Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

LAPORAN TUTORIAL 2A

TEMA 12 “Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui”

DOSEN PENGAMPU :

Ibu Nanik Cahyati, M.Keb

DISUSUN OLEH :

Shalsabila Febriani Andriana Putri

(314121015)

PROGRAM STUDI SARJANA DAN PROFESI KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
Jl. Terusan Jenderal Sudirman-Cimahi 40533, Telp (022) 6631622 Fax (022) 6631624
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Laporan Tutorial 2A ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
pengampu yaitu Ibu Nanik Cahyati, M.Keb

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nanik Cahyati, M.Keb selaku dosen
pengampu di mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui di Program Studi S1
Kebidanan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Bandung, 25 Juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang......................................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................................2

1.3. Tujuan...................................................................................................................................2

BAB II..............................................................................................................................................4

PEMBAHASAN KASUS...............................................................................................................4

MIND MAP...................................................................................................................................24

BAB III..........................................................................................................................................25

KESIMPULAN..............................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput
yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan
waktu kurang lebih 6 minggu. Masa nifas atau yang disebut juga masa puerperium, berasal dari
bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi dan partus yang artinya melahirkan atau berarti masa
sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang
diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh
dalam keadaaan seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil. Periode masa
nifas adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah
selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum
hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses
persalinan (Saleha, 2009).

Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu
melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu
mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis
puerperalis. Jika ditinjau dari penyebab kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab
kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga
kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya permasalahan pada ibu akan
berimbas juga kepada kesejahtaraan bayi yang dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan
mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian, angka morbiditas dan
mortalitas bayi pun akan semakin meningkat (Fraser & Cooper, 2009).

1
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebutuhan ibu nifas ?
1) Pemenuhan nutrisi
2) Pemenuhan istirahat
3) Eliminasi
4) Penanganan lecet pada payudara
5) Konseling Teknik menyusui
6) Pijat oksitosin
2. Bagaimana perubahan psikologis masa nifas ?
3. Bagaimana perubahan fisiologis pada sistem hematologi masa nifas ?
4. Bagaimana anatomi dan fisiologis laktasi ?
5. Bagaimana masalah dalam pemberian ASI ?
a) Penanganan bendungan payudara
6. Bagaimana teknik menyusui ?
7. Bagaimana perawatan payudara ?
8. Bagaimana deteksi dini komplikasi masa nifas ?

1.3 Tujuan

1. Apa yang dimaksud dengan kebutuhan ibu nifas ?


1) Pemenuhan nutrisi
2) Pemenuhan istirahat
3) Eliminasi
4) Penanganan lecet pada payudara
5) Konseling Teknik menyusui
6) Pijat oksitosin
2. Bagaimana perubahan psikologis masa nifas ?
3. Bagaimana perubahan fisiologis pada sistem hematologi masa nifas ?
4. Bagaimana anatomi dan fisiologis laktasi ?

2
5. Bagaimana masalah dalam pemberian ASI ?
1) Penanganan bendungan payudara
6. Bagaimana teknik menyusui ?
7. Bagaimana perawatan payudara ?
8. Bagaimana deteksi dini komplikasi masa nifas ?

3
BAB II
PEMBAHASAN KASUS

Skenario kasus 1

Seorang perempuan usia 35 tahun, datang ke Praktik Mandiri Bidan telah melahirkan 1 minggu
yang lalu. Ibu mengatakan ini melahirkan yang ketiga pernah keguguran satu kali. Ibu mengeluh
pusing, masih mengalami mules khususnya pada saat menyusui, mengalami sakit pada payudara
dan bayi sering rewel karena selalu tidak kenyang dengan ASI. Suami mengatakan ibu terkadang
murung bahkan menangis tiba-tiba karena kewalahan menghadapi anak terakhirnya merasa
cemburu akan kehadiran adik bayinya..

Skenario Kasus 2

Hasil anamesis: Riwayat persalinan terakhir : plasenta ibu tidak lahir normal harus diambil
bidan.dan perineum ibu digunting oleh bidan. Ibu hanya tidur 3-4 jam karena bayi rewel,
makanan pantangan : menghindari telur dan ikan karena akan membuat ASI berbau amis. Hasil
pemeriksaan fisik: KU baik, ibu terlihat kesakitan ketika menyusui, terlihat bayi hanya
menghisap putting ibu. TTV: TD: 90/ 70 mm Hg, S: 38 C, R: 24 x/m, N: 90 x/m. IMT : normal.
Muka tidak edema, mata : konjungtiva pucat, sklera putih, dada batas normal. Payudara : kedua
payudara terlihat bengkak, putting susu kedua payudara lecet, kedua payudara teraba keras dan
sakit saat palpasi, pengeluaran ASI ada dan tidak ada massa. Abdomen: Tidak ada Luka bekas
operasi, TFU: 2 jari diatas symphisis, kontraksi (+), Diastasis rescti 2/2, Genital: inspeksi:
terlihat warna kuning kecoklatan, tidak bau, terdapat jahitan laserasi derajat 2 yang sudah mulai
mengering, tidak ada tanda2 infeksi, nyeri tekan (-). Ekstremitas: Normal tidak ada tanda
homman. Pemeriksaan lab HB: 9.3 mg/dl. Bidan memberitahu hasil pemeriksaan dan
memberikan asuhan kebidanan sesuai kondisi ibu.

Instruksi:

1. Apakah ada istilah yang tidak diketahui?

2. Tentukan identifikasi data dasar dan masalah berdasarkan kasus tersebut!

1) Data Dasar :

4
1) Ibu berusia 35 tahun
2) Melahirkan 1 minggu yg lalu
3) Ibu mengatakan ini melahirkan yang ketiga dan pernah keguguran satu kali
2) Masalah :
1) Ibu mengeluh pusing,
2) ibu masih mengalami mulas khususnya pada saat menyusui
3) ibu mengalami sakit pada payudara
4) bayi sering rewel karena selalu tidak kenyang dengan asi
5) ibu terkadang murung bahkan menangis
6) ibu kemawalahan menghadapi anak terakhirnya yang merasa cemburu
7) Ibu hanya tidur 3-4 jam
8) Ibu menghindari telur dan ikan karena akan membuat ASI berbau amis
9) Ibu terlihat kesakitan ketika menyusui, terlihat bayi hanya menghisap putting ibu
10) TD : 90/70, Konjungtiva pucat
11) Pemeriksaan payudara, kedua payudara terlihat bengkak dan sakit ketika
dilakukan palpasi
12) Putting susu kedua payudara lecet
13) HB : 9,3 mg/dl
3. Apa saja informasi yang masih dibutuhkan untuk penyelesaian masalah pada kasus tersebut?
a. Anamnesa lanjutan
b. Pemeriksaan abdomen (Tfu)
c. Pemeriksaan Payudara
d. Pengeluaran cairan ASI
e. Riwayat persalinan saat ini
f. Pemeriksaan genitalia (lochea)
g. Pemeriksaan penunjang Hb
h. Pemeriksaan fisik lanjutan
i. Pola aktivitas ibu pada saat masa nifas
4. Bagaimana penjelasan secara ilmiah terkait dengan identifikasi masalah yang ditemukan
berdasarkan scenario kasus tersebut?
Hipotesis
1) Ibu mengalami mulas khususnya ketika menyusui karena adanya reflek oksitosin
2) Ibu mengalami sakit pada payudara karena kurangnya perawatan pada payudara
3) Ibu mengalami sakit pada payudara karena posisi pemberian ASI yang kurang benar
4) Ibu mengeluh pusing karena kurangnya asupan nutrisi
5) Ibu terkadang murung bahkan menangis karena ibu mengalami perubahan psikologi
6) anak terakhir merasa cemburu disebabkan karena adanya kejadian siblings reveal
7) bayi rewel berhubungan dengan posisi pemberian asi sehingga kurangnya pengeluaran
ASI

5
8) bayi sering rewel karena selalu tidak kenyang dengan asi berhubungan dengan
pemberian asi yang tidak ondemand
9) Ibu mengalami kurang tidur karena sedang dalam adaptasi masa nifas
10) Ibu kesakitan ketika menyusui dan terlihat bayi hanya menghisap putting ibu
dikarenakan posisi & Teknik menyusui yg kurang benar
11) Ibu menghindari telur dan ikan menyebabkan rendahnya asupan protein
12) Ibu menghindari telur dan ikan karena kurangnya pengetahuan ibu mengenai asupan
nutrisi yang cukup bagi ibu menyusui
13) Putting susu lecet karena posisi & Teknik menyusi kurang benar serta kurangnya
perawatan pada payudara
14) Payudara terlihat bengkak dan sakit karena adanya bendungan ASI
15) HB 9,3 dikarenakan kurangnya asupan nutrisi pada ibu
16) Konjungtiva pucat karena kadar Hb rendah
17) Ibu tidur hanya 3-4 jam karena bayi rewel berhubungan dengan pola istirahat

5. Pemeriksaan apa yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnose berdasarkan kasus tersebut?
1) Pemeriksaan payudara
2) Pemeriksaan diastasis recti
3) Pemeriksaan Hooman sign
4)
6. Diagnosis apakah yang bisa ditegakkan berdasarkan data-data pada kasus tersebut!
P3A1 nifas 1 minggu dengan masalah anemia, putting susu lecet, bendungan payudara

7. Asuhan kebidanan apa saja yang bisa diberikan berdasarkan kasus tersebut? Kaji berdasarkan
hasil penegakkan diagnose, masalah dan kebutuhan ibu berdasarkan kasus tersebut!
Asuhan kebidanan
1. pemenuhan nutrisi (nutrisi, istirahat, eliminasi)
2. penanganan lecet pada payudara
3. konseling teknik menyusui
4. pijat oksitosin
5. penanganan bendungan payudara
6. dukungan psikologis
7. pengetahuan ASI untuk ibu

6
8. penanganan masalah anemia
9. asuhan holistik sesuai kasus
Final Hipotesis
1. Ibu mengalami mulas khususnya ketika menyusui karena adanya reflek oksitosin
2. Ibu mengalami sakit pada payudara karena kurangnya perawatan pada payudara
3. Ibu mengalami sakit pada payudara karena posisi pemberian ASI yang kurang benar
4. Ibu mengeluh pusing karena kurangnya asupan nutrisi
5. Ibu terkadang murung bahkan menangis karena ibu mengalami perubahan psikologi
6. anak terakhir merasa cemburu disebabkan karena adanya kejadian siblings reveal
7. bayi rewel berhubungan dengan posisi pemberian asi sehingga kurangnya pengeluaran
ASI
8. bayi sering rewel karena selalu tidak kenyang dengan asi berhubungan dengan pemberian
asi yang tidak ondemand
9. Ibu mengalami kurang tidur karena sedang dalam adaptasi masa nifas
10. Ibu kesakitan ketika menyusui dan terlihat bayi hanya menghisap putting ibu dikarenakan
posisi & Teknik menyusui yg kurang benar
11. Ibu menghindari telur dan ikan menyebabkan rendahnya asupan protein
12. Ibu menghindari telur dan ikan karena kurangnya pengetahuan ibu mengenai asupan
nutrisi yang cukup bagi ibu menyusui
13. Putting susu lecet karena posisi & Teknik menyusi kurang benar serta kurangnya
perawatan pada payudara
14. Payudara terlihat bengkak dan sakit karena adanya bendungan ASI
15. HB 9,3 dikarenakan kurangnya asupan nutrisi pada ibu
16. Konjungtiva pucat karena kadar Hb rendah
17. Ibu tidur hanya 3-4 jam karena bayi rewel berhubungan dengan pola istirahat

LEARNING OBJECTIVE
1. Kebutuhan ibu nifas (4, 9, 11, 12, 15, 16, 17)
1) Pemenuhan nutrisi
Nurisi dan Cairan Status nutrisi seorang perempuan pada masa remaja, kehamilan dan
laktasi mempunyai pengaruh secara langsung terhadap kesehatanmaternal dan bayinya pada

7
masa puerperium. Undernutrisi yang dialami oleh seorang perempuan berpengaruh terhadap
proses reproduksinya. Perempuan memulai proses reproduksinya pada usia dini, kemudian tidak
jarang hanya dalam dua tahun, perempuan akan hamil lagi, dan terus berulang sekian kali jika
tidak tersedia metode KB.6Kondisi ini juga dapat terjadi karena mereka tidak ingin
menggunakannya karena alasan, seperti agama, budaya, kepercayaan dan alasan lain yang sulit
dirubah. Bukti ilmiah bahwa pemberian supplement pada masa hamil yang ditujukan pada ibu
dengan Body Mass Index(BMI) 18,5 memberikan dampak positif yakni ibu tersebut terhindar
dari Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan berat badan bayi lahir rendah yang lebih sedikit dan
pada usia 24 bulan, bayi tersebut mengalami peningkatan BB yang signifikan dibandingkan
dengan bayi dari ibu yang tidak mendapat supplement pada masa hamil. Pada masa nifas,
kebutuhan nutrisi ibu nifas mengalami penambahan 10% bagi ibu nifas aktif untuk memenuhi
kebutuhan energi, sementara pada ibu nifas yang sangat aktif 20%. Nutrisi yang optimal pada
masa nifas dapat mempengaruhi komposisi ASI yang berkualitas. Oleh karena itu, ibu nifas
harus makan makanan yang bergizi. Akses terhadap makanan begizi adalah esensial. Jika
diperlukan, terutama pada keadaan emergencyseperti pada populasi yang sangat miskin, perlu
mendapat supplement sebanyal 500kcal/hari. Misalnya 100 gram cereal + 50 gram pulse/kacang-
kacangan, atau 500 gram umbi-umbian, 55 gram minyak atau 100 gram kacang-kacangan.6
Tidak kalah penting adalah mikronutrien. Kasus yang paling banyak ditemukan karena
kekurangan mikronutrien adalah:
1. Gangguan defisiensi iodium.
2. Defisiensi vitamin A
3. Anemia defisiensi besi.
Penyebab terbanyak adalah ketersediaan makanan yang mengandung mikronutrien di atas dan
gangguan absorsbsi mikronutrien tersebut.
2) Pemenuhan istirahat
Kebutuhan istirahat bagi ibu nifas perlu dipenuhi terutama beberapa jam setelah
melahirkan bayinya. Hal ini dapat membantu mencegah ibu mengalami komplikasi psikologis
seperti baby blues dan komplikasi lainnya. Masa nifas erat kaitannya dengan gangguan pola
tidur, tidak hanya pada ibu, tetapi juga pada pasangannya atau keluarga yang membantu merawat
bayinya. Hasil penelitian menunjukan bahwa ibu nifas lebih sedikit waktu tidurnya dibanding
pasangannya. Ibu lebih banyak tidur pada siang hari dibandingkan pada malam hari. Hal ini juga

8
dipengaruhi oleh status pekerjaan, dimana sang ayah harus bekerja pada keesokan harinya.
Secara teoritis, pola tidur ibu akan kembali normal setelah 2-3 minggu postpartum.Gangguan
waktu tidur ini berdampak terhadap kelelahan bagi orang tua si bayi.
3) Eliminasi
a. Buang Air Kecil (BAK) Ibu nifas akan merasa sulit BAK selama 1-2 hari, terutama pada
primipara dan mengalami episiotomy. Ibu diharapkan dapat berkemih dalam 6-8 jam
pertama postpartum. Setiap kali berkemih urin yang dikeluarkan sebanyak 150 ml. Kesulitan
BAK ini dapat disebabkan karena trauma kandung kemih karena penekanan kepala saat
kelahiran bayi dan nyeri serta pembengkakan pada perineum yang mengakibatkan kejang
pada saluran kemih. Jika tidak terjadi BAK secara spontan dapat dilakukan: 1. Dirangsang
dengar mengalirkan keran air di dekat pasien. 2. Kompres hangat di atas simpisis. 3.
Berendam air hangat setelah itu pasien diminta untuk BAK. 4. Hal lain yang menyebabkan
kesulitan berkemih pascasalin adalah menurunnya tonus otot kandung kemih akibat proses
persalinan dan.
b. Buang Air Besar (BAB) Defikasi atau BAB umumnya terjadi dalam 3 hari pertama
postpartum. Apabila terjadi obstipasi dan menimbulkan koprostase (skiballa: faeces yang
mengeras) yang tertimbun dalam rectum, maka akan berpotensi Ibu mengalami febris.
Kesulitan BAB dapat terjadi karena trauma pada usus akibat keluarnya kepala bayi/proses
persalinan Faktor-faktor psikologi juga turut berperan terhadap konstipasi karena rasa takut
luka jahitan perineum terlepas.15Jika terjadi konstipasi, ibu dianjurkan untuk banyak minum
dan diet makanan yang tinggi serat, dan pemberian obat laksansia.
4) Penanganan lecet pada payudara
5) Konseling Teknik menyusui
6) Pijat oksitosin

2. Perubahan Psikologis (5, 6, )


Tahapan Adaptasi Psikologi Ibu Nifas Menurut Rubin dalam Varney (2007) adaptasi
psikologi ibu pasca partum dibagi menjadi 3 fase yaitu:
1. Fase Taking In (fase mengambil)/ketergantungan
Fase ini dapat terjadi pada hari pertama sampai kedua pasca partum. Pada fase ini, ibu
sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses

9
persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu bicara tentang dirinya sendiri.
Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan,
kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal tersebut membuat
ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan psikologis yang mungkin dialami, seperti
mudah tersinggung dan menangis. Kondisi ini mendorong ibu cenderung menjadi pasif. Pada
fase ini petugas kesehatan harus menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu dapat melewati
fase ini dengan baik
2. Fase Taking Hold/ketergantungan mandiri
Fase ini terjadi pada hari ketiga sampai hari ke sepuluh post partum, secara bertahap
tenaga ibu mulai meningkat dan merasa nyaman, ibu sudah mulai mandiri namun masih
memerlukan bantuan, ibu sudah mulai memperlihatkan perawatan diri dan keinginan untuk
belajar merawat bayinya. Pada fase ini pula ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan
rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga
mudah tersinggung dan gampang marah. Kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu.
Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas
kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai
penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu nifas. Tugas kita adalah mengajarkan
cara merawat bayi, cara menyusu yang benar, cara merawat luka jahitan, senam nifas,
memberikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu seperti gizi, istirahat, kebersihan diri dan
lain-lain
3. Fase letting go/saling ketergantungan
Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini
berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk
memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada
fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani peran barunya. Pendidikan kesehatan yang
kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam
memenuhi kebutuhan diri dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan
oleh ibu. Suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga
sehingga ibu tidak terlalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup, sehingga
mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat bayinya. Kehamilan, persalinan dan

10
nifas merupakan peristiwa yang besar bagi setiap wanita, transisi psikologis ibu yang
digambarkan pada masa ini sama halnya dengan krisis hidup, pengalaman emosi yang menguras
air mata dan periode yang dapat meningkatkan sensivitas ibu. Pada masa pascanatal, orangtua
akan menghadapi tuntutan bayi baru lahir, menyusui bayi, tuntutan keuangan, penyesuaian
perubahan peran dan hubungan yang sangat menguji kesabaran mereka. Bagi ibu baru, hal ini
dapat menimbulkan respon emosi yang bermacam-macam mulai dari perasaan gembira dan
bahagia hingga sedih atau penurunan suasana hati yang sangat mendalam. Kelelahan, nyeri, dan
ketidaknyamanan akan menggantikan perasaan gembira. Gangguan tidur tidak dapat dihindarkan
dengan kehadiran bayi dan kegiatan menyusu. Rasa sakit dan nyeri yang dialami akibat trauma
perineum akan mempengaruhi libido sehingga menimbulkan perasaan lelah, putus asa, dan tidak
bahagia yang mungkin juga terkