Anda di halaman 1dari 19

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Perngertian Irigasi


Irigasi berasal dari istilah irrigatie dalam bahasa Belanda atau irrigation
dalam bahasa Inggris. Arti irigasi pada umumnya ialah usaha mendatangkan air
dengan membuat bangunan-bangunan dan saluran-saluran untuk mengalirkan air
guna keperluan pertanian, membagi-bagikan air ke sawah-sawah atau ladang-
ladang dengan cara yang teratur dan membuang air yang tidak diperlukan lagi.

3.2 Fungsi Irigasi


Irigasi tidak hanya digunakan untuk mendistribusikan air, ada juga beberapa
fungsi irigasi antara lain:
1. Membasahi tanah, hal ini merupakan salah satu tujuan terpenting karena
tumbuhan banyak memerlukan air selama masa tumbuhnya. Pembasahan
tanah ini bertujuan untuk memenuhi kekurangan air apabila hanya ada sedikit
air hujan.
2. Merabuk tanah atau membasahi tanah dengan air sungai yang banyak
mengandung mineral.
3. Mengatur suhu tanah agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dengan suhu
yang optimal. Air irigasi dapat membantu tanaman untuk mencapai suhu yang
optimal tersebut.
4. Membersihkan tanah dengan tujuan untuk menghilangkan hama tanaman
seperti ular, tikus, serangga, dan lain-lain. Selain itu dapat juga membuang
zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tanaman ke saluran pembuang.
5. Memperbesar ketersediaan air tanah karena muka air tanah akan naik apabila
digenangi air irigasi yang meresap.

8
9

3.3 Jenis-Jenis Irigasi


Irigasi merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk mengairi lahan
pertanian. Di era modern ini sudah berkembang berbagai macam jenis metode
irigasi untuk lahan pertanian. Ada 3 jenis irigasi yang banyak ditemui saat ini yaitu:
1. Irigasi Permukaan (Surface Irrigation)
2. Irigasi Bawah Permukaan (Sub Surface Irrigation)
3. Irigasi Pancaran (Sprinkle Irrigation)
3.3.1 Irigasi Permukaan (Surface Irigation)
Irigasi permukaan merupakan jenis irigasi paling kuno dan pertama di
dunia. Irigasi ini dilakukan dengan cara mengambil air langsung dari sumber air
terdekat kemudian disalurkan ke area permukaan lahan pertanian mengggunakan
pipa/saluran/pompa sehingga air akan meresap sendiri ke pori-pori tanah. Sistem
irigasi ini masih banyak dijumpai di sebagian besar masyarakat Indonesia karena
tekniknya yang praktis.
3.3.2 Irigasi Bawah Permukaan (Sub Surface Irigation)
Irigasi bawah permukaan adalah irigasi yang dilakukan dengan cara
meresapkan air ke dalam tanah dibawah zona perakaran tanaman melalui sistem
saluran terbuka maupun dengan pipa bawah tanah.Pada sistem ini air dialirkan
dibawah permukaan melalui saluran-saluran yang ada di sisi-sisi petak
sawah.Adanya air ini mengakibatkan muka air tanah pada petak sawah naik.
Kemudian air tanah akan mencapai daerah penakaran secara kapiler sehingga
kebutuhan air akan dapat terpenuhi.
3.3.3 Irigasi Pancaran (Sprinkle Irrigation)
Irigasi pancaran adalah adalah irigasi modern yang menyalurkan air dengan
tekanan sehingga menimbulkan tetesan air seperti hujan ke permukaan lahan
pertanian. Pancaran air tersebut diatur melalui mesin pengatur baik manual maupun
otomatis. Sistem ini banyak digunakan di negara-negara maju seperti Amerika
Serikat, New Zealand, dan Australia. Selain untuk pengairan, sistem ini juga dapat
digunakan untuk proses pemupukan.
10

3.4 Jenis Saluran pada Jaringan Irigasi


Saluran adalah bagian dari bangunan pernbawa yang mempunyai fungsi
membawa/mengalirkan air dari surnbernya menuju petak irigasi. Bangunan
pernbawa meliputi saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier, saluran kuarter,
dan saluran pembuang. Termasuk dalam bangunan pernbawa adalah talang,
gorong-gorong, siphon, tedunan, dan got miring. Saluran primer biasanya
dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya. Sedangkan saluran
sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang terletak pada petak
sekunder tersebut. Berikut ini penjelasan berbagai saluran yang ada dalam suatu
sistem irigasi yaitu:
1. Saluran primer adalah saluran yang membawa air dari bangunan sadap
menuju saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi.
2. Saluran sekunder adalah saluran yang membawa air dari bangunan yang
menyadap dari saluran primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh
saluran sekunder tersebut.
3. Saluran tersier adalah saluran yang membawa air dari bangunan yang
menyadap dari saluran sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani
oleh saluran sekunder tersebut.
4. Saluran kuarter adalah saluran yang membawa air dari bangunan yang
menyadap dari boks tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh
saluran sekunder tersebut.
5. Saluran pembuang adalah saluran yang berada pada daerah irigasi yang
terletak diantara petak-petak lahan tersier yang dapat difungsikan juga
sebagai pembatas area antara petak-petak tersier ataupun kuarter serta
kegunaan yang paling pentingnya adalah untuk membuang kelebihan air ke
sungai atau saluran-saluran alamiah.

3.5 Jenis-Jenis Pasangan Pada Jaringan Irigasi


Banyak bahan yang dapat dipakai untuk pasangan saluran tetapi pada
prakteknya di Indonesia hanya ada empat bahan yang dianjurkan pemakaiannya,
yaitu:
11

1. Pasangan batu
2. Beton
3. Tanah
4. Dapat juga menggunakan Beton Ferro cement

3.6 Pengertian Hidrologi


Hidrologi adalah cabang ilmu Geografi yang mempelajari pergerakan,
distribusi, dan kualitas air di seluruh Bumi, termasuk siklus hidrologi dan sumber
daya air. Hidrolog merupakan orang yang ahli dalam bidang hidrologi yang bekerja
dalam bidang ilmu bumi dan ilmu lingkungan, serta teknik sipil dan teknik
lingkungan.
Kajian ilmu hidrologi meliputi hidrometeorologi (air yang berada di udara dan
berwujud gas), potamologi (aliran permukaan), limnologi (air permukaan yang
relatif tenang seperti danau, waduk), geohidrologi (air tanah), dan kriologi (air yang
berwujud padat seperti es dan salju) dan kualitas air. Penelitian Hidrologi juga
memiliki kegunaan lebih lanjut bagi teknik lingkungan, kebijakan lingkungan, serta
perencanaan. Hidrologi juga mempelajari perilaku hujan terutama meliputi periode
ulang curah hujan karena berkaitan dengan perhitungan banjir serta rencana untuk
setiap bangunan teknik sipil antara lain bendung, bendungan, jembatan dan lain-
lain.

3.7 Analisis Hidrologi


Untuk melakukan perencanaan irigasi diperlukan penggunaan metode yang
tepat. Ketidaksesuaian dalam penggunaan metode dapat mengakibatkan hasil
perhitungan tidak tepat digunakan pada kondisi yang sebenarnya. Analisis hidrologi
merupakan faktor yang paling berpengaruh untuk merencanakan besarnya sarana
penampungan dan pengaliran. Hal ini diperlukan untuk dapat mengatasi aliran
permukaan yang terjadi agar tidak mengakibatkan terjadinya genangan. Beberapa
aspek yang perlu ditinjau antara lain:
12

3.7.1 Analisis Frekuensi Data Hidrologi


Tujuan Analisis frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan besaran
peristiwa- peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui
penerapan distribusi kemungkinan. Data hidrologi yang dianalisis diasumsikan
tidak bergantung (independent) dan terdistribusi secara acak dan bersifat stokastik.
(Sumber: Suripin, 2004)
Data yang diperlukan untuk menunjang teori kemungkinan ini adalah
minimum 10 besaran hujan atau debit dengan harga tertinggi dalam setahun
jelasnya diperlukan data minimum 10 tahun.
Karena terbatasnya data debit maka perkiraan besarnya limpasan, khususnya
untuk daerah aliran yang tak terlampau besar, dihitung berdasarkan hubungan curah
hujan terhadap larian dan analisa frekuensi curah hujan. Untuk daerah aliran yang
mempunyai beberapa pos hujan, berbagai pertimbangan harus ditinjau supaya
didapat harga ekstrim dari rata – rata curah hujan didalam daerah tersebut.

3.8 Curah Hujan Rencana


Curah Hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama
periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan datar
bila tidak terjadi evaporasi, runoff, dan infiltrasi.
Perhitungan curah hujan rencana digunakan untuk memprediksi besarnya
hujan dengan periode ulang tertentu. Berdasarkan curah hujan rencana tersebut
kemudian dicari intensitas hujan yang digunakan untuk mencari debit banjir
rencana (Sosrodarsono & Takeda, 1977).
Adapun beberapa metode yg dapat digunakan untuk menentukan curah
hujan rencana:
1. Metode Gumbel
2. Metode Normal
3. Metode Log Normal
4. Metode Distribusi Log person III
13

Data yang harus di dapatkan untuk menentukan jenis metode yang digunakan
adalah mengetahui nilai parameter statistic dalam analisi frekuensi banjir.
Perhitungan nilai parameter statistic yang digunakan dalam analisis frekuensi
banjir adalah:

1. Nilai Rerata (R)


𝑛 ∑𝑛
𝑖=1 log 𝑥𝑖
Xr = (3.1)
𝑛
(CD.Soemarto,1999)

2. Standar Deviasi (Sd)


Perhitungan standar deviasi menggunakan persamaan sebagai berikut :

∑𝑛
𝑖=1 ( 𝑋𝑖−Xrt)
2
Sd = √ (3.2)
𝑛−1

(Loebis,1984)

3. Koefisien Variasi (Cv)


Perhitungan koefisien variasi menggunakan persamaan sebagai berikut:
Sd
Cv = X (3.3)
rata−rata

(Loebis,1984)

4. Koefisien Asimetri atau Kemencengan (Cs)


Perhitungan koefisien skewnees menggunakan persamaan sebagai berikut :

𝑛 ∑𝑛
𝑖=1 (Xi − Xrata−rata)
3
Cs = (3.4)
(𝑛−1)(𝑛−2)𝑥 𝑆𝑑 3

(CD.Soemarto,1999)

5. Koefisien Kurtosis (Ck)


𝑛 2 ∑𝑛
𝑖−1{𝑋𝑖 −𝑋𝑅𝑇 }
4
Ck = (3.5)
(𝑛−1)(𝑛−2)(𝑛−3)𝑆 4

Dengan:
14

Xr = Nilai rata-rata X
Sx = Standar deviasi
Cs = Koefisien Kemencengan atau Asimetris
Ck = Koefisien Kurtosis
Cv = Koefisien Variasi
Setelah mendapatkan parameter statistic langkah selanjutnya adalah
menentukan jenis distribusi yang akan digunakan untuk menentukan curah hujan
rencana dengan memilih salah satu metode yang sesuai dengan syarat dari hasil
parameter statistic tersebut
Berikut merupakan tabel penentuan jenis distribusi berdasarkan hasil
parameter statistic:

Tabel 3.1 Penentuan Jenis Distribusi Berdasarkan Parameter Statistic

(Sumber: Soewarno, 1995)


3.8.1 Distribusi Gumbel
Rumus yang digunakan untuk menentukan curah hujan rencana menurut
metode Gumbel adalah sebagai berikut:
1. Hitung Standar Deviasi (Sx)

𝑛 ∑𝑛
𝑖=1 ( 𝑋𝑖−Xrt)
2
Sx = √ (3.6)
𝑛−1

(Loebis,1984)
2. Hitung Nilai Faktor Frekuensi (K)
𝑌𝑡−𝑌𝑛
K= (3.7)
𝑆𝑛
(Loebis,1984)
15

Dimana:
K = Faktor Frekuensi
Yn = Harga rata-rata Reduce mean
Sn = Reduced standard deviation
Yt = Reduced variated /Periode ulang

3. Hitung Hujan Dalam Periode Ulang T Tahun


Xt = Xr + (K. Sx) (3.8)
(Loebis,1984)

Dimana :
Xt = Hujan dalam periode ulang T-tahun
Xr = Harga rata – rata
Sx = Reduced standard deviation

3.8.2 Distribusi Normal


Distribusi normal disebut pula distribusi Gauss. Secara sederhana, persamaan
distribusi normal dapat ditulis sebagai berikut:

XT = Xr + (KT x Sd) (3.9)

Dengan:
XT = Hujan Maksmimum Dalam Periode Ulang T-tahunan
Xr = nilai rata-rata hitung variat
Sd = deviasi standar nilai variat
KT = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang.
16

Nilai KT dapat dilihat pada Tabel 3.2 Nilai Variabel Reduksi Gauss sebagai
berikut:

3.8.3 Distribusi Log-Normal


Jika variabel acak Y = log X terdistribusi secara normal, maka X dikatakan
mengikuti distribusi Log Normal. Persamaan distribusi log normal dapat ditulis
dengan:

YT = Yr + KT x Sy (3.10)

(Loebis,1984)

∑𝑛
𝑖=1 ( 𝑌−Yr)
2
Sy = √ (3.11)
𝑛−1

𝛴𝑌
Yr = (3.12)
𝑛

Dengan:
YT = Hujan Maksmimum Dalam Periode Ulang T-Tahunan
YT = Log X
Yr = Nilai rata-rata hitung variat
17

S = Deviasi standar nilai variat


KT = Faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang.

3.9 Analisa Intensitas Curah Hujan


Pengertian Intensitas curah hujan yaitu ketinggian curah hujan yang terjadi
pada kurun waktu dimana air tersebut berkonsentrasi. Intensitas curah hujan
dinotasikan dengan huruf I dengan satuan ( mm/Jam ), yang artinya tinggi curah
hujan yang terjadi sekian mm dalam kurun waktu per jam. Intensitas curah hujan
dapat dihitung dengan beberapa rumus, salah satunya seperti:

Rumus Mononobe :
𝑅24 24 2
I24 = [ 24 ] × [ 𝑡𝑐 ]3 (3.9)

(CD. Soemarto, 1999)

Dimana :
I = Intensitas hujan ( mm/jam )
R24 = Curah hujan harian maksimum ( mm )
tc = Waktu Konsentrasi ( jam )

3.9.1 Waktu Konsentrasi (tc)


Waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik yang paling jauh pada
daerah aliran ke titik yang ditinjau (kontrol), yang ditentukan di bagian hilir suatu
saluran. Kirpich (1940) dalam Suripin (2004) mengembangkan rumus dalam
memperkirakan waktu konsentrasi, dimana dalam hal ini durasi hujan diasumsikan
sama dengan waktu konsentrasi.

Rumus Waktu Konsentrasi (tc) :


0.87𝑥 𝐿2 0.385
tc = ( ) (3.11)
1000 𝑥 𝑆

Dimana:
tc = Waktu konsentrasi (jam)
18

L = Panjang lintasan aliran (m)


S : Kemiringan saluran

3.10 Debit Air Hujan / Limpasan (Q)


Debit air hujan atau debit limpasan adalah apabila intensitas hujan yang jatuh
di suatu Daerah Aliran Sungai melebihi kapasitas infiltrasi, setelah laju infiltrasi
terpenuhi air akan mengisi cekungan – cekungan pada permukaan tanah. Setelah
cekungan – cekungan tersebut penuh, selanjutnya air akan mengalir diatas
permukaan tanah. Untuk memperkirakan laju aliran permukaan puncak yang umum
dipakai adalah metode Rasional USSCS (1973). Berikut merupakan persamaan
metode rasional untuk menghitung debit air hujan :

Rumus Debit Limpasan :


Q =β.C. I. A (3.13)
(Subarkah, 1980)

Dimana :
Q = Debit aliran air limpasan (m3/detik)
C = Koefisen pengaliran (berdasarkan standar baku)
I = Intensitas hujan (mm/jam)
A = Luas daerah pengaliran (ha)
β = Konstanta untuk satuan luas daerah (km2)

Tabel 3.3 Koefisien Penyebaran Hujan (β)


19

3.10.1 Nilai Koefisien Pengaliran (C)


Koefisien limpasan berfungsi untuk membagi antara aliran permukaan
dengan aliran air hujan yang meresap kedalam tanah. Koefisien ini tergantung dari
jenis permukaan atau penggunaan lahan. Berdasarkan tata cara perencanaan
drainase SNI-03-3424-19941, luas daerah pengaliran batas-batasnya tergantung
dari daerah pembebasan dan daerah sekelilingnya ditetapkan seperti Gambar 3.1
berikut:

Gambar 3.1 Daerah Pengaliran


Sumber: Perencanaan Sistem Draianse Jalan 2006

Keterangan:
L : batas daerah pengaliran (L1+L2+L3)
L1 : ditetapkan dari as jalan sampai tepi perkerasan
L2 : ditetapkan dari tepi perkerasan sampai tepi bahu
L3 : tergantung dari keadaan setempat, maksimum 100 m

Rumus untuk menghitung koefisien pengaliran adalah:

C1 x A1 + C2 x A2 + C3 x A3
C=
A1+A2+A3
Dimana :
C = Koefisien pengaliran gabungan
C1,C2,C3 = Koefisien pengaliran yang sesuai dengan tipe kondisi permukaan
A1,A2,A3 = Luas daerah pengaliran yang di perhitungkan
20

Berikut merupakan tabel penentuan Koefisien Pengaliran (C) :

Tabel 3.4 Penentuan Koefisien Pengaliran (C)

3.11 Analisa Hidrolika


Banyaknya debit air hujan yang ada dalam suatu kawasan harus segera di
alirkan agar tidak menimbulkan genangan air. Untuk dapat mengalirkannya
diperlukan saluran yang dapat menampung dan mengalirkan air tesebut ke tempat
penampungan. Penampungan tersebut dapat berupa sungai atau kolam retensi.
Kapasitas pengaliran dari saluran tergantung pada bentuk, kemiringan dan
kekasaran saluran. Sehingga penentuan kapasitas tampang harus berdasarkan atas
besarnya debit air hujan. (Kriteria Perencanaan Salauran (KP 03))
3.11.1 Bentuk Saluran
Dalam perencanaan dimensi saluran harus di usahakan dapat membentuk
dimensi yang ekonomis. Dimensi saluran yang terlalu besar berarti tidak ekonomis,
sebaliknya dimensi yang terlalu kecil akan menimbulkan permasalahan karena daya
tampung yang tidak memadai.
21

a. Persegi Panjang
Bentuk saluran empat persegi panjang tidak banyak membutuhkan ruang,
Sebagai konsekuensi dari saluran bentuk ini, saluran harus dari pasangan atau
beton. Bentuk ini juga berfungsi sebagai saluran air hujan, air rumah tangga
maupun air irigasi.

Gambar 3.2 Saluran Bentuk Persegi

Luas (A) = b.h


Keliling basah (P) = b + 2h
𝑏.ℎ
Jari-jari Hidrolik (R) =
𝑏+2ℎ

b. Trapesium
Bentuk saluran trapesium pada umumnya saluran dari tanah,Tapi
dimungkinkan juga bentuk dari pasangan. Saluran ini membutuhkan ruang yang
cukup dan berfungsi untuk pengaliran air hujan, air rumah tangga maupun air irigasi.
22

Gambar 3.3 Saluran Bentuk Trapesium

Luas (A) = (b+zy) y


Keliling Basah (P) = b+2y √1 + 𝑧 2
(𝑏+𝑧𝑦)𝑦
Jari-jari Hidrolik (R) =
b+2y √1+ 𝑧 2

3.11.2 Syarat Kecepatan


Kecepatan dalam saluran biasanya sangat bervariasi dari satu titik ke titik
lainnya. Hal ini disebabkan adanya tegangan geser di dasar saluran, dinding saluran
dan keberadaan permukaan bebas.
Penentuan kecepatan aliran air didalam saluran yang direncanakan didasarkan pada
kecepatan minimum yang diperbolehkan agar kontruksi saluran tetap aman.
Persamaan Manning sebagai berikut.
Rumus Manning :
2 1
1
V = 𝑛 x 𝑅3 x 𝑆 2 (3.14)

Dimana :
n = koefisien kekasaraan saluran manning
R = jari – jari hidrolis (m)
S = kemiringan saluran 0.5% = 0,005 (Drainase perkotaaan,1997)
V = kecepatan rata – rata aliran (m/det)
23

Berikut merupakan tabel koefisien kekasaran bahan, kecepatan aliran diizinkan


berdasarkan jenis material dan Kemiringan Dinding Saluran Sesuai Bahan:

Tabel 3.5 Koefisien Kekasaran Manning (n)

Untuk mencari debit aliran pada saluran dapat menggunakan rumus:


Qext = V x A (3.15)

Dengan:
Q = debit aliran pada saluran (m3/dt)
V = kecepatan aliran (m/dt)
A = luas penampang basah saluran (m2)

Tabel 3.6 Tinggi Jagaan Untuk Saluran

Sumber : Kriteria Perencanaan Salauran (KP 03)


24

3.12 Manajemen Konstruksi


Manajemen konstruksi adalah suatu proses manajemen untuk pelaksanaan
konstruksi dalam rangka untuk mencapai sasaran, dalam bentuk produk konstruksi
secara rasional, efisien, dan efektif. Manajemen konstruksi adalah suatu cara untuk
mengelola pelaksanaan proyek dimana tahapan pelaksanaan diperlukan sebagai
satu kesatuan sistem membangun. Manajemen konstruksi adalah suatu proses
pengelolaan pekerjaan pelaksanaan pembangunan fisik yang ditangani secara multi
disiplin dimana tahapan-tahapan persiapan perencanaan perancangan, pelaksanaan
pekerjaan, dan penyerahan pengoperasiannya diperlukan sebagai suatu sistem yang
terpadu dengan tujuan untuk mencapai hasil yang optimal dalam aspek
memperkecil biaya dan mempertahankan kualitas proyek.
(Tarore dan Mandagi, 2006)

