Anda di halaman 1dari 13

PENGANTAR FILSAFAT HUKUM

MAKALAH : MENGENAL PARADIGMA FILSAFAT HUKUM

ROMBEL 6
ALVIANTA AGUSTIN
NIM : 8111420284

Dosen Pengampu:
Dr. Indah Sri Utari, S.H., M.Hum.
Syukron Salam, S.H.I., S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan
kesempatan pada Penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Mengenal Paradigma Filsafat Hukum dan
Penerapannya di Indonesia” dengan tepat waktu. Makalah “Mengenal Paradigma Filsafat
Hukum dan Penerapannya di Indonesia” disusun guna memenuhi nilai UAS (Ujian Akhir
Semester) pada mata kuliah wajib Pengantar Filsafat Hukum di Universitas Negeri Semarang.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
mengenai makna paradigma filsafat hukum.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Indah Sri Utari,
S.H., M.Hum. sebagai dosen Pengantar Filsafat Hukum. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni. Penulis menyadari
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun
dari pembaca akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 13 November 2020


Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.………………………………………………………..….…..……1

DAFTAR ISI.………………………………………………….……...........…….……..….2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .……………………………………………………………..…..3
1.2 Rumusan Masalah.………………………………………………………...…….4
1.3 Tujuan Penelitian .…………………………………………….…………..…….4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Paradigma………………………………………………………………5
2.2 Jenis – Jenis Paradigma Hukum…………………………………………………7
2.3 Paradigma Hukum dalam Pembangunan di Indonesia …………………………10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………....11
3.2 Saran………………………………………………..…………………….……...11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….…………12

2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kredibilitas suatu ilmu pengetahuan, nilai ekspektasi, dan ekspektasi yang
diperoleh dalam suatu peradaban masyarakat dalam kurun waktu tertentu ketiganya dapat
memengaruhi kadar kemajuan ilmu tersebut, termasuk didalamnya ilmu hukum. Perlu
diketahui juga bahwa ilmu pengetahuan bersifat dinamis yakni berkembang seiring
dengan kemajuan zaman. Oleh Karen itu manusia sebagai kaum pemikir tidak henti henti
dalam melakukan penelitian, pengembangan, dan penemuan suatu teori – teori dan ilmu
pengetahuan baru.
Dalam bidang hukum, maka untuk melaksanakan seefektif dan seefisien mungkin
penerapan ilmu hukum dalam kehidupan sehari – hari, diperlukannya paradigma sebagai
model ilmu pengetahuan yang menuntun masyarakat untuk memahami ilmu tersebut.
Satjipto Rahardjo menegaskan bahwa tidak ada tatanan sosial, termasuk di dalamnya
tatanan hukum, yang tidak bertolak dari kearifan pandangan tentang manusia dan
masyarakat. Dengan kata lain tidak ada tatanan atau aturan tanpa adanya paradigma.
Paradigma berperan sebagai pondasi atau model berpikir dalam menerapkan suatu ilmu
pengetahuan agar orang itu memahami mengapa ia haru mempelajari ilmu tersebut.
Konsep paradigma muncul karena kegundahan kegundahan Thomas S. Khun
ketika melihat terkotak – kotaknya ilmuan sosial sebagai akibat dari perselisihan pendapat
yang menyangkut sifat masalah dan metode ilmiah yang diakuivalid. Thomas S. Khun
melihat sumber perselisihan tersebut terletak dari perbedaan paradigma yang dianut
masing – masing ilmuan tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa Thomas S. Khun
merupakan tokoh pencetus konsep paradigma. Namun demikian Khun lebih memilih
menggunakan istila disciplinary matrix dan exemplar daripada paradigma itu sendiri.
Sedangkan paradigma memang dibutuhkan di setiap ilmu pengetahuan sebagai
konsep atau perspektif dasar yang membangun kerangka bertindak individu saat
mempelajari ilmu pengetahuan itu. Paradigma hukum juga memiliki jenis yang bermacam
– macam oleh karena itu, konsekuensinya adalah hukum itu sendiri mengekspresikan
bermacam – macam hal dengan perspektif dasarnya. Sehingga pada akhirnya dengan
mengenal apa itu paradigma hukum maka kita dapat dengan sukarela mengetahui dan
memahami hukum secara lebih baik dan menyeluruh daripada kita tidak mengenal
paradigma ilmu itu.

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka ddidapatkan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa definisi paradigma?
2. Apa saja jenis – jenis paradigma hukum?
3. Bagaimana penerapan paradigma hukum dalam pembangunan di Indonesia?

1.3 Tujuan
Dengan mengetahui rumusan masalah sebagaimana di atas, maka tujuan yang
akan di dapatkan dalam membuat makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi Paradigma
2. Mengetahui Jenis – jenis paradigma
3. Mengetahui penerapan paradigma hukum dalam pembangunan di Indonesia

4
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Paradigma
Sebelum membahas lebih lanjut seperti apa konsep paradigma dalam filsafat
hukum, ada beberapa pengertian paradigma sebagai istilah agar lebih mudah dipahami.
Mnurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paradigma secara umum dapat diartikan sebagai
model dalam teori ilmu pengetahuan, atau sebagai kerangka berpikir. Sesuai dengan latar
belakang di atas paradigma meruakan model atau skema teori ilmu pengetahuan. Namun
para ahli juga memberikan sumbangsihnya dengan mengemukakan pendapat mereka
mengenai pengertian dari paradigma itu sendiri. Berikut ini adalah pengertian paradigma
menurut para ahli :
1. Menurut Robert Freidrichs, paradigma merupakan kumpulan tata nilai yang
membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga terbentuk
citra subjektif seseorang terhadap ralita sehingga berujung pada ketentuan bagaimana
cara untuk menangani realita tersebut.
2. Menurut Thomas Kuhn, pengertian paradigma adalah landasan berpikir atau pun
konsep dasar yang digunakan atau dianut sebagai model atau pun pola yang dimaksud
para ilmuan dalam usahanya, dengan mengandalkan studi – studi keilmuan yang
dilakukannya.
3. Menurut George Ritzer (1980) Pandangan mendasar ilmuwan tentang apa materi
pelajaran harus dipelajari oleh cabang atau disiplin, dan apa aturan yang harus diikuti
dalam menafsirkan informasi yang akan dikumpulkan informasi yang dikumpulkan
dalam menanggapi isu-isu ini.
4. Menurut Harmon (dalam Moleong, 2004: 49) Paradigma adalah cara mendasar untuk
memahami, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu yang
khusus tentang realitas.
5. Menurut Patton (1975) Paradigma merupakan sebuah pandangan dunia, sebuah sudut
pandang umum, atau cara untuk menguraikan kompleksitas dunia nyata.

Berdasarkan definisi para ahli yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan
bahwa paradigma adalah cara orang melihat diri mereka sendiri dan lingkungan atau
cara pandang seseorang mengenai suatu hal, terutama ilmu pengetahuan yang akan
mempengaruhi pemikiran (kognitif), sikap (afektif), dan perilaku (konatif) Paradigma
juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai-nilai, dan praktik yang diterapkan

5
dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, disiplin
intelektual. Oleh sebab itu paradigma sebagai dasar utama dalam penilaian konsep
berpikir harus memiliki kesan yang baik bagi individu yang mempelajari ilmu
pengetahuan tersebut. Paradigma memiliki berbagai macam jenis, mengingat banyak
sekali aspek yang melekat dan sangat erat dengan kehidupan manusia. Macam –
macam paradigma itu di antaranya adalah paradigma politik, ekonomi, sosial dan
budaya, hukum, dan paradigma bidang kehidupan antar umat beragama.

