adalah sebagai berikut:
Saldo per masing-masing partner
Rekening A B C
Rp Rp Rp
Rekening bersaldo
debit:
- Kas-joint 111.000.000 - -
venture
- Rekening - 71.000.000 71.000.000
A ........

Jumlah saldo debit ...... 111.000.000 71.000.000 71.000.000


Rekening bersaldo
kredit:
- Rekening B 30.000.000 - 30.000.000
- Rekening C 30.000.000 30.000.000 -
- Joint - venture 11.000.000 11.000.000 11.000.000
Jumlah saldo kredit .... 71.000.000 41.000.000 41.000.000

Hak masing-masing 40.000.000 30.000.000 30.000.000


partner :

Pada saat itu di gudang ternyata masih ada barang dagangan dengan harga pokok Rp
3.000.000,00. Sisa barang dagangan tersebut dijual kepada A seharga Rp 4.000.000,00
pembayarannya diperhitungkan dengan bagian kas A.
Diminta :
a. Buatlah jurnal yang dibuat oleh masing-masing sekutu untuk mencatat penjualan
sisa barang kepada A tersebut!
b. Buatlah perhitungan pembagian laba!
c. Buatlah jurnal untuk mencatat pembagian laba!
d. Buatlah perhitungan pembagian kas!
e. Buatlah jurnal yang dibuat oleh masing-masing sekutu untuk mencatat
pembagian kas!

Penyelesaian :
a. Jurnal yang dibuat oleh masing-masing sekutu untuk mencatat penjualan sisa
barang dagangan kepada A adalah :
1) Jurnal yang dibuat A
Pembelian (persediaan) Rp 4.000.000,00
Joint venture ...... Rp 4.000.000,00
2) Jurnal yang dibuat oleh B
Rekening A ....... Rp 4.000.000,00
Joint venture ...... Rp 4.000.000,00
3) Jurnal yang dibuat oleh C
Rekening A ........... Rp 4.000.000,00
Joint venture ...... Rp 4.000.000,00
b. Perhitungan pembagian laba :
Laba sebelum penjualan sisa barang dagangan Rp
11.000.000,00
Penjualan sisa barang dagangan Rp
4.000.000,00

Laba ...................................................... Rp
15.000.000,00
Pembagian laba :
A. Bonus = 10% x Rp 15.000.000,00 = Rp
1.500.000,00
Sisa = 1/3 x (Rp 15.000.000,00 – Rp 1.500.000,00) = Rp
4.500.000,00
Jumlah bagian A .................................. Rp 6.000.000,00
B. 1/3 x (Rp 15.000.000,00 – Rp 1.500.000,00) = Rp
4.500.000,00
C. 1/3 x (Rp 15.000.000,00 – Rp 1.500.000,00) = Rp
4.500.000,00
c. Jurnal untuk mencatat pembagian laba :
Jurnal yang dibuat oleh masing-masing sekutu untuk mencatat pembagian laba
adalah:
1) Jurnal yang dibuat oleh sekutu A
Joint venture ................................ Rp 15.000.000,00
Laba ....................................... Rp 6.000.000,00
Rekening B ............................. Rp 4.500.000,00
Rekening C ............................. Rp 4.500.000,00
2) Jurnal yang dibuat oleh sekutu B
Joint venture ................................ Rp 15.000.000,00
Laba ....................................... Rp 4.500.000,00
Rekening A ............................. Rp 6.000.000,00
Rekening C ............................. Rp 4.500.000,00
3) Jurnal yang dibuat oleh sekutu C
Joint venture ................................ Rp 15.000.000,00
Laba ...................................... Rp 4.500.000,00
Rekening A ............................ Rp 6.000.000,00
Rekening B ............................ Rp 4.500.000,00
d. Perhitungan pembagian kas

A B C
Keterangan
Rp Rp Rp

Saldo modal 40.000.000,00 30.000.000,00 30.000.000,00

Penjualan sisa barang 4.000.000,00 - -


dagangan
36.000.000,00 30.000.000,00 30.000.000,00

Pembagian laba 6.000.000,00 4.500.000,00 4.500.000,00

Bagian kas 42.000.000,00 34.500.000,00 34.500.000,00

e. Jurnal yang dibuat oleh masing-masing sekutu untuk mencatat pembagian kas:
1) Jurnal yang dibuat oleh A:
Kas ...................... Rp 42.000.000,00
Rekening A ................... Rp 34.500.000,00
Rekening B .................. Rp 34.500.000,00
Kas-joint venture ......... Rp 111.000.000,00
2) Jurnal yang dibuat oleh sekutu B:
Kas .............................. Rp 34.500.000,00
Rekening B .................. Rp 34.500.000,00
Rekening A .................. Rp 69.000.000,00
3) Jurnal yang dibuat oleh sekutu C:
Kas ............................. Rp 34.500.000,00
Rekening B ................ Rp 34.500.000,00
Rekening A ................. Rp 69.000.000,00

Contoh 4
Suatu joint venture dengan anggota A, B dan C membagi laba atau rugi dengan
rasio
A = 30%
B = 35%
C = 35%
Sampai dengan akhir tahun 1991 joint venture tersebut belum selesai. Ikhtisar saldo
rekening-rekening yang diselenggarakan oleh joint venture per 31 desember 1991
adalah:
Rekening Saldo
Debit :
- Aktiva Rp 105.000.000,00
- Biaya Rp 80.000.000,00
Jumlah saldo debit Rp 185.000.000,00
Kredit :
- Modal A Rp 25.000.000,00
- Modal B Rp 30.000.000,00
- Modal C Rp 30.000.000,00
- Pendapatan Rp 100.000.000,00
Jumlah saldo kredit Rp 185.000.000,00

Dalam keadaan seperti ini maka besarnya laba joint venture untuk tahun 1991 adalah:
Jumlah pendapatan Rp 100.000.000,00
Jumlah biaya Rp 80.000.000,00
Laba Rp 20.000.000,00
Dibagi :
A: 30% x Rp 20.000.000,00 = Rp 6.000.000,00
B: 35% x Rp 20.000.000,00 = Rp 7.000.000,00
C: 35% x Rp 20.000.000,00 = Rp 7.000.000,00
Jurnal yang dibuat oleh masing-masing sekutu untuk mengakui laba tersebut adalah:
a. Jurnal yang dibuat oleh sekutu A
Investasi- joint venture Rp 6.000.000,00
Laba joint venture Rp 6.000.000,00
b. Jurnal yang dibuat oleh sekutu B
Investasi- joint venture Rp 7.000.000,00
Laba joint venture Rp 7.000.000,00
c. Jurnal yang dibuat oleh sekutu C
Investasi- joint venture Rp 7.000.000,00
Laba joint venture Rp 7.000.000,00
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari makalah tersebut dapat disimpulkan bahwa joint venture merupakan salah
satu bentuk persekutuan atau kerja sama yang memiliki jangka waktu ketika
mengadakan perjanjian diawal. Dari sekian banyak persekutuan banyak yang
menerapkan joint venture dalam bisnis mereka, karena dari sisi biaya yang minim
membuatnya lebih menguntungkan dari segi biaya sehingga layak untuk diterapkan
dalam bisnis yang masih baru
DAFTAR PUSTAKA

Suparwoto.,Akuntansi Keuangan Lanjuatan.edisi 1. Yogyakarta.1991

Anda mungkin juga menyukai