3.13 Time Schedule Dan Kurva S


1. Pembuatan Time Schedule ( Kurva S )
Time Schedule adalah rencana alokasi waktu untuk menyelesaikan masing-
masing item pekerjaan proyek yang secara keseluruhan adalah rentang waktu yang
ditetapkan untuk menyelesaikan sebuah proyek.
Data yang untuk dapat menyusun time schedule dengan baik dibutuhkan antara
lain:
a. Gambar Kerja Proyek
b. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
c. Bill of Quantity ( BQ ) atau daftar volume pekerjaan
d. Lokasi proyek
e. Data sumberdaya meliputi material, peralatan, sub kontraktor
f. Data kebutuhan tenaga kerja dan ketersedian tenaga kerja
g. Metode kerja yang digunakan untuk melaksanakan masing-masing item
pekerjaan
Berikut merupakan manfaat pembuatan time schedule pada sebuah proyek
konstruksi antara lain:
25

a. Pedoman waktu untuk pengadaan sumber daya manusia


b. Pedoman waktu untuk mendatangkan material
c. Pedoman waktu untuk pengadaan alat-alat kerja
d. Sebagai alat untuk mengendalikan waktu pelaksanaan proyek
e. Sebagai tolak ukur pencapaian target waktu dan progress pekerjaan
f. Sebagai acuan untuk memulai dan mengakhiri proyek konstruksi

Adapun dalam penelitian ini Time Schedule dibuat dalam bentuk Kurva S.
Kurva S menunjukan hubungan antara presentase pekerjaan yang harus
diselesaikan dengan waktu dalam satuan bobot persen.
Fungsi Kurva S antara lain:
a. Untuk mengontrol pelaksanaan pekerjaan pada setiap waktu, dengan
membandingkan bobot persen rencana dengan bobot persen realisasi.
b. Untuk mengetahui waktu pembayaran angsuran.

3.14 Rencana Anggaran Biaya (RAB)


Rencana anggaran biaya adalah merencanakan sesuatu bangunan dalam
bentuk dan faedah dalam penggunaanya,beserta besar biaya yang diperlukan dan
susunan-susunan pelaksanaan dalam bidang administrasi maupun pelaksanaan
kerja dalam bidang teknik.
Kegiatan perencanaan merupakan dasar untuk membuat sistem pembiayaan
dari jadwal pelaksanaan konstruksi, untuk meramalkan kejadian pada suatu
bangunan atau proyek, berdasarkan data-data yang sebenarnya. Kegiatan
perencanaan dilakukan dengan terlebih dahulu mempelajari gambar rencana dan
spesifikasi. Bedasarkan gambar rencana, dapat diketahui kebutuhan material yang
nantinya akan digunakan. Perhitungan dapat dilakukan secara teliti dan kemudian
ditentukan harganya. Dalam melakukan kegiatan perencanaan, seseorang
perencana harus memahami proses konstruksi secara menyeluruh, termasuk jenis
dan kebutuhan alat karena faktor tersebut dapat mempengaruhi biaya konstruksi.
26

Secara umum dapat dirumuskan dengan :

RAB = Σ (Volume x Harga Satuan)

Anggaran biaya merupakan harga dari bangunan yang dihitung dengan teliti, cermat,
dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-beda
dimasing-masing daerah, disebabkan karena perbedaan harga bahan dan upah tenaga
kerja.

3.15 Analisa Harga Satuan


Harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah tenaga kerja
berdasarkan perhitungan analisis. Harga bahan didapat di pasaran, dikumpulkan dalam
suatu daftar yang dinamakan daftar harga satuan bahan. Upah tenaga kerja didapatkan
dilokasi dikumpulkan dan dicatat dalam suatu daftar yang dinamakan daftar harga satuan
bahan. Harga satuan bahan dan upah tenaga kerja di setiap daerah berbeda-beda. Jadi
dalam menghitung dan menyusun anggaran biaya suatu bangunan/proyek, harus
berpedoman pada harga satuan bahan dan upah tenaga kerja di pasaran dan lokasi
pekerjaan.(Bachtiar, 2001).

Anda mungkin juga menyukai