Anda di halaman 1dari 52

MENTERIKEUANGAN

REPUBUK lNDONESIA
SALINAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 66 TAHUN 2023
TENTANG
PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGGANTIAN ATAU IMBALAN
SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN ATAU JASA YANG DITERIMA ATAU
DIPEROLEH DALAM BENTUK NATURA DAN/ ATAU KENIKMATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang a. bahwa untuk lebih memberikan kepastian hukum dan


keadilan perlakuan pajak penghasilan atas penggantian
atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
dalam bentuk uang maupun natura dan/atau
kenikmatan, serta untuk menghindari upaya penggerusan
basis pajak, perlu mengatur ketentuan mengenai
perlakuan pajak penghasilan atas penggantian atau
imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa dalam
bentuk natura dan/ atau kenikmatan;
b. bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor
167 /PMK.03/2018 tentang Penyediaan Makanan dan
Minuman bagi Seluruh Pegawai serta Penggantian atau
Imbalan dalam Bentuk Natura dan Kenikmatan di Daerah
Tertentu dan yang Berkaitan dengan Pelaksanaan
Pekerjaan yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan
Bruto Pemberi Kerja belum menampung kebutuhan
penyesuaian perlakuan pajak penghasilan atas
penggantian atau imbalan sehubungan derigan pekerjaan
atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk
natura dan/atau kenikmatan sehingga perlu diganti;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b serta untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 55
Tahun 2022 tentang Penyesuaian Pengaturan di Bidang
Pajak Penghasilan, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Keuangan tentang Perlakuan Pajak Penghasilan atas
Penggantian atau Imbalan Sehubungan dengan Pekerjaan
atau Jasa yang Diterima atau Diperoleh dalam Bentuk
Natura dan/ atau Kenikmatan;

I
jdih.kemenkeu.go.id
-2 -

Mengingat 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6736);
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2022 tentang
Penyesuaian Pengaturan di Bidang Pajak Penghasilan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor
231, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6836);
5. Peraturan Presiden Nomor 57 ·Tahun 2020 tentang
Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 98);
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor l 18/PMK.01/2021
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
1031) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.01/2022 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
l 18/PMK.01/2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Keuangan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2022 Nomor 954);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PERLAKUAN
PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGGANTIAN ATAU IMBALAN
SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN ATAU JASA YANG
DITERIMA ATAU DIPEROLEH DALAM BENTUK NATURA
DAN/ATAU KENIKMATAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan.
2. Pajak Penghasilan adalah Pajak Penghasilan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan.
3. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak,
yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

JI
jdih.kemenkeu.go.id
-3-

perpajakan.
4. Pegawai a dalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi
kerja berdasarkan perjanjian, kontrak, atau kesepakatan
kerja, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk
melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau
kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan yang
dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian
pekerjaan, atau ketentuan lain yang ditetapkan pemberi
kerja, termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan
dalam sektor pemerintahan.
5. Masa Pajak adalahjangka waktu yang menjadi dasar bagi
Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan
melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka
waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam undang-
undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan
tata cara perpajakan.
6. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender
kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang
tidak sama dengan tahun kalender.
7. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak
digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau
pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek
pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
8. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan
untuk suatu Masa Pajak.
9. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat
Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau bagian
Tahun Pajak.
10. Pemberi Kerja Berstatus Pusat adalah pemberi kerja yang
dalam administrasi perpajakan memiliki kewajiban
menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan.
11. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang
s elanjutnya disebut Kantor Wilayah DJP adalah instansi
vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah
dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur
Jenderal Pajak.
12. Kantor Pelayanan Pajak adalah instansi vertikal Direktorat
Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah DJP.
13. Kantor Wilayah DJP yang membawahi Kantor Pelayanan
Pajak tempat Pemberi Kerja Berstatus Pusat terdaftar yang
selanjutnya disebut Kantor Wilayah DJP Pemberi Kerja
Berstatus Pusat adalah Kantor Wilayah DJP yang wilayah
kerjanya meliputi wilayah Kantor Pelayanan Pajak tempat
Pemberi Kerja Berstatus Pusat terdaftar.
14. Kantor Wilayah DJP di lokasi usaha selanjutnya disebut
Kantor Wilayah DJP Lokasi adalah Kantor Wilayah DJP
yang wilayah kerjanya meliputi wilayah tempat lokasi
usaha pemberi kerja berada selain wilayah kerja Kantor
Wilayah DJP Pemberi Kerja Berstatus Pusat.
15. Lembaga Pengelola dan Penyelenggara Online Single
Submission yang selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah
lembaga pemerintah yang menyelenggarakan urusan

!I
pemerintahan di bidang koordinasi penanaman modal.

.
jdih.kemenkeu.go.id
-4 -

16. Nomor Induk Berusaha yang selanjutnya disingkat NIB


adalah bukti registrasi/pendaftaran pelaku usaha untuk
melakukan kegiatan usaha dan sebagai identitas bagi
p elaku usaha dalam pelaksanaan kegiatan usahanya.
17. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan negara.

BAB II
PERLAKUAN PEMBEBANAN BIAYA PENGGANTIAN ATAU
IMBALAN DALAM BENTUK NATURA DAN/ATAU
KENIKMATAN

Pasal 2
(1) Biaya penggantian atau imbalan yang diberikan dalam
bentuk natura dan/atau kenikmatan berkenaan dengan
pekerjaan atau jasa dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto untuk menentukan penghasilan kena pajak oleh
pemberi kerja atau pemberi imbalan atau penggantian
dalam bentuk natura dan/atau k enikmatan sepanjang
merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan.
(2) Biaya penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan biaya penggantian atau imbalan yang
berkaitan dengan hubungan kerja antara pemberi kerja
dan Pegawai.
(3) Biaya penggantian atau imbalan sehubungan dengan jasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan biaya
penggantian atau imbalan karena adanya transaksi jasa
antar-Wajib Pajak.
(4) Pengeluaran untuk biaya penggantian atau imbalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk
kenikmatan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
(satu) tahun dibebankan melalui penyusutan atau
amortisasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang Pajak Penghasilan.
(5) Pengeluaran untuk biaya penggantian atau imbalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk
natura dan/atau kenikmatan yang mempunyai masa
manfaat kurang dari 1 (satu) tahun dibebankan pada
tahun terjadinya pengeluaran.
(6) Pemberi kerja atau pemberi imbalan atau penggantian
melaporkan biaya penggantian atau imbalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang diberikan dalam bentuk
natura dan/atau kenikmatan beserta Pegawai dan/atau
penerima imbalan atau penggantian dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.
(7) Ketentuan mengenai biaya penggantian atau imbalan yang
diberikan dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan
berkenaan dengan pekerjaan atau jasa sebagaimana
dimaksud pa da ayat (1) sebagai pengurang penghasilan
bruto berlaku sejak:
a. tanggal 1 Januari 2022, bagi pemberi kerja atau
pemberi penggantian atau imbalan yang
menyelenggarakan pembukuan tahun buku 2022
dimulai sebelum tanggal 1 Januari 2022; atau

t I
jdih.kemenkeu.go.id
-5-

b. tahun buku 2022 dimulai, bagi pemberi kerja atau


pemberi penggantian atau imbalan yang
menyelenggarakan pembukuan tahun buku 2022
dimulai tanggal 1 Januart 2022 atau setelahnya.

BAB III
NATURA DAN/ATAU KENIKMATAN SEBAGAI OBJEK PAJAK
PENGHASILAN DAN PENGECUALIANNYA DARI OBJEK PAJAK
PENGHASILAN

Bagian Kesatu
Natura dan/atau Kenikmatan Sebagai Objek Pajak
Penghasilan

Pasal 3
(1) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan
atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk
natura dan/atau kenikmatan merupakan penghasilan
yang menjadi objek Pajak Penghasilan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a Undang-Undang
Pajak Penghasilan.
(2) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
penggantian atau imbalan yang berkaitan dengan
hubungan kerja antara pemberi kerja dan Pegawai.
(3) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan jasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
penggantian atau imbalan karena adanya transaksi jasa
antar-Wajib Pajak.
(4) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan
atau jasa dalam bentuk natura sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan penggantian atau imbalan dalam
bentuk barang selain uang yang dialihkan kepemilikannya
dart pemberi kepada penerima.
(5) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan
atau jasa dalam bentuk kenikmatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan penggantian atau
imbalan dalam bentuk hak atas pemanfaatan suatu
fasilitas dan/a tau pelayanan yang bersumber dart aktiva:
a. pemberi penggantian atau imbalan; dan/a tau
b. pihak ketiga yang disewa dan/atau dibiayai pemberi,
untuk dimanfaatkan oleh penerima.
(6) Ketentuan mengenai penggantian atau imbalan
sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau
kenikmatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai
objek Pajak Penghasilan berlaku s~jak:
a. tanggal 1 Januart 2022, bagi Pegawai atau penerima
penggantian atau imbalan yang menerima atau
memperoleh penggantian atau imbalan dalam bentuk
natura dan/atau kenikmatan dart pemberi kerja atau
pemberi penggantian atau imbalan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (7) huruf a ; atau
b. tahun buku 2022 dart pemberi kerja atau pemberi
penggantian atau imbalan dimulai, bagi Pegawai atau

' /4 /
penerima penggantian atau imbalan yang menerima

jdih.kemenkeu.go.id
- 6-

atau memperoleh penggantian atau imbalan dalam


bentuk natura dan/atau kenikmatan dart pemberi
kerja atau pemberi penggantian atau imbalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (7) hurufb.

Bagian Kedua
Pengecualian Natura dan/atau Kenikmatan dart Objek Pajak
Penghasilan

Pasal 4
Dikecualikan dart objek Pajak Penghasilan atas penggantian
atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) meliputi:
a. makanan, bahan makanan, bahan minuman, dan/atau
minuman bagi seluruh Pegawai;
b. natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di daerah
tertentu;
c. natura dan/atau kenikmatan yang harus disediakan oleh
pemberi kerja dalam pelaksanaan pekerjaan;
d. natura dan/atau kenikmatan yang bersumber atau
dibiayai anggaran pendapatan dan belanja negara,
anggaran pendapatan dan belanja daerah, dan/atau
anggaran pendapatan dan belanja desa; atau
e. natura dan/atau kenikmatan dengan jenis dan/atau
batasan tertentu.

Pasal 5
(1) Makanan, bahan makanan, bahan minuman, dan/atau
minuman bagi seluruh Pegawai sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf a meliputi:
a. makanan dan/atau minuman yang disediakan oleh
pemberi kerja di tempat kerja;
b. kupon makanan dan/atau minuman bagi Pegawai
yang karena sifat pekerjaannya tidak dapat
memanfaatkan pemberian sebagaimana dimaksud-
pada huruf a, meliputi Pegawai bagian pemasaran,
bagian transportasi, dan dinas luar lainnya; dan/atau
c. bahan makanan dan/atau bahan minuman bagi
seluruh Pegawai dengan batasan nilai tertentu.
(2) Kupon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan alat transaksi bukan uang yang dapat
ditukarkan dengan makanan dan/atau minuman.
(3) Termasuk dalam pengertian kupon sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) merupakan penggantian oleh
pemberi kerja atas pengeluaran untuk pembelian atau
perolehan makanan dan/a tau minuman di luar tempat
kerja yang ditanggung terlebih dahulu oleh Pegawai bagian
pemasaran, bagian transportasi, dan dinas luar lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b.
(4) Nilai kupon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dikecualikan dart objek Pajak Penghasilan sepanjang tidak
melebihi:
a. Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) untuk tiap Pegawai
dalam jangka waktu 1 (satu) bulan; atau
b. nilai pengeluaran penyediaan makanan dan/atau
minuman untuk tiap Pegawai dalam jangka waktu

//
jdih.kemenkeu.go.id
- 7 -

1 (satu) bulan yang disediakan oleh pemberi kerja di


tempat kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a , dalam hal nilai pengeluaran oleh pemberi
kerja dimaksud lebih dart Rp2.000.000,00 (dua juta
rupiah) untuk tiap Pegawai dalam jangka waktu 1
(satu) bulan.
(5) Selisih lebih dart nilai kupon yang sebenarnya setelah
dikurangi nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf
a atau huruf b merupakan objek Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).
(6) Penghitungan selisih lebih dart nilai kupon sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) dilakukan sesuai dengan contoh
penghitungan sebagaimana tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dart Peraturan
Menteri ini.

Pasal 6
(1) Natura dan/atau kenikmatan yang hams disediakan oleh
pemberi kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf c meliputi natura dan/atau
kenikmatan sehubungan dengan persyaratan mengenai
keamanan, kesehatan, dan/atau keselamatan Pegawai
yang diwajibkan oleh kementerian atau lembaga
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Natura dan/atau kenikmatan yang hams disediakan
pemberi kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sehubungan
dengan persyaratan mengenai keamanan, kesehatan,
dan/atau keselamatan Pegawai yang diwajibkan oleh
kementerian atau lembaga berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a . pakaian seragam;
b. peralatan untuk keselamatan kerja;
c. sarana antar jemput Pegawai;
d. penginapan untuk awak kapal dan sejenisnya;
dan/atau
e. natura dan/atau kenikmatan yang diterima dalam
rangka penanganan endemi, pandemi, atau bencana
nasional.

Pasal 7
(1) Penentuan natura dan/atau kenikmatan dengan jenis
dan/atau batasan tertentu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf e didasarkan pada:
a . jenis natura dan batasan tertentu dart natura berupa
kriteria penerima dan/a tau nilai dart natura; dan
b . jenis kenikmatan dan batasan tertentu dart
kenikmatan berupa kriteria penerima, nilai, dan/atau
fungsi dart kenikmatan.
(2) Penentuan natura dengan jenis dan batasan tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a termasuk
diperuntukkan bagi bahan makanan dan/atau bahan
minuman dengan batasan nilai tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c.
(3) Penentuan natura dan/atau kenikmatan dengan jenis dan
batasan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

II
jdih.kemenkeu.go.id
-8 -

tennasuk diperuntukkan bagi natura dan/atau


kenikmatan yang diterima atau diperoleh penerima selama
tahun 2022.
(4) Selisih lebih dart nilai natura atau kenikmatan yang
diterima atau diperoleh penerima setelah dikurangi
dengan batasan tertentu berupa nilai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b merupakan
objek Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1).
(5) Natura dan/atau kenikmatan dengan jenis dan/atau
batasan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) serta contoh penghitungan selisih
lebih nilai natura atau kenikmatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dart Peraturan
Menteri ini.

