NIM : 8111420284 Rombel : 6 Matkul : Pengantar Filsafat Hukum Jadwal : Senin, Pukul 11.00 Dosen : 1. Dr. Indah Sri Utari, S.H., M.Hum. 2. Syukron Salam S.H.I., S.H., M.H.
1. Pengertian Jurisprudence menurut Richard Posner
Kata Jurisprudence berasal dari bahasa latin yaitu Juris (law ; Hukum) dan Prudens (Skilled; terlatih), penjabaran ini merupakan pengertian secara bahasa atau secara etimologis. Menurut para ahli sebenarnya Jurisprudence memiliki makna yang longgar. Longgarnya makna jurisprudence ini membuat tidak mudah pula untuk mengkategorikan jurisprudence. Merujuk pada soal, pengertian Jurisprudence menurut Richard A. Posner (The Problems of Jurisprudence, 1993) seorang guru besar Harvard University mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan Jurisprudence adalah bidang analisis yang paling umum, fundamental dan teoretis dari fenomena sosial yang disebut hukum. Sebagian besar berurusan dengan masalah dan menggunakan perspektif , jauh dari keprihatinan sehari – hari para praktisi hukum. Masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan mengacu penalaran dari bahan untuk konvensional, perspektif yang tidak dapat direduksi menjadi doktrin hukum atau penalaran hukum.
2. Pengertian Ontologi, Epistemologi, Teologi dan Aksiologi
Ontologi, Epistemologi, Teologi dan Aksiologi merupakan landasan atau dasar yang tidak bisa dilepaskan dengan ilmu pengetahuan. Karena keempat landasan ini sedikit banyak berpengaruh dalam penerapan ilmu pengetahuan terutama ilmu filsafat dan menjadi landasan dalam berpikir. Berikut ini adalah pengertian dari Ontologi, Epistemologi, Teologi dan Aksiologi : 1) Ontologi Ontologi seringkali dikatikan dengan metafisika atau merupakan filsafat yang pertama. Secara etimologi, ontologi berasal dari dua kata yakni “onthos” yang berarti berada dan “logos” yang berarti ilmu. Sehingga dapat disimpulkan ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat atau kenyataan sesuatu yang ada sehingga sesuatu itu dapat diyakini dan dipercaya oleh masyarakat. Aspek ilmu pengetahuan dalam hal ini ditentukan dengan cara metodis, sistematis dan rasional serta empiris berdasarkan fakta. 2) Epistemologi Epistemologi berasal dari bahasa Yunani. Epistemologi berasal dari dua kata yakni, “episteme” yang berarti pengetahuan dan “logos” yang berarti ilmu sehingga secara etimologi epistemologi adalah cabang ilmu filsafat yang membahas tentang ilmu pengetahuan dari sesuatu yang ada. Epistemologi mengarah pada pengetahuan atau teori ilmu pengetahuan. Dalam hal ini kita membahas bagaimana Ilmu pengetahuan itu diperoleh, dan bagaimana kita mengetahui apa yang kita ketahui. Contohnya adalah kita harus mengetahui mengapa hukum itu ada, bagaimana hukum itu diperoleh/diciptakan dan bagaimana cara mendapatkan hukum tersebut. 3) Teologi Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Teologi adalah pengetahuan ketuhanan (mengenai sifat Allah, dasar kepercayaan kepada Allah dan agama terutama berdasar kepada kitab suci). Sedangkan menurut etimologi Teologi berasal dari kata “Theos” yang berarti Allah dan “Logos” ilmu atau logika. Arti dasarnya adalah suatu catatan atau wacana tentang, para dewa atau Allah. Manusia berteologi karena ingin memahami imannya dengan cara lebih baik, dan ingin mempertanggungjawabkannya. Teologi bukan agama dan tidak sama dengan Ajaran Agama. Dalam teologi, adanya unsur "intellectus quaerens fidem" (akal menyelidiki isi iman) 4) Aksiologi Secara etimologi aksiologi terdiri dari kata “axio” yang berarti nilai dan “logos” yang berarti ilmu atau pemikiran. Artinya aksiologi merupakan cabang ilmu filsafat yang membahas tentang hakikat nilai ilmu pengetahuan melalui pandangan filsafat. Artinya aksiologi adalah bidang ilmu yang menyelidiki nilai – nilai. Aksiologi merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan etika, estetika, dan agama. Dalam hukum aksiologi menyelidiki nilai – nilai yang terdapat dalam peraturan dan hukum itu sendiri. 3. Manfaat mempelajari filsafat hukum Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang komprehensif yang berusaha memahami persoalan-persoalan yang timbul di dalam keseluruhan ruang lingkup pengalaman manusia. Dengan demikian filsafat dibutuhkan manusia dalam upaya menjawab pertanyaan – pertanyaan yang timbul dalam berbagai lapangan kehidupan manusia, termasuk masalah kehidupan dalam bidang hukum. Melalui filsafat Hukum kita bisa mengidentifikasi ontologi, epistemologi, teologi dan aksiologi. Berikut adalah manfaat mempelajari filsafat secara rinci : 1) Menjadikan seseorang memiliki wawasan yang terbuka dan luas. Filsafat hukum memiliki aspek yang luas untuk dipelajari, bahkan dalam mencari pengertian hukum itu sendiri belum ada definisi yang pasti. Oleh sebab itu sesorang yang mempelajari filsafat hukum akan membaca dari berbagi sumber untuk menyelidiki eksistensi, hakikat dan nilai – nilai. 2) Membentuk seseorang memiliki pola pikir yang kritis. Pada hakikatnya ilmu filsafat adalah mempertanyakan keberadaan yang ada sehingga dengan mempelajari filsafat hukum kita terlatih untik berpikir kritis mengenai apa yang seharusnya terjadi dan mempertanyakan dengan kenyataanya. Sehingga transfer ilmu pengetahuan dalam filsafat hukum akan semakin mudah diterima. 3) Menjadikan seseorang berpikir lebih inovatif Salah satu karakteristik filsafat hukum adalah spekulatif dalam artian positif dimana selalu berupaya menduga-duga dan menemukan sesuatu yang baru. Mencoba berpikir jika terjadi seperti ini bagaimana dan jika terjadi seperti itu bagaimana. Dalam memutus suatu perkara hukum juga diperlukan daya pikir inovatif apabila suatu perkara tersebut belum ada ketentuannya dan merupakan kasus pertama kali dalam hukum. Oleh sebab itu mempelajari filsafat hukum juga melatih seseorang berpikir inovatif. 4) Membimbing seseorang berpikir rasional Filsafat hukum memiliki karakteristik reflektif kritis yang menuntut setiap orang yang mempelajarinya untuk berpikir secara rasional hingga ke akar-akarnya terhadap setiap permasalahan dan kemudian mengkritisinya secara jujur. Kita diajak berpikir apakah keputusan yang kita buat sudah benar dan rasional.