Dari paparan pengertian paradigma di atas maka kita dapat menyimpulkan


bahwa paradigma memiliki setidaknya tiga unsur. Unsur – unsur tersebut adalah :
1. Paradigma sebagai pandangan mendasar sekelompok ilmuan;
2. Paradigma menitikberatkan pada objek ilmu pengetahuan yang seharusnya
dipelajari oleh suatu disiplin tentang;
3. Paradigma berarti menuntun metode kerja ilmiah yang digunakan untuk
mempelajari objek dari ilmu hukum tertentu.
Bertolak dari gagasan Kuhn tentang perkembangan sains, maka sangatkan
menarik mengamati pertumbuhan ilmu hukum. Sejumlah gagasan tentang hukum
telah eksis dalam suatu rangkaian pertumbuhan sains yang menyerupai gagasan
Kuhn. Bermula dari gagasan tentang hukum alam yang mendapatkan tantangan
dari bagian alirannya yang lebih muda (hukum alam rasional), ilmu hukum
kemudian telah berkembang dalam suatu bentuk revolusi sains yang khas. Salah
satu bentuk khas dari revolusi sains dalam bidang ilmu ini adalah bahwa kehadiran
suatu paradigma baru dihadapan paradigma lama tidak selalu menjadi sebab
tergeser atau jatuhnya paradigma itu. Maka dapat dikatakan paradigma hukum itu
mengajukan gagasan-gagaan tentang hukum. Hukum positif betul-betul mengalami
guncangan ekssistensial yang hebat kemudian mengakibatkan melunturnya
kepercayaan orang terhadap masalah kepastian hukum dan keadilan yang selama
hampir satu setengah abad dimitoskan oleh aliran hukum positif. Sedangkan
paradigma hukum progresif yang digagas Prof. Dr. Satjipto Rahardjo adalah
sebuah gagasan yang fenomenal yang ditujukan kepada aparatur penegak hukum
terutama kepada sang Hakim agar supaya jangan terbelenggu dengan positivisme
hukum yang selama ini banyak memberikan ketidakadilan kepada yustisiaben
(pencari keadilan) dalam menegakkan hukum.

6
2.2 Jenis – Jenis Paradigma Hukum
Paradigma hukum sendiri di dalam masyarakat tentunya berperan sebagai
perspektif atau kerangka pandangan terhadap suatu ilmu atau teori. Hukum merupakan
aspek kehidupan masyarakat yang memiliki banyak jenis, oleh sebab itu ekspresi dari
tiap tiap individu yang mempelajari hukum itu berbeda – beda tergantung dengan
paradigma nya. Namun demikian, paradigma hukum secara teori menyangkut nilai –
nilai tertentu. Menurut paradigma hukum, hukum berperan sebagai sistem nilai, hukum
sebagai ideologi dan hukum sebagai rekayasa sosial. Ketiga sistem tersebut dipahami
sebagai pemikiran paling mendasar yang harus dimiliki setiap individu dalam
memandang hukum. Dengan mengetahui jenis paradigma hukum maka setiap individu
dapat mengerti tujuan hukum di dalam dan menerapkannya dengan baik dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Berikut adalah uraian mengenai jenis – jenis
paradigma hukum :
1. Hukum sebagai sitem nilai
Salah satu wujud paradigma hukum adalah hukum sebagai sistem nilai,
dimana hukum itu sendiri dianggap sebagai nilai – nilai yang hidup di
dalam masyarakat dan mengatur segala aspek yang ada di masyarakat.
Dengan demikian, artinya hukum dan nilai yang ada harus sesuai dengan
kehendak masyarakat dan disepakati secara bersama. Hukum sebagai nilai
juga harus memenuhi moralitas di dalam penerapannya agar terjadinya
keseimbangan di dalam civil society. Apabila hukum tersebut tidak
berperan sebagai sistem nilai makamasyarakat tidak akan mengakui
adanya hukum itu dan hukum itu tidak diterima. Hukum harus mampu
memenuhi ukuran moral tertentu dan ia tidak layak disebut hukum apabila
memperlihatkan kegagalan-kegagalan sebagai berikut:
1) Kegagalan untuk mengeluarkan aturan
2) Kegagalan untuk mengumumkan aturan tersebut kepada publik
Kegagalan karena menyalahgunakan perundang-undangan yang
berlaku surut
3) Kegagalan karena membuat aturan-aturan yang saling bertentangan
Kegagalan karena menuntut dilakukannya perilaku di luar
kemampuan orang yang diatur
4) Kegagalan karena sering melakukan perubahan
5) Kegagalan untuk menyerasikan aturan dengan praktiknya
7
Bangsa Indonesia juga mengalami konflik nilai-nilai dalam hukum. Di
satu pihak ingin hidup dengan mendasarkan pada kehidupan berorentiasi
kepada niali-nilai komunal, seperti musyawarah dan kebapakan, tetapi
pada waktu yang sama, disadari atau tidak, digunakan doktrin besar rule of
law. Dalam sosiologi hukum, konflik-konflik seperti itu dijelaskan dari
interaksi antara nilai-nilai tertentu dengan struktur sosial di mana nilai-
nilai itu dijalankan. Struktur sosial ini adalah realitas sosiologis yang
merupakan modal suatu bahasa untuk memahami dan mempraktikan
perlindungan hak asasi manusia.
2. Hukum sebagai ideologi
Tokoh yang berperan dalam hal ini adalah Karl Marx. Ia mengatakan
bahwa hukum adalah tatanan peraturan untuk kepentingan orang berpunya
dalam masyarakat. Dengan pendapatnya yang demikian ia menempatkan
paradigma hukum yakni hukum sebagai ideologi. Karl Marx berpendapat
bahwa hukum sebagai ideologi ini berkaitan dengan kondisi ekonomi dan
adanya pertentangan antar kelas – kelas sosial. Representasi dari
paradigma hukum sebagai ideologi adalah berlakunya hukum kontrak.
Hukum kontrak hadir saat abad ke – 19. Artinya kontrak hukum
merupakan hal yang melibatkan kedua belah pihak untuk mencapai
persetujuan.
Ideologi hukum sebagai paradigma tidak membiarakan hukum sebagai
suatu lembaga yang netral. Dunia menjadi sangat tersentak, pada waktu
menyaksikan praktik Negara Jerman-Nazi, sebagai Negara hukum.
Ternyata Negara hukum Jerman tidak menghalangi praktik untuk
melakukan genocide terhadap ras yahudi. Ideologi yang berhubungan
dengan ras di Amerika Serikat, yaitu ideologi keunggulan kulit putih telah
menimbulkan penyebutan keadilan berdasar atas kelas (class justice, white
justice). Kendatipun hukumnya menyatakan asas persamaan dihadapan
hukum, tetapi Amerika terbelah dua menjadi Amerika putih dan hitam,
dimana penduduk hitam ditempatkan di bawah penduduk kulit putih.
Peter Gabel dan Jay M. Feinman mengamati perubahan-perubahan
dalam sosial ekonomi yang memunculkan ideologi berbeda dan yang pada
gilirannya membentuk konsep tentang kontrak. Ideologi tersebut berfungsi
untuk melegitimasi praksis kontrak dalam konteks tatanan sosial ekonomi
8
yang berbeda-beda. Legitimasi kontrak pada abad ke-29 adalah ideologi
tentang persaingan bebas sebagai konsekuensi dari interaksi antara
individu secara sukarela, yang pada dasarnya bebas dan sederajad satu
sama lain. Ideologi tersebut mengabaikan kenyataan tentang terbatasnya
kebebasan pasar yang muncul dari posisi kelas seseorang dan
pendistribusian kekayaan yang tidak sama.
3. Hukum sebagai rekayasa sosial
Hukum sebagai rekayasa sosial atau sarana rekayasa sosial merupakan
fenomena yang menonjol pada abad ke-20 ini. Hukum sangat dinamis dan
mengikuti perkembangan zaman dalam membentuk rekayasa sosial. Tidak
seperti halnya dalam suasana tradisional, dimana hukum lebih merupakan
pembadanan dari kaidah-kaidah sosial yang sudah tertanam dalam
masyarakat, hukum sekarang sudah menjadi sarana yang sarat dengan
keputusan politik.
Penggunaan hukum sebagai sarana rekayasa sosial tidak dapat
dilepaskan dari anggapan serta faham bahwa hukuman itu merupakan
sarana (instrumen) yang dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan yang jelas.
Penggunaan hukum sebagai sarana rekayasa sosial membawa kita kepada
penelitian mengenai kaitan antara pembuatan hukum atau cara-cara yang
dilakukan oleh hukum dengan hasil atau akibat yang kemudian muncul.
Adam Podgorecki mengajukan beberapa langkah yang harus ditempuh,
apabila pembuatan hukum ingin memberikan akibat seperti dikehendaki.
Adapun langkah-langkah dalam rekayasa sosial itu antara lain :
1) Mendeskripsikan situasi yang dihadapi dengan baik
2) Analisis terhadap situasi
3) Melakukan verifikasi hipotesa-hipotesa
4) Pengukuran efek hukum yang dibuat.
Proses rekayasa sosial bukan merupakan proses yang sekali jadi
melainkan sebuah skema yang memerlukan perencanaan yang matang
untuk mendapatkan kesepakatan. Paradigma hukum sebagai rekayasa
sosial akan membantu para penegak hukum atau sarjana hukum dalam
menentukan rekayasa sosial karena paradigma ini memberikan gambaran
mengenai cara – cara untuk menentukan rekayasa sosial.