Pasal 8
(1) Natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di daerah
tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b
meliputi sarana, prasarana, dan/atau fasilitas di lokasi
kerja untuk Pegawai dan keluarganya berupa:
a. tempat tinggal, tennasuk perumahan;
b . pelayanan kesehatan;
c. pendidikan;
d. peribadatan;
e. pengangkutan; dan/atau
f. olahraga tidak tennasuk golf, balap perahu bennotor,
pacuan kuda, terbang layang, atau olahraga otomotif,
sepanjang lokasi usaha pemberi kerja mendapatkan
penetapan daerah tertentu dart Direktur Jenderal Pajak.
(2) Sarana, prasarana, dan/atau fasilitas untuk Pegawai dan
keluarganya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
sarana, prasarana, dan/atau fasilitas yang
diselenggarakan oleh:
a. pemberi kerja secara mandiri; dan/atau
b . pihak lain yang bekerja sama dengan pemberi kerja
dan pemberi kerja menanggung biaya penyelenggaraan
sarana, prasarana, dan/atau fasilitas dimaksud.
(3) Sarana, prasarana, dan/atau fasilitas berupa pelayanan
kesehatan dan/atau pendidikan untuk Pegawai dan
keluarganya yang diselenggarakan pihak lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b tennasuk
sarana, prasarana, dan/ atau fasilitas berupa pelayanan
kesehatan dan/atau pendidikan yang terletak di wilayah
kabupaten atau kota lokasi usaha pemberi kerja dan/atau
wilayah kabupaten atau kota yang berbatasan langsung
dengan wilayah kabupaten atau kota lokasi usaha pemberi
kerja.
(4) Sarana, prasarana, dan fasilitas di lokasi kerja untuk
Pegawai dan keluarganya berupa pengangkutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi
pengangkutan untuk Pegawai dan keluarga dalam
melaksanakan penugasan.

//
jdih.kemenkeu.go.id
-9-

Bagian Ketiga
Tata Cara Pemberian Pengecualian dari Objek Pajak
Penghasilan atas Penggantian atau Imbalan sehubungan
dengan Pekerjaan atau Jasa yang Diterima atau Diperoleh
dalam Bentuk Natura dan/atau Kenikmatan yang Disediakan
di Daerah Tertentu

Pasal 9
(1) Daerah tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (1) meliputi daerah yang secara ekonomis mempunyai
potensi yang layak dikembangkan tetapi keadaan
prasarana ekonomi pada umumnya kurang memadai dan
sulit dijangkau oleh transportasi umum, baik melalui
darat, laut, maupun udara, sehingga untuk mengubah
potensi ekonomi yang tersedia menjadi kekuatan ekonomi
yang nyata, penanam modal menanggung risiko yang
cukup tinggi dan masa pengembalian yang relatifpanjang,
termasuk daerah perairan laut yang mempunyai
kedalaman lebih dari 50 (lima puluh) meter yang dasar
lautnya memiliki cadangan mineral, termasuk daerah
terpencil.
(2) Prasarana ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi 8 (delapan) jenis sebagai berikut:
a. listrik;
b. air bersih;
c. perumahan yang dapat disewa Pegawai;
d. rumah sakit dan/atau poliklinik;
e. sekolah;
f. tempat olahraga dan/a tau hiburan yang bersifat
permanen;
g. tempat peribadatan; dan
h. pasar.
(3) Prasarana transportasi umum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi 3 (tiga) jenis sebagai berikut:
a . jalan dan/atau jembatan;
b . pelabuhan atau dermaga laut, pelabuhan atau
dermaga sungai, atau pelabuhan udara; dan
c. transportasi umum angkutan darat, laut, atau udara.
(4) Lokasi usaha pemberi kerja yang ditetapkan sebagai
daerah tertentu ditentukan oleh ketidaktersediaan atau
ketidaklayakan minimal 6 (enam) dari 11 (sebelas) jenis
prasarana ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan prasarana transportasi umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (3).
(5) Ketidaktersediaan atau ketidaklayakan minimal 6 (enam)
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus terdapat
minimal 1 (satu) jenis prasarana yang tidak tersedia atau
tidak layak dari jenis prasarana transportasi umum.
(6) Dalam hal prasarana ekonomi dan transportasi umum
telah dibangun secara mandiri oleh pemberi kerja maka
prasarana ekonomi dan transportasi umum dimaksud
diperhitungkan sebagai prasarana yang tidak tersedia
dalam penentuan ketidaktersediaan atau ketidaklayakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

jdih.kemenkeu.go.id
- 10 -

Pasal 10
(1) Penetapan lokasi usaha pemberi kerja sehagai daerah
tertentu sehagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
dapat diherikan:
a. sampai dengan jangka waktu herlakunya izm
pertamhangan tertentu herakhir, hagi pemheri kerja
pemegang izin pertamhangan tertentu; atau
h. untukjangka waktu 5 (lima) tahun, hagi pemheri kerja
selain pemheri kerja pemegang izin pertamhangan
tertentu.
(2) Izin pertamhangan tertentu sehagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi:
a. kontrak karya;
h . perjanjian karya pengusahaan pertamhangan batu
hara; atau
c. izin di hidang pertambangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di hidang
pertamhangan mineral dan hatu hara.
(3) Penetapan lokasi usaha pemheri kerja pemegang izin
pertamhangan tertentu sehagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a sebagai daerah tertentu diherikan:
a . secara langsung sampai dengan jangka waktu
herlakunya izin pertamhangan tertentu herakhir, hagi
pemheri kerja pemegang izin pertamhangan tertentu
dengan sisa jangka waktu herlakunya izm
pertamhangan tertentu sampai dengan 5 {lima) tahun;
atau
h. secara hertahap setiap jangka waktu 5 (lima) tahun
sampai dengan jangka waktu izin pertambangan
tertentu herakhir, hagi pemberi kerja pemegang izin
pertamhangan tertentu dengan sisa jangka waktu
herlakunya izin pertamhangan tertentu lehih dart 5
(lima) tahun.
{4) Dalam hal pada saat herakhirnya jangka waktu
sehagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h dan ayat (3)
huruf h, lokasi usaha pemheri kerja masih memenuhi
kriteria herlokasi usaha di daerah tertentu sehagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), penetapan herlokasi
usaha di daerah tertentu sehagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diperpanjang:
a . untuk tahap jangka waktu herikutnya sesuai
ketentuan sehagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a atau huruf h, untuk pemheri kerja pemegang
izin pertamhangan tertentu; atau
h . untuk jangka waktu 5 (lima) tahun, untuk pemheri
kerja selain pemheri kerja pemegang izin
pertamhangan tertentu.

Pasal 11
(1) Direktur Jenderal Pajak herwenang menetapkan pemheri
kerja herlokasi usaha di daerah tertentu.
(2) Direktur Jenderal Pajak mendelegasikan kewenangan
untuk menetapkan pemheri kerja herlokasi usaha di
daerah tertentu sehagaimana dimaksud pada ayat (1)

II
jdih.kemenkeu.go.id
- 11 -

kepada Kepala Kantor Wilayah DJP Pemberi Kerja


Berstatus Pusat.

Pasal 12
( 1) Pemberi Kerja Berstatus Pusat yang memiliki lokasi usaha
di daerah tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) dapat mengajukan permohonan penetapan
berlokasi usaha di daerah tertentu kepada Kepala Kantor
Wilayah DJP Pemberi Kerja Berstatus Pusat.
(2) Permohonan penetapan berlokasi usaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diajukan untuk setiap lokasi
usaha yang memenuhi kriteria daerah tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1).
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
minimal memuat:
a. nama Pemberi Kerja Berstatus Pusat;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak Pemberi Kerja Berstatus
Pusat;
c. alamat kantor Pemberi Kerja Berstatus Pusat;
d. identitas perpajakan dart lokasi usaha yang diajukan
penetapan berlokasi usaha di daerah tertentu;
e. alamat lokasi usaha yang diajukan penetapan
berlokasi usaha di daerah tertentu; dan
f. titik koordinat lokasi usaha yang diajukan penetapan
berlokasi usaha di daerah tertentu.
(4) Pemberi Kerja Berstatus Pusat yang dapat mengajukan
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a . telah menyampaikan:
1. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
untuk 2 (dua) Tahun Pajak terakhir; dan/atau
2. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan
Nilai untuk 3 (tiga) Masa Pajak terakhir,
yang telah menjadi kewajibannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan;
b. tidak mempunyai utang pajak atau mempunyai utang
pajak tetapi atas keseluruhan utang pajak tersebut
telah mendapatkan izm untuk menunda atau
mengangsur pembayaran pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan; dan
c. tidak sedang dalam proses penanganan tindak pidana
di bidang perpajakan dan/atau tindak pidana
pencucian uang yang tindak pidana asalnya tindak
pidana di bidang perpajakan yang berupa pemeriksaan
bukti permulaan secara terbuka, penyidikan, atau
penuntutan.
(5) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan dengan melampirkan dokumen persyaratan
berupa salinan:
a . NIB yang diterbitkan oleh Lembaga OSS atau dokumen
setara lainnya yang diterbitkan instansi lain yang
berwenang berdasarkan peraturan perundang-
undangan;
b. peta lokasi; dan

jdih.kemenkeu.go.id
- 12 -

c. pernyataan keadaan prasarana ekonomi dan


transportasi umum di lokasi usaha.
(6) Pernyataan keadaan prasarana ekonomi dan transportasi
umum di lokasi usaha sehagaimana dimaksud pada ayat
(5) huruf c minimal memuat:
a . alamat lokasi usaha yang diajukan penetapan
herlokasi usaha di daerah tertentu;
h. titik koordinat lokasi usaha yang diajukan penetapan
herlokasi usaha di daerah tertentu;
c. ketersediaan prasarana ekonomi dan transportasi
umum sehagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2)
dan ayat (3) di lokasi usaha;
d. kondisi prasarana ekonomi dan transportasi umum
sehagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) dan
ayat (3) di lokasi usaha; dan
e. tanggal penentuan ketersediaan dan kondisi prasarana
ekonomi dan transportasi umum sehagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) dan ayat (3).
(7) Bagi Pemheri Kerja Berstatus Pusat yang termasuk dalam
pemheri kerja pemegang izin pertamhangan tertentu
sehagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2), selain
melampirkan dokumen persyaratan sehagaimana
dimaksud pada ayat (5) hams melampirkan dokumen
persyaratan herupa salinan:
a. kontrak karya, hagi pemegang kontrak karya
sehagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf
a;
h. perjanjian karya pengusahaan pertamhangan hatu
hara, hagi pemegang perjanjian karya pertamhangan
hatu hara sehagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat
(2) huruf h ; atau
c. izin di hidang pertamhangan sesuai peraturan
perundang-undangan di hidang pertamhangan mineral
dan hatu hara, hagi pemegang izin di hidang
pertamhangan sehagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (2) huruf c .

Pasal 13
(1) Permohonan sehagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat
(1) heserta dokumen persyaratan sehagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (5) dan ayat (7) diajukan oleh Pemheri
Kerja Berstatus Pusat secara tertulis kepada Kepala
Kantor Wilayah DJP Pemheri Kerja Berstatus Pusat
melalui Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Pemheri
Kerja Berstatus Pusat terdaftar.
(2) Pengajuan permohonan sehagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dilakukan:
a. secara langsung;
h . melalui pos, perusahaan jasa ekspedisi, atau jasa kurir
dengan hukti pengiriman surat; atau
c. secara elektronik.
(3) Pengajuan permohonan secara elektronik sehagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c dilakukan dalam hal
sistem sudah tersedia.

J/
jdih.kemenkeu.go.id
- 13 -

(4) Tata cara pengajuan permohonan secara elektronik


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dilakukan
sesuai dengan Peraturan Menteri yang mengatur
mengenai tata cara pelaksanaan hak dan pemenuhan
kewajiban perpajakan serta penerbitan,
penandatanganan, dan pengiriman keputusan atau
ketetapan pajak secara elektronik.

·Pasal 14
Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1)
dan pemyataan keadaan prasarana ekonomi dan transportasi
umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (5) huruf c
dibuat sesuai dengan contoh format permohonan dan
pemyataan sebagaimana tercantum pada Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dart Peraturan Menteri
ini.

Pasal 15
(1) Kepala Kantor Wilayah DJP Pemberi Kerja Berstatus Pusat
melakukan penelitian kelengkapan atas permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1).
(2) Dalam hal permohonan Pemberi Kerja Berstatus Pusat
dinyatakan belum lengkap berdasarkan penelitian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Kantor
Wilayah DJP Pemberi Kerja Berstatus Pusat
menyampaikan surat permintaan kelengkapan dokumen
kepada Wajib Pajak paling lama 15 (lima belas) hart kerja
terhitung sejak diterimanya permohonan.
(3) Pemberi Kerja Berstatus Pusat harus melengkapi dokumen
dalam surat permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) paling lama 10 (sepuluh) hart kerja sejak surat
permintaan kelengkapan dokumen diterima.
(4) Surat permintaan kelengkapan dokumen sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) minimal memuat:
a. perincian dokumen yang diminta untuk dilengkapi;
dan
b. jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(5) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) terlampaui dan Pemberi Kerja Berstatus Pusat tidak
dapat melengkapi dokumen yang diminta, Kepala Kantor
Wilayah DJP Pemberi Kerja Berstatus Pusat
memberitahukan kepada Pemberi Kerja Berstatus Pusat
bahwa permohonan tidak dapat dipertimbangkan.
(6) Surat permintaan kelengkapan dokumen sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dibuat sesuai dengan contoh
format surat sebagaimana tercantum pada Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dart Peraturan
Menteri ini.

Pasal 16
(1) Atas permohonan yang telah lengkap berdasarkan
penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1),
Kepala Kantor Wilayah DJP Pemberi Kerja Berstatus
Pusat:
a. melakukan pemeriksaan ke lokasi usaha; atau

jdih.kemenkeu.go.id
- 14 -

b. dapat meminta bantuan kepada Kepala Kantor


Wilayah DJP Lokasi untuk melakukan pemeriksaan
dalam hal lokasi usaha berada di luar wilayah kerja
Kepala Kantor Wilayah DJP Pemberi Kerja Berstatus
Pusat.
(2) Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Kepala Kantor Wilayah DJP Pemberi Kerja
Berstatus Pusat wajib menerbitkan:
a. keputusan persetujuan; atau
b. keputusan penolakan.
(3) Keputusan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a minimal memuat:
a. nama Pemberi Kerja Berstatus Pusat;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak Pemberi Kerja Berstatus
Pusat;
c. alamat kantor Pemberi Kerja Berstatus Pusat;
d . identitas perpajakan dart lokasi usaha yang disetujui
untuk ditetapkan sebagai daerah tertentu;
e. alamat lokasi usaha yang disetujui untuk ditetapkan
sebagai daerah tertentu;
f. titik koordinat lokasi usaha yang disetujui untuk
ditetapkan sebagai daerah tertentu;
g. jangka waktu berlakunya keputusan persetujuan;
h. bulan dan tahun dimulainya pemberlakuan keputusan
persetujuan; dan
i. bulan dan tahun diakhirinya pemberlakuan
keputusan persetujuan.
(4) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib
diterbitkan paling lama 4 (empat) bulan setelah
permohonan telah lengkap sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
(5) Keputusan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a dan keputusan penolakan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b dibuat sesuai dengan
contoh format keputusan sebagaimana tercantum pada
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

Pasal 17
Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
ayat (4) terlampaui dan Kepala Kantor Wilayah DJP Pemberi
Kerja Berstatus Pusat tidak memberikan keputusan maka:
a. permohonan Pemberi Kerja Berstatus Pusat dianggap
disetujui terhitung sejak Masa Pajak jangka · waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4) berakhir;
dan
b . Kepala Kantor Wilayah DJP Pemberi Kerja Berstatus Pusat
menerbitkan keputusan persetujuan dalam jangka waktu
paling lama 5 (lima) hari kerja setelah jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4) berakhir.

Pasal 18
(1) Pemberi Kerja Berstatus Pusat selain pemberi kerja
pemegang izm pertambangan tertentu yang telah
mendapatkan keputusan persetujuan penetapan berlokasi
usaha di daerah tertentu dapat mengajukan permohonan

I/
jdih.kemenkeu.go.id
- 15 -

perpanjangan penetapan berlokasi usaha di daerah


tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4)
huruf b kepada Kepala Kantor Wilayah DJP Pemberi Kerja
Berstatus Pusat.
(2) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus diajukan paling lambat 4 (empat) bulan
sebelum jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (1) huruf b berakhir.
(3) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terlampaui, Pemberi Kerja Berstatus Pusat dapat
mengajukan kembali penetapan berlokasi usaha di daerah
tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1)
sepanjang lokasi usaha masih memenuhi kriteria
berlokasi usaha di daerah tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1).
(4) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diajukan dengan melampirkan dokumen
persyaratan berupa salinan:
a. NIB yang diterbitkan oleh Lembaga OSS atau dokumen
setara lainnya yang diterbitkan instansi lain yang
berwenang berdasarkan peraturan perundang-
undangan;
b. peta lokasi;
c. pemyataan keadaan prasarana ekonomi dan
transportasi umum di lokasi usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (5) huruf c; dan
d. keputusan persetujuan penetapan berlokasi usaha di
daerah tertentu yang dimiliki Pemberi Kerja Berstatus
Pusat.

Pasal 19
Ketentuan mengenai penetapan berlokasi usaha di daerah
tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Pasal 14,
Pasal 15, Pasal 16, dan Pasal 17 berlaku secara mutatis
mutandis terhadap permohonan perpanjangan penetapan
berlokasi usaha di daerah tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (1).

Pasal 20
(1) Penetapan lokasi usaha pemberi kerja pemegang izin
pertambangan tertentu sebagai daerah tertentu untuk
perpanjangan ke tahap berikutnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4) huruf a dilakukan
secara jabatan oleh Kepala Kantor Wilayah DJP Pemberi
Kerja Berstatus Pusat.
(2) Untuk menguji lokasi usaha masih memenuhi kriteria
berlokasi usaha di daerah tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1). Kepala Kantor Wilayah DJP
Pemberi Kerja Berstatus Pusat:
a. melakukan pemeriksaan ke lokasi usaha; atau
b. dapat meminta bantuan kepada Kepala Kantor
Wilayah DJP Lokasi untuk melakukan pemeriksaan
dalam hal lokasi usaha berada di luar wilayah kerja
Kepala Kantor Wilayah DJP Pemberi Kerja Berstatus
Pusat.

I/
jdih.kemenkeu.go.id
- 16 -

(3) Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud


pada ayat (2), Kepala Kantor Wilayah DJP Pemberi Kerja
Berstatus Pusat menerbitkan:
a. keputusan persetujuan perpanjangan penetapan
berlokasi usaha di daerah tertentu; atau
b. pemberitahuan penghentian perpanjangan penetapan
berlokasi usaha di daerah tertentu.
(4) Keputusan atau pemberitahuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) wajib diterbitkan paling lambat pada tanggal
berakhirnya jangka waktu pada keputusan persetujuan
penetapan sebelumnya.
(5) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) terlampaui, Kepala Kantor Wilayah DJP Pemberi Kerja
Berstatus Pusat tidak menerbitkan keputusan atau
pemberitahuan maka Kepala Kantor Wilayah DJP Pemberi
Kerja Berstatus Pusat menerbitkan keputusan
persetujuan perpanjangan dalam jangka waktu paling
lama 5 (lima) hart kerja setelah jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) berakhir.

Pasal 21
Keputusan persetujuan perpanjangan penetapan berlokasi
usaha di daerah tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
20 ayat (3) huruf a dan pemberitahuan penghentian
perpanjangan penetapan berlokasi usaha di daerah tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf b dibuat
sesuai dengan contoh format sebagaimana tercantum pada
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dart
Peraturan Menteri ini.

BAB IV
TATA CARA PENIIAIAN DAN PENGHITUNGAN PENGHASILAN
BERUPA PENGGANTIAN ATAU IMBALAN DALAM BENTUK
NATURA DAN/ATAU KENIKMATAN

Pasal 22
(1) Penghasilan berupa penggantian atau imbalan dalam
bentuk natura dan/atau kenikmatan yang diterima atau
diperoleh sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dinilai
berdasarkan ketentuan:
a. nilai pasar untuk penggantian atau imbalan dalam
bentuk natura; dan/atau
b. jumlah biaya yang dikeluarkan atau seharusnya
dikeluarkan pemberi untuk penggantian atau imbalan
dalam bentuk kenikmatan.
(2) Dalam hal penggantian atau imbalan dalam bentuk natura
merupakan barang yang dart semula ditujukan untuk
diperjualbelikan oleh pemberi dalam bentuk:
a. tanah dan/atau bangunan, dinilai berdasarkan nilai
pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a;
atau
b. selain tanah dan/atau bangunan, nilai pasar yang
dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan harga
pokok penjualan.

I/
jdih.kemenkeu.go.id
- 17 -

(3) Penilaian atas penggantian atau imbalan dalam bentuk


kenikmatan dengan masa pemanfaatan lebih dari 1 (satu)
bulan yang diberikan sehubungan dengan pekerjaan
dilakukan setiap bulan selama masa pemanfaatan
kenikmatan.
(4) Dalam hal penggantian atau imbalan dalam bentuk
kenikmatan diberikan kepada lebih dari 1 (satu) penerima
atas suatu fasilitas dan/atau pelayanan maka dasar
penilaian berupa jumlah biaya yang dikeluarkan atau
seharusnya dikeluarkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dialokasikan secara proporsional kepada
masing-masing penerima penggantian atau imbalan dalam
bentuk kenikmatan berdasarkan pencatatan pemanfaatan
kenikmatan.
(5) Penghitungan dari:
a . penilaian atas penggantian atau imbalan dalam bentuk
natura dan/atau kenikmatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1);
b. penilaian atas penggantian atau imbalan dalam bentuk
kenikmatan dengan masa pemanfaatan lebih dari 1
(satu) bulan yang diberikan sehubungan dengan
pekerjaan dilakukan setiap bulan selama masa
pemanfaatan kenikmatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3); dan
c. penilaian atas penggantian atau imbalan dalam bentuk
kenikmatan diberikan kepada lebih dari 1 (satu)
penerima atas suatu fasilitas dan/atau pelayanan
berdasarkan pencatatan pemanfaatan kenikmatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
dilakukan sesuai dengan contoh penghitungan
sebagaimana tercantum pada Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 23
(1) Pemberi kerja atau pemberi penggantian atau imbalan
dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan wajib
melakukan pemotongan Pajak Penghasilan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
(2) Pemotongan Pajak Penghasilan oleh pemberi kerja atau
pemberi penggantian atau imbalan dalam bentuk natura
dan/ atau kenikmatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan pada akhir bulan terjadinya:
a . pengalihan atau terutangnya penghasilan yang
bersangkutan, sesuai peristiwa yang terjadi lebih
dahulu untuk penggantian atau imbalan dalam bentuk
natura; atau
b. penyerahan hak atau bagian hak atas pemanfaatan
suatu fasilitas dan/atau pelayanan oleh pemberi
untuk penggantian atau imbalan dalam bentuk
kenikmatan.
(3) Saat pemotongan Pajak Penghasilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan contoh
sebagaimana tercantum pada Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

If
jdih.kemenkeu.go.id
- 18 -

(4) Atas penggantian atau imbalan sehubungan dengan


pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura dan/ atau
kenikmatan yang diterima atau diperoleh pada Masa Pajak
Januari 2023 sampai dengan Masa Pajak Juni 2023
dikecualikan dari pemotongan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).

Pasal 24
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau
jasa dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan yang diterima
atau diperoleh sejak tanggal 1 Januari 2023 sampai dengan
tanggal 30 Juni 2023 yang belum dilakukan pemotongan Pajak
Penghasilan oleh pemberi kerja atau pemberi penggantian atau
imbalan, atas Pajak Penghasilan yang terutang wajib dihitung
dan dibayar sendiri serta dilaporkan oleh penerima dalam Surat
Pemberitahuan Pajak Penghasilan.

BABV
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 25
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. terhadap surat keputusan persetujuan penetapan atau
perpanjangan penetapan berlokasi usaha di daerah
tertentu yang telah diterbitkan berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 167/PMK.03/2018 tentang
Penyediaan Makanan dan Minuman bagi Seluruh Pegawai
serta Penggantian atau Imbalan dalam Bentuk Natura dan
Kenikmatan di Daerah Tertentu dan yang Berkaitan
dengan Pelaksanaan Pekerjaan yang Dapat Dikurangkan
dari Penghasilan Bruto Pemberi Kerja (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1683) tetap
berlaku sampai dengan berakhimya jangka waktu
penetapan atau perpanjangan penetapan dimaksud;
b. perlakuan natura dan/atau kenikmatan yang disediakan
di daerah tertentu sebagaimana ditetapkan dalam surat
keputusan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dilaksanakan berdasarkan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 Peraturan Menteri ini;
c. terhadap permohonan penetapan atau perpanjangan
penetapan berlokasi usaha di daerah tertentu yang
diterima sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini
namun belum diterbitkan keputusan, Kantor Wilayah DJP
Pemberi Kerja Berstatus Pusat harus melakukan
penyelesaian permohonan mengikuti ketentuan dalam
Peraturan Menteri ini;
d. terhadap permohonan penetapan atau perpanjangan
penetapan berlokasi usaha di daerah tertentu yang
diterima sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini
namun berdasarkan hasil penelitian permohonan tidak
lengkap dan belum disampaikan surat permintaan
kelengkapan dokumen, Kantor Wilayah DJP Pemberi Kerja
Berstatus Pusat harus mengirimkan surat permintaan
kelengkapan dokumen paling lambat 15 (lima belas) hari
terhitung sejak berlakunya Peraturan Menteri ini; /

jdih.kemenkeu.go.id
- 19 -

e. terhadap permohonan penetapan atau perpanjangan


penetapan daerah tertentu sebagaimana dimaksud dalam
huruf c yang dilakukan pemeriksaan oleh Kantor Wilayah
DJP Lokasi dan belum diterbitkan keputusan setelah 4
(empat) bulan dari permohonan diterima lengkap,
dikecua1ikan dari ketentuan Pasal 16 ayat (4) dan harus
diterbitkan keputusan paling lambat:
1. 6 (enam) bulan setelah permohonan diterima lengkap;
atau
2 . 1 (satu) bulan sejak Peraturan Menteri ini berlaku,
sesuai dengan peristiwa yang terjadi terlebih dahulu; dan
f. terhadap pemberi kerja pemegang izin pertambangan
tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1)
huruf a yang memiliki surat keputusan persetujuan
penetapan atau perpanjangan penetapan berlokasi usaha
di daerah tertentu yang berakhir masa berlakunya setelah
diterbitkannya Peraturan Menteri ini, diharuskan untuk
mengajukan permohonan kembali dalam rangka
perpanjangan penetapan berlokasi usaha di daerah
tertentu paling lambat 4 (empat) bulan sebelum
berakhirnya jangka waktu pada persetujuan penetapan
atau perpanjangan penetapan.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 26
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 167/PMK.03/2018 tentang
Penyediaan Makanan dan Minuman bagi Seluruh Pegawai serta
Penggantian atau Imbalan dalam Bentuk Natura dan
Kenikmatan di Daerah Tertentu dan yang Berkaitan dengan
Pelaksanaan Pekerjaan yang Dapat Dikurangkan dari
Penghasilan Bruto Pemberi Kerja (Serita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 1683), dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.

Pasal 27
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2023.

/
jdih.kemenkeu.go.id
- 20 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Juni 2023

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
SRI MULYANI INDRAWATI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 27 Juni 2023

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
ASEP N. MULYANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2023 NOMOR 495

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Umum
u.b.
Plt. Kepala Bagian Administrasi Kementerian

Ditandatangani secara elektronik


DEWI SURIANI HASLAM
NIP 19850116 201012 2 002

DISTRIBUSI II

jdih.kemenkeu.go.id
- 21 -

LAMPIRAN
PERATURAN MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 66 TAHUN 2023
TENTANG
PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN
ATAS PENGGANTIAN ATAU
IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN
PEKERJMN ATAU JASA YANG
DITERIMA ATAU DIPEROLEH
DALAM BENTUK NATURA
DAN/ATAU KENIKMATAN

DAFTAR NATURA DAN/ATAU KENIKMATAN DENGAN JENIS DAN/ATAU


BATASAN TERTENTU YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK
PENGHASILAN, CONTOH PENGHITUNGAN SELISIH LEBIH PEMBERIAN
PENGGANTIAN ATAU IMBALAN DALAM BENTUK NATURA DAN/ATAU
KENIKMATAN, CONTOH FORMAT PERMOHONAN, PERMOHONAN
PERPANJANGAN, SURAT PERNYATMN, SURAT PERMINTMN
KELENGKAPAN DOKUMEN DAN KEPUTUSAN DALAM RANGKA
PENETAPAN PEMBER! KERJA BERLOKASI USAHA DI DAERAH
TERTENTU, SERTA CONTOH PENILAIAN DAN SMT PEMOTONGAN
PENGGANTIAN ATAU IMBALAN DALAM BENTUK NATURA DAN/ATAU
KENIKMATAN

