Anda di halaman 1dari 15

PENGANTAR FILSAFAT HUKUM

MAKALAH : KONSEP KEADILAN SEBAGAI TUJUAN HUKUM


DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT HUKUM

ROMBEL 6

ALVIANTA AGUSTIN
NIM : 8111420284

Dosen Pengampu :
Dr. Indah Sri Utari, S.H., M.Hum.
Syukron Salam, S.H.I., S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.………………………………………………….……..…………1

KATA PENGANTAR………………………….………………………..……..2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………..……..………3


1.2 Rumusan Masalah…………………………….…………..……………........4
1.3 Tujuan..………………………………………………………..…..………...4
1.4 Manfaat..………………………………………………………..…..……….4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Makna Keadilan……………...…………………….….............5


2.2 Keadilan Sebagai Prinsip Negara Hukum……………...……………………8
2.3 Konsep Keadilan Dalam Perspektif Filsafat Hukum……………….….…...10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………13

3.2 Saran…………………………………………………..…………….…...….13

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….14

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Mahakuasa karena telah
memberikan kesempatan pada Penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas
rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul
“Konsep Keadilan Dalam Perspektif Filsafat Hukum” dengan tepat waktu. Makalah
“Konsep Keadilan Dalam Perspektif Filsafat Hukum” disusun guna memenuhi nilai
UTS (Ujian Tengah Semester) pada mata kuliah wajib Pengantar Filsafat Hukum
di Universitas Negeri Semarang. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca mengenai konsep keadilan secara umum
maupun konteks filsafat.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Indah


Sri Utari, S.H., M.Hum. sebagai dosen Pengantar Filsafat Hukum. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami
tekuni. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca akan kami terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 13 November 2020

Penulis

2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keadilan merupakan terminologi yang memiliki arti yang berbeda
dalam masing – masing bidangnya. Keadilan itu sendiri memiliki banyak
dimensi yakni sosial, ekonomi, dan hukum. Secara gamblang keadilan sering
dikaitkan dengan sesuatu yang dianggap benar, mewakili dan dapat diterima
semua pihak. Ukuran dalam menyelesaikan permasalahan dalam konteks
hukum adalah keadilan. Karena itu seorang penegak hukum berusaha
mengambil keputusan yang adil dan sesuai dasar hukum. Namun dalam kasus
tertentu ada pihak – pihak yang merasa bahwa putusan tersebut adil.
Keadilan memiliki rasa yang berbeda. Sebuah keadilan dapat terwujud
dari hati nurani. Dalam pandangan literatur keadilan sering dikaitkan sebagai
suatu sikap dan karakter seseorang. Keadilan bertentangan dengan
ketidakadilan. Keadilan merupakan cita – cita masyarakat dan seharuasnya
keadilan tidak memihak. Namun pasa kenyataanya kaum tidak berdaya sering
kali mengalami ketidakadilan. Ketidakberdayaan individu ini bisa berupa tidak
adanya perlindungan hukum, jaminan hukum, kelemahan materi, finansial dan
lain lain. Hal – hal demikian akhirnya mematahkan tujuan hukum yang idealis
yakni keadilan. Sebagai cita – cita utopis hukum , keadilan harus menjadi
prioritas dan langkah – langkah untuk mencapai tujuan tersebut harus dilakukan
secara efektif.
Keadilan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tujuan hukum itu
sendiri, di samping kepastian hukum dan kemanfaatan. Menyikapi adanya
beberapa permasalahan hukum yang terjadi di negara Indonesia yang kemudian
dituangkan dalam beberapa putusan hakim sehingga membawa pada satu
perenungan bahwa terminologi keadilan yang notabene ada dalam kajian
filsafat dapatkah dijadikan sebagai bagian utama dalam pencapaian tujuan
hukum, mengingat konsep keadilan yang bersifat abstrak sehingga diperlukan
pemahaman dalam filsafat ilmu hukum yang akan menjelaskan nilai dasar
hukum secara filosofis sehingga dapat membangun hukum yang sebenarnya.

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas maka tujuan
rumusan masalah yang akan diuraikan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana definisi dan makna keadilan?
2. Bagaimana konsep keadilan dalam perspektif filsafat hukum?
1.3 Tujuan
Dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang
akam dicapai dalam pembahasan ini adalah :
1. Mengetahui definisi dan makna keadilan
2. Mengetahui konsep keadilan dalam perspektif filsafat hukum
1.4 Manfaat
Manfaat penyusunan makalah ini secara umum adalah menambah
pengetahuan penulis dan pembaca tentang konsep keadilan dalam perspektif
hukum sehingga mampu mengerti mengapa keadilan dijadikan sebagai tujuan
hukum yang idealis. Sedangkan manfaat penyusunan makalah secara khusus
adalah dapat memenuhi penugasan Ujian Tengah Semester mata kuliah
Pengantar Filsafat Hukum.

4
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Keadilan
Sebelum menyimpulkan lebih jauh definisi keadilan, berikut adalah definisi
keadilan menurut para ahli yang dapat dijadikan acuan dan gambaran mengenai
keadilan sebagai tujuan hukum yang ideal :

1. Aristoteles : Mengemukakan bahwa keadilan ialah tindakan yang


terletak diantara memberikan terlalu banyak dan juga sedikit yang dapat
diartikan ialah memberikan sesuatu kepada setiap orang sesuai dengan
memberi apa yang menjadi haknya.

2. Plato : Mengemukakan bahwa pengertian keadilan ialah diluar


kemampuan manusia biasa yang mana keadilan tersebut hanya ada di
dalam suatu hukum dan juga perundang – undangan yang dibuat oleh
para ahli.

3. Thomas Hubbes : Mengemukakan bahwa pengertian keadilan ialah


sesuatu perbuatan yang dikatakan adil jika telah didasarkan pada suatu
perjanjian yang telah disepakati.

4. Magnis Suseno : Mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian


keadilan ialah keadaan antarmanusia yang diperlakukan dengan sama
,yang sesuai dengan hak serta kewajibannya masing-masing.

5. Notonegoro : Mengemukakan bahwa keadilan adalah suatu keadaan


yang dikatakan adil apabila sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku dalam lingkungan tersebut.

Dari kelima contoh pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dapat
disimpulkan bahwa keadilan adalah menempatkan apa yang menjadi hak nya sesuai
dengan takarannya masing – masing yang dapat diterima san menjadi penyelesaian
dalam permasalahan. Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang
antara hak dan kewajiban. Jika kita mengakui hak hidup kita, maka sebaliknya kita

5
wajib mempertahankan hak hidup dengan bekerja keras tanpa merugikan orang
lain.

Hal ini karena orang lain pun mempunyai hak hidup seperti kita. Jika kita
pun mengakui hak hidup orang lain, kita wajib memberikan kesempatan kepada
orang lain untuk mempertahankan hak hidup mereka sendiri. Jadi, keadilan pada
pokoknya terletak pada keseimbanganatau keharmonisan antara menuntut hak, dan
menjalankan kewajiban. Dapat dikatakan juga bahwa keadilan merupakan
representasi dari kebahagiaan masyarakat. Dari adanya cita – cita utopis mengenai
keadilan maka akan sangat dinantikan apabila kebahagiaan itu benar – benar
terwujud adanya.

Masyarakat menganggap bahwa pihak – pihak yang berwenang


mewujudkan keadilan adalah mereka yang bertindak sebagai penegak hukum. Hal
ini tercermin karena keadilan merupakan bagian dari tujuan hukum dan merupakan
titik tertinggi dalam penyelesaian masalah. Namun lebih luas dari pada itu
sebenarnya masing – masing dari setiap individu harus memiliki sikap adil dan
mampu menciptakan keadilan. Keadilan merupakan sikap dasar yabg harus dimiliki
manusia. Sikap ini menjadi dasar kemanusiaan karena sikap ini diwujudkan untuk
membentuk rasa saling menghargai dan memberikan apa yang menjadi hak nya
bagi mereka. Dengan demikian keadilan dimaknai sebagai bentuk dari adanya
nurani manusia.

Keadilan merujuk pada suatu keadaan, tuntutan, dan keutamaan. Keadilan


sebagai keadaan adalah kondisi yang menggambarkan bahwa manusia memiliki
hak – hak mereka dan hak tersebut dapat diwujudkan dengan porsi nya masing
masing sehingga mereka mendapatkan apa yang harusnya mereka dapatkan dan
diperlakukan sebagaimana mestinya. Apabila di suatu negara terjadi demikian,
kondisi ini lah yang menggambarkan keadilan. Artinya di negara tersebut keadilan
dapat terwujud. Keadilan yang menjadi representasi dari kebahagiaan masyarakat
bukan lagi menjadi cita – cita saja namun sudah menjadi suatu kondisi yang wajar.

Keadilan sebagai tuntutan artinya memuntut agar keadaan adil itu


diciptakan baik dengan mengambil tindakan yang diperlukan, maupun dengan

6
menjauhkan diri dari tindakan yang tidak adil. Dalam konteks ini berarti keadilan
belum terwujud dan mungkin saja justru berlaku sesuatu yang tidak adil sehingga
pada akhirnya semua yang ada di dalam lingkungan tersebut mendamba keadilan
dan keadilan tersebut menjadi tututan. Apabila keadilan sudah menjadi tuntutan
berarti masyarakat sangat memerlukan itu dan keadilan harus ada untuk mengakhiri
hal yang salah atau tidak diinginkan. Dengan keadilan sebagai tuntutan maka
diharapkan pihak berwajib atau yang terlibat di dalam sebuah penentu kebijakan
untuk menciptakan keadilan diharapkan dapat membuat sesuatu yang mamph
mewujudkan rasa adil.

Keadilan sebagai keutamaan artinya keadilan senantiasa menjadi tujuan


atau keutamaan dari segala tindakan dalam aspek sosial, ekonomi, budaya,
pendidikan dan terutama hukum. Apabila keadilan dalam kondisi ini belum dapat
terwujud maka keadilan belum menjadi keutamaan dalam melaksanakan segala
tindakan dan putusan. Dengan demikian keadilan harus diterapkan dan dijadikan
sebagai sikap dan tekad untuk mewujudkan kondisi adil. Oleh karena itu para
penegak hukum maupun individu harua mengerti apa yang dimaksud dengan
keadilan karena keadilan bukan merupakan perkara sama rasa atau sama rasa, setiap
orang memiliki porsinya masing – masing.

Keadilan menurut Aristoteles dapat dibedakan menjadi tiga yaitu keadilan


komutatif, distributif, dan keadilan legal, berikut penjelasannya :

1. Keadilan komutatif, keadilan ini berpandangan menurut kesamaan dalam


pertukaran, misalnya mengembalikan pinjaman atau jual beli yang berlaku
pantas, tidak ada yang rugi. Keadilan komutatif sering terjadi dan dilakukan
oleh masyarakat secara umum.
2. Keadilan distributif, keadilan ini menuntut kesamaan dalam membagikan
apa yang menguntungkan dan dalam menuntut pengorbanan. Misalnya
kekayaan alam dinikmati secara adil dan pengorbanan untuk pembangunan
dipikul bersama-sama secara adil.
3. Keadilan legal, keadilan ini menuntut kesamaan hak dan kewajiban
terhadap negara sesuai dengan undang-undang yang berlaku.Perwujudan
keadilan dalam tiga arti tersebut di atas sangat tergantung pada pribadi-

7
pribadi yang bersangkutan. Entah mereka bersikap adil atau tidak, tetapi hal
itu juga tergantung pada struktur sosial, politik dan ekonomi serta budaya
dalam masyarakat seluruhnya.

Perwujudan ketiga keadilan diatas adalah relatif artinya tergantung pada


masing masing orang atau individu. Karena setidaknya hal ini dipengaruhi oleh
struktur ekonomi, struktur sosial, pendidikan dan hal – hal yang disepakati. Apabila
telah mencapai kebahagiaan diantara kedua belah pihak dan rasa saling tercukupi
maka bisa dikatakan bahwa hal itu adalah adil walaupun kita melihat tidak sama
atau tidak berimbang jumlah kuantitatif nya. Contohnya hubungan timbal balik
antara majikan dan pekerja didalamnya terdapat kesepakatan dalam memberikan
upah yang didasarkan pada negosiasi, penawaran atau permintaan.

2.2 Keadilan Sebagai Prinsip Negara Hukum

Keberadaan hukum ditentukan oleh perilaku, sifat, dan sikap yang berada
dalam jiwa manusia sebagai kondrat berkehidupan dan bermasyarakat. Pengaturan
kaidah hukum tentang tatanan manusia tidak hanya berpedoman kepada aturan
baku yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan saja, melainkan
juga berpedoman kepada segala norma dan nilai moral yang melekat kepada setiap
warga negara di dalam sebuah negara. Hukum dalam konteks negara Indonesia
yang menganut sistem demokrasi menjunjung nilai-nilai keadilan yang ada
didalamnya yang secara prinsip berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Nilai keadilan yang tertulis dalam konstitusi negara dan dasar negara
menjadi ciri bahwa keadilan dan hukum secara prinsip berdampingan. Keadilan
hadir sebagai bentuk konsekuensi adanya hukum. Hal ini harus senantiasa
diperkenalkan dan dijadikan sebagai pedoman nilai moral dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Nilai – nilai keadilan selalu menjadi bagian dari harapan
semua orang. Tujuan daripada adanya hukum adalah keadilan yang mampu
dirasakan semua kalangan masyarakat. Oleh karenanya dalam pembentukan hukum
positif harus memikirkan nilai – nilai tersebut.

8
Sebagai hukum positif dalam suatu negara hukum, penegakan hukum
dituntut agar dilakukan secara profesional, proporsional, baik, adil, serta bijak
sehingga sesuai dengan kaidah-kaidah kemanfaatan, kebaikan dan kesetaraan
dalam hukum itu sendiri. Para penegak hukum artinya mereka yang berwenang
dalam menangani tindak pelanggaran hukum sehingga bisa memberikan sanksi
yang sesuai dan tertera di dalam Undang – undang atau bentuk aturan lainnya baik
tertulis maupun tidak tertulis supaya menimbulkan efek jera bagi pelanggar dan
dalam rangka menciptakan suasama yang kondusif dan tertib dalam ruang lingkup
kenegaraan.

Negara yang demokratis mengedapankan konsep keadilan hukum dalam


menciptakan negara hukum yang memberikan rasa adil kepada setiap warga
negaranya dengan peraturan-peraturan yang teratur dalam penegakannya, sehingga
menghasilkan hukum yang baik dan berkualitas demi mencapai tujuan keadialan
serta kesejahteraan bagi rakyat Indonesia seutuhnya sebagai pemegang kekuasaan
dan kedaulatan Negara. Dalam penjabaran di atas, maka dapat dikatakan keadilan
sebagai prinsip negara hukum dapat diinterpretasikan melalui adanya tindakan
demokrati saat pembuatan hukum. Dalam menentukan hukum seyogyanya negara
mau melibatkan masyarakat.

Tindakan demokratis ini merupakan bahasa komunikatif rakyat untuk


pemerintah dalam penegakan hukum yang diharapkan dapat memberikan solusi
atau jawaban atas keadilan yang diperlukan oleh masyarakat. Relevansi antara
demokraso yang berlaku dengan tujuan hukum dalam mewujudkan keadilan
kiranya dapat dilihat seperti penjabaran di atas. Dalam menentukan keadilan pun
harus memperhatikan semua aspek dalam masyarakat karena keadilan hukum
adalah cita – cita bersama yang harus diwujudkan dan merupakan tujuan hukum
yang utama. Dalam pandangan filsafat keadilan juga dipandang seperti falsafah
atau dasar dalam menentukan hukum.

Dalam hal ini pemerintah melalui perangkat peraturan Perundang


undangannya, harus menjamin perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia,
dimana hak asasi manusia dapat pula diterjemahkan sebagai hak tertinggi, atas
masing - masing individu masyarakat yang diasumsikan setara dengan kedaulatan

9
dari individu – undang yang bersangkutan. Sasarannya agar perangkat peraturan
tersebut dapat memenuhi cita keadilan sebagai manifestasi dari kedaulatan rakyat.

2.3 Keadilan dalam Perspektif Filsafat Hukum

Keadilan merupakan sesuatu yang abstrak, namun demikian, semua orang


mendambakan keadilan sebagai bagian dari kebahagiaan dan kesejahteraan mereka.
Dengan adanya keadilan maka suasana tertib dan damai akan senantiasa berjalan di
dalam kondisi yang ajeg karena masing – masing pihak merasa hak nya terpenuhi
secara layak dan seimbang. Di dalam Ilmu hukum keadilan itu merupakan ide dan
tujuan hukum namun secara pasti dan gramatikal keadilan itu tidak dapat
didefinisikan oleh ilmu hukum, oleh karenanya keadilan harus dikaji dari sudut
pandang teoritik dan filosofis. Hal ini cenderung mengarah pada bentuk atau wujud
keadilan yang tidak sama bagi antara masing – masing orang.

Berikut adalah konsep keadilan yang diuraikan dalam sudut pandang


filosofis dan pembahasannya difokuskan pada :

1. Konsep Keadilan Menurut Pemikiran Klasik

Konsep keadilan pada masa ini, berasal dari pemikiran mengenai


perilaku manusia terhadap lingkungan alam dan sesamanya. Inti dari
berbagai pemikiran filsafat ini terdiri dua golongan objek. Pertama objek
materia yaitu segala sesuatu yang ada atau yang mungkin ada, baik yang
konkrit alamiah maupun yang abstrak non material contohnya seperti jiwa
atau rohani termasuk juga nilai yang abstrak seperti kebenaran, nilai
keadilan, hakekat demokrasi dan lain – lain. Kedua adalah objek formal
yaitu sudut pandang atau tujuan dari pemikiran dan penyelidikan atas objek
material, yakni mengerti sedalam – dalamnya, menemukan kebenaran atau
hakekat dari sesuatu yang diselidiki sebagai objek materia.

Salah satu diantara teori keadilan yang dimaksud antara lain teori
keadilan dari Plato yang menekankan pada harmoni atau keselarasan. Bagi
Plato keadilan tidak dihubungkan secara langsung dengan hukum. Baginya
keadilan dan tata hukum merupakan substansi umum dari suatu masyarakat

10
yang membuat dan menjaga kesatuannya. Konsepsi keadilan Plato yang
demikian ini dirumuskan dalam ungkapan “giving each man his due” yaitu
memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya. Untuk itu
hukum perlu ditegakkan dan Undang – undang perlu dibuat. Dalam
kaitannya dengan hukum, objek materianya adalah masalah nilai keadilan
sebagai inti dari asas perlindungan hukum, sedangkan objek formanya
adalah sudut pandang normatif yuridis dengan maksud menemukan prinsip
dasar yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan masalah yang timbul di
bidang penggunaan nilai keadilan dimaksud.

2. Konsep Keadilan Menurut Pemikiran zaman Modern

Konsep keadilan pada jaman modern diwarnai dengan


berkembangnya pemikiran-pemikiran tentang kebebasan, antara lain
munculnya aliran liberalisme yaitu suatu aliran yang tumbuh di dunia barat
pada awal abad ke-XVII Masehi. Aliran ini mendasarkan diri pada nilai –
nilai ajaran etika khususnya individualisme, sanksi moral dan penggunaan
akal. Dalam bidang politik dianut konsepsi tentang pemerintahan demokrasi
yang dapat menjamin tercapainya kebebasan. Kebebasan menjadi tolak
ukur adanya keadilan pada masa ini.

Kebebasan dalam konteks kenegaraan diwujudkan dengan adanya


demokrasi atau kebebasan dalam berpendapat di muka umum. Konsepsi
keadilan kaum libeealisme adalah adanya kebebasan yang diperoleh
individu untuk menentukan apa yang akan ia perbuat, apa yang ia pikirkan
dan apa yang akan diungkapkan. Menurut kaum liberalis ketertiban akan
ada seiring dengan adanya kebebasan individu. Teori keadilan kaum
liberalis dibangun di atas dua keyakinan. Pertama, manusia menurut sifat
dasarnya adalah makhluk moral. Kedua, ada aturan-aturan yang berdiri
sendiri yang harus dipatuhi manusia untuk mewujudkan dirinya sebagai
pelaku moral.

Berbeda dengan kaum liberal, penganut utilitarianisme menolak


digunakannya ide hukum alam dan suara akal dalam teori mereka. Konsep

11
keadilan pada aliran ini didasarkan pada asas kemanfaatan dan kepentingan
manusia. Keadilan mempunyai ciri sebagai suatu kebajikan yang
sepenuhnya ditentukan oleh kemanfaatannya, yaitu kemampuannya
menghasilkan kesenangan yang terbesar bagi orang banyak.

3. Konsep Kadilan Sebagai Ide Hukum

Pemikiran keadilan dalam hubungannya dengan hukum sejak lama


sudah dikemukakan oleh Aristoteles dan Thomas Aquinus dengan
mengatakan sebagai berikut (Radbruch dan Dabin, 1950:432): Justice forms
the substance of the law, but his heterogeneous substance is composed of
three elements: an individual element: the suum cuiquire tribuere
(individual justice): a social element: the changing fundation of
prejudgments upon which civilization reposes at any given moment (social
justice), and a political element, which is based upon the reason of the
strongest, represented in the particular case by the state (justice of the
state). Hal ini menunjukkan ada pengaruh timbal balik antara hukum dan
keadilan.

Artinya hukum diciptakan berdasarkan kaidah – kaidah moral yang


adil dan senantiasa mengutamakan keadilan yang menjadi cita – cita
bersama. Sebab, karena itulah hukim diciptakan. Jika tidak adanya
keinginan atau cita – cita keadilan di dalam sebuah masyarakat maka tidak
ada hukum sebagai alat untuk mewujudkan keadilan dan ketertiban tersebut.
Oleh karena itu hukum sangat berkaitan dengan keadilan. Setiap hukum
pasti berpegang teguh oada prinsip keadilan. Beberapa teori tentang
keadilan seperti yang dikemukakan oleh Stammler, Radbruch dan Kelsen
menitikberatkan keadilan sebagai tujuan hukum. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hukum yang mewujudkan keadilan itu mutlak
diperlukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tanpa adanya hukum
hidup manusia menjadi tidak teratur dan manusia kehilangan kemungkinan
untuk berkembang secara manusiawi.

12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Konsepsi keadilan dalam filsafat hukum bahkan memiliki makna berbeda.


Hal ini karena pendapat dan pandangan para tokoh diperngaruhi oleh struktur
ekonomi, sosial, budaya, dan bahkan pemikiran tokoh lain yang berkembang pada
zaman itu. Sehingga keadilan diciptakan oleh masayarakat sesuai dengan
perkembangan zaman pada saat itu. Namun demikian ada beberapa pihak yang
tidak sependapat dengan konsep keadilan yang dikemukakan oleh para tokoh.
Karena itu lah keadilan merupakan terminologi yang tidak dapat di tarik
kesimpulannya secara sama.

3.2 Saran
Setelah membaca dan memahami lebih jelas bagaimana konsep keadilan
dalam pandangan filsafat hukum, sebaiknya para pembaca mampu mengulas lebih
dalam mengenai konsep keadilan dalam pandangan filsafat hukum. Selain itu juga
apa yang telah didapatkan hendaknya diterapkan dan diamalkan dalam kehidupan
sehari – hari mengenai konsep keadilan. Alangkah baiknya apabila setiap manusia
memiliki kesadaran akan keadilan yang dapat dilakukan dalam bentuk apapun.
Penerapan keadilan dalam lingkup hukum akan membimbing sebuah lingkungan
pada ketertiban dan kondisi yang kondusif.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bahder Johan. 2013. Kajian Filosofis Tentang Konsep Keadilan dari Pemikiran
Klasik Sampai Pemikiran Modern. Universitas Jambi. Vol. 3 No. 2

Inge Dwisvimiar. 2011. Keadilan Dalam Perspektif Filsafat Hukum. Universitas


Sultan Ageng Tirtayasa. Vol. 11 No. 3

Mahir Amin. 2014. Konsep Keadilan Dalam Filsafat Hukum Islam. Fakultas
Syari'ah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya. Vol. 4 No. 2

Muhammad Helmi. 2015. Konsepsi Keadilan Dalam Filsafat Hukum dan Filsafat
Hukum Islam. Sharī'a Department, STIS Samarinda. Vol. XIV No. 2

Parta Setiawan. 2020. Pengertian Keadilan Makna , Macam, Landasan, Sosial,


Para Ahli. https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-keadilan/Diakses pada
tanggal 14 November 2020)

14

Anda mungkin juga menyukai