Anda di halaman 1dari 9

Mengapa uji asumsi klasik diperlukan ketika kita menganalisis regresi dengan OLS?

Berikan
penjelasan tentang uji asumsi klasik yang Anda ketahui disertai dengan contohnya.

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear
berganda yang berbasis ordinary leas square (OLS) untuk memastikan bahwa model regresi
yang diperoleh merupakan model yang terbaik, dalam hal ketepatan estimasi, tidak bias, serta
konsisten, maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik (Juliandi, 2014). Uji asumsi klasik untuk
memastikan persamaan regresi yang difungsikan tepat dan valid. Sebelum melakukan analisa
regresi berganda dan pengujian hipotesis, maka harus melakukan beberapa uji asumsi klasik
yang bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan sudah terbebas dari
penyimpangan asumsi dan memenuhi ketentuan untuk mendaoatkan linier yang baik. Tujuan
pengujian asumsi klasik ini adalah untuk memberikan kepastian bahwa persamaan regresi yang
didapatkan memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias dan konsisten. Asumsi klasik adalah
syarat-syarat yang harus dipenuhi pada model regresi linear OLS agar model tersebut menjadi
valid sebagai alat penduga. regresi OLS ada 2 macam, yaitu: regresi linear sederhana dan regresi
linear berganda
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam regresi linier dengan pendekatan Ordinary Least
Squared (OLS) meliputi:
a. Uji Linieritas
Uji linearitas dipergunakan untuk melihat apakah model yang dibangun mempunyai
hubungan linear atau tidak. Uji ini jarang digunakan pada berbagai penelitian, karena
biasanya model dibentuk berdasarkan telaah teoretis bahwa hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikatnya adalah linear. Hubungan antar variabel yang secara teori
bukan merupakan hubungan linear sebenarnya sudah tidak dapat dianalisis dengan regresi
linear, misalnya masalah elastisitas.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode t dengan
periode sebelumnya (t -1). Secara sederhana adalah bahwa analisis regresi adalah untuk
melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, jadi tidak boleh ada
korelasi antara observasi dengan data observasi sebelumnya. Sebagai contoh adalah
pengaruh antara tingkat inflasi bulanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar. Data
tingkat inflasi pada bulan tertentu, katakanlah bulan Februari, akan dipengaruhi oleh tingkat
inflasi bulan Januari. Berarti terdapat gangguan autokorelasi pada model tersebut. Contoh
lain, pengeluaran rutin dalam suatu rumah tangga. Ketika pada bulan Januari suatu keluarga
mengeluarkan belanja bulanan yang relatif tinggi, maka tanpa ada pengaruh dari apapun,
pengeluaran pada bulan Februari akan rendah. Uji autokorelasi hanya dilakukan pada data
time series (runtut waktu) dan tidak perlu dilakukan pada data cross section seperti pada
kuesioner di mana pengukuran semua variabel dilakukan secara serempak pada saat yang
bersamaan. Model regresi pada penelitian di Bursa Efek Indonesia di mana periodenya lebih
dari satu tahun biasanya memerlukan uji autokorelasi.
c. Uji Heteroskedastisitas,
Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari
residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi
persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas. Deteksi heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan metode scatter plot dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi)
dengan SRESID (nilai residualnya). Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola
tertentu pada grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau
sebaliknya melebar kemudian menyempit. Uji statistik yang dapat digunakan adalah uji
Glejser, uji Park atau uji White.
d. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara
variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi yang
tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap
variabel terikatnya menjadi terganggu. Sebagai ilustrasi, adalah model regresi dengan
variabel bebasnya motivasi, kepemimpinan dan kepuasan kerja dengan variabel terikatnya
adalah kinerja. Logika sederhananya adalah bahwa model tersebut untuk mencari pengaruh
antara motivasi, kepemimpinan dan kepuasan kerja terhadap kinerja. Jadi tidak boleh ada
korelasi yang tinggi antara motivasi dengan kepemimpinan, motivasi dengan kepuasan kerja
atau antara kepemimpinan dengan kepuasan kerja.
e. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Jadi uji
normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya.
Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-
masing variabel. Hal ini tidak dilarang tetapi model regresi memerlukan normalitas pada nilai
residualnya bukan pada masing-masing variabel penelitian.  Uji normalitas dapat dilakukan
dengan uji histogram, uji normal P Plot, uji Chi Square, Skewness dan Kurtosis atau uji
Kolmogorov Smirnov. Tidak ada metode yang paling baik atau paling tepat. Tipsnya adalah
bahwa pengujian dengan metode grafik sering menimbulkan perbedaan persepsi di antara
beberapa pengamat, sehingga penggunaan uji normalitas dengan uji statistik bebas dari
keragu-raguan, meskipun tidak ada jaminan bahwa pengujian dengan uji statistik lebih baik
dari pada pengujian dengan metode grafik.

