Anda di halaman 1dari 5

🌍 KELAS MPD - Kenali Islam Bersama Ma'had MPD

🌍 Bulan Februari 2022


👤 Ustadz Agus Waluyo Abu Husain
📗 Fiqih Dasar – Mukhtashor Lathif
🔊 Materi 02 : Air 2 Qullah Kemasukan Najis

〰〰〰〰〰〰〰

AIR 2 QULLAH KEMASUKAN NAJIS

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


‫السلام عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمدهلل رب الـعـالـمـيـن و الصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين‬
‫نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين‬

Kaum muslimin wal muslimat, sahabat MPD dan KELAS MPD,


rahimani wa rahimakumullahu.

Mari kita lanjutkan pelajaran kita masih membahas tentang air


dan najis, kita masuk ke pembahasan “air banyak” yaitu air yang
mencapai 2 qullah, yang di pelajaran sebelumnya sudah kita
Sebutkan air yang banyak itu adalah air yang mencapai 2 qullah dan
2 qullah adalah seukuran sekitar 216 liter.

Pada pelajaran sebelumnya telah disebutkan jika airnya sedikit


(kurang dari 2 qullah) dan kemasukan benda najis, maka langsung
diumumin najis, meskipun air tidak mengalami perubahan.

Bagaimana jika airnya itu banyak dan kemasukan benda najis?


maka disini Syaikh Abdullah Bafadhl, penulis menjelaskan hukum air
banyak yang kemasukan benda najis beliau mengatakan
‫ إلا إذا تغير طعمه أو لونه‬،‫نجس‬
ُ َ‫نجاسة فلا ي‬
ٌ ‫فوقعت فيه‬
ْ ‫الماء قلتين‬
ُ ‫وإذا كان‬
ً‫أو ريحه تغيراً كثيراً أو يسيرا‬

“Jika air telah mencapai 2 qullah dan kemasukan benda najis, maka
air yang 2 qullah tersebut tidak serta merta menjadi najis, kecuali
jika air tersebut mengalami perubahan, baik itu perubahan rasa,
atau perubahan warna, atau perubahan aroma, baik itu berubahnya
sedikit ataupun perubahan banyak (lebih-lebih lagi).”

Jadi untuk air yang telah mencapai 2 qullah yaitu air yang
banyak, jika kemasukan benda najis bisa menjadi najis dengan
syarat berubah salah satu dari sifatnya. Air mempunyai tiga sifat
yaitu rasa, warna, dan bau atau aroma. Jika salah satu dari tiga
sifatnya berubah karena disebabkan adanya najis yang masuk maka
air yang banyak ini berubah menjadi najis. Beliau mengatakan
perubahan yaitu baik sedikit atau banyak tetap menjadikan najis
Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫ث‬
َ َ‫ل اَ ْل َخب‬ ْ ‫اء ُق َّل َتيْ ِن ل‬
ْ ‫َم يَ ْح ِم‬ ُ ‫م‬َ ‫ان اَ ْل‬
َ َ‫ِإ َذا ك‬

“Jika air telah mencapai 2 qullah, maka tidak bisa menjadi najis.”
Maka istilah 2 qullah ini adalah istilah dalam hadits yang disebutkan
langsung oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Tadi sebutkan (air 2 qullah ini) berubah salah satu dari tiga
sifatnya, sehingga tidak disyaratkan harus berubah tiga-tiganya,
cukup berubah salah satu saja, semisal berubah rasanya saja, atau
berubah warnanya saja, atau berubah baunya saja, dan meskipun
perubahannya hanya sedikit karena najis adalah sesuatu yang berat
sehingga meskipun berubahnya sedikit, maka air tersebut dihukumi
najis.

Kemudian beliau memberikan penjelasan kapan air itu setelah


sebelumnya najis, kemudian kembali lagi menjadi suci. Jadi dari air
yang awalnya suci mensucikan, kemudian menjadi najis karena
kemasukan benda najis, kemudian nanti bisa kembali suci dan
mensucikan kembali, bagaimana itu bisa terjadi?
Beliau mengatakan,

‫وإذا زال التغير بنفسه أو بما ٍء َط ُه َر‬

“Jika perubahan tadi itu hilang dengan sendirinya atau hilang


dengan sebab ditambah air, maka air tadi bisa menjadi suci dan
mensucikan”

Jadi misalnya air 2 qullah kemasukan benda najis kemudian


ada perubahan sedikit maka air dihukumi najis, nanti air ini bisa
menjadi suci dengan cara yang pertama : suci dengan sendirinya,
misalnya didiamkan dalam jangka waktu tertentu atau misalnya
terkena hembusan angin, kemudian hilang perubahan tersebut itu
adalah sebab atau cara pertama. Cara yang kedua : yaitu dengan
cara diistilahkan dengan “al-mukatsaroh” yaitu menambah air
sehingga air menjadi banyak dan perubahannya hilang, maka ini air
akan kembali suci dan mensucikan.

Jika airnya kurang dari 2 qullah juga bisa dilakukan dengan


cara seperti ini (cara kedua), kita punya air kurang dari 2 qullah
kemudian kemasukan najis, maka bisa kita tambah airnya sampai
nanti mencapai 2 qullah sehingga nanti bisa menjadi suci kembali.
Adapun kalau airnya 2 qullah atau air banyak maka kita
tambahkan air sampai perubahannya hilang, sehingga nanti
dihukumi suci dan mensucikan.

Kemudian tadi disebutkan cara untuk mensucikan atau


menjadikan air kembali suci dan mensucikan adalah dengan dua
cara tadi. Nah bagaimana kalau misalnya dengan cara lain, semisal
ditambahi benda lain atau zat lain?
Maka beliau

‫ب‬
ٍ ‫ص أو ترا‬
ّ ٍ ‫زعفران أو ِج‬
ٍ ‫بمسك أو‬
ٍ ‫طهر إذا زال التغير‬
ُ َ‫ولا ي‬

“Air yang sudah tidak bisa menjadi suci ketika perubahannya hilang
dengan sebab dimasuki minyak kasturi (misk), atau za’faron, atau
gips/kapur, atau dimasuki tanah.”
Sehingga nampaknya perubahan air tersebut hilang. Ketika air najis,
misalnya air berubah warna atau baunya berubah karena
kemasukan najis, kemudian kita masukkan misk sehingga bau najis
sudah tidak ada, terkalahkan oleh bau misk, atau dimasuki za’faron
atau tanah misalnya. Nnah disini air tidak bisa menjadi suci kalau
diberi tambahan atau dimasuki benda-benda tadi, alasannya adalah
karena di situ terjadi keraguan apakah perubahan air tersebut
hilang atau hanya tertutup oleh benda tadi?. Jadi ketika air banyak
mengalami perubahan karena kemasukan benda najis, lalu
aromanya berubah, kemudian kita masukkan minyak kasturi,
kemudian aroma najis hilang, secara terindra hilang. Tapi kita tidak
tahu sebenarnya masih ada (najis) di situ atau benar-benar hilang?
Masih ada karena terkalahkan oleh aroma kasturi atau benar-benar
hilang?. Nah ketidakpastian ini adalah keraguan, tidak bisa
menyebabkan air berubah menjadi suci dan mensucikan.

Anda mungkin juga menyukai