9
2.3 Paradigma Hukum dalam Pembangunan di Indonesia
Pemikiran hukum dan masyarakat tidak dapat dipisahkan dari dimensi
masyarakat sipil oleh karena itu salah satu yang harus diterapkan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara adalah suatu kehidupan hukum dalam masyarakat. Hal ini
dilakukan bukan semata – mata karena Indonesia meruakan negara hukum. Lebih dari itu
tatanan hukum di dalam masyarakat memang sudah lama ada dan membaur di tengah
kehidupan masyarakat dalam rangka menciptakan suasana yang aman dan damai. Karena
hakikatnya itulah yang menajadi tujuan adanya hukum. Dalam konteks membangun
hukum yang bermuara pada karakter ke – Indonesiaan menjadi lebih penting, ketika
pemikir hukum dan penegak hukum di negeri ini memiliki komitmen bahwa hukum
nasional yang akan diciptakan merupakan kerangka acuan atau skema bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara, untuk menentukan identitas nasional.
Paradigma hukum membangun konsep berpikir masyarakat ke arah hukum
dengan memberikan pengertian dan kerangka berpikir terhadap hukum sehingga
masyarakat mampu menumbuhkan kesadaran untuk menaati hukum karena kita mengerti
apa dampak dari adanya hukum tersebut. Paradigma hukum sebagai sistem nilai dapat
berperan memberikan kerangka berpikir kepada para pembuat kebijakan dan regulasi agar
produk hukum yang mereka buat sesuai dengan nilai – nilai yang dikehendaki
masyarakat. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah bertujuan untuk menstimulasi
pemebangunan nasional, dengan tatanan aturan. Karena aturan atau hukum dibuat untuk
mencapai tujuan nasional negara.
Paradigma hukum sebagai ideologi di Indonesia juga memberikan kontribusi
terhadap pembangunan nasional. Hal ini karena, Indonesia sendiri berdiri sejak dulu
sebagai negara hukum yang menganggap bahwa hukum adalah alat utama dalam
mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian paradigma ini
memberikan konsep berpikir untuk masyarakat agar senantiasa memahami dan memaknai
hukum dalam kehidupan berbangsa dan bernegara baik itu hukum adat, hukum agama,
dan hukum nasional semuanya memiliki peran penting dan kedudukan di dalam negara
ini. Apabila bangsa Indonesia telah memahami paradigma hukum sebagai ideologi maka
dapat dipastikan bahwa pembangunan nasional akan berprogres karena orang – orang di
dalam pemerintahan senantiasa mematuhi hukum. Pada akhirnya paradigma hukum akan
memberikan pengaruh terhadap pembangunan karena berperan menumbuhkan
rasionalitas untuk menuntun individu dalam bertindak dan cakap hukum, sehingga
kecakapan ini nantinya berpengaruh terhadap pembangunan nasional
10
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Paradigma adalah cara orang melihat diri mereka sendiri dan lingkungan atau
cara pandang seseorang mengenai suatu hal, terutama ilmu pengetahuan yang akan
mempengaruhi pemikiran (kognitif), sikap (afektif), dan perilaku (konatif) Paradigma
juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai-nilai, dan praktik yang diterapkan
dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, disiplin
intelektual. Sedangkan paradigma hukum adalah model atau skema berpikir mengenai
bidang hukum positivistik dan tentunya memengaruhi kita dalam bertindak. Indonesia
sebagai negara hukum sudah selayaknya mampu mengembangkan paradigma hukum.
Paradigma hukum bukan sebatas pemikiran dan teori ilmu pengetahuan hukum, namun
juga didalamnya memuat pandangan untuk menaati hukum dan menjadikan hukum
berperan dalam pembangunan nasional. Oleh sebab itu, paradigma hukum harus
dikembangkan kea rah yang lebih baik lagi, bukan hanya sekadar pembelajaran teori
semata namun juga diterapkan di dalam kehidupan bernegara.

3.2 Saran
Penulis menyarankan dalam membuat tulisan mengenai paradigma hukum
sebaiknya perlu dikaji menggunakan penelitian kualitatif. Penekanan topik pada
paradigma hukum seharusnya memberikan peluang untuk mengkaji secara fokus dan
utuh. Paradigma hukum yang dipaparkan juga mampu dipahami sebagai cara – cara untuk
para penegak hukum atau para sarjana hukum untuk dapat merekontruksi hukum sebagai
rekayasa sosial dengan memperhatikan nilai – nilai yang ada di dalam hukum itu sendiri.

11
DAFTAR PUSTAKA
Atmasasmita, Romli. (2012). Tiga Paradigma Hukum dalam Pembangunan Nasional. Jurnal
Hukum PRIORIS. 3(1), 5 – 18.

Ludia, Pipih; Muin, Fakhtul; dan Prihartono, Agus. (2018). Paradigma Pembentukan Hukum
di Indonesia Dalam Dimensi Ke – Tuhanan: Suatu Tinjauan Terhadap Nilai – Nilai
Ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Hukum Ransendental Pengembangan dan Penegakan
Hukum di Indonesia. 115 – 124.

Muliyawan. 2020. Paradigma Hukum Positif. http://www.pn-palopo.go.id/index.php/media-


center/artikel/184-paradigma-hukum-progresif (Diakses pada tanggal 16 Desember
2020)

Muslim. (2015) Varian – Varian Paradigma, Pendekatan, Metode, dan Jenis Penelitian Dalam
Ilmu Komunikasi. Wahana. 1(10). 77 – 85.

Rina, Ramlani. (2017). Paradigma Filsafat Positivisme Hukum di Indonesia. Al – Daulah:


Jurnal Hukum dan Perundangan Islam. 7(2). 323 – 338.

Riwanto, Agus. (2016). Mengembangkan Paradigma Sistem Hukum dari Positivism ke


Kontruktivisme. Jurnal Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Udayana. 38(1).99 -116.

12

Anda mungkin juga menyukai