A . DAFTAR NATURA DAN/ATAU KENIKMATAN DENGAN JENIS DAN/ATAU


BATASAN TERTENTU YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK
PENGHASILAN
JENIS NATURA DAN/ATAU
NO. BATASAN
KENIKMATAN
1. Bingkisan dart pemberi kerja diterima atau diperoleh seluruh
antara lain berbentuk bahan Pegawai.
makanan, bahan minuman,
makanan dan/ atau minuman
dalam rangka hart besar
keagamaan meliputi Hart Raya
Idulfitri, Hart Raya Natal, Hart
Suci Nyepi, Hart Raya Waisak,
atau Tahun Baru Imlek
2. Bingkisan dart pemberi kerja a. diterima atau diperoleh
yang diberikan selain dalam Pegawai; dan
rangka hart raya keagamaan b. secara keseluruhan bernilai
sebagaimana dimaksud pada tidak lebih dart
angka 1 Rp3.000.000,00 (tiga juta
rupiah) untuk tiap Pegawai
dalam jangka waktu 1 (satu)
Tahun Paiak.
3. Peralatan dan fasilitas kerja dart a. diterima atau diperoleh
pemberi kerja antara lain Pegawai; dan
komputer, laptop, atau telepon b. menunjang pekerjaan
seluler beserta sarana Pegawai.
penunjangnya seperti pulsa atau
sambun~an internet

jdih.kemenkeu.go.id
- 22 -

JENIS NATURADAN/ATAU
NO. BATASAN
KENIK.MATAN
4. Fasilitas pelayanan kesehatan a. diterima atau diperoleh
dan pengobatan dari pemberi Pegawai; dan
kerja b. diberikan dalam rangka
penanganan:
1) kecelakaan kerja;
2) penyakit akibat kerja;
3) kedaruratan
penyelamatan jiwa; atau
4) perawatan dan
pengobatan lanjutan
sebagai akibat dari
kecelakaan kerja
dan/atau penyakit akibat
kerja.
5. Fasilitas olahraga dari pemberi a. diterima atau diperoleh
kerja selain fasilitas olahraga Pegawai; dan
golf, pacuan kuda, balap perahu b. secara keseluruhan bernilai
bermotor, terbang layang, · tidak lebih dari
dan/atau olahraga otomotif Rpl.500.000,00 (satu juta
lima ratus ribu rupiah) untuk
tiap Pegawai dalam jangka
waktu 1 (satu) Tahun Paiak.
6. Fasilitas tempat tinggal dari diterima atau diperoleh Pegawai.
pemberi kerja yang bersifat
komunal (dimanfaatkan
bersama-sama) antara lain mes,
asrama, pondokan, atau barak
7. Fasilitas tempat tinggal dari a. diterima a tau diperoleh
pemberi kerja yang hak Pegawai; dan
pemanfaatannya dipegang oleh b. secara keseluruhan bernilai
perseorangan (individual) antara tidak lebih dari
lain apartemen atau rumah Rp2.000.000,00 (dua juta
tapak rupiah) untuk tiap Pegawai
dalam jangka waktu 1 (satu)
bulan.
8. Fasilitas kendaraan dari pemberi diterima atau diperoleh Pegawai
kerja yang:
a. tidak memiliki penyertaah
modal pada pemberi kerja;
dan - -
b . memiliki rata-rata
penghasilan bruto dalam 12
(dua belas) bulan terakhir
sampai dengan
Rpl00.000.000,00 (seratus
juta rupiah) tiap bulan dari
pemberi keria.
9. Fasilitas iuran kepada dana diterima atau diperoleh Pegawai.
pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Otoritas Jasa
Keuangan yang ditanggung
pemberi keria ,

jdih.kemenkeu.go.id
- 23 -

JENIS NATURA DAN/ATAU


NO. BATASAN
KENIKMATAN
10. Fasilitas peribadatan antara lain diperuntukkan semata-mata
berbentuk musala, masjid, kapel untuk kegiatan peribadatan.
atau pura
11. Seluruh natura dan/atau diterima atau diperoleh Pegawai
kenikmatan yang diterima atau atau pemberi jasa.
diperoleh selama tahun 2022

B. CONTOH PENGHITUNGAN SELISIH LEBIH PEMBERIAN PENGGANTIAN


ATAU IMBALAN DALAM BENTUK NATURA DAN/ATAU KENIKMATAN

1. Contoh Selisih Lebih Nilai Kupon Pengganti Makanan dan/atau


Minuman bagi Pegawai yang Disediakan di Tempat Kerja

Contoh 1
PT BA memberikan makanan dan minuman kepada seluruh Pegawainya
di kantor dengan nilai Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah)
per Pegawai per bulan. Oleh karena Pegawai di divisi pemasaran sebagian
besar waktu kerjanya di luar kantor, PT BA memutuskan untuk
memberikan kupon makanan dan minuman sebagai pengganti dart
makanan dan minuman yang disediakan di kantor. Kupon tersebut dapat
ditukarkan di rumah makan yang telah ditunjuk PT BA. Nilai kupon
tersebut bemilai Rp2.700.000,00 (dua juta tujuh ratus ribu rupiah) per
Pegawai divisi pemasaran per bulan.
Dalam hal ini, nilai kupon bagi divisi pemasaran yang dikecualikan dart
objek Pajak Penghasilan tidak boleh melebihi nilai makanan dan
minuman yang diberikan di kantor PT BAyaitu Rp2.500.000,00 (duajuta
lima ratus ribu rupiah).
Oleh karena kupon yang diterima Pegawai divisi pemasaran bemilai
Rp2. 700.000,00 (dua juta tujuh ratus ribu rupiah) maka selisih lebih
sebesar Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) merupakan penghasilan
berupa penggantian atau imbalan dalam bentuk natura yang tidak
dikecualikan dart objek Pajak Penghasilan.
Penghitungan selisih lebih nilai kupon yang dikenai Pajak Penghasilan
adalah sebagai berikut:
Rp2. 700.000,00 - Rp2.500.000,00 = Rp200.000,00.

Contoh 2
PT BB memberikan makanan dan minuman kepada seluruh Pegawainya
di kantor dengan nilai Rpl.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah)
per Pegawai per bulan. Oleh karena Pegawai di diVisi transportasi
sebagian besar waktu kerjanya di luar kantor, PT BB memberikan kupon
makanan dan minuman sebagai pengganti dart makanan dan minuman
yang disediakan di kantor. Nilai kupon tersebut bernilai Rp2.300.000,00
(duajuta tiga ratus ribu rupiah) per Pegawai divisi transportasi per bulan.
Dalam hal ini, nilai kupon bagi Pegawai divisi transportasi yang
dikecualikan dart objek Pajak Penghasilan tidak boleh melebihi nilai
Rp2.000.000,00 (duajuta rupiah) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (4) huruf a sehingga selisih lebih sebesar Rp300.000,00 (tiga ratus
ribu rupiah) merupakan penghasilan berupa penggantian atau imbalan
dalam bentuk natura yang tidak dikecualikan dart objek Pajak
Penghasilan.
Penghitungan selisih lebih nilai kupon yang dikenai Pajak Penghasilan
adalah sebagai berikut:

jdih.kemenkeu.go.id
- 24 -

Rp2.300.000 - Rp2.000.000 = Rp300.000,00.


2. Contoh Selisih Lebih Nilai Natura dan/atau Kenikmatan yang diterima
dengan Batasan Berupa Nilai Natura dan/atau Kenikmatan yang
Dikecualikan dart Objek Pajak Penghasilan

Selama tahun 2024, PT BC memberikan bingkisan kepada Tuan BZ


selaku Pegawainya dengan perincian pemberian sebagai berikut:
a. tanggal 20 Februart 2024, diberikan bingkisan dalam bentuk bahan
makanan dan bahan minuman dalam rangka Tahun Baru Imlek
senilai Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah);
b . tanggal 19 Maret 2024, diberikan bingkisan berupa seperangkat
peralatan rumah tangga dalam rangka ulang tahun perusahaan
senilai Rpl.000.000,00 (satujuta rupiah);
c. tanggal 18 Juni 2024, diberikan bingkisan berupa sebuah televisi
dalam rangka apresiasi kinerja senilai Rp4.000.000,00 (empat juta
rupiah); dan
d . tanggal 19 Agustus 2024, diberikan bingkisan berupa sebuah oven
gelombang mikro dalam rangka apresiasi kinerja senilai
Rp2.000.000,00 (duajuta rupiah).

Batasan Nilai
Bulan Nilai Bingkisan
Akumulasi Nilai Bingkisan
Pemberian Nilai Bingkisan sebagai Objek
Bingkisan dikecualikan
Bingkisan PPh
dari Objek PPh
(al (bl (c) (d) (el = (cl - (d)
Februari -
(Tahun Rp500.000,00 Rp500.000,00 Rp500.000,00
Baro Imlek)
Maret Rpl.000.000,00 Rpl.000.000,00 -
Juni Rp4.000.000,00 Rp5.000.000,00 Rp3.000.000,00 Rp2.000.000,00
Agustus Rp2.000.000,00 Rp7.000.000,00 Rp2.000.000,00

Berdasarkan perhitungan tabel tersebut di atas, perlakuan pengenaan


Pajak Penghasilan atas penggantian atau imbalan dalam bentuk natura
berupa bingkisan yang diterima Tuan BZ adalah sebagai berikut:
a . untuk bulan Februart 2024, bingkisan yang diberikan dalam bentuk
bahan makanan dan/a tau bahan minuman dalam rangka Tahun
Baru Imlek dikecualikan seluruhnya dart objek Pajak Penghasilan
karena tidak terdapat batasan nilai untuk natura yang diberikan
dalam bentuk bingkisan berupa makanan, minuman, bahan
makanan, dan/atau bahan minuman yang diberikan dalam rangka
Tahun Baru Imlek.
b . untuk bulan Maret 2024, bingkisan yang diberikan bukan dalam
rangka hart raya keagamaan sehingga terdapat pembatasan nilai
yang diberikan yaitu bingkisan secara keseluruhan hams memiliki
nilai tidak lebih dart Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) untuk tiap
Pegawai dalam jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak untuk dapat
dikecualikan dart objek Pajak Penghasilan. Oleh karena bingkisan
bemilai Rpl.000.000,00 (satu juta rupiah), maka pada bulan Maret,
seluruh nilai bingkisan dikecualikan dart objek Pajak Penghasilan.
c. untuk bulan Juni 2024, bingkisan yang diberikan bukan dalam
rangka hart raya keagamaan sehingga nilai bingkisan yang menjadi
objek Pajak Penghasilan adalah sebesar Rp2.000.000,00 (dua juta
rupiah) yang merupakan selisih lebih antara akumulasi nilai
bingkisan diterima Tuan BZ sampai dengan bulan Juni setelah

)(
jdih.kemenkeu.go.id
- 25 -

dikurangi dengan batasan nilai bingkisan yang dikecualikan dari


objek Pajak Penghasilan dengan perhitungan sebagai berikut:
Rp5.000.000,00- Rp3.000.000,00 = Rp2.000.000,00
d . untuk bulan Agustus 2024, bingkisan yang diterima Tuan BZ senilai
Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) merupakan objek Pajak
Penghasilan karena akumulasi nilai bingkisan diterima Tuan BZ
sampai dengan bulan Juni 2024 telah melebihi batasan nilai
bingkisan dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan.

jdih.kemenkeu.go.id
- 26 -

C. CONTOH FORMAT PERMOHONAN PENETAPAN DAN PERPANJANGAN


PENETAPAN BERLOKASI USAHA DI DAERAH TEITTENTU

Nomor (1)

Lampiran . ... ........ ........................ ... .. 12)


Hal : Permohonan Penetapan / Perpanjangan Penetapanl3l
Berlokasi Usaha di Daerah Tertentu

Yth. Kepala Kantor Wilayah DJP.............l4l


di ··· ······ ···· ············· ········· ·····15J
Sehubungan dengan investasi perusahaan kami:
nama pemberi kerja . ... ............ ...... ... ... ...... ...... .16l
nomor pokok wajib pajak . ... ... ...... .... ...................... ..(7l
alamat kantor pusat . . ..... ................... ........... .. .. 18l
identitas perpajakan lokasi usaha . . .... ...... ..... ....... .............. .(9l
alamat lokasi usaha . .... ..... .... ... .. ..... .. ......... ... ... (loJ
titik koordinat lokasi usaha . . ... ...... ......... .......... ......... (1 ll
surel aktif ........ ..... .......... ... ......... ...... (12)
bersama ini kami mengajukan permohonan penetapan/perpanjangan
penetapanl3l berlokasi usaha di daerah tertentu berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor . . . Tahun 2023 tentang Perlakuan Pajak
Penghasilan atas Penggantian atau Imbalan Sehubungan dengan Pekerjaan
atau Jasa yang Diterima atau Diperoleh dalam Bentuk Natura dan/atau
Kenikmatan, untuk lokasi sebagaimana tersebut di atas.
Sebagai kelengkapan permohonan, bersama ini kami lampirkan salinan dari:
1. NIB yang diterbitkan oleh Lembaga OSS atau dokumen setara lainnya
yang diterbitkan instansi lain yang berwenang berdasarkan peraturan
perundang-undangan;
2. peta lokasi;
3 . pemyataan mengenai keadaan prasarana ekonomi dan transportasi
umum;
4.kontrak karya;(13J
5.perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara1 14l
6.izin pertambangan (1 5l; dan/atau
7.Keputusan Persetujuan Penetapan Berlokc\si Usaha di Daerah Tertentu
116)
Demikian permohonan kami untuk dipertimbangkan.

......, ........... .117)


(18)

(19)
(Nama/Jabatan/Tandatangan)
Tembusan:
Kepala Kantor Pelayanan Pajak ... ...............120J

jdih.kemenkeu.go.id
- 27 -

PETUNJUK PENGISIAN
FORMATSURATPERMOHONANPENETAPANDANPERPANJANGAN
PENETAPAN BERLOKASI USAI-IA DI DAERAH TERrENTU

Nomor (1) : Diisi dengan nomor surat permohonan.


Nomor (2) : Diisi dengan jumlah lampiran surat permohonan.
Nomor (3) : Coret yang tidak sesuai.
Nomor (4) : Diisi dengan nama Kantor Wilayah DJP Pemberi Kerja
Berstatus Pusat.
Nomor (5) : Diisi dengan alamat lengkap Kantor Wilayah DJP Pemberi Kerja
Berstatus Pusat.
Nomor (6) : Diisi dengan nama Pemberi Kerja Berstatus Pusat.
Nomor (7) : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak Pemberi Kerja Berstatus
Pusat.
Nomor (8) : Diisi dengan alamat kantor Pemberi Kerja Berstatus Pusat.
Nomor (9) : Diisi dengan identitas perpajakan yang diberikan Direktorat
Jenderal Pajak kepada lokasi usaha yang diajukan permohonan
penetapan/perpanjangan penetapan berlokasi usaha di daerah
tertentu (contoh: Nomor Pokok Wajib Pajak cabang atau nomor
identitas tempat kegiatan usaha) . Surat permohonan dibuat
untuk masing-masing lokasi usaha.
Nomor (10) : Diisi dengan alamat lokasi usaha yang diajukan permohonan
penetapan/perpanjangan penetapan berlokasi usaha di daerah
tertentu.
Nomor (11) : Diisi dengan titik koordinat dart alamat sebagaimana dimaksud
pada nomor ( 10).
Nomor (12) : Diisi dengan surat elektronik (surel/ emaiO aktif Pemberi Kerja
Berstatus Pusat.
Nomor (13) : Dilampirkan dalam hal permohonan dilakukan oleh pemegang
kontrak karya.
Nomor (14) : Dilampirkan dalam hal permohonan dilakukan oleh pemegang
perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara.
Nomor (15) : Dilampirkan dalam hal permohonan dilakukan oleh pemegang
izin di bidang pertambangan sesuai peraturan perundang-
undangan di bidang pertambangan mineral dan batu bara.
Nomor (16) : Dilampirkan dalam hal permohonan perpanjangan penetapan
berlokasi usaha di Daerah Tertentu.
Nomor (17) : Diisi dengan tempat dan tanggal dibuat surat permohonan.
Nomor (18) : Diisi dengan jabatan penanda tangan (pemberi
kerja/wakil/kuasa).
Nomor (19) : Diisi dengan nama terang pemberi kerja/wakil/~uasa.
Nomor (20) : Diisi dengan nama KPP tempat Pemberi Kerja Berstatus Pusat
terdaftar.