Sumber :
Widarjono, A. 2018. Ekonometrika (Edisi 2). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Memahami Uji Asumsi Klasik Dalam Penelitian Ilmiah (2021) melalui
https://accounting.binus.ac.id/2021/08/06/memahami-uji-asumsi-klasik-dalam-penelitian-
ilmiah/#:~:text=Tujuan%20pengujian%20asumsi%20klasik%20ini,menjadi%20valid%20sebagai
%20alat%20penduga. (diakses pada 25 Oktober 2022 pukul 23.02 WIB)
Uji Asumsi Klasik (2016) melalui https://fatkhan.web.id/uji-asumsi-klasik/ (diakses pada 25
Oktober 2022 pukul 23.10 WIB)

Menurut Anda apa kaitan antara opportunity cost dengan perdagangan internasional? Jelaskan
jawaban Anda!
Kaitan antara opportunity cost dengan perdagangan internasional adalah sebagai berikut
Masalah keterbatasan sumber daya sering disandingkan dengan masalah kebutuhan yang tidak
terbatas. Jadi masalah utama masyarakat adalah adanya sumber daya yang terbatas yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Pemilihan
penggunaan faktor produksi akan mengakibatkan biaya yang timbul dari hilangnya kesempatan
untuk mendapatkan alternatif lain yang disebut dengan opportunity cost. Biaya oportunitas
(opportunity cost), yaitu keseluruhan konsekuensi atas hilangnya kesempatan lain, dan tidak
merefleksikan apakah hal tersebut masuk dalam kategori transaksi moneter atau tidak.
Terjadinya perdagangan internasional didasari oleh dua alasan utama yaitu
1. Adanya perbedaan kepemilikan faktor (factor endowment) antara negara satu dengan
negara yang lainnya sehingga mengakibatkan adanya perbedaan kemampuan untuk
memproduksi suatu barang tertentu. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka negara
yang bersangkutan harus melakukan perdagangan internasional.
2. Negara berkembang perlu melakukan perdagangan internasional dalam rangka mencapai
skala ekonomis dalam produksi. Dalam hal ini suatu negara membatasi produksi suatu
produk dan memusatkan sumber dayanya hanya untuk jenis produk tertentu dalam skala
yang lebih besar karena lebih efisien daripada memproduksi semua jenis barang sekaligus.
Berdasarkan Teori Biaya Oportunitas dijelaskan bahwa Dasar dasar perdagangan dan
keuntungan yang dapat dihasilkan dari perdagangan dapat diilustrasikan melalui konsep
production possibility frontier (PPF). Production Possibility Frontier adalah kurva yang
menunjukkan seluruh kombinasi dua barang yang mampu dihasilkan sebuah negara dari input
yang dimiliki oleh negara tersebut, teknologi yang ada, penggunaan input secara efisien, dan
efektif.
Menurut Teori Heckscher-Ohlin dijelaskan bahwa Perbedaan kepemilikan faktor-faktor produksi
antarnegara menyebabkan perbedaan suplai agregatif dan permintaan agregatif di setiap
negara yang ditunjukkan dalam kurva PPF dan kurva indifference masyarakat masing-masing
negara. Perbedaan yang terjadi di kedua negara tersebut menjadi dasar-dasar terjadinya
perdagangan internasional

Berdasarkan hal-hal diatas maka terjadinya perdagangan internasional berkaitan erat dengan
konsep opportunity cost dimana negara yang mengalami permasalahan mengenai pemilihan
faktor produksi akibat adanya opportunity cost dapat melakukan perdagangan internasioal
dengan negara lainnya untuk menciptakan kombinasi produksi yang efisien dalam rangka
memaksimalkan faktor produksi yang dimiliki oleh negara tersebut.
Sumber : Widodo, T. 2021. Ekonomi Internasional (Edisi 3). Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.

Perkembangan pemikiran ekonomi sumber daya alam

Era klasik-Neo klasik

Pada abad ke 15 sampai abad 17, sumber daya alam hanya dianggap sebagai sumber
kemakmuran sehingga ketika itu bangsa-bangsa Eropa banyak melakukan perburuan emas atau
penguasaan wilayah yang kaya dengan sumber daya alam. Paham pemikiran ini dikenal dengan
paham Merkantilisme yakni paham yang secara sistematik mengakui pentingnya kepemilikan
kekayaan dari sumber daya alam khususnya emas dan perak. Mill yang pertama kali
mengemukakan perbedaan yang mendasar antara pertanian dan pertambangan (sumber daya
tidak terbaharukan). Konsep Mill untuk sumber daya tidak terbaharukan dicirikan oleh adanya
“user cost” (biaya pengguna) yang kemudian menjadi konsep sentral dalam pengembangan
teori sumber daya alam tidak pulih. Konsep “user cost” menggambarkan perubahan terhadap
manfaat dari sumber daya di masa mendatang. Jika keputusan untuk memanfaatkan sumber
daya saat ini tidak memiliki konsekuensi di masa mendatang, maka “user cost” dalam hal ini
sama dengan nol. Namun jika ada konsekuensi di masa mendatang maka user cost positif.
Konsep sumber daya alam dan lingkungan kemudian berlanjut pada era neo-klasik yang
dipelopori oleh William Stanley Jevons yang dikenal sebagai pemikir neo-klasik dengan konsep
“Marginal Utility of Consumption” (Utilitas marijinal konsumsi) Kontibusi Jevons dalam teori
ekonomi sumber daya alam adalah dengan konsep “resource exhaustion” (pengurusan sumber
daya). Dalam konsep ini pengurasan sumber daya tidak terbaharukan menjadi kendala
pertumbuhan ekonomi. Industrialisasi akan menguras sumber daya yang berkualitas tinggi dan
ketika kualitas tinggi terbatas, pengguna akan beralih untuk memanfaatkan sumber daya
dengan kualitas rendah pemikiran ini kurang lebih sejalan dengan konsep Ricardo

Lahirnya Ekonomi Sumber Daya Alam


L.C Gray adalah ekonom yang pada tahun 1914 memulai secara spesifik pengembangan teori
pengurasan (exhaustion) yang telah dirintis sebelumnya oleh Ricardo dalam artikel yang
berjudul “Rent under the assumption of exhaustability” yang dipublikasikan pada tahun 1914.
Teori Gray tentang sumber daya tidak terbaharukan mencakup aspek ekonomi makro dan
mikro dari sumber daya ini. Teori Gray kemudian dikembangkan secara lebih rinci oleh Harold
Hotelling pada tahun 1931. Jika Gray fokus pada aspek rente ekonomi, Harold Hotelling dalam
artikelnya yang berjudul “The Economics of Exhaustible Resources” telah secara rinci
membahas bagaimana mengekstraksi sumber daya alam tidak terbaharukan secara optimal.
Pada periode awal abad ke 20, selain ditandai dengan pemikiran tentang sumber daya alam itu
sendiri, lahir pula pemikiran bagaimana menangani dampak negatif dari sumber dalam alam
melalui instrumen pajak. Adalah A.C Pigou pada tahun 1920 menulis buku “The Economics
Welfare” yang kemudian dikenal sebagai solusi eksternalitas melalui Pigovian taxation.
Kontribusi Pigou ini, meski tidak secara spesifik berkaitan dengan pengelolaan sumber daya
alam namun memberikan kontribusi yang fundamental khususnya yang berkaitan dengan aspek
dampak lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan ekonomi. Untuk sumber daya tidak
terbarukan, sebuah simposium tentang ekonomi sumber daya tidak terbarukan
diselenggarakan di London pada tahun 1974, menghasilkan beberapa pemikiran penting
tentang sumber daya terbarukan. Partha Dasgupta dan Geogrey Heal misalnya menyajikan teori
yang lebih lengkap tentang sumber daya tidak terbarukan yang dipublikasi pada tahun 1979
dari hasil simposium tersebut. Karya Dasgupta dan Heal yang berjudul Economic Theory and
Exhaustible Resources mengetengahkan lebih rinci lagi tentang deplesi optimal baik tanpa
ketidak pastian maupun dalam ketidak pastian, dan juga perubahan teknologi yang terjadi.
Keduanya juga mencoba menjawab pertanyaan kritis apakah sistem ekonomi mampu bertahan
dengan konsumsi yang positif jika hanya bergantung pada sumber daya tidak pulih seperti
minyak. Memasuki abad ke-21, ekonomi sumber daya alam menghadapi tantangan yang lebih
kompleks terkait dengan globalisasi (seperti perdagangan global), perubahan iklim agenda
pembangunan global (MDGs dan SDGs) serta permasalahan lainnya. Ilmu ini kemudian tidak
bisa hanya berdiri sendiri karena memerlukan keterkaitan dengan disiplin ilmu yang lain untuk
menjawab kompleksitas permasalahan tersebut.

Sumber : Fauzi, A. 2018. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (Edisi 2). Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.

Jelaskan salah satu peran penting sistem keuangan


Jelaskan tiga alasan penting mengapa sektor keuangan diatur dengan sangat ketat

1. Salah satu peran penting sistem keuangan adalah mempertemukan pihak-pihak yang
kelebihan dana (surplus income units) dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana (defisit
spending units). Dengan sistem keuangan yang berfungsi dengan baik arus dana dan
transaksi ekonomi menjadi lebih lancar, alokasi sumber daya dan sumber dana di dalam
suatu perekonomian akan menjadi lebih efektif dan efisien. Hal tersebut selanjutnya akan
mendorong kegiatan produksi, investasi dan konsumsi yang berperan dalam mendorong
kegiatan ekonomi. Singkatnya dengan sistem keuangan, transaksi ekonomi yang berkaitan
dengan investasi, produksi, dan konsumsi akan menjadi lebih lancar. Sistem keuangan yang
baik akan memperlancar sistem pembayaran transaksi perdagangan baik di dalam negeri
maupun luar negeri.

2. Tiga alasan penting mengapa sektor keuangan diatur dengan sangat ketat
a. Untuk mendorong tersedianya informasi dan transparansi yang sangat dibutuhkan oleh
pihak yang terlibat dalam kegiatan di sektor keuangan karena ada persoalan asimetris
informasi yang terjadi di dalam industri keuangan. sebagai contoh secara umum para
nasabah bank tidak begitu memahami kegiatan yang dilakukan oleh suatu bank demikian
juga dengan kondisi keuangan dan kesehatan bank yang bersangkutan. Untuk keperluan
tersebut maka otoritas pengawas bank mengatur dan memajukan kepada semua bank
untuk secara periodik mempublikasikan laporan keuangan dalam bentuk neraca dan
laporan laba rugi dalam media cetak yang beredar secara luas.
b. Untuk menjaga kesehatan dan stabilitas sektor keuangan mengingat pentingnya sektor
keuangan tersebut bagi kelangsungan suatu perekonomian maka kesehatan dan stabilitas
sektor keuangan harus selalu dijaga. Berbagai regulasi yang dikeluarkan oleh otoritas
pengatur dan pengawas pada umumnya adalah dalam bentuk pengaturan tentang apa
yang diperbolehkan dan apa yang tidak diperbolehkan oleh lembaga keuangan tertentu.
kegiatan usaha dibidang keuangan, kriteria kegiatan apa yang harus dilakukan dan apa
yang tidak boleh dilakukan harus diatur secara jelas. Sebagai contoh suatu bank definisi
kegiatan yang dapat disebut sebagai bank telah ditetapkan dalam suatu undang-undang
dan definisi tersebut tidak sama antara satu negara dengan negara lainnya
c. Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan kebijakan moneter. Lembaga keuangan
pada umumnya mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam suatu perekonomian
sektor keuangan. Secara umum tidak hanya berfungsi penting dalam menyediakan
pembayaran ekonomi akan tetapi juga memperlancar kegiatan dan transaksi ekonomi.
Selain itu, lembaga keuangan (khususnya bank) juga penting sebagai sarana dalam
pelaksanaan kebijakan pemerintah terutama kebijakan moneter. Hanya dalam sektor
keuangan yang sehat yang dapat menjadi sarana pelaksanaan kebijakan moneter yang
efektif. Dalam suatu perekonomian yang sektor keuangan yang tidak sehat tentu saja
akan sangat berpengaruh terhadap efektivitas kebijakan ekonomi yang dilaksanakan oleh
pemerintah.
Sumber : Ascarya, dkk. 2022. Kebanksentralan dan Kebijakan Moneter (Edisi 2). Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.

Jelaskan apa yang dimaksud dengan pemberian kebebasan penuh dalam sistem ekonomi kapitalis?
Mengapa sistem kapitalis memberikan kebebasan individu, jelaskan!
Mengapa sistem ekonomi kapitalis menyebabkan terjadinya ketimpangan kemakmuran, jelaskan!
Mengapa Indonesia terjerat dalam sistem ekonomi kapitalis Neo-liberal, uraikan penyebabnya!

1. Yang dimaksud dengan pemberian kebebasan penuh dalam sistem ekonomi kapitalis adalah
masyarakat diberikan kebebasan secara penuh untuk melakukan segala kegiatan ekonomi. Intervensi
dari pihak pemerintah sangat dibatasi dimana pemerintah hanya berperan sebagai penyedia fasilitas
saja dan pengatur lalu lintas. Oleh karena itu, semua pemilik bisnis dan masyarakat umum bisa
melakukan semua kegiatan ekonomi dengan lancar bebas. Para kapitalis percaya jika setiap individu
mendapatkan kepuasan maka akan tercipta kemakmuran dalam masyarakat (harmony of interest).
Pemberian kebebasan kepada para pelaku ekonomi ini yakni dapat diikuti dengan ketertiban dalam
kehidupan karena ada “tangan-tangan gaib” yang membawa pada titik keseimbangan
2. Sistem kapitalis memberikan kebebasan individu dikarenakan para kapitalis percaya jika setiap
individu mendapatkan kepuasan maka akan tercipta kemakmuran dalam masyarakat (harmony of
interest). Setiap individu akan berusaha mendapatkan kekayaan sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraannya. Kebebasan tersebut mendorong individu melakukan berbagai inovasi ekonomi dan
teknologi yang mendorong kemajuan.

