Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

“MENGORGANISASI KURIKULUM”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Kurikulum

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1 – MPI MADIN
1. A’AN ROHIMAH (202031200055)
2. NURMAZAYA KHURIN’IN (202031200076)
3. SHABRINA RAMADHANI (202031200083)

DOSEN PENGAMPU:
Priyanto, S.Pd.I., M.Psi

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM LUQMAN AL-HAKIM
SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala limpahan rahmat, bimbingan dan petunjuk serta hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam
kepada baginda Rasulullah SAW karena berkat perjuangan beliau kita bisa merasakan
nikmat Iman dan Islam sampai saat ini.

Makalah ini memuat pembahasan tentang Mengorganisasi Kurikulum”,


disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kurikulum. Terima
kasih kepada ustadz Priyanto, S.Pd.I., M.Psi. yang telah memberikan ilmu dan tugas
ini serta diharapkan kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini. Semoga hadirnya
makalah ini menambah manfaat untuk para pembaca di dunia dan akhirat nanti.

Kepada Allah SWT kami memohon taufiq dan hidayah-Nya. Semoga usaha
kami ini senantiasa dalam keridhoan-Nya. Aamiin.

Surabaya, 18 Oktober 2022


Tim Penyusun,

(Kelompok 1)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii


DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
BAB I – PENDAHULUAN ........................................................................................ v
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II – PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Pengertian Organisasi Kurikulum ....................................................................... 3
B. Faktor-faktor dalam Organisasi Kurikulum ........................................................ 5
C. Unsur-unsur Organisasi Kurikulum .................................................................... 6
D. Struktur Kurikulum ............................................................................................. 7
1. Struktur Horizontal ...................................................................................... 7
a. Separated Subject Curriculum .............................................................. 8
b. Correlated Curriculum ........................................................................ 11
c. Broad Field Curriculum ...................................................................... 14
d. Integrated Curriculum ......................................................................... 15
e. Core Curriculum ................................................................................. 18
f. Experience atau Activity Curriculum ................................................. 19
2. Struktur Vertikal ........................................................................................ 20
a. Sistem kelas ........................................................................................ 20
b. Sistem tanpa kelas ............................................................................... 21
c. Sistem kombinasi antara kelas dan tanpa kelas .................................. 21
d. Sistem unit waktu ................................................................................ 21
e. Pengalokasian waktu ........................................................................... 22
E. Prosedur Mengorganisasi Kurikulum ............................................................... 22

iii
BAB III – PENUTUP .............................................................................................. 25
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 25
B. Saran .................................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ iv

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan seperangkat program yang sangat diperlukan dalam
dunia pendidikan. Tanpa adanya kurikulum, dipastikan proses pendidikan tidak
akan terarah dan pada akhirnya tidak tercapai tujuan yang diharapkan. Kurikulum
lebih luas daripada sekedar rencana pelajaran, tetapi meliputi segala pengalaman
atau proses belajar siswa yang direncanakan dan dilaksanakan dibawah bimbingan
lembaga pendidikan.
Kurikulum yang digunakan di setiap lembaga pendidikan ini akan terus
mengalami perbaikan-perbaikan menyesuaikan perkembangan informasi di
lingkungan lembaga pendidikan tersebut. Maka dalam penyusunan dan
pemilihannya diperlukan pemahaman terkait semua aspek penyusunnya. Hal ini
menjadi penting dan urgen saat lembaga pendidikan akan menentukan kurikulum
apa yang akan digunakan.
Salah satu aspek yang perlu dipahami dalam pengembangan kurikulum
adalah aspek yang berkaitan dengan organisasi kurikulum. Organisasi kurikulum
berkaitan dengan pengaturan bahan pelajaran, yang selanjutnya memiliki dampak
terhadap masalah administratif pelaksanaan proses pembelajaran. Selain itu
organisasi kurikulum sangat terkait dengan pengaturan bahan pelajaran yang ada
dalam kurikulum, sedangkan yang menjadi sumber bahan pelajaran dalam
kurikulum adalah nilai budaya, nilai sosial, aspek siswa dan masyarakat serta ilmu
pengetahuan dan teknologi. Organisasi kurikulum juga terkait dengan peranan
guru dan siswa dalam pembinaan kurikulum.
Dalam makalah ini akan penulis bahas tentang makna organisasi
kurikulum, bentuk-bentuknya, kekurangan, dan kelebihannya, serta implementasi
organisasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian organisasi kurikulum?
2. Apa saja factor-faktor organisasi kurikulum?
3. Apa saja unsur-unsur organisasi kurikulum?
4. Apa saja bentuk struktur organisasi kurikulum beserta kelebihan dan
kekurangannya masing-masing?
5. Bagaimana prosedur atau cara mengorganisasi kurikulum?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian organisasi kurikulum?
2. Mengetahui factor-faktor organisasi kurikulum?
3. Mengetahui unsur-unsur organisasi kurikulum?
4. Mengetahui bentuk struktur organisasi kurikulum beserta kelebihan dan
kekurangannya masing-masing?
5. Mengetahui bagaimana prosedur atau cara mengorganisasi kurikulum?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Organisasi Kurikulum


Organisasi kurikulum berasal dari dua kata yaitu organisasi dan kurikulum.
Kata organisasi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu organon yang
berarti alat. Istilah organisasi memiliki dua arti umum. Pertama, mengacu pada
lembaga (institution) dan arti kedua mengacu pada proses pengorganisasian,
sebagai satu diantara fungsi manajemen. Secara konseptual terdapat dua
pengertian yang berbeda untuk istilah organisasi , yaitu:1
1. Organisasi (organization) sebagai kata benda, yakni wadah sekelompok
orang untuk mencapai tujuan bersama
2. Organizing sebagai kata kerja, yakni suatu proses dan serangkaian aktivitas
yang dilakukan secara sistematis sebagai bagian dari upaya membangun dan
mengembangkan organisasi atau sebagai salah satu pondasi manajemen.
Kurikulum (Curriculum), secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu
curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Secara
termonologis istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan dengan
pengertian semula adalah sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus
ditempuh atau disilesaikan siswa guna mencapai suatu tingkatan atau ijazah
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang dinamis.
Setiap kurikulum yang dikelola harus bisa dikembangkan dan disempurnakan agar
sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
masyarakat yang sedang membangun. Kurikulum yang dikelola itu harus sesuai

1
Machmoed Effendi, Organisasi Tata Laksana dan Lembaga Kearsipan (Modul), hal. 1

3
dengan bakat, minat, kebutuhan subyek didik, lingkungan dan memperlancar
pelaksanaan untuk menggapai tujuan yang telah ditetapkan.2
Organisasi kurikulum adalah pola dan susunan komponen-komponen
kurikulum yang diorganisasi menjadi mata pelajaran, program, lessons, topik, unit
yang tujuannya untuk mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar,
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Organisasi kurikulum
merupakan struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum program-
program pembelajaran yang disampaikan kepada peserta didik guna tercapainya
tujuan pendidikan dan pembelarajan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini,
organisasi kurikulum memiliki keterkaitan dengan pengaturan bahan pelajaran
serta hal-hal yang berkaitan dengan dengan mata pelajaran seperti jadwal
pelajaran, alokasi waktu dan lain sebagainya.
Dalam proses pengembangan kurikulum organisasi berperan sebagai suatu
metode untuk menentukan seleksi dan pengorganisasian pengalaman-pengalaman
belajar yang diselenggarakan oleh sekolah, organisasi kurikulum menunjukkan
peranan guru, peserta didik dan lain-lain yang terlibat aktif dalam proses
perencanaan kurikulum. Para pengembang kurikulum diharapkan dapat
mengembangkan berbagai program pendidikan yang lebih bersifat komprehensif,
konsisten, dan efektif. Kegiatan belajar di sekolah tentu berbeda dengan kegiatan
belajar di luar sekolah. Di sekolah, semua kegiatan dan pengalamn belajar diatur
dan diorganisasikan secara formal, terutama berkaitan dengan kapan dan di mana
kegiatan belajar dilakukan. Sekalipun demikian, apa yang harus dipelajari peserta
didik tetap harus terstruktur, terutama berkaitan dengan mata pelajaran. Terdapat
dua dimensi pokok organisasi kurikulum dalam (Zainal Arifin, 2011) yaitu:
dimensi isi dan dimensi pengalaman belajar. Dimensi isi lebih banyak diterima
oleh para pengembang kurikulum dibandingkan dengan dimensi pengalaman

2
Thaib. R.M. dan Irman S. (2015). Inovasi Kurikulum dalam Pengembangan Pendidikan (Suatu
Analisis Implementatif). Jurnal Edukasi 1(2), 216-228.

4
belajar. Padahal, dalam organisasi kurikulum bukan hanya mengandung dimensi
isi melainkan juga dimensi pengalaman belajar

B. Faktor-Faktor dalam Organisasi Kurikulum


Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam organisasi kurikulum,
yaitu:
1. Ruang lingkup (scope), merupakan keseluruhan materi pelajaran dan
pengalaman yang akan diberikan dari suatu mata pelajaran atau dari suatu
pokok bahasan tertentu. Ruang lingkup kurikulum tidak dapat dipisahkan dari
kebutuhan peserta didik, kebutuhan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.
Ruang lingkup bahan pelajaran juga harus dengan visi, misi, dan tujuan
pendidikan nasional, standar kompetensi lulusan, dan standar kompetensi
mata pelajaran yang telah ditetapkan.
2. Urutan bahan (sequence), meliputi penyususan bahan pelajaran harus urut dan
sistematis. Faktor-faktor yang turut menentukan urutan bahan pelajaran,
antara lain; 1) kematangan anak, 2) latar belakang pengalaman atau
pengetahuan, 3) tingkat inteligensi, 4) minat, 5) kegunaan bahan, dan 6)
kesulitan bahan pelajaran
3. Kesinambungan (continuity), merupakan keberlanjutan materi pelajaran.
Artinya materi pelajaran tidak boleh terjadi loncatan sehingga mengakibatkan
materi terputus, sehingga sulit dicerna oleh siswa.
4. Keseimbangan, yang dimaksud adalah keseimbangan organisasi kurikulum
baik terkait dengan keseimbangan isi yakni tentang bahan kurikulum atau apa
yang dipelajari, dan keseimbangan cara atau proses belajar.
5. Keterpaduan (integrated), yang dimaksud adalah keterpaduan komponen
kurikulum utamanya mata pelajaran. Untuk mencapai pemahaman yang utuh
dan menyeluruh, maka keterpaduan ini bukan hanya dilakukan oleh guru
dalam berbagai mata pelajaran, tetapi juga oleh peserta didik melalui
pengetahuan dari berbagai sumber belajar yang saling berhubungan.

5
6. Waktu (times), pada akhirnya kurikulum harus dituangkan dalam bentuk mata
pelajaran atau kegiatan belajar beserta waktu yang disediakan untuk masing-
masing mata pelajaran. Masalah yang dihadapi adalah distribusi atau
pembagian waktu yang harus menjawab pertanyaaan seperti berapa lama tiap
mata pelajaran. Apakah mata pelajaran itu dipadatkan pada satu semester
ataukah disebarkan selama beberapa tahun.

C. Unsur-unsur Organisasi Kurikulum


Ada beberapa unsur dalam organisasi kurikulum, yakni:
1. Konsep
Yaitu definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala. Konsep
merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan adanya
hubungan empiris. Hampir setiap bentuk organisasi kurikulum dibangun
berdasarkan konsep, seperti peserta didik, masyarakat, kebudayaan, kuantitas,
dan kualitas, ruangan, dan evolusi.
2. Generalisasi
Membuat kesimpulan-kesimpulan yang jelas dari suatu fenomena di
sekitarnya.
3. Keterampilan
Yaitu kemampuan dalam merencanakan organisasi kurikulum dan digunakan
sebagai dasar untuk menyusun program yang berkesinambungan. Misalnya,
organisasi pengalaman belajar berhubungan dengan keterampilan
komprehensif, keterampilan dasar untuk mengerjakan matematika, dan
keterampilan menginterpretasikan data.
4. Nilai-nilai
Yaitu norma atau kepercayaan yang diagungkan, sesuatu yang bersifat absolut
untuk mengendalikan perilaku. Misalnya, menghargai diri sendiri,
menghargai kemuliaan dan kedudukan setiap orang tanpa memperhatikan ras,
agama, kebangsaan, dan status sosial-ekonomi.

6
Mengorganiasi unsur-unsur kurikulum bahwa mampu memilih tujuan yang
jelas yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, baik minta maupun bakat
peserta didik. Jika tujuan kurikulum berkaitan dengan domain moral dan etika
sebagai fungsi dan integratif, maka nilai-nilai merupakan unsur organisasi yang
tepat.

D. Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.3 Sebagaimana pendapat
A. Hamid Syarief, yang menyatakan bahwa struktur kurikulum adalah suatu
kerangka umum program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada
siswa. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa muatan struktur kurikulum
tersebut adalah mata pelajaran. Bentuk penyusunan mata pelajaran itulah yang
disebut struktur kurikulum. Struktur kurikulum dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Struktur Horizontal
Struktur horizontal dalam organisasi kurikulum adalah suatu bentuk
penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Hal ini
berkaitan dengan tujuan pendidikan, isi pelajaran, dan strategi
pembelajarannya. Sebagaimana menurut A. Hamid Syarief yang menyatakan
bahwa struktur horizontal suatu kurikulum berkenaan dengan bagaimana
kurikulum itu diorganisasi atau bagaimana bentuk penyusunan bahan
pelajaran yang akan disampaikan kepada murid.4 Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa struktur horizontal adalah struktur yang berkaitan dengan
penyusunan antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran yang lain.

3
Loeloek Endah Poerwati dan Sofan Amri, Panduan Memahami Kurikulum 2013, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2013), 76.
4
A. Hamid Syarief, Pengembangan Kurikulum,(Surabaya: Bina Ilmu, 1998), 65.

7
Adapun bentuk-bentuk struktur horizontal dalam organisasi kurikulum terbagi
menjadi tiga, yaitu:5
a. Separated Subject Curriculum (Kurikulum Berdasarkan Mata
Pelajaran
Separated Subject Curriculum (mata pelajaran yang terpisah-pisah)
merupakan organisasi kurikulum dalam bentuk mata pelajaran yang
disajikan secara terpisah antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran
yang lain.6 Mata pelajaran disini bukan hanya mata pelajaran seperti IPA,
IPS dan lain-lain. Akan tetapi merupakan hasil dari pengalaman umat
manusia sepanjang masa, atau kebudayaan dan pengetahuan yang
dikumpulkan oleh umat manusia sejak dulu kala.7 Dari pengalaman
tersebut kemudian disusun secara logis dan sistematis yang pada akhirnya
disajikan kepada peserta didik sesuai usia dan kematangan berpikirnya.
Misalnya, untuk pelajaran berhitung 1-20 diberikan kepada anak kelas 1
SD. Kalau ia menghadapi soal-soal di atas 20, biasanya ia harus
menunggu pemecahannya sampai naik ke kelas 2. Kurikulum ini
menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam mata pelajaran
(subjects) yang terpisah-pisah satu sama lain, seakan-akan ada batas
pemisahan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain juga antara
suatu kelas dengan kelas yang lain. Dengan demikian sukar terdapat
kebulatan pengetahuan antara anak. Sebagai contoh misalnya dahulu
pernah disajikan mata pelajaran untuk “sekolah Rakyat VI Tahun”
(sekarang Sekolah Dasar) terdiri atas ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu
hewan, ilmu tubuh manusia, ilmu kesehatan dan masih ada juga ilmu
alam. Untuk masa sekarang semua mata pelajaran tersebut di atas
diintegrasikan diberikan predikat sebagai Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

5
Ibid, 65.
6
Ibid, 57.
7
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum. (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 179.

8
Tentu saja konsep dasar tinjauannya sangat berbeda dengan lima mata
pelajaran yang terdahulu.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum ini ingin
memudahkan pemahaman siswa dalam mempelajari mata pelajaran.
Adapun tujuan dari organisasi kurikulum bentuk ini, menurut S. Nasution
dalam Rusman adalah bertujuan agar generasi muda mengenal hasil-hasil
kebudayaan dan pengetahuan umat manusia yang telah dikumpulkan
selama berabad-abad, agar mereka tak perlu mencari dan menemukan
kembali apa yang telah diperoleh generasi terdahulu.8 Dengan demikian
bentuk organisasi kurikulum ini sifatnya tidak aktual karena semua mata
pelajaran hanya didasarkan kepada pengalaman terdahulu dan juga
karena tidak sesuai dengan kebutuhan siswa dan perkembangan
masyarakat. Dari kurikulum yang hanya berdasarkan per mata pelajaran
ini, sudah sangat jelas bahwa kurikulum bentuk ini hanya ditujukan pada
pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan pembentukan
pribadi anak sebagai keseluruhan.
Sebagaimana dijabarkan di atas, pada bentuk separated subject
curriculum bahan pelajaran dikelempokkan berdasarkan mata pelajaran,
antara satu dengan yang lainnya tidak berkaitan. Berikut contohnya:

IPA IPS Sejarah Bahas

Agama Geografi Biolog

Bentuk kurikulum tersebut menggambarkan tiap mata pelajaran


dirangkai terpisah-pisah tanpa ada hubungan dengan mata pelajaran lain.

8
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), 60.

9
Ada beberapa kelebihan dan kelemahan dari separated subject
curriculum, yaitu:
Kelebihannya:
1. Bahan pelajaran disajikan secara sistematis dan logis.
2. Organisasi kurikulum ini sederhana: mudah disusun mudah ditambah
atau mudah dikurangi jumlah pelajaran yang diperlukan (mudah
direorganisir).
3. Penilaian lebih mudah karena biasanya bahan pelajaran ditentukan
berdasarkan buku-buku pelajaran tertentu sehingga dapat diadakan
ujian umum atau tes hasil belajar yang seragam (uniform) di seluruh
negara.
4. Kurikulum ini memudahkan guru dalam melaksanakan pengajaran
karena bersifat “Subject Centered”; guru-guru yang sudah
berpengalaman dan menguasi seluruh bahan pelajaran dari buku
maka pekerjaannya menjadi rutin setiap tahun hanya mengulang
yang sudah pernah dilakukan sebelumnya.
5. Kebanyakan orang beranggapan bahwa sekolah adalah persiapan
masuk perguruan tinggi; di perguruan tinggi biasanya organisasi
kurikulum sesuai dengan prinsip terpisah-pisah itu. Jadi organisasi
kurikulum sekolah dasar dan menengah dengan begitu sesuai dengan
organisasi di Perguruan Tinggi.
Kelemahannya:
1. Mata pelajaran terlepas-lepas satu sama lain hal ini tidak sesuai
dengan kehidupan yang sebenarnya.
2. Tidak atau kurang memperhatikan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Dari sudut psikologis kurikulum demikian mengandung kelemahan;
banyak terjadi verbalitas dan menghafal serta makna tujuan pelajaran
kurang dihayati oleh peserta didik.

10
4. Kurikulum ini cenderung statis dan ketinggalan zaman.
5. Kurikulum ini kurang mengembangkan kemampuan berpikir.

Meskipun kurikulum ini masih umum digunakan karena banyak


mengandung kebaikan, namun banyak pula ditemukan kelemahan jika
dilihat dari sudut pendidikan modern. Salah satu kelemahan kurikulum
ini yang sangat menonjol adalah penyajian mata pelajaran yang terpisah.
Model kurikulum semacam ini dianggap tidak bisa mendidik anak untuk
siap menghadapi masa depannya, karena tak bisa dipungkiri dalam pada
kenyataannya anak akan menghadapi berbagai persolan dalam menjalani
kehidupannya. Maka untuk mencari solusi sebagai jalan keluar tidak
dibatasi dengan menggunakan pengamalan dan pengetahuan berdasarkan
kurikulum tersebut, namun dalam pemecahan masalah tersebut tanpa
dibatasi oleh pengalaman tertentu akan tetapi saling berhubungan.
b. Correlated Curriculum (Mata Pelajaran Gabungan)
Correlated curriculum (mata pelajaran terhubung) adalah organisasi
isi kurikulum yang menghubungkan pembahasan suatu mata
pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, atau satu pokok bahasan
dengan pokok bahasan lainnya.9 Sebagaimana menurut Hamid
Syarief mengartikan kurikulum ini sebagai organisasi kurikulum yang
mengorelasikan berbagai mata pelajaran yang mempunyai kesamaan,
antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran lain, tanpa
menghilangkan esensi dari tiap-tiap mata pelajaran.10 Contoh, sejarah,
ekonomi, geografi merupakan mata pelajaran yang mempunyai
kesamaan, sehingga digabungkan menjadi mata pelajara Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Biologi, Fisika dan kimia digabung menjadi
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

9
Toto Ruhimat, et al, Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung: Rajawali Press, 2011), 91.
10
A. Hamid Syarief, Pengembangan Kurikulum,(Surabaya: Bina Ilmu, 1998), 59.

11
Korelasi atau keterhubungan antara mata pelajaran satu dengan lain,
menurut Nana Sudjana dalam Hamid Syarif, meliputi: korelasi faktual,
deskriptif dan normatif. 1) Korelasi faktual merupakan bentuk korelasi
yang mengaitkan antara fakta dalam mata pelajaran tertentu dengan fakta
yang terdapat dalam mata pelajaran lain. Misal, korelasi antara ilmu
sejarah dan ekonomi. Fakta tentang krisis moneter yang terjadi pada tahun
1998 di Indonesia merupakan kajian tentang sejarah sekaligus menjadi
bahan mata pelajaran ekonomi. 2) Korelasi deskriptif adalah korelasi
yang menitikberatkan pada penggunaan generalisasi yang berlaku dua
atau lebih dari mata pelajaran. Misal, mata pelajaran psikologi
dikorelasikan dengan ilmu pengetahuan sosial dengan menggunakan
pendekatan generalisasi psikologi sehingga muncul ilmu psikologi sosial,
psikologi agama dan lain sebagainya. 3) Korelasi normatif adalah korelasi
yang menekankan moral sosial antara dua atau lebih dari mata pelajaran.
Misal, sejarah dikorelasikan dengan prinsip moral dan etika masyarakat.
Suatu bentuk kurikulum yang menunjukan adanya hubungan antara
satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, tetapi tetap
memperhatikan ciri [karakteristik] tiap bidang studi tersebut, hubungan
[korelasi] antar mata pelajaran tersebut dapat dilakukan melalui beberapa
cara :
a. Insidental, artinya secara kebetulan ada hubungan antar mata
pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya. Sebagai contoh;
bidang studi IPA [baca sains] juga disinggung tentang Geografi,
Anthropologi, dan sebagainya.
b. Hubungan yang erat. Misalnya, suatu pokok permasalahan yang
diperbincangkan dalam berbagai bidang studi.
c. Batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan, yaitu dengan
menghilangkan batasan masing-masing mata pelajaran tersebut.

12
Adapun kelebihan dan kelemahan dari correlated curriculum adalah
sebagai berikut:11
Kelebihan Correlated Curriculum:
 Menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada siswa,
dimana dalam pelajaran yang disajikan disoroti dari berbagai
bidang dan disiplin ilmu.
 Dapat menambah interes dan menet siswa terhadap adanya
hubungan antara berbagai bidang studi.
 Pengetahuan dan pemahaman siswa akan lebih mendalam
dengan penguraian dan penjelasan dari berbagai bidang studi.
 Lebih mengutamakan pada pemahaman dari prinsip-prinsip dari
pada pengetahuan dan penguasaan fakta-fakta.

Kekurangan Correlated Curriculum:


 Bahan yang disajikan tidak berhubungan secara langsung
dengan kebutuhan siswa, demikian juga, masalah-masalah yang
dikemukakan tidak berkenaan secara langsung dengan
kehidupan sehari-hari yang dialami siswa.
 Pengetahuan yang diberikan tidak mendalam.
 Urutan penyusunan dan penyajian bahan tidak secara logis dan
sistematis.
 Kebanyakan diantara para guru kurang menguasai antar disiplin
ilmu, sehingga dapat mengaburkan pemahaman siswa.

Bentuk organisasi kurikulum correlated dapat digambarkan sebagai


berikut:12

11
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Quantum Teaching,
2005), 46-47.
12
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum…, 219.

13
c. Broad Field Curriculum (Cakupan Luas)
Hilda Taba dalam (Zainal Arifin, 2011) menegaskan agar tercapai
gabungan yang nyata, maka perlu adanya integrating threads dan focusing
centers berupa tujuan, prinsip-prinsip umum, teori atau masalah
masyarakat dan kehidupan yang dapat mewujudkan gabungan itu secara
wajar.
Ciri-ciri kurikulum bidang studi dalam (Zainal Arifin, 2011) antara
lain:
1) Kurikulum terdiri atas bidang studi yang merupakan perpaduan
beberapa mata pelajaran yang serumpun dan memiliki ciri-ciri yang
sama.
2) Bahan pelajaran bertitik tolak pada suatu ini masalah (core subject)
tertentu, kemudian dijabarkan menjadi pokok bahasan.

14
3) Bahan pelajaran disusun berdasarkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
4) Strategi pembelajaran bersifat terpadu.
5) Guru berperan sebagai guru bidang studi.
6) Penyusunan kurikulum mempertimbangkan minat, masalah,
kebutuhan peserta didik dan masyarakat.

d. Integrated Curriculum (Kurikulum Terpadu)


Integrated curriculum arti sederhananya adalah integrasi kurikulum
atau kurikulum terpadu. Menurut S. Nasution, kata integrasi berasal dari
kata integer yang mempunyai arti unit. Sehingga integrasi yang dimaksud
adalah perpaduan, koordinasi, harmoni, kebulatan keseluruhan.13 Jenis
organisasi kurikulum ini adalah meniadakan batas-batas antara berbagai
mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau
keseluruhan. Dengan kebulatan bahan pelajaran diharapkan mampu
membentuk murid yang integral, selaras dengan kehidupan sekitarnya,
apa yang diajarkan di sekolah disesuaikan dengan kehidupan anak di luar
sekolah. Semua mata pelajaran harus menyajikan mata pelajaran yang
padu. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa mata pelajaran yang
ada di sekolah masih menujukkan ketidakpaduan antar mata pelajaran.
Integrasi kurikulum ini bisa dilakukan melalui pengajaran unit atau
pelajaran yang terpadu. Untuk memadukan semua mata pelajaran ini bisa
dilakukan dengan cara pemusatan mata pelajaran pada satu masalah
tertentu dengan alternatif pemecahan melalui berbagai disiplin ilmu atau
mata pelajaran yang diperlukan sehingga batas-batas antara antara mata
pelajaran dapat ditiadakan.14

13
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum…., 195-196.
14
Rusman, Manajemen…., 65.

15
Dengan menerapkan studi masalah dalam mengembangkan
kurikulum, maka dengan muda bisa dilakukan pemaduan pelajaran.
Misalnya, pelajaran agama islam kelas XII jurusan IPA memasuki
bahasan tentang Isra’ Mikraj, maka peristiwa itu bisa diterangkan dalam
pelajaran fisika tentang kecepatan. Kecepatan Nabi Muhammad ketika
isra’ mikraj itu sangat tinggi sehingga seakan-akan tidak masuk akal,
dalam ilmu fisika terdapat yang namanya kecepatan yang tak terhingga.
Kecepatan yang tak terhingga hanya bisa terjadi kalau bendanya itu tidak
mempunyai massa jenis. Massa jenis ini bisa diterangkan dalam pelajaran
kimia. Atau masalah itu bisa diterangkan dalam mata pelajaran lainnya.
Melalui Integrated Curriculum penyajian mata pelajaran disajikan
dengan menyeluruh dalam bentuk unit atau keseluruhan. Model
kurikulum ini menghilangkan batas-batas antara mata pelajaran sehingga
tidak dibernarkan mata pelajaran berdiri sendiri. Dengan menyeluruh dan
kebulatan diharapkan bisa membentuk anak-peserta didik yang
“integrated” yaitu siswa-siswa yang selaras kehidupannya dengan ilmu
pengetahuan yang dipelajari.
Selanjutnya menurut S. Nasution mengatakan bahwa sekolah-
sekolah modern sudah mulai berangsur-angsur meninggalkan kurikulum
yang subject centered ini karena dianggap tidak menghasilkan pribadi
yang harmonis. Oleh karena itu pelajaran disusun sebagai keseluruhan
yang disebut “Broad-Unit” dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Unit merupakan suatu keseluruhan yang bulat.
2. Unit menghapus batas-batas pelajaran.
3. Unit didasarkan pada pendapat-pendapat modern mengenai cara
belajar (didasarkan pada pusat minat dari anak).
4. Unit didasarkan pada kebutuhan anak.
5. Unit memerlukan waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan
mata pelajaran yang biasa dari kurikulum tradisional.

16
6. Unit bersifat “Life Centered” (berhubungan dengan kehidupan).
7. Unit memanfaatkan dengan wajar dari dalam diri anak yang belajar.
8. Dalam unit anak dihadapkan kepada situasi-situasi yang
mengandung problem.
9. Unit dengan sengaja memajukan perkembangan sosial kepada
anak-anak sebab banyak memberi kesempatan untuk bekerja sama
dalam kelompok.
10. Unit direncanakan bersama oleh guru dan murid.
Adapun kelebihan dan kelemahan dari integrated curriculum adalah
sebagai berikut:
Kelebihannya:
 Mempelajari bahan pelajaran melalui pemecahan masalah dengan
cara memadukan beberapa mata pelajaran secara menyuluruh dalam
menyelesaikan suatu topik atau permasalahan.
 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belejar sesuai dengan
bakat, minat dan potensi yang dimilikinya secara individu.
 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan
masalah secara konprehensif dan dapat mengembangkan belajar
secara bekerja sama.
 Dapat membantu meningkatkan hubungan antara sekolah dengan
masyarakat.
 Dapat menghilangkan batas-batas yang terdapat dalampola
kurikulum yang lain.

Kelemahannya:
 Kurikulum dibuat oleh guru dan siswa sehingga memerlukan
kesiapan dan kemampuan guru secara khusus dalam pengembangan
kurikulum seperti ini.
 Bahan pelajaran tidak disusun secara logis dan sistematis.

17
 Bahan pelajaran bersifat sederhana.
 Memerlukan biaya, waktu dan tenaga yang banyak.

Contoh kurikulum yang terintegrasi:

IPS Sejara

IPA Agama Biologi

Geograf Bahasa

e. Core Curriculum (Kurikulum Inti)


Founce dan Bossing dalam (Abdullah Idi, 2007) mengistilahkan core
curriculum dengan merujuk pada pengalaman belajar yang fundamental
bagi peserta didik, karena pengalaman belajar berasal dari: 1) kebutuhan
atau dorongan secara individual maupun umum, dan 2) kebutuhan secara
sosial dan sebagai warga negara masyarakat demokritas.
Definisi yang diberikan oleh Craswell kepada core dalam bukunya
(Nasution, 1993) yang memelopori organisasi kurikulum ini ialah: a
continuous, careful planned series of experiences which are based on
significant personal and social problems and which inlove learnings of
common concern to all yputh. Dari definisi itu kita lihat bahwa ciri-ciri
core ialah bahwa kurikulum itu, 1) merupakan rangkaian pengalaman
yang saling berkaitan, 2) direncanakan secara kontinu, 3) didasarkan atas

18
masalah atau problema, 4) yang bersifat pribadi dan sosial, 5)
diperuntukan bagi semua siswa, jadi termasuk pendidikan umum
(Nasution, 1993).
Kurikulum inti merupakan bagian dari kurikulum terpadu (integrated
curriculum). Dalam (Rusman, 2009) ada beberapa karakteristik yang
dapat dikaji dalam kurikulum ini adalah: 1) kurikulum ini direncanakan
secara berkelanjutan (continue) selalu berkaitan dan direncanakan secara
terus menerus, 2) isi kurikulum yang dikembangkan merupakan
rangkaian dari pengalaman yang saling berkaitan, 3) isi kurikulum selalu
mengambil atas dasar masalah maupun problema yang dihadapi secara
aktual, 4) isi kurikulum cenderung mengambil atau mengangkat substansi
yang bersifat pribadi maupun sosial, 5) isi kurikulum ini lebih difokuskan
berlaku untuk semua siswa sehingga kurikulum ini sebagai kurikulum
umum, tetapi substansinya bersifat problema, pribadi, sosial, dan
pengalaman yang terpadau.

f. Experience atau Activity Curriculum


Experience curriculum sering disebut juga dengan activity
curriculum. Kurikulum ini cenderung mengutamakan kegiatan-kegiatan
atau pengalaman siswa dalam rangka membentuk kemampuan yang
terintegritas dengan lingkungan maupun dengan potensi siswa.
Kurikulum ini pada hakikatnya siswa berbuat dan melakukan kegiatan-
kegiatan yang sifatnya vokasional, tetapi tidak meniadakan aspek
intelektual atau akademik siswa (Rusman, 2009). Activity curriculum
menonjolkan bahwa kurikulum itu mengutamakan kegiatan dan
pengalaman anak, walaupun dalam tiap kurikulum anak dapat diberikan
berbagai kegiatan dan Experience curriculum sering disebut juga dengan
activity curriculum. Kurikulum ini cenderung mengutamakan kegiatan-
kegiatan atau pengalaman siswa dalam rangka membentuk kemampuan

19
yang terintegritas dengan lingkungan maupun dengan potensi siswa.
Kurikulum ini pada hakikatnya siswa berbuat dan melakukan kegiatan-
kegiatan yang sifatnya vokasional, tetapi tidak meniadakan aspek
intelektual atau akademik siswa (Rusman, 2009). Activity curriculum
menonjolkan bahwa kurikulum itu mengutamakan kegiatan dan
pengalaman anak, walaupun dalam tiap kurikulum anak dapat diberikan
berbagai kegiatan dan pengalaman (Nasution, 1993).
Kurikulum harus disusun bersama oleh guru dan peserta didik
dengan penekanan utama pada prosedur pemecahan masalah. Kelebihan
kurikulum ini antara lain sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta
didik, memperhatikan perbedaan individual, dan memberikan bekal
kemampuan khusus untuk hidup di masyarakat. Sedangkan
kekurangannya, antara lain kebutuhan dan minat peserta didik benlum
tentu relevan dengan realitas kehidupan yang begitu kompleks,
kontinuitas dan urutan bahan masih sangat lemah, dan memerlukan guru
yang kompeten dan profesional yang tidak hanya menguasai mata
pelajaran atau bidang studi, tetapi juga memiliki kemampuan sosial
(Abdullah Idi, 2007).
2. Struktur Vertikal
Struktur vertikal kurikulum berkaitan dengan masalah sistem
pelaksanaan kurikulum di sekolah, termasuk di dalamnya sistem
pengalokasian waktu.15 Struktur vertikal kurikulum ini meliputi:
a. Sistem kelas
Sistem pelaksanaan kurikulum dilaksanakan melalui kelas-kelas
(tingkat-tingkat) tertentu. Misalnya, kelas 1-6 SD/MI, kelas 7-9 untuk
SMP/MTs dan 10-12 kelas untuk SMA/MA. Sistem ini membawa pada
konsekwensi harus dilakukan kenaikan kelas secara terus-menerus setiap

15
A. Hamid Syarief, Pengembangan Kurikulum, 65.

20
tahunnya. Bagi siswa yang belum mencapai kemampuan yang diharapkan
oleh masing-masing pelajaran, maka siswa tersebut dinyatakan tidak naik
kelas.
Adanya pengklasifikasian kelas ini, didasarkan kepada psikologi
anak sehingga bahan mata pelajaran yang akan diberikan kepada siswa
juga harus disesuaikan dengan kondisi kejiwaan siswa. Sehingga mata
pelajaran yang disajikan dari tingkatan kelas itu akan berbeda-beda.

b. Sistem tanpa kelas


Merupakan sistem yang tidak mengenal yang namanya kelas. Siswa
diberi kebebasan untuk menentukan sendiri program studi atau yang akan
dikerjakan, kalau sudah merasa mampu menguasai pelajaran yang telah
diambil, siswa tersebut dipersilahkan untuk mengambil pelajaran lain
tanpa harus menunggu teman-temannya yang masih belum bisa
menguasai mata pelajaran.

c. Sistem kombinasi antara sistem kelas dan tanpa kelas


Sistem ini ini merupakan bentuk perpaduan dari dua sistem diatas.
Misalnya, ada 20 siswa SD kelas 3, kemudian ada beberapa siswa yang
sudah bisa menguasai mata pelajaran dikelas itu, maka siswa tersebut
diperbolehkan untuk mengambil mata pelajaran kelas lain misalnya kelas
4, tetapi siswa tersebut statusnya tetap kelas 3. Sistem pendidikan seperti
ini dapat disebut sebagai sistem pengajaran modul.
Dalam sistem modul, di samping disediakan bahan pelajaran yang
sama untuk seluruh kelas, juga disediakan kebebasan kepada siswa yang
mampu untuk mengambil bahan/materi pelajaran berikutnya atau
program pengayaan. Dengan sistem modul, anak yang memang mampu
mempunyai kemungkinan untuk dapat lebih dahulu menamatkan sekolah
dibandingkan temantemannya.

d. Sistem unit waktu

21
Merupakan sistem kurikulum yang terbagi dalam beberapa waktu
misalanya, SD/MI mempunyai enam tingkatan kelas ditargetkan dalam
waktu enam tahun, setiap kelasnya membutuhkan waktu satu tahun,
dalam satu tahun itu, masih terbagi dalam program semester atau catur
wulan. Dalam catur wulan, waktu satu tahun dibagi empat sehingga setiap
kelas harus melewati tiga kali tes yaitu catur wulan I,II dan III.
Sedangkan sistem semester, waktu satu tahun dibagi dalam dua semester,
sehingga setiap semester membutuhkan waktu enam bulan.

e. Pengalokasian waktu
Hal ini menyangkut pembagian waktu kepada masing-masing mata
pelajaran. Pengalokasian waktu harus memperhatikan bobot dan tingkat
kesulitan dari masing-masing mata pelajaran. Kalau tingkat kesulitannya
tinggi maka alokasi waktu harus lebih kepada mata pelajaran tersebut.
Selain itu ada juga hal yang harus diperhatikan adalah peranan mata
pelajaran dalam menyiapkan lulusan, kalau terdapat pelajaran yang
peranannya sedikit dalam menyiapkan siswa ketika lulus, maka alokasi
waktu untuk mata pelajaran tersebut harus diminimalkan.

E. Prosedur Mengorganisasi Kurikulum


Dalam mengorganisasi kurikulum terdapat beberapa cara, antara lain:
1. Reorganisasi Melalui Buku Pelajaran
Bahwa buku pelajaran diyakini merupakan sumber belajar yang sangat
penting bagi peserta didik. Sehingga, buku-buku yang kurang tepat dibaca
oleh siswa hendak disingkirkan karena akan merusak pengetahuan siswa.
Dengan demikian, untuk mengorganisasi kurikulum bisa dilakukan melalui
buku pelajaran.
2. Reorganisasi Kurikulum dengan Cara Tambal Sulam
Jika suatu sekolah sudah mempunyai kurikulum yang masih ada sebagian
komponen yang masih layak digunakan, maka komponen yang dirasa sudah

22
tidak layak untuk diterapkan maka dicarikan ganti komponen tersebut dengan
komponen yang lebih bagus.
3. Reorganisasi Kurikulum Melalui Analisis Kegiatan
Kurikulum merupakan pengalaman yang akan diberikan kepada siswa untuk
mencapai kehidupan yang lebih baik. Untuk mencapai tersebut, diperlukan
untuk mengamati kegiatan kehidupan sehari-hari orang dewasa yang hasilnya
dijadikan bahan pelajaran.
4. Reorganisasi Kurikulum Melalui Fungsi Sosial
Prosedur ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu; pertama, Merumuskan
strategi fungsi sosial yang meliputi: bagaimana hidup yang ideal, merumuskan
sifat seseorang dalam kehidupan sosial, mengemukakan sifat-sifat belajar dan
merumuskan peranan sekolah dalam kehidupan sosial. Kedua, merumuskan
ruang lingkup fungsi kehidupan sosial berdasarkan kriteria tertentu yang
meliputi; hidup dalam lingkungan keluarga, kehidupan waktu senggang,
kehidupan sebagai warga Negara, kehidupan kelompok yang terorganisasi dan
lain sebagainya.
5. Reorganisasi Kurikulum Melalui Survei Pendapat
Organisasi jenis ini dilakukan berdasarkan survie terhadap masyarakat dari
berbagai kalangan. Hasil survie pendapat itu bisa dibentuk dalam organisasi
kurikulum.
6. Reorganisasi Kurikulum Melalui Studi Kesalahan
Organisasi kurikulum bisa dibentuk lagi dengan cara melakukan studi
kesalahan atau mencari tahu kesalahan dari proses belajar-mengajar yang
telah diterapkan itu apa, lalu dicarikan cara untuk memperbaiki kesalahan
tersebut.
7. Reorganisasi Kurikulum Melalui Analisis Remaja
Masalah remaja terus berkembang mengikuti ruang dan waktu. Kurikulum
yang tidak memperhatikan kenyataan itu akan cenderung kelihatan tidak
sesuai dengan jaman. Oleh karena itu, maka dibutuhkan pengoragnisasian

23
ulang terhadap kurikulum dengan cara mencari tahu permasalah yang sering
timbul pada remaja, kemudian dijabarkan dalam bentuk pelajaran sehingga
terbentuk organisasi kurikulum yang baru yang berdasarkan analisis terhadap
permasalahan remaja.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Organisasi kurikulum merupakan asas yang sangat penting bagi proses
pengembangan kurikulum dan berhubungan erat dengan tujuan
pembelajaran, sebab menetukan isi bahan pembelajaran, menentukan cara
penyampaian bahan pembelajaran, menentukan bentuk pengalaman yang
akan di sajikan kepada peserta didik dan menentukan peranan pendidik dan
terdidik dalam implementasi kurikulum. Organisasi kurikulum terdiri dari
mata pelajaran tertentu yang secara tradisional bertujuan menyampaikan
kebudayaan atau sejumlah pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang harus
diajarkan kepada anak-anak.
2. Bentuk yang paling dikenal dan sangat meluas pemakaiannya adalah subject
ciriculum. Subject berarti mata pelajaran. Bentuk kurikulum tersebut banyak
mendapat kritikan dari para ahli. Diantara beberapa kritikannya
adalah subject curriculum memberi pengalaman kepada siswa yang lepas-
lepas, atomistis, fragmentaris, peserta didik hanya pasif, dan ada juga yang
mengkritik bahwa subject curriculum terlampau mengutamakan
pengalaman umat manusia yang lampau, yakni kebudayaan yang diwariskan
oleh nenek moyang yang dituangkan dalam bentuk mata pelajaran sehingga
pengetahuan peserta didik hanya bersifat verbalistik. Dari berbagai kritikan
tersebut, kemudian lahirlah bentuk-bentuk kurikulum baru yang dirumuskan
oleh para ahli diantaranya integrated curriculum, activity curriculum,
experience curriculum, life curriculum, core curriculum, dan lain
sebagainya.

25
B. Saran
Dari kesimpulan yang penyusun uraikan di atas, penyusun sadar masih banyak
pembahasan dan kekurangan dalam hal sajian, susunan dan dasar rujukannya. Oleh
karena itu, saran yang membangun, sangat penyusun harapkan agar bisa menjadi
lengkap dan bisa membantu semua pihak

26
DAFTAR PUSTAKA

Effendhie, Machmoed. Organisasi Tata Laksana dan Lembaga Kearsiapan (Modul).


Nurdin, Syafruddin. 2005. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta:
Quantum Teaching.
Rusman. 2012. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Press
Ruhimat , Toto DKK. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Rajawali Press
Suryosubroto. (2005). Tatalaksana Kurikulum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syarief, A. Hamid. 1998. Pengembangan Kurikulum. Surabaya: Bina Ilmu
Thaib. R.M. dan Irman S. 2015. Inovasi Kurikulum dalam Pengembangan
Pendidikan (Suatu Analisis Implementatif). Jurnal Edukasi 1(2), 216-228.

iv
v

Anda mungkin juga menyukai