I;
jdih.kemenkeu.go.id
- 28 -

D. CONTOH FORMAT PERNYATAAN KEADAAN PRASARANA EKONOMI DAN


TRANSPORTASI UMUM DI LOKASI USAHA

PERNYATAAN KEADAAN PRASARANA EKONOMI DAN TRANSPOITTASI UMUM DI


LOKASI USAHA DAI.AM RANGKA PERMOHONAN PENETAPAN/PERPANJANGAN
PENETAPAN !11BERLOKASI USAHA DI DAERAH TEITTENTU

Identita sloka siusaha •• • •• • • ••• • • • • ••••• .(2)


Alamat lokasi usaha : •••••• • • • • • •• ••• • • .(3)
Titik koordinat lokasi usaha : •••••• • •••••••• • •• .(4)

Keadaan per (tanggal/bulan/tahun) ••• • • •• ••••••• • • • • • • (5)

KETERANGANIBl
JENIS PRASARANA KETERSEDIAAN KONDISI
NO. EKONOMIDAN
TIDAK TERSE- TIDAK
TRANSPORTASI UMUM LAYAKl7 l
TERSEDIAl6 l DIAl6 l LAYAKl7 l
A Prasarana Ekonomi
1 Listrik
2 Air b ersih
3 Perumahan yang dapat
disewa PeJ;l:awai
4 Rumah sakit dan/atau
Poliklinik
5 Sekolah
6 Tempat olahraga dan/ atau
hiburan yang bersifat
oermanen
7 Tempa t peribadatan
8 Pasar
B. Prasarana Transportasi
Umum
1 Jalan/jembatan
2 a. Pelabuhan/dermaga laut;
b. Pelabuhan/dermaga
sungai; atau
c. Pelabuhan udara
3 Transportasi umum
a . angkutan darat;
b. angkutan air; atau
c. angkutan udara.

(9)

(IO)

(11)

jdih.kemenkeu.go.id
- 29 -

PETUNJUK PENGISIAN
FORMAT PERNYATAAN KEADAAN PRASARANA EKONOMI DAN
TRANSPOITTASI UMUM DI LOKASI USAHA

Nomor (1) : Coret yang tidak sesuai.


Nomor (2) : Diisi dengan identitas perpajakan yang diberikan oleh
Direktorat Jenderal Pajak dart lokasi usaha yang dinyatakan
keadaan prasarana ekonomi dan transportasi umum yang
dimaksud (contoh: Nomor Pokok Wajib Pajak cabang atau
nomor identitas tempat kegiatan usaha)
Nomor (3) : Diisi dengan alamat lokasi usaha yang dinyatakan keadaan
prasarana ekonomi dan transportasi umum yang dimaksud.
Nomor (4) : Diisi dengan titik koordinat lokasi usaha sebagaimana
dimaksud pada nomor (3).
Nomor (5) : Diisi dengan tanggal penentuan keadaan dan kondisi dart
prasarana ekonomi dan transportasi umum yang dimaksud.
Nomor (6) : Berikan tanda checklist ( ✓) pada setia p harts sesuai
ketersediaan pra sarana ekonomi dan transportasi umum
dimaksud.
Dalam hal pemberi kerja telah membangun secara mandiri
prasarana ekonomi dan transportasi umum yang dimaksud
dalam formulir maka prasarana tersebut termasuk yang
diperhitungkan sebagai prasarana yang tidak t ersedia di
lokasi usaha.

Contoh:
PT DA telah membangun sendiri stadion futsal di dekat loka si
usaha untuk sarana olahraga Pegawai. Selain dart s tadion
futsal tersebut, tidak terdapat lagi sarana dalam radius
sampai dengan 5 (lima) kilometer dart lokasi usaha.
Pada kondisi tersebut, PT DA memberikan tanda checklist ( ✓)
·pada kolom ''TIDAK TERSEDIA" pada harts ''Tempat olahraga
dan/a tau hiburan" karena tidak ada tempat olahraga lain
selain yang telah dibangun PT DA.

Selain hal tersebut di atas, suatu prasarana ekonomi atau


transportasi umum dikategorikan sebagai "TERSEDIA" dalam
hal m emenuhikondisi seb aJ.;!:ai brikut:
e
No Jenis Kondisi Tersedia
A Prasarana Ekonomi
1 Listrik terdapat pasokan listrik oleh PT
PLN di lokasi usaha.
2 Air bersih t erdapat pasokan air bersih
oleh perusahaan daerah air
minum setempat di lokasi
usaha.
3 Perumahan yang t erletak sampai dengan radius
dapat disewa 5 (lima) kilometer dart lokasi
Pe12:awai usaha.
4 Rumah sakit terletak sampai dengan ra dius
dan/a tau poliklinik 5 (lima) kilometer dart lokasi
usaha.
5 Sekolah terdapat sekolah tingkat dasar,
menenJ.;!:ah pertama, dan

jdih.kemenkeu.go.id
- 30 -

No Jellis Kondisi Tersedia


menengah atas yang terletak
sampai dengan radius 5 (lima)
kilometer dart lokasi usaha.
6 Tempat olahraga terletak sampai dengan radius
dan/atau hiburan 5 (lima) kilometer dart lokasi
yang bersifat usaha.
permanen
7 Tempat peribadatan terletak sampai dengan radius
5 (lima) kilometer dart lokasi
usaha.
8 Pasar terletak sampai dengan radius
5 (lima) kilometer dart lokasi
usaha.
B Prasarana Transportasi Umum
1 Jalan dan/atau terletak sampai dengan radius
jembatan 5 (lima) kilometer dart lokasi
usaha.
2 Pelabuhan/dermaga terletak sampai dengan radius
laut, 50 (lima puluh) kilometer dart
Pelabuhan/dermaga lokasi usaha.
sungai, atau
pelabuhan udara
3 Transportasi umum terdapat transportasi umum
angkutan darat, yang memiliki trayek melalui
laut, atau udara. lokasi usaha, dapat diakses
oleh Pegawai beserta
keluarganya, dan bersifat rutin.
Nomor (7) : Untuk setiap barts prasarana ekonomi dan transportasi
umum dengan tanda checklist pada kolom "TERSEDIA",
berikan tanda checklist tambahan (✓) untuk menilai kondisi
kelayakan prasarana ekonomi dan transportasi umum
dimaksud.
Suatu prasarana ekonomi atau transportasi umum
dikategorikan sebagai "TIDAK LAYAK" dalam hal memenuhi
kondisi sebagai b erikut:
No J enis Prasarana Kondisi Tidak Layak
A Prasarana Ekonomi
1 Listrik tingkat pemadaman listrik PLN
terjadi rata-rata lebih dart 40
(empat puluh) jam dalam 1
(satu) min~u.
2 Air bersih tingkat penghentian pasokan
air bersih oleh perusahaan
daerah air minum rata-rata
lebih dart 40 (empat puluh) jam
dalam 1 (satu) minggu.
3 Perumahan yang jumlah rumah yang dapat
dapat disewa disewa tidak sebanding dengan
Pegawai jumlah Pegawai yang bekerja di
lokasi usaha ditambah jumlah
keluarga yang menyertainya.
4 Rumah sakit rumah sakit dan/atau
dan/a tau poliklinik poliklinik yang tersedia tidak

jdih.kemenkeu.go.id
- 31 -

No J enis Prasarana Kondisi Tidak La.yak


dapat melayani pasien peserta
program jaminan kesehatan
nasional.
5 Sekolah sekolah tingkat dasar,
menengah pertama, dan
menengah atas yang tersedia
tidak dikelola oleh pemerintah
(bukan sekolah nee:eri).
6 Tempat olahraga hanya terdapat kurang dart 3
dan/atau hiburan (tiga) lokasi tempat olahraga
yang bersifat dan/atau hiburan yang bersifat
permanen permanen.
7 Tempat peribadatan tidak terdapat tempat
peribadatan yang dapat
die:unakan untuk umum.
8 Pasar hanya terdapat kurang dart 3
(tiga) lokasi pasar dan pasar
dimaksud dikelola oleh
swadava masvarakat.
B Prasarana Transportasi Umum
1 Jalan umum Jalan umum tidak beraspal
dan/atau jembatan atau beraspal tetapi dalam
kondisi berlubang yang
mempengaruhi keselamatan
berkendara.
Jembatan bersifat sementara
atau tidak permanen.
2 Pelabuhan/dermaga tidak terdaftar sebagai
laut, pelabuhan atau dermaga resmi
Pelabuhan/dermaga pada kementerian atau
sungai, atau lembaga yang berwenang.
pelabuhan udara
3 Transportasi umum trayek transportasi dimaksud
angkutan darat, hanya melalui lokasi usaha
laut, atau udara. atau dapat diakses oleh
Pegawai kurang dart 4 (empat)
kali dalam 1 (satu) bulan.
Nomor (8) : Diisi dengan keterangan mengenai kondisi prasarana ekonomi
dan transportasi umum terkait.
Contoh:
a. jalan umum tersedia tetapi tidak layak karena hanya
terbuat dart makadam dan pasir; atau
b. tempat olahraga permanen tidak tersedia karena
prasarana olahraga yang ada di lokasi usaha dibangun
mandiri oleh pemberi kerja.
Nomor (9) : Diisi dengan tempat dan tanggal dibuat surat pemyataan.
Nomor (10) : Diisi dengan jabatan penanda tangan.
Nomor (11) : Diisi dengan nama terang pemberi kerja/wakil/kuasa.

jdih.kemenkeu.go.id
- 32 -

E. CONTOH FORMAT SURAT PERMINTAAN KELENGKAPAN DOKUMEN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KANTOR WILAYAH DJP..... ... .rn

Nomor : ........................................... .. /20......(2)


Sifat : Sangat Segera
Hal : Permintaan Kelengkapan Dokumen Permohonan
Penetapan/Perpanjangan Penetapanl3 l Berlokasi
Usaha di Daerah Tertentu

Kepada Yth. Sdr. .............. .(4l


di .............. .(5l

Sehubungan dengan surat Saudara nomor .. ................. C6l


tanggal ................... C l
7 hal permohonan penetapan/perpanjangan
penetapan( l berlokasi usaha di daerah tertentu, menurut penelitian kami
3

masih terdapat persyaratan yang belum dipenuhi. Agar permohonan


Saudara dapat segera diproses, diminta kepada Saudara untuk melengkapi
dokumen sebagai berikut:
a ............................................... (8)
b. ·············································.(8l
C• •••••.•.•.•.•.•.•...•.•.•.•.•...•.. •• .••.••.• .(8)
dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hart kerja sejak diterimanya
surat ini.
Apabila kelengkapan di atas tidak dipenuhi dalam jangka waktu yang
telah ditentukan, permohonan Saudara tidak dapat dipertimbangkan.
Demikian untuk dimaklumi.

Kepala Kantor,

•••••••••••••••••••• • • (9)

Tembusan:
Kepala Kantor Pelayanan Pajak .............. ....(lOJ

jdih.kemenkeu.go.id
- 33 -

PETUNJUK PENGISIAN
FORMAT SURAT PERMINTAAN KELENGKAPAN DOKUMEN

Nomor (1) : Diisi dengan kepala surat Kantor Wilayah DJP Pemberi Kerja
Berstatus Pusat.
Nomor (2) : Diisi dengan nomor surat permintaan kelengkapan dart Kantor
Wilayah DJP Pemberi Kerja Berstatus Pusat.
Nomor (3) : Coret yang tidak sesuai.
Nomor (4) : Diisi dengan nama pemberi kerja/kuasa/wakil yang
mengajukan permohonan.
Nomor (5) : Diisi dengan alamat lengkap Pemberi Kerja Berstatus Pusat.
Nomor (6) : Diisi dengan nomor surat permohonan
penetapan/perpanjangan penetapan berlokasi di daerah
tertentu dart Pemberi Kerja Berstatus Pusat.
Nomor (7) : Diisi dengan tanggal surat permohonan
penetapan/perpanjangan penetapan berlokasi di daerah
tertentu dart Pemberi Kerja Berstatus Pusat.
Nomor (8) : Diisi dengan jenis dokumen yang harus dilengkapi Pemberi
Kerja Berstatus Pusat.
Nomor (9) : Diisi dengan tanda tangan dan nama terang Kepala Kantor
Wilayah DJP Pemberi Kerja Berstatus Pusat.
Nomor (10) : Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak tempat Pemberi
Kerja Berstatus Pusat terdaftar.

jdih.kemenkeu.go.id
- 34 -

F. CONTOH FORMAT KEPUTUSAN PERSETUJUAN PENETAPAN BERLOKASI


USAHA DI DAERAH TERTENTU

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH DJP .... .... ... ...... .. .. 111
NOMOR KEP-... ... ...................... .121
TENTANG
PERSETUJUAN PENETAPAN BERLOKASI USAHA DI DAERAH TERTENTU

KEPALA KANTOR WILAYAH DJP ... . .... ...... ..m,

Menimbang a. bahwa berdasarkan permohonan penetapan


b erlokasi usaha di daerah tertentu p emberi kerja
yang telah diterima lengkap pada tanggal ... 13 1;
b. bahwa setelah dilakukan penelitian dan
pemeriksaan, lokasi usaha pemberi kerja
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan;
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021
tentang . Harmonisasi Peraturan Perpajakan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021
Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6736);
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor .. . Tahun 2023
tentang Perlakuan Pajak Penghasilan atas
Penggantian atau Imbalan Sehubungan dengan
Pekerjaan atau Jasa yang Diterima atau Diperoleh
dalam Bentuk Natura dan/atau Kenikmatan
(Berita Negara Republik Indonesia
Tahun. .. Nomor...);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH DJP
......... .Ill TENTANG PERSETUJUAN PENETAPAN
BERLOKASI USAHA DI DAERAH TERTENTU.
KESATU Menyetujui permohonan penetapan berlokasi usaha di
daerah tertentu dari:
(4)
pemberi kerja
(5)
nomor pokok wajib pajak
alamat kantor pusat (6)

untuk lokasi usaha :


identitas alamat titik
perpajakan lokasi koordinat
usaha
......................... (7) ........... ........(8) . ............... (9)
berdasarkan

jdih.kemenkeu.go.id
- 35 -

a. surat permohonan pemberi kerja nomor C10l


tanggal .... o ll ; dan
b. laporan hasil pemeriksaan berlokasi usaha di
KEDUA daerah tertentu nomor ... .c 121 tanggal .... 03l;
Terhadap pegawai dari pemberi kerja yang bekerja
pada lokasi usaha sebagaimana dimaksud pada
diktum KESATU beserta keluarga yang mengikutinya,
diberikan perlakuan Pajak Penghasilan atas
penggantian atau imbalan dalam bentuk natura
dan/a tau kenikmatan yang diberikan sehubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan yang berlokasi usaha
di daerah tertentu berdasarkan Pasal 4 ayat (3) huruf
d angka 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan beserta ketentuan pelaksanaannya, untuk
sarana, prasarana, dan/atau fasilitas yang diterima
atau diperoleh dari pemberi kerja berupa:
a. tempat tinggal, termasuk perumahan;
b. pelayanan kesehatan;
c. pendidikan;
d. peribadatan;
e. pengangkutan; dan/atau
f. olahraga tidak termasuk golf, balap perahu
bermotor, pacuan kuda, terbang layang, dan
olahraga otomotif.
KETIGA Pengeluaran untuk biaya penyediaan sarana,
prasarana, dan/atau fasilitas sebagaimana dimaksud
pada diktum KEDUA yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 (satu) tahun disusutkan atau diamortisasi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang Pajak Penghasilan.
KEEMPAT Penetapan berlokasi usaha di daerah tertentu berlaku
dalamjangka waktu ... 0 4l tahun terhitung sejak bulan
.. .C 15l sampai dengan bulan ... 0 6l tahun ... .C17l
KELIMA Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP ..... Ol ini dapat
ditinjau kembali apabila di kemudian hari diketahui
terdapat kekeliruan.

Salinan Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP ..... rn


ini disampaikan kepada:
a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak .. ... ...... ..0 8 l
b. Kepala Kantor Pelayanan Pajak .......... .. .(19l

·t tapan
D 1e k ct·1 .... . . c2 o1
pada tanggal ..... .(2 ll
KEPALA KANTOR,
(22)

jdih.kemenkeu.go.id
- 36 -

PETUNJUK PENGISIAN
FORMAT KEPUTUSAN PERSETUJUAN PENETAPAN BERLOKASI USAHA
DI DAERAH TEITTENTU

Nomor (1) : Diisi nama Kantor Wilayah DJP Pemberi Kerja Berstatus Pusat.
Nomor (2) : Diisi dengan nomor Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP
Pemberi Kerja Berstatus Pusat tentang Persetujuan Penetapan
Berlokasi Usaha di Daerah Tertentu.
Nomor (3) : Diisi dengan tanggal saat permohonan Pemberi Kerja Berstatus
Pusat telah diterima lengkap.
Nomor (4) : Diisi dengan nama Pemberi Kerja Berstatus Pusat.
Nomor (5) : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak Pemberi Kerja Berstatus
Pusat.
Nomor (6) : Diisi dengan alamat Pemberi Kerja Berstatus Pusat.
Nomor (7) : Diisi dengan identitas perpajakan yang diberikan oleh
Direktorat Jenderal Pajak kepada lokasi usaha pemberi kerja
yang ditetapkan sebagai daerah tertentu (contoh: Nomor Pokok
Wajib Pajak cabang atau nomor identitas tempat kegiatan
usaha).
Nomor (8) : Diisi dengan alamat lokasi usaha pemberi kerja yang
ditetapkan sebagai daerah tertentu.
Nomor (9) : Diisi dengan titik koordinat dart lokasi usaha sebagaimana
dimaksud pada nomor (8).
Nomor (10) : Diisi dengan nomor surat permohonan penetapan berlokasi
usaha di daerah tertentu.
Nomor (11) : Diisi dengan tanggal surat permohonan penetapan berlokasi
usaha di daerah tertentu.
Nomor (12) : Diisi dengan nomor Laporan Hasil Pemeriksaan atas
permohonan penetapan berlokasi usaha di daerah tertentu.
Nomor (13) : Diisi dengan tanggal Laporan. Hasil Pemeriksaan atas
permohonan penetapan berlokasi usaha di daerah tertentu.
Nomor (14) : Diisi jangka waktu berlakunya surat keputusan persetujuan
penetapan berlokasi usaha di daerah tertentu.
Nomor (15) : Diisi dengan:
a. frasa "ditetapkannya Keputusan Kepala Kantor ini'', apabila
keputusan persetujuan penetapan diterbitkan sebelum
jangka waktu penerbitan keputusan paling lama 4 (empat)
bulan setelah permohonan telah lengkap terlampaui, atau
b. bulan dan tahun saat jangka waktu penerbitan keputusan
selama 4 (empat) bulan terlampaui, apabila keputusan
persetujuan penetapan diterbitkan setelah jangka waktu
penerbitan keputusan selama 4 (empat) bulan terlampaui.
Contoh: apabila jangka waktu penerbitan keputusan paling
lama 4 (empat) bulan setelah permohonan telah lengkap
pada tanggal 31 Mei 2024 terlampaui, dan keputusan
persetujuan penetapan ditetapkan pada tanggal 4 Juni
2024 berdasarkan ketentuan Pasal 17 huruf b Peraturan
Menteri ini maka bagian Nomor (15) ini diisi dengan "Mei
tahun 2024".
Nomor (16) : Diisi bulan berakhirnya penetapan berlokasi usaha di daerah
tertentu.
Nomor (17) : Diisi tahun berakhirnya penetapan berlokasi usaha di daerah
tertentu.

jdih.kemenkeu.go.id
- 37 -

Nomor (18) : Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak tempat Pemberi
Kerja Berstatus Pusat terdaftar.
Nomor (19) : Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi lokasi usaha yang mendapatkan penetapan
lokasi usaha di daerah tertentu.
Nomor (20) : Diisi dengan kota Surat Keputusan persetujuan penetapan
tersebut dibuat.
Nomor (21) : Diisi dengan tanggal Surat Keputusan persetujuan penetapan
tersebut dibuat.
Nomor (22) : Diisi dengan tanda tangan dan nama terang Kepala Kantor
Wilayah DJP Pemberi Kerja Berstatus Pusat.

jdih.kemenkeu.go.id
- 38 -

G. CONTOH FORMAT KEPUTUSAN PENOIAKAN PENETAPAN/


PERPANJANGAN PENETAPAN BERLOKASI USAHA DI DAERAH TEITTENTU

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH DJP ........ ........... ..ell


NOMOR KEP-.................... .... .... . r21
TENTANG
PENOIAKAN ... C3l
BERLOKASI USAHA DI DAERAH TEITTENTU

KEPALA KANTOR WILAYAH DJP ....<ll,

Menimbang a . bahwa berdasarkan permohonan penetapan


berlokasi usaha di daerah tertentu pemberi kerja
yang telah diterima lengkap pada tanggal ... C4l;
b. bahwa setelah dilakukan penelitian dan
pemeriksaan, lokasi usaha pemberi kerja tidak
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan;
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 246, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6736);
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... Tahun 2023
tentang Perlakuan Pajak Penghasilan atas
Penggantian atau Imbalan Sehubungan dengan
Pekerjaan atau Jasa yang Diterima atau Diperoleh
dalam Bentuk Natura dan/atau Kenikmatan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2023 Nomor ...);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH DJP .. .. OJ
TENTANG PENOIAKAN .. .(3 l BERLO KASI USAHA DI
DAERAH TEITTENTU.
KESATU Menolak permohonan <3 l berlokasi usaha di daerah
tertentu dari:
pemberi kerja ·····························(5)
nomor pokok wajib pajak ········ ····· ········· ·······(6)
(7)
alamat kantor pusat
untuk lokasi usaha:
identitas alamat titik
perpajakan lokasi koordinat
usaha
........................(8) .......... ........ (9) .. ... .............. (10)
berdasarkan:
a. surat permohonan pemberi kerja nomor .. .. r111 tanggal
.•. .1121; dan

jdih.kemenkeu.go.id
- 39 -

b. Laporan Hasil Pemeriksaan berlokasi di daerah


tertentu nomor .. .CI3l tanggal ... 1141;
dengan alasan: .... ... ... ... .. ................... 115!
KEDUA Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP ....rn ini mulai
berlaku pada tanggal ditetapkan.
Salinan Kepala Kantor Wilayah DJP.. ..Ill ini disampaikan
kepada:
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak ....... ..... .C 16l
2. Kepala Kantor Pelayanan Pajak .......... ...c17J

D 1·tet apk an ct1· .. . .. . nsi


pada tanggal ...... c191
KEPALA KANTOR,

(20)

jdih.kemenkeu.go.id
- 40 -

PETUNJUK PENGISIAN
FORMAT KEPUTUSAN PENOLAKAN PENETAPAN/PERPANJANGAN
PENETAPAN BERLOKASI USAHA DI DAERAH TERfENTU

Nomor (1) : Diisi dengan nama Kantor Wilayah DJP Pemberi Kerja
Berstatus Pusat.
Nomor (2) : Diisi dengan nomor Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP
Pemberi Kerja Berstatus Pusat tentang Penolakan Penetapan
atau Penolakan Perpanjangan Penetapan berlokasi usaha di
Daerah Tertentu.
Nomor (3) : Diisi dengan:
a . kata "PENETAPAN", dalam hal surat keputusan dimaksud
merupakan surat keputusan penolakan penetapan
berlokasi usaha di daerah tertentu; atau
b. kata "PERPANJANGAN PENETAPAN", dalam hal surat
keputusan dimaksud merupakan surat keputusan
penolakan perpanjangan penetapan berlokasi usaha di
daerah tertentu.
Nomor (4) : Diisi dengan tanggal saat permohonan Pemberi Kerja Berstatus
Pusat telah diterima lengkap.
Nomor (5) : Diisi dengan nama Pemberi Kerja Berstatus Pusat.
Nomor (6) : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak Pemberi Kerja Berstatus
Pusat.
Nomor (7) : Diisi dengan alamat Pemberi Kerja Berstatus Pusat.
Nomor (8) : Diisi dengan identitas perpajakan yang diberikan oleh
Direktorat Jenderal Pajak kepada lokasi usaha pemberi kerja
yang ditolak permohonan penetapan/perpanjangan penetapan
sebagai daerah tertentu (contoh: Nomor Pokok Wajib Pajak
cabang a tau nomor identitas ternpat kegiatan usaha).
Nomor (9) : Diisi dengan alamat lokasi usaha yang ditolak untuk ditetapkan
sebagai lokasi usaha di daerah tertentu.
Nomor (10) : Diisi dengan titik koordinat dari lokasi usaha sebagaimana
dimaksud pada nomor (9).
Nomor (11) : Diisi dengan nomor surat permohonan
penetapan/perpanjangan penetapan berlokasi usaha di daerah
tertentu.
Nomor (12) : Diisi dengan tanggal surat permohonan
penetapan/perpanjangan penetapan berlokasi usaha di daerah
tertentu.
Nomor (13) : Diisi dengan nomor Laporan Hasil Pemeriksaan atas
permohonan penetapan/perpanjangan penetapan berlokasi
usaha di daerah tertentu.
Nomor (14) : Diisi dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan atas
permohonan penetapan/perpanjangan penetapan berlokasi
usaha di daerah tertentu.
Nomor (15) : Diisi dengan alasan penolakan permohonan.
Nomor (16) : Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak tempat Pemberi
Kerja Berstatus Pusat terdaftar.
Nomor (1 7) : Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi lokasi usaha berada.
Nomor (18) : Diisi dengan kota Keputusan penolakan tersebut dibuat.
Nomor (19) : Diisi dengan tanggal Keputusan penolakan tersebut dibuat.
Nomor (20) : Diisi dengan tanda tangan dan nama terang Kepala Kantor
Wilayah DJP Pemberi Kerja Berstatus Pusat.

jdih.kemenkeu.go.id
- 41 -

H.CONTOH FORMAT KEPUTUSAN PERSETUJUAN PERPANJANGAN


PENETAPAN BERLOKASI USAHA DI DAERAH TERfENTU

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH DJP ..... ... ..... ........111


NOMOR KEP-.. ....... ......... ...... ... ..121
TENTANG
PERSETUJUAN PERPANJANGAN PENETAPAN BERLOKASI USAHA DI
DAERAH TERfENTU

KEPALA KANTOR WILAYAH DJP .... Ill,

Menimbang a. bahwa setelah dilakukan penelitian dan/atau


pemeriksaan, lokasi usaha pemberi kerja memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan;
b. bahwa pemberi kerja telah memperoleh keputusan
persetujuan penetapan berlokasi usaha di daerah
tertentu sesuai dengan Keputusan .... 131 nomor KEP-
.. ....... ........ .!41 tanggal ... .... ...... .... ..... ... 151 tentang
Penetapan Berlokasi Usaha di Daerah Tertentu;
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3263} sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 246, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6736);
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... Tahun 2023
tentang Perlakuan Pajak Penghasilan atas
Penggantian atau Imbalan Sehubungan dengan
Pekerjaan atau Jasa Yang Diterima atau Diperoleh
dalam Bentuk Natura dan/atau Kenikmatan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2023 Nomor ...);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH DJP 111
TENTANGPERSETUJUANPERPANJANGANPENETAPAN
BERLOKASI USAHA DI DAERAH TERfENTU.
KESATU Menyetujui permohonan perpanjangan
6
/Memperpanjang! l penetapan berlokasi usaha di daerah
tertentu dart:
(71
pemberi kerja
(81
nomor pokok wajib pajak
(91
alamat kantor pusat
untuk lokasi usaha:
identitas alamat titik koordinat
perpajakan lokasi
usaha
(101 ... ............(11]
·············· ·· ·······
(121
··· ·· ·············

jdih.kemenkeu.go.id
- 42 -

berdasarkan:
a. surat permohonan pemberi kerja nomor 11 3 l
tanggal ... .1 l ; dan
14

b. laporan hasil pemeriksaan berlokasi usaha di daerah


tertentu nomor .... 115l tanggal ... .116) ;
KEDUA Terhadap pegawai dart pemberi kerja yang bekerja pada
lokasi usaha sebagaimana dimaksud pada
diktum KESATU beserta keluarga yang mengikutinya ,
diberikan perlakuan Pajak Penghasilan atas
penggantian atau imbalan dalam bentuk natura
dan/atau kenikmatan yang diberikan sehubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan yang berlokasi usaha di
daerah tertentu berdasarkan Pasal 4 ayat (3) huruf d
angka 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan
beserta ketentuan pelaksanaannya, untuk sarana,
prasarana, dan/ atau fasilitas yang diterima a t a u
diperoleh dart pemberi kerja berupa:
a. tempat tinggal, termasuk perumahan;
b . pelayanan k esehatan;
c. pendidikan;
d . peribadatan;
e. pengangkutan; dan/atau
f. olahraga tidak termasuk golf, balap perahu bermotor,
pacuan kuda, terbang layang, dan olahraga otomotif.
KETIGA Pengeluaran untuk biaya penyediaan sarana, prasarana,
dan/atau fasilitas sebagaimana dimaksud pada diktum
KEDUA yang mempunyai masa manfaat lebih dart 1
(satu) tahun disusutkan atau diamortisasi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
Pajak Penghasilan.
KEEMPAT Perpanjangan penetapan berlokasi usaha di daerah
tertentu berlaku dalam jangka waktu ... 117 1 tahun
terhitung sejak bulan .. .118l tahun ...11 9l sampai dengan
bulan .. .120) tahun .. .. 121)
KELIMA Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP .... 111 ini dapat
ditinjau kembali apabila di kemudian hart diketahui
terdapat kekeliruan.
Salinan Keputusan Kepala Kantor Wilayah DJP ...Ill ini
disampaikan kepada:
a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak ............ .122 l
b. Kepala Kantor Pelayanan Pajak .... ......... 12 3 l

D 1· tet apk an ct1· ..... . 124 l


pada tanggal ... ...125i

KEPALA KANTOR,
12 6)

jdih.kemenkeu.go.id
- 43 -

PETUNJUK PENGISIAN
FORMAT KEPUTUSAN PERSETUJUAN PERPANJANGAN PENETAPAN
BERLOKASI USAHA DI DAERAH TERrENTU

Nomor (1) : Diisi dengan nama Kantor Wilayah DJP Pemberi Kerja
Berstatus Pusat.
Nomor (2) : Diisi dengan nomor keputusan persetujuan perpanjangan
penetapan berlokasi usaha di daerah tertentu.
Nomor (3) : Diisi dengan jenis keputusan persetujuan penetapan berlokasi
usaha di daerah tertentu yang telah dimiliki Pemberi Kerja
Berstatus Pusat (contoh: Keputusan Direktur Jenderal Pajak,
Keputusan Kepala Kantor Wilp.yah DJP Jakarta Timur)
Nomor (4) : Diisi dengan nomor keputusan persetujuan penetapan
berlokasi usaha di daerah tertentu yang telah dimiliki Pemberi
Kerja Berstatus Pusat.
Nomor (5) : Diisi dengan tanggal keputusan persetujuan penetapan
berlokasi usaha di daerah tertentu yang telah dimiliki Pemberi
Kerja Berstatus Pusat.
Nomor (6) : Digunakan:
a. frasa "Menyetujui permohonan perpanjangan", dalam hal
perpanjangan berdasarkan permohonan perpanjangan yang
diajukan pemberi kerja selain pemberi kerja pemegang izin
pertambangan tertentu; atau
b . frasa "Memperpanjang", dalam hal perpanjangan secara
jabatan yang diberikan pada lokasi usaha dart pemberi
kerja pemegang izin pertambangan tertentu.
Nomor (7) : Diisi dengan nama Pemberi Kerja Berstatus Pusat.
Nomor (8) : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak Pemberi Kerja Berstatus
Pusat.
Nomor (9) : Diisi dengan alamat Pemberi Kerja Berstatus Pusat.
Nomor (10) : Diisi dengan identitas perpajakan yang diberikan Direktorat
Jenderal Pajak kepada lokasi usaha yang ditetapkan sebagai
daerah tertentu (contoh: Nomor Pokok Wajib Pajak cabang atau
nomor identitas ternpat kegiatan usaha) .
Nomor (11) : Diisi dengan alamat lokasi usaha yang ditetapkan sebagai
daerah tertentu.
Nomor (12) : Diisi dengan titik koordinat dari lokasi usaha sebagaimana
dimaksud pada nomor (11).
Nomor (13) : Diisi dengan nomor surat :
a. permohonan perpanjangan penetapan berlokasi usaha di
daerah tertentu, bagi pemberi kerja selain pemberi kerja
pemegang izin pertambangan tertentu; atau
b. permohonan penetapan berlokasi usaha di daerah tertentu,
bagi pemberi kerja pemegang izin pertambangan tertentu.
Nomor (14) : Diisi dengan tanggal surat:
a. permohonan perpanjangan penetapan berlokasi usaha di
daerah tertentu, bagi pemberi kerja selain pemberi kerja
pemegang izin pertambangan tertentu; atau
b. permohonan penetapan berlokasi usaha di daerah tertentu,
bagi pemberi kerja pemegang izin pertambangan tertentu.
Nomor (15) : Diisi dengan nomor Laporan Hasil Pemeriksaan perpanjangan
penetapan berlokasi usaha di daerah tertentu.
Nomor (16) : Diisi dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan perpanjangan
penetapan berlokasi usaha di daerah tertentu.

jdih.kemenkeu.go.id
- 44 -

Nomor (17) : Diisi jangka waktu berlakunya surat keputusan persetujuan


perpanjangan penetapan berlokasi usaha di daerah tertentu.
Nomor (18) : Diisi bulan dimulainya perpanjangan penetapan berlokasi
usaha di daerah tertentu.
Nomor (19) : Diisi tahun dimulainya perpanjangan penetapan berlokasi
usaha di daerah tertentu.
Nomor (20) : Diisi bulan berakhirnya perpanjangan penetapan berlokasi
usaha di daerah tertentu.
Nomor (21) : Diisi tahun berakhirnya perpanjangan penetapan berlokasi
usaha di daerah tertentu.
Nomor (22) : Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak tempat Pemberi
Kerja Berstatus Pusat terdaftar.
Nomor (23) : Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi lokasi usaha yang mendapatkan
perpanjangan penetapan lokasi usaha di daerah tertentu.
· Nomor (24) : Diisi dengan kota keputusan persetujuan perpanjangan
penetapan tersebut dibuat.
Nomor (25) : Diisi dengan tanggal keputusan persetujuan perpanjangan
penetapan tersebut dibuat.
Nomor (26) : Diisi dengan tanda tangan dan nama terang Kepala Kantor DJP
Wilayah DJP Pemberi Kerja Berstatus Pusat .

jdih.kemenkeu.go.id
- 45 -

I. CONTOH FORMAT SURAT PEMBERJTAHUAN PENGHENTIAN


PERPANJANGAN BERLOKASI USAflA DI DAERAH TEITTENTU

KEMENTERJAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP.. .... ... 111

Nomor : ..... .......... ... ...... ..... ....... ....... .. /20... ...121
Sifat : Sangat Segera
Hal : Pemberitahuan Penghentian Perpanjangan Berlokasi
Usaha di Daerah Tertentu

Kepada Yth. Sdr.. ..... ..131


di .........141

Sehubungan dengan akan berakhirnya masa berlaku Keputusan


Kepala KantorWifa.yah DJP .... Ill Nomor ..... 151tanggal .... ...161hal Persetujuan
Penetapan/Perpanjangan Persetujuanl7l Penetapan Berlokasi Usaha di
Daerah Tertentu, dengan ini disampaikan beberapa hal sebagai berikut.
a. Laporan Hasil Pemeriksaan Nomor .. . .181tanggal... 191menyatakan bahwa
lokasi usaha Saudara tidak lagi memenuhi syarat sebagai daerah
tertentu sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor . . . Tahun 2023 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan atas
Penggantian atau Imbalan Sehubungan dengan Pekerjaan atau Jasa
yang Diterima atau Diperoleh dalam Bentuk Natura dan/atau
Kenikmatan;
b. Berdasarkan laporan tersebut pada huruf a, Keputusan Kepala Kantor
Wilayah DJP ...rn Nomor ... . .151 tanggal .... .. .161 hal Persetujuan
Penetapan/Perpanjangan Persetujuan17l Penetapan Berlokasi Usaha di
Daerah Tertentu yang masa berlakunya berakhir pada bulan ....11 °1
tahun ... llOl, tidak diperpanjang ke jangka waktu tahap berikutnya;
c. Bahwa mulai bulan ... .1111tahun...11 11, Pegawai Saudara beserta keluarga
an men ikutin a untuk beke ·a di lokasi usaha seba ai berikut:
identitas perpajakan alamat titik koordinat
lokasi usaha
.... .... ................ .... (121 .......... .. ....... .... .... .(131 ..... ..... .. ......... _(141
tidak diberikan perlakuan Pajak Penghasilan atas penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura dan/a tau k enikmatan yang diberikan
sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan yang berlokasi usaha di
daerah tertentu berdasarkan Pasal 4 ayat (3) huruf d angka 2 Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan beserta
ketentuan pelaksanaannya.

Demikian untuk dimaklumi.


Kepala Kantor,

................ ...... (1 51
Tembusan:
1. Kepala Kantor Wilayah DJP ..... .1161
2 . Kepala Kantor Pelayanan Pajak ...... 11 71
3 . Kepala Kantor Pelayanan Pajak ..... .11 81

jdih.kemenkeu.go.id
- 46 -

PETUNJUK PENGISIAN
FORMATSURATPEMBERITAHUANPENGHENTIANPERPANJANGAN
BERLOKASI USAHA DI DAERAH TERTENTU

Nomor (1) : Diisi dengan nama Kantor Wilayah DJP Pemberi Kerja
Berstatus Pusat.
Nomor (2) : Diisi dengan nomor surat pemberitahuan penghentian
perpanjangan berlokasi usaha di daerah tertentu.
Nomor (3) : Diisi dengan nama pemberi kerja/kuasa/wakil yang
merupakan pemberi kerja pemegang izin pertambangan
tertentu.
Nomor (4) : Diisi dengan alamat lengkap Pemberi Kerja Berstatus Pusat.
Nomor (5) : Diisi dengan nomor surat keputusan persetujuan
penetapan/perpanjangan penetapan.
Nomor (6) : Diisi dengan tanggal surat keputusan persetujuan
penetapan/perpanjangan penetapan.
Nomor (7) : c6ret yang tidak perlu.
Nomor (8) : Diisi dengan nomor Laporan Hasil Pemeriksaan.
Nomor (9) : Diisi dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.
Nomor (10) : Diisi dengan bulan dan tahun berakhirnya pemberlakuan
surat keputusan persetujuan penetapan/perpanjangan
penetapan terkait
Nomor (11) : Diisi dengan bulan dan tahun berikutnya dart bulan dan tahun
berakhirnya pemberlakuan surat keputusan persetujuan
penetapan/perpanjangan penetapan terkait.
Nomor (12) : Diisi dengan identitas perpajakan yang diberikan Direktorat
Jenderal Pajak kepada lokasi usaha yang disebutkan dalam
keputusan persetujuan penetapan/perpanjangan penetapan
terkait.
Nomor (13) : Diisi dengan alamat lokasi usaha yang disebutkan dalam
keputusan persetujuan penetapan/perpanjangan penetapan
terkait.
Nomor (14) : Diisi dengan titik koordinat lokasi usaha yang disebutkan
dalam keputusan persetujuan penetapan/perpanjangan
penetapan terkait.
Nomor (15) : Diisi dengan tanda tangan dan nama terang Kepala Kantor DJP
Wilayah DJP Pemberi Kerja Berstatus Pusat.
Nomor (16) : Diisi dengan nama Kantor DJP Wilayah DJP Lokasi.
Nomor (17) : Diisi dengan nama kantor pelayanan pajak tempat Pemberi
Kerja Berstatus Pusat terdaftar.
Nomor (18) : Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi lokasi usaha yang dihentikan perpanjangan
penetapan lokasi usaha di daerah tertentu.

jdih.kemenkeu.go.id
- 47 -

J. CONTOH PENILAIAN ATAS PENGGANTIAN ATAU IMBALAN DALAM BENTUK


NATURA DAN/ATAU KENIKMATAN

Contoh 1
Nona JA seorang bintang iklan menandatangani kontrak dengan PT JZ,
sebuah perusahaan kosmetik, untuk mengiklankan produk kosmetiknya di
sosial media. Atas jasanya tersebut, pada bulan Desember 2023 Nona JA
menerima penggantian atau imbalan dalam bentuk paket alat-alat kosmetik
dart PT JZ. Harga pokok penjualan alat-alat kosmetik diketahui sebesar
Rpl0.000.000,00 (sepuluhjuta rupiah).
Dalam hal ini, Nona JA menerima penghasilan dalam bentuk natura pada
bulan Desember 2023 yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 sebesar
Rpl0.000.000,00 (sepuluhjuta rupiah).

Contoh 2
PT JB memberikan jasa pembasmian hama kepada PT JY. Atas jasanya ini,
pada bulan Agustus 2023 PT JB menerima penggantian atau imbalan dalam
bentuk seperangkat pestisida dan alat-alat pembasmi hama dart PT JY.
Harga pokok penjualan seperangkat pestisida dan alat-alat pembasmi hama
tersebut diketahui sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluhjuta rupiah).
Dalam hal ini, PT JB menerima penghasilan dalam bentuk natura pada bulan
Agustus 2023 yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23 sebesar
Rp50.000.000,00 (lima puluhjuta rupiah).

Contoh 3
Pada bulan September 2023, PT JC memberikan fasilitas apartemen kepada
Nyonya JX selaku Pegawainya. Apartemen tersebut disewa PT JC dart pihak
ketiga secara bulanan. Selama bulan September 2023, biaya-biaya terkait
fasilitas apartemen tersebut yang dikeluarkan PT JC terdiri dart:
1. Biaya sewa apartemen Rp50.000.000,00
2. Biaya pemeliharaan lingkungan Rpl5.000.000,00
3. Biaya utilitas (tagihan listrik, air, dan
internet) Rpl0.000.000,00 +
4. Total biaya Rp75.000.000,00
Diketahui bahwa kenikmatan dengan jenis dan batasan tertentu berupa
fasilitas tempat tinggal dengan hak penggunaan dipegang oleh perseorangan
(individual) antara lain berbentuk apartemen dikecualikan dart objek Pajak
Penghasilan sepanjang diterima atau diperoleh Pegawai dart pemberi kerja
dan bernilai secara keseluruhan tidak lebih dart Rp2.000.000,00 (dua juta
rupiah) untuk tiap Pegawai dalam jangka waktu 1 (satu) bulan.
Oleh karena itu, penghasilan berupa penggantian atau imbalan dalam
bentuk kenikmatan berupa fasilitas apartemen yang diterima Nyonya JX
pada bulan September 2023 yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21
sebesar Rp73.000.000,00 (tujuh puluh tiga juta rupiah) dengan
penghitungan sebagai berikut:
Rp75.000.000,00- Rp2.000.000,00 = Rp73.000.000,00.

Contoh 4
Tuan JD merupakan manajer eksekutif yang telah bekerja selama 4 (empat)
tahun di PT JQ. Tuan JD tidak memiliki penyertaan modal pada PT JQ. Mulai
Januart 2025, Tuan JD menerima fasilitas kendaraan berupa mobil sedan.
Berdasarkan informasi divisi keuangan diketahui bahwa data penghasilan
bruto Tuan JD dart PT JQ dalam bentuk uang, natura, dan fasilitas termasuk
fasilitas kendaraan serta penghasilan bruto rata-rata Tuan JD dart PT JQ
dalam 12 (dua belas) bulan terakhir sebagai berikut:

jdih.kemenkeu.go.id
- 48 -

Penghasilan Bruto dart PT JQ Rata-rata Bulan Pengh asilan yang


Penghasilan perhitungkan dalam
Bulan Nilai Bruto 12 (dua menghitung Rata-rata
Penghasilan Penghasilan Nilai Fasilitas belas) Bulan Penghasilan Bruto 12
Selain Fasilitas Kendaraan Terakhir (dua belas) Bulan
Kendaraan (dalam rupiah) (dalam rupiah) Terakhir
(dalam rupiah)
Januart 2025 80.000.000,00 20.000.000,00 95.000.000,00 Februari 2024 sampai
deng:an Januart 2025
Februart 90.000.000,00 22.000.000,00 105.000.000,00 Maret 2024 sampai
2025 deng:an Februart 2025
Maret 2025 100.000.000,00 21.000.000,00 110.000.000,00 April 2024 sampai dengan
Maret 2025
Berdasarkan data rata-rata penghasilan bruto dalam 12 (dua belas) bulan
terakhir tersebut maka dapat diketahui hubungan kenikmatan berupa
fasilitas kendaraan beserta status fasilitas kendaraan tersebut sebagai objek
Pai ak Pen~h asilanadalah seb a~ai b erikut:
Bulan Nilai Fasilitas Status Objek Pajak
Keterangan
Penghasilan Kendaraan Penghasilan
Januart 2025 Rp20.000.000,00 Dikecualikan dart Rata-rata penghasilan bruto
objek Pajak 12 (dua belas) bulan terakhir
Penghasilan kurang dart
Rp 100.000.000,00
Februart 2025 Rp22.000.000,00 Obj ek Pajak Rata-rata penghasilan bruto
Penghasilan 12 (dua belas) bulan terakhir
Maret 2025 Rp2 l .000.000,00 Objek Pajak lebih dart Rp l 00.000.000,00
Peng:hasilan

Contoh 5
Nona JE merupakan Pegawai baru yang mulai bekerja pada PT JO pada
tanggal 2 Januari 2025 dan tidak memiliki penyertaan modal pada PT JO.
Nona JE memperoleh fasilitas kendaraan berupa mobil SUV keluaran
terbaru. Oleh karena Nona JE merupakan Pegawai baru maka contoh
perhitungan rata-rata penghasilan bruto sebagai dasar penentuan objek
Pajak Penghasilan atas kenikmatan fasilitas kendaraan dari pemberi kerja
seb a~ai b eriku:
t
Bulan
Penghasilan Bruto dart PT JO Penghasilan
yang
Rata-rata
Bulan Nilai Diperhitungkan
Penghasilan
Peng- Penghasilan Nilai Fasilitas Jumlah dalam
Bruto
hasilan Selain Fasilitas Kendaraan Penghasilan Menghitung
(dalam rupiah)
Kendaraan (dalam rupiah) (dalam rupiah) Rata-rata
(dalam rupiah) Penghasilan
Bruto
Januart 70.000.000,00 20.000.000,00 90.000.000,00 90.000.000,00 Januart 2025
2025
Februart 80.000.000,00 22.000.000,00 102.000.000,00 96.000.000,00 Januart sampai
2025 dengan
Februart 2025
Maret 100.000.000,00 20.000.000,00 120.000.000,00 104.000.000,00 Januart sampai
2025 dengan Maret
2025
Berdasarkan data rata-rata penghasilan bruto tersebut maka dapat
diketahui hubungan kenikmatan berupa fasilitas kendaraan beserta status
fasilitas kendaraan tersebut sebagai objek Pajak Penghasilan adalah sebagai
berikut:
Bulan Nilai Fasilitas Status Objek Pajak
Keterangan
Penghasilan Kendaraan Penghasilan
Januart 2025 Rp20.000.000,00 Dikecualikan dart Rata-rata penghasilan bruto
objek Pajak 12 (dua belas) bulan terakhir
Peng:hasilan kurang dart
Februart 2025 Rp22.000.000,00 Dikecualikan dart Rp 100.000.000,00
objek Pajak
Pen,ghasilan

jdih.kemenkeu.go.id
- 49 -

Bulan Nilai Fasilitas Status Objek Pajak


Penj:!hasilan Kendaraan Penj:!hasilan Keterangan
Maret 2025 Rp20.000.000,00 Objek Pajak Rata-rata penghasilan bruto
Penghasilan 12 (dua belas) bulan terakhir
lebih dari Rpl00.000.000,00

K. CONTOH PENII.AIAN ATAS PENGGANTIAN ATAU IMBALAN DA.LAM BENTUK


KENIKMATAN DENGAN MASA PEMANFAATAN LEBIH DARI 1 (SATU) BULAN
YANG DIBERIKAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN DILAKUKAN
SETIAP BULAN SELAMA MASA PEMANFAATAN KENIKMATAN

Tuan KA merupakan Direktur Keuangan di perusahaan PT KZ. Atas


pekerjaan tersebut, Tuan KA mendapatkan fasilitas dart PT KZ berupa
apartemen mewah. Apartemen tersebut disewa oleh PT KZ dengan biaya sewa
sebesar Rp 120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) selama satu
tahun. Dalam kontrak sewa, disebutkan bahwa jangka waktu sewa
apartemen tersebut adalah sejak 1 Januart 2025 sampai dengan 31
Desember 2025.
Per 1 September 2025, Tuan KA mengundurkan dirt dart jabatannya sebagai
Direktur Keuangan dan fasilitas apartemen mewah tidak dapat lagi
digunakan.
Fasilitas kenikmatan apartemen tersebut memiliki masa pemanfaatan lebih
dart 1 (satu) bulan sehingga dilakukan penilaian tiap bulan untuk
menentukan nilai fasilitas yang diterima oleh Tuan KA. Dalam hal tidak
terdapat biaya lain selain biaya sewa maka dapat ditentukan nilai bruto
manfaat kenikmatan dalam bentuk fasilitas apartemen yaitu sebesar
Rpl0.000.000,00 (sepuluhjuta rupiah) tiap bulannya dengan penghitungan
sebagai berikut: Rpl20.000.000,00: 12 bulan = Rpl0.000.000,00.
Diketahui pula bahwa kenikmatan dengan jenis dan batasan tertentu berupa
fasilitas tempat tinggal dengan hak penggunaan dipegang oleh perseorangan
(individual) antara lain berbentuk apartemen dikecualikan dart objek Pajak
Penghasilan sepanjang diterima atau diperoleh Pegawai dart pemberi kerja
dan bemilai secara keseluruhan tidak lebih dart Rp2.000.000,00 (dua juta
rupiah) untuk tiap Pegawai dalam jangka waktu 1 (satu) bulan.
Nilai kenikmatan yang merupakan objek Pajak Penghasilan selama masa
pemanfaatan oleh Tuan KA adalah sesuai dengan perincian sebagai berikut:

Nilai Fasilitas
Nilai Bruto Batasan
Apartemen sebagai
Fasilitas Fasilitas
Bulan Objek Pajak
Apartemen Apartemen
Penghasilan
(Rp) (Rp)
(Rp)
(a) (b) (c) (d) = (b)-(c)
Januari 10.000.000 2.000.000 8.000.000
Februart 10.000.000 2.000.000 8 .000.000
Maret 10.000.000 2.000.000 8 .000.000
April 10.000.000 2.000.000 8 .000.000
Mei 10.000.000 2.000.000 8.000.000
Juni 10.000.000 2.000.000 8.000.000
Juli 10.000.000 2.000.000 8.000.000
Agustus 10.000.000 2.000.000 8.000.000

If
jdih.kemenkeu.go.id
- 50 -

L. CONTOH PENII.AIAN ATAS PENGGANTIAN ATAU IMBALAN DALAM BENTUK


KENIKMATAN DIBERIKAN KEPADA LEBIH DARI 1 (SATU) PENERIMA
BERDASARKAN PENCATATAN PEMANFAATAN KENIKMATAN

Direktur LA dan Direktur LB mendapat fasilitas satu buah perahu bermotor


dart PT LZ sebagai sarana olahraga balap perahu bermotor (powerboating)
yang dipakai bergilir. PT LZ menggunakan jumlah hart pemakaian fasilitas
sebagai dasar pencatatan pemanfaatan fasilitas perahu bermotor tersebut.
Selama bulan September 2023, Direktur LA dicatat menggunakan perahu
bermotor selama 10 (sepuluh) hart dan Direktur LB dicatat menggunakannya
selama 15 (lima belas) hart. Biaya-biaya terkait penyediaan fasilitas tersebut
terdiri dart:
1. biaya penyusutan perahu bermotor sebesar Rp480.000.000,00 (empat
ratus delapan puluh juta rupiah) tiap tahun;
2. biaya pemeliharaan dikeluarkan selama bulan September 2023 sebesar
Rpl5.000.000,00 (lima belas juta rupiah);
3. biaya operasional (bahan bakar, kru, dan lain-lain) dikeluarkan selama
bulan September 2023 sebesar Rpl0.000.000,00 (sepuluhjuta rupiah);
Untuk mengetahui nilai kenikmatan yang diterima oleh Direktur LA dan
Direktur LB, maka dilakukan dalam dua tahap meliputi:
a. penentuan biaya penyediaan fasilitas perahu bermotor selama bulan
September 2023; dan
b . pengalokasian biaya bulan September 2023 untuk masing-masing
direktur berdasarkan pencatatan kenikmatan berdasarkan hart
pemakaian
Langkah pertama, penentuan biaya fasilitas perahu bermotor dihitung
dengan mengalokasikan biaya dengan nilai manfaat lebih dart 1 (satu) bulan
untuk menjadi bagian dart biaya bulan September 2023. Berdasarkan
uraian, diketahui bahwa biaya dengan nilai manfaat lebih dart 1 (satu) bulan
adalah biaya penyusutan. Biaya penyusutan untuk bulan September 2023
dialokasi sebesar Rp40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah) dengan
penghitungan sebagai berikut: Rp480.000.000,00 : 12 = Rp40.000.000,00.
Sehingga biaya penyediaan fasilitas secara keseluruhan meliputi:
1. Biaya penyusutan Rp40.000.000,00
2. Biaya pemeliharaan Rpl5.000.000,00
3. Biaya operasional (bahan bakar, kru, dll) Rpl0.000.000,00 +
4. Total biaya Rp65.000.000,00
Langkah kedua, penentuan alokasi kenikmatan berdasarkan jumlah hart
penggunaan fasilitas perahu bermotor oleh masing-masing direktur sehingga
nilai kenikmatan yang diterima oleh masing-masing direktur pada bulan
September 2023 yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 sebesar:
10
Direktur LA x Rp65.000.000 00 = Rp26.000.000 00
( 10+15) ' '
Direktur LB ( lO~l ) x Rp65.000.000,00 = Rp39.000.000,00
5

M. CONTOH SAAT PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGGANTIAN


ATAU IMBALAN DALAM BENTUK NATURA DAN/ATAU KENIKMATAN

Contoh 1
Tuan MA memiliki sebuah bangunan yang difungsikan sebagai gedung
kantor yang beralamat di Jalan Cempedak Nomor 14, Jakarta Pusat. Pada
tahun 2024, Tuan MA menyewakan gedung kantor tersebut kepada PT MZ,
sebuah perusahaan perdagangan bahan material. Di dalam kontrak,
disebutkan bahwa masa sewa adalah 1 Januart 2024 sampai dengan 31

I/
jdih.kemenkeu.go.id
- 51 -

Desember 2024, dan sebagai pengganti uang sewa, PT MZ akan memberikan


bahan bangunan yaitu keramik marmer. Keramik tersebut diserahkan pada
31 Maret 2024. PT MZ mencatat utang sewa atas penyewaan gedung tersebut
pada 2 Januart 2024. Saat pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas
persewaan tanah dan/atau bangunan adalah pada akhir bulan Januart
2024, yaitu akhir bulan terutangnya sewa. Hal ini disebabkan saat terutang
terjadi terlebih dahulu dart saat pengalihan imbalan dan/atau penggantian
berupa natura tersebut.

Contoh 2
PT MB merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT
MB memberikan jasa konstruksi berupa jasa pembangunan gudang kepada
PT MY, sebuah perusahaan produsen ekskavator, yang dimulai
pembangunannya pada tanggal 1 Januart 2025. Atas jasa konstruksi
tersebut, di dalam kontrak disebutkan bahwa PT MY akan memberikan
penggantian atau imbalan berupa lima buah ekskavator kepada PT MB saat
proses konstruksi selesai. Proses konstruksi selesai pada 6 Desember 2025
dan PT MY menyerahkan lima buah ekskavator kepada PT MB.
Atas penghasilan berupa penggantian atau imbalan dalam bentuk natura
yang diterima oleh PT MB berupa ekskavator dipotong PPh Final Pasal 4 ayat
(2) atas jasa konstruksi pada akhir bulan dilakukan pengalihan ekskavator,
yaitu pada akhir bulan Desember 2025.

Contoh 3
Nona MC, seorang artis, memberikan jasa promosi berbayar (paid promote)
kepada Hotel MX. Atas jasa promosi berbayar tersebut, Nona MC
mendapatkan imbalan berupa 8 (delapan) voucer yang dapat digunakan
untuk menginap di hotel tersebut selama 8 (delapan) malam.
Kontrak jasa promosi berbayar ditandatangani pada 1 Januart 2024 dan
pada saat itu juga diserahkan 8 (delapan) voucer hotel tersebut.
Atas pemberian kenikmatan dalam bentuk fasilitas menginap berupa 8
(delapan) voucer menginap yang diserahkan pada 1 Januart 2024, dilakukan
pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada akhir bulan penyerahan hak
untuk memanfaatkan voucer menginap kepada penerima, yaitu akhir bulan
Januart 2024.

Contoh 4
Nona MD memberikan jasa penilaian kepada PT MW. Sebagai imbalan atas
jasa tersebut, Nona MD diberikan kenikmatan berupa fasilitas keanggotaan
golf selama satu tahun. Penyerahan hak atas fasilitas keanggotaan golf dart
PT MW kepada Nona MD adalah pada 4 Maret 2024. Atas kenikmatan
tersebut, Nona MD dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 pada akhir bulan
terjadinya penyerahan hak atas pemanfaatan fasilitas keanggotaan golf,
yaitu akhir bulan Maret 2024.

Contoh 5
Tuan ME adalah seorang Direktur Operasional pada PT MV. Atas jabatan
tersebut, selama tahun 2024, Tuan ME mendapatkan fasilitas keanggotaan
lapangan golf sebagai bentuk imbalan sehubungan dengan pekerjaan.
Sesuai perjanjian kerja, imbalan Tuan ME diberikan tiap bulan dalam bentuk
uang maupun selain uang.
Atas kenikmatan berupa fasilitas keanggotaan golf yang diberikan PT MV
kepada Tuan ME, dilakukan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 setiap
akhir bulan atas bagian hak pemanfaatan fasilitas golf yang telah diterima
Tuan ME.

jdih.kemenkeu.go.id
- 52 -

Contoh 6
Nyonya MF merupakan Pegawai yang menduduki jabatan sebagai sekretaris
direktur pada PT MU. Nyonya MF mendapat fasilitas perawatan kecantikan
sebagai salah satu imbalan sehubungan dengan pekerjaan. PT MU bekerja
sama dengan Klinik MT untuk menyediakan fasilitas perawatan kecantikan.
Atas tagihan biaya perawatan kecantikan Nyonya MF ditanggung oleh PT MU
dan dibayar PT MU langsung kepada Klinik MT.
Pada tanggal 8 Oktober 2024, Nyonya MF melakukan perawatan yang
pertama kalinya dan dilanjutkan pada tanggal 15 Desember 2024 untuk
perawatan kecantikan yang kedua.
Atas kenikmatan berupa pemanfaatan fasilitas perawatan kecantikan pada:
a. tanggal 8 Oktober 2024 dilakukan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal
21 pada akhir bulan Oktober 2024; dan
b. tanggal 15 Desember 2024 dilakukan pemotongan Pajak Penghasilan
Pasal 21 pada akhir bulan Desember 2024.

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
SRI MULYANI INDRAWATI

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Umum
u.b.
Plt. Kepala Bagian Administrasi Kementerian

Ditandatangani secara elektronik


DEWI SURIANI HASLAM

jdih.kemenkeu.go.id

Anda mungkin juga menyukai