3. Sistem ekonomi kapitalis menyebabkan terjadinya ketimpangan kemakmuran dikarenakan Dalam


ekonomi kapitalis tidak semua pihak memiliki posisi tawar (modal) yang sama dengan pihak lain
secara struktural sehingga ia tidak akan dapat bekerja dalam pasar tidak dapat mencapai kemakmuran.
Akibatnya terjadi monopoli pasar hanya dikuasai oleh sekelompok orang saja. Apabila monopoli
terjadi maka terjadi ketimpangan kemakmuran. Pihak yang dapat bekerja di pasar akan mendapatkan
kemakmuran yang besar sedangkan pihak yang tersingkir dari pasar tidak akan sejahtera. Jika semua
orang berorientasi pada diri mereka sendiri maka kepentingan publik akan terabaikan misalnya
pembangunan jembatan umum rumah sakit dan Jalan Raya tidak akan dilakukan karena tidak
menguntungkan secara ekonomi.

4. Penyebab Indonesia terjerat dalam sistem ekonomi kapitalis Neo-liberal adalah


Melalui kerangka peminjaman utang luar negeri untuk membiayai pembangunan, Indonesia terjebak
dalam siklus pembayaran utang yang tiada habisnya. Korporasi (asing) atau modal internasional juga
makin mendominasi perekonomian Indonesia melalui penguasaannya terhadap aset strategis, cabang
produksi (BUMN), dan industri dari sektor hulu dampai dengan hilir. Korporasi (asing) atau modal
internasional juga makin mendominasi perekonomian Indonesia melalui penguasaannya terhadap aset
strategis, cabang produksi (BUMN), dan industri dari sektor hulu dampai dengan hilir. Di lain pihak,
WTO memaksa Indonesia dengan berbagai peraturan yang justru merugikan kepentingan nasional
semisal penghapusan tarif, subsidi dan larangan produksi ekonomi domestik yang sebenarnya
dilakukan sendiri oleh pemerintah negara maju.

Sumber :
Hamid, E. S. 2018. Sistem Ekonomi (Edisi 3). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Gambaran Ringkas Sistem Perekonomian Indonesia (2015) melalui
https://accounting.binus.ac.id/2015/09/17/gambaran-ringkas-sistem-perekonomian-indonesia/
(diakses pada 17 Oktober 2022 pukul 20.39 WIB)

Berikan pendapat saudara tentang pelaksanaan Desentralisasi Fiskal di Indonesia? Apakah sudah
efektif ? Jelaskan alasan saudara, minimal 300 kata!

Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal di Indonesia

Desentralisasi fiskal adalah pelimpahan kewenangan kepada daerah sesuai dengan potensi dari masing-
masing daerah itu sendiri. Desentralisasi fiskal juga merupakan salah satu mekanisme transfer dana dari
APBN dalam kaitan dengan kebijakan keuangan negara yaitu untuk mewujudkan ketahanan fiskal yang
berkelanjutan dan memberikan stimulus terhadap aktifitas perekonomian masyarakat dengan harapan
menciptakan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah yang sepadan besarnya terhadap pelimpahan
kewenangan pusat ke daerah. Desentralisasi menurut jenisnya dapat dibedakan dalam beberapa konsep,
yaitu:
1. Desentralisasi geografis/ territorial
2. Desentralisasi fungsional
3. Desentralisasi politik dan administrasi
4. Desentralisasi finansial

Adapun tujuan kebijakan desentralisasi fiskal di Indonesia meurut Kadjatmiko (2002) adalah sebagai
berikut:
1. Menjaga kesinambungan kebijaksanaan fiskal dalam konteks kebijaksanaan ekonomi makro;
2. Mengoreksi vertical imbalance, yaitu memperkecil ketimpangan yang terjadi antara keuangan
pemerintah pusat dan keuangan daerah yang dilakukan dengan memperbesar taxing power daerah
3. Mengoreksi horizontal imbalance yaitu ketimpangan antar daerah dalam kemampuan keuangannya;
4. Meningkatkan akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi dalam rangka peningkatan kinerja Pemerintah
Daerah;
5. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat;
6. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan di sector publik.

Desentralisasi fiskal yang telah berjalan lebih dari 10 tahun di Indonesia secara perlahan telah
membawa dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah. Secara umum hasil
analisis menunjukkan bahwa desentralisasi telah berdampak positif terhadap pertumbuhan
ekonomi di daerah. Nilai pertumbuhan dapat semakin besar ketika modal yang diterima oleh
pemerintah daerah dialokasikan atau dibelanjakan pada sektor yang dapat memicu kegiatan
ekonomi secara luas. Seiring dengan besarnya limpahan wewenang dari pemerintah pusat,
desentralisasi memberi dampak kepada biaya pelaksanaan pemerintahan yang semakin tinggi.
Secara rata-rata rasio transfer terhadap total pendapatan Provinsi mengalami penurunan
hingga dibawah 50% di tahun 2012. Desentralisasi yang digambarkan dengan belanja modal
daerah terbukti mampu membantu pertumbuhan ekonomi di daerah. Pengaruh positif tersebut
mengindikasikan bahwa pemerintah daerah telah memulai proses transisi untuk dapat
meningkatkan pandapatan daerah melalui keuntungan belanja modal. Salah satu yang
diterapkan oleh pemerintah daerah dalam belanja modal adalah belanja untuk peningkatan
kualitas sumber daya manusia baik di lingkungan pemerintah sebagai penyedia jasa pelayanan
publik ataupun untuk masyarakat luas dengan tujuan meningkatkan kualitas ketersediaan
tenaga kerja.
Meningkatnya belanja pemerintah daerah akan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi,
peningkatan belanja dapat dilakukan di sisi pengeluaran rutin seperti belanja pegawai.
Peningkatan belanja pegawai mampu meningkatkan konsumsi masyarakat yang merupakan
salah satu pemicu pertumbuhan ekonomi. Sedangkan belanja modal pada era desentralisasi
dimana pemerintah daerah telah diberikan kewenangan sepenuhnya dalam mengalokasikan
belanja modal secara bertahap telah mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah.
Belanja modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah tidak hanya pada bentuk fisik kegiatan,
namun juga pada sektor peningkatan sumber daya manusia, dimana hal tersebut akan
membentuk pertumbuhan ekonomi yang konsisten. Indikator desentralisasi kemampuan
pendapatan asli daerah dalam pembentukan total pendapatan telah menunjukkan bahwa
pendapatan asli daerah mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Sumber :
Lestari, E. P. 2018. Sistem Keuangan Pusat dan Daerah (Edisi 2). Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.
Kusuma, H. 2016. Desentralisasi Fiskal dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Jurnal Ekonomi
Kuantitatif Terapan Vol. 9 No. 1 melalui https://media.neliti.com/media/publications/228357-
desentralisasi-fiskal-dan-pertumbuhan-ek-61c4f8ef.pdf (diakses pada tanggal 25 Oktober 2022
pukul 20.00 WIB)

Hubungan metode pengumpulan data dan alat analisis data yaitu metode pengumpulan data
akan sangat bergantung dengan metode (alat) analisis data yang digunakan begitupun
sebaliknya dimana metode pengumpulan data akan menghasilkan data yang menuntut metode
analisis tertentu. Jika metode penelitian menggunakan metode kuantitatif maka jenis data yang
dibutuhkan adalah data numerik atau kategorik yang lazim dikenal sebagai data sekunder
sehingga metode pengumpulan datanya didapatkan dari sumber data yang sudah
dipublikasikan contohnya data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik dan Bursa Efek
Indonesia. Sebaliknya, jika metode penelitian menggunakan metode kualitatif maka
membutuhkan data penlitian berupa data primer yang dapat dikumpulkan dengan cara
menyebar kuesioner, wawancara, survei atau melakukan eksperimen.

Sumber : Hakim, A. 2019. Teknik dan Analisis Ekonomi (Edisi 1). Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai