Anda di halaman 1dari 10

PENGUKURAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP (DISPENSING TIME)

DI SATELIT FARMASI RAWAT INAP RSUD ABIYASA PURWOKERTO


BULAN APRIL 2013

Disusun Oleh :
Kelompok I

Sahru Adi Kusnudin (1220242181)


Estriasih (1208020047)
Retno Wulandari (12811223)
Laras Tri Saputri (12/339383/FA/09350)
Rakhmawati Mustika A. (12762131)
Zaida Irada Rahmah (1220242225)

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


INSTALASI FARMASI
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2013
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang
menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi
klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat

Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan


adanya perubahan pelayanan dari paradigm lama drug oriented ke paradigma baru
patient oriented dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). Praktek
pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan.

Saat ini kenyataannya sebagian besar rumah sakit di Indonesia belum melakukan
kegiatan pelayanan farmasi seperti yang diharapkan, mengingat beberapa kendala antara
lain kemampuan tenaga farmasi, terbatasnya pengetahuan manajemen rumah sakit akan
fungsi farmasi rumah sakit, kebijakan manajemen rumah sakit, terbatasnya pengetahuan
pihak-pihak terkait tentang pelayanan farmasi rumah sakit. Akibat kondisi ini maka
pelayanan farmasi rumah sakit masih bersifat konvensional yang hanya berorientasi pada
produk yaitu sebatas penyediaan dan pendistribusian.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit ( IFRS ) merupakan satu-satunya unit di rumah


sakit yang mengadakan barang farmasi, mengelola dan mendistribusikannya kepada
pasien, bertanggung jawab atas semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit, serta
bertanggung jawab atas pengadaan dan penyajian informasi obat siap pakai bagi semua
pihak di rumah sakit. Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi,
mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama (drug oriented) ke
paradigma baru (patient oriented) dengan filosofi pharmaceutical care (pelayanan
kefarmasian). Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan
tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah
yang berhubungan dengan kesehatan.

Satelit farmasi rawat inap merupakan salah satu bagian dari instalasi farmasi
RSUD Abiyasa Purwokerto yang mempunyai peranan penting dalam pelayanan
kesehatan. Satelit farmasi rawat inap bertanggung jawab atas pelayanan kefarmasian
terhadap pasien rawat inap di RS Abiyasa sehingga tujuan terapi dapat tercapai. Sub
instalasi rawat inap RS Abiyasa terdiri dari 3 satelit farmasi yaitu satelit farmasi bedah
sentral, satelit farmasi rawat inap umum &askes dan satelit farmasi instalansi gawat
darurat 24 jam.

Evaluasi adalah proses penilaian kinerja pelayanan farmasi di rumah sakit yang
meliputi penilaian terhadap sumber daya manusia (SDM), pengelolaan perbekalan
farmasi, pelayanankefarmasian kepada pasien/pelayanan farmasi klinik.

Dalam Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit setidaknya ada 4 hal yang harus
dievaluasi, yaitu :
1. Waktu tunggu (obat jadi ≤ 30 menit dan racikan ≤ 60 menit)
2. Tidak adanya kejadian medication error (100%)
3. Kepuasan pelanggan (≥ 80%)
4. Penulisan resep sesuai DORS dan DPHO
Evaluasi kinerja pelayanan resep di apotek rawat inap umum dan askes dilakukan
dengan melihat waktu tunggu pelayanan resep (dispensing time). Dipensing time
merupakan salah satu indikator pelayanan kesehatan WHO dalam rangka menilai
kepuasan pasien terhadap pelayanan resep yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit. Tahap
kegiatan utama dalam proses dispensing, antara lain :
1. Menerima dan memvalidasi resep
2. Mengkaji resep untuk kelengkapan
3. Mengerti dan menginterpretasi resep
4. Menapis profil pengobatan pasien
5. Menyiapkan, membuat, atau meracik sediaan obat
6. Menyampaikan dan mendistribusikan obat kepada pasien
Waktu tunggu pasien merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian di
rumah sakit yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan atau meracik obat,
memberikan label atau etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang
memadai disertai sistem dokumentasi.Saat ini, waktu tunggu pelayanan resep merupakan
masalah yang sering menimbulkan keluhan pasien di beberapa rumah sakit. Waktu
tunggu dihitung mulai dariresep diterima sampai pengemasan obat untuk diberikan
kepada pasien. Tujuan dilakukan evaluasi terhadap waktu tunggu (dispensing time)
pelayanan resep di instalasi farmasi adalah:

1. Meningkatkan kualitas pelayanan resep (standar waktu).


2. Meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan resep, yaitu pelayanan resep
yang cepat dan tepat (tidak terjadi medication error).
3. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang dapat memperlama pelayanan
resep, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan dalam rangka meningkatkan
kepuasan pasien terhadap pelayanan resep.
4. Untuk mengetahui kinerja pelayanan farmasi terhadap pasien.
Oleh karena itu, praktek dispensing yang baik, benar dan cepat harus diterapkan
demi mencapai tujuan pelayanan kefarmasian. Dispensing yang baik adalah suatu proses
yang memastikan bahwa suatu bentuk yang efektif dari obat yang benar dihantarkan
kepada pasien yang benar, dalam dosis dan kuantitas yang tertulis, dengan instruksi yang
jelas dan dalam suatu kemasan yang memelihara potensi obat.

B. Tujuan
Evaluasi waktu tunggu pelayanan resep di satelit farmasi rawat inap Pusat Geriatri dan
Paviliun Abiyasa ini bertujuan untuk mengetahui persentase kesesuaian waktu tunggu pelayanan
resep racikan maupun obat jadi. Hasil persentasi yang didapat akan dibandingkan dengan standar
waktu tunggu pelayanan yang ada di dalam Kepmenkes no. 129 tahun 2008.
BAB II
METODE PENELITIAN

1. Bahan
Bahan yang digunakan untuk mengukur waktu pelayanan resep di satelit farmasi rawat
inap yaitu:
a. Resep yang masuk ke satelit farmasi rawat inap.
b. Lembar pengumpul data (LPD)
Contoh lembar pengumpul data pengukuran waktu tunggu pada satelit farmasi rawat inap Pusat
Geriatri dan Paviliun Abiyasa
Tabel 1. Lembar Pengumpulan Data
Jenis Resep : Racikan / Non Racikan
No. R/ :
Nama pasien :
No. PROSES WAKTU PARAF
1. Resep/kartu obat datang

2. Skrining resep

3. Entry data

4. Dispensing

5. Pengecekan akhir
(etiket, pengemasan,
dan kelengkapan)

2. Alat
Alat yang digunakan untuk pengecekan waktu pelayanan resep yang masuk ke instalasi
farmasi rawat inap yaitu dengan menggunakan jam digital.
3. Metode
Metode yang digunakan untuk mengukur waktu tunggu pelayanan resep di Instalasi
Farmasi Rawat Inap UMUM dan ASKES Paviliun Abiyasa dan Pusat Geriatri yaitu metode
pengumpulan data secara prospektif dengan cara mengumpulkan data menggunakan Lembar
Pengumpulan Data (LPD) yang diisi mahasiswa PKPA pada saat mengerjakan resep. Dalam
pengisisan LPD mahasiswa menuliskan waktu (jam) sesuai dengan tahap pengerjaan resep
selesai dikerjakan. Standar waktu pengerjaan resep di Paviliun Abiyasa dan Pusat Geriatri adalah
60 menit untuk resep racikan dan 30 menit untuk resep non racikan dengan ketercapaian target
minimal 70% memenuhi standar.
Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran dispensing time pada keseluruhan resep setiap
hari. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 18 Maret 2013 sampai dengan 24 Maret 2013
dengan rentang waktu pengambilan sampel mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WIB.
Cara melakukan dispensing time :
a. Menyiapkan lembar Pengumpul Data (LPD) pada meja penerimaan resep
b. Petugas penerima resep menempelkan LPD untuk setiap resep yang masuk dan menulis
waktu awal (jam) penerimaan resep
c. Mencatat waktu akhir pelayanan resep pada tiap-tiap tahapan proses pelayanan resep
pada LPD sampai dengan tahap cek akhir
d. Data yang telah diisi kemudian direkapitulasi dan dicatat pada lembar rekapitulasi
sehingga dapat diketahui rata-rata waktu pelayanan resep di tiap tahapan pelayanan resep
e. Hasil penghitungan rata-rata waktu tunggu dievaluasi apakah sesuai standard atau belum.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Satelit farmasi rawat inap Abiyasa merupakan salah satu unit farmasi yang berada di
Paviliun Abiyasa dan Pusat Geriatri Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekardjo yang dalam
melaksanakan pekerjaan kefarmasiaan meliputi penyaluran, pengelolaan dan pelayanan
perbekalan farmasi atas resep dokter dan pelayanan informasi obat kepada pasien.

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan resep di satelit farmasi rawat inap, maka
dilakukan pengukuran dispensing time yang bertujuan untuk mengetahui lama waktu pelayanan
resep di satelit farmasi rawat nap serta mengevaluasi secara praktis efektifitas distribusi obat
dengan metode individual prescribing di rumah sakit.

Pengukuran waktu tunggu ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi berapa
lamanya waktu pelayanan resep racikan dan non racikan pada pelayanan resep di apotek rawat
inap Paviliun Abiyasa. Pengamatan waktu tunggu ini dilakukan dengan mencatat waktu
penerimaan resep datang, skrining, evaluasi skrining, entry data, dispensing, pengecekan akhir
serta pengemasan obat.Menurut KepMenKes nomor 129 tahun 2008 yang menyebutkan bahwa
standar waktu tunggu minimal non-racikan adalah ≤ 30 menit dan standar waktu tunggu minimal
racikan adalah ≤ 60 menit dengan ketercapaian target minimal 70% . Standar tersebut dijadikan
sebagai pedoman untuk mengukur indikator keberhasilan dari kinerja apotek rawat inap Abiyasa.
Standar ini merupakan alat ukur kuantitatif yang digunakan untuk monitoring, evaluasi dan
meningkatkan mutu pengelolaan obat di rumah sakit serta mengukur kinerja SDM / petugas
dalam melakukan pelayanan.

Indikator yang digunakan adalah dispensing time. Dispensing time merupakan waktu
rata-rata yang diperlukan untuk melayani resep dari resep datang sampai resep diterima oleh
pasien. Evaluasi dispensing time pelayanan resep di satelit farmasi rawat inap Paviliun Abiyasa
dan Pusat Geriatri dilakukan dengan menggunakan lembar pendumpul data (LPD).

Berdasakan data LPD dispensing time di satelit farmasi rawat inap untuk resep racikan
pada tanggal 20 april 2013 dengan jumlah resep sebanyak 6 buah dengan rata-rata waktu tunggu
31,67 menit, tanggal 22 april 2013 sebanyak 2 resep dengan rata-rata waktu tunggu 25 menit,
tanggal 24 april 2013 sebanyak 2 resep dengan rata-ratan waktu tunggu 18,5 menit. Berdasarkan
data yang didapat, diperoleh hasil rata-rata dispensing time resep racikan adalah 25,05 menit
dengan standar dispensing time untuk resep racikan berdasarkan KepMenKes adalah ≤ 60 menit.

Sedangkan data LPD (LembarPengumpul Data) dispensing time di Satelit Farmasi Rawat
Inap Paviliun Abiyasa untuk resep non racikan, tanggal 19 April 2013 sebanyak 70 resep dengan
rata – rata waktu tunggu 13,4 menit, tanggal 20 April 2013 sebanyak 66 resep dengan rata – rata
waktu tunggu 14,11 menit, tanggal 22 April 2013 sebanyak 72 resep dengan rata – rata waktu
tunggu 9,97 menit, tanggal 23 April 2013 sebanyak 40 resep dengan rata – rata waktu tunggu
6,88 menit, tanggal 24 April 2013 sebanyak 58 resep dengan rata – rata waktu tunggu 8,38
menit. Dari data diperoleh hasil bahwa rata-rata dispensing time untuk resep non racikan
adalah10,548 menit sedangkan standar dispensing time untuk resep non racikan adalah 30 menit.

Pengukuran waktu tunggu ini juga bisa mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi
lama waktu pelayanan resep dan kendala-kendala yang menghambat efektifitas pelayanan.
Beberapa factor yang menyebabkan lamanya pelayanan resep adalah kosongnya stok obat di
ruang dispensing maupun di ruang stok satelit farmasi rawat inap sehingga membutuhkan waktu
yang lama untuk mencari persediaan obat terlebih dahulu di gudang buffer. Penulisan obat dan
alat kesehatan yang kurang jelas dan banyaknya jumlah resep yang masuk secara bersamaan.

Factor lain yang bias mempengaruhi lamanya waktu dispensing adalah jenis resep yang
dikerjakan. Dispensing time pada resep non racikan biasanya lebih cepat dibandingkan dengan
resep racikan, hal ini disebabkan karena dalam melakukan dispensing resep non racikan yang
tertulis dalam kartu obat maupun resep sudah tersedia dalam bentuk sediaan obat jadi seperti
tablet, sirup, salep maupun injeksi sedangkan pada obat racikan membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk menyesuaikan bentuk sediaan yang dikehendaki oleh dokter sesuai dengan kondisi
pasien. Penyebab dispensing time pada resep racikan lebih lama yaitu perlu dilakukan
perhitungan jumlah bahan yang dibutuhkan, peracikan seta pengemasan ulang sediaan yang
dikehendaki tersebut.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan analisis waktu tunggu di satelit farmasi rawat inap Pavilliun
Abiyasa dan Pusat Geriatri Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo, waktu yang
dibutuhkan untuk resep di satelit farmasi rawat inap paviliun abiyasa dan pusat geriatri
rumah sakit Prof. DR. Margono Soekarjo untuk resep non racikan didapatkan rata-rata 10,55
menit, dan 25,06 menit pada resep racikan. Hasil tersebut sudah sesuai kepmenkes RI No.
129/Menkes/SK/II/2008, yaitu waktu tunggu pelayanan resep askes non racikan dan resep
racikan sudah memenuhi standar pelayanan minimal farmasi RS. Ketercapaian sesuai standar
pelayanan minimal rumah sakit yaitu 100%

B. Saran
1. Meningkatkan sistem pelayanan yang sudah ada sehingga waktu tunggu tetap memenuhi
standar pelayanan minimal di rumah sakit yang ditetapkan dalam Kepmenkes
no.129/Menkes/SK/II/2008.
2. Tatanan obat (racikan dan non racikan) harap diperbaiki agar lebih teratur sehingga
mempermudah dispensing sehingga mempercepat pelayanan.
3. Peletakan obat pada apotek askes harap diperbaiki agar lebih teratur sehingga
mempermudah pengambilan obat.
4. Pengamatan yang lebih detail terhadap waktu pengerjaan resep atau kartu obat yang
masuk ke satelit rawat inap abiyasa.
DAFTAR PUSTAKA

Kepmenkes, 2008, Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Depkes, 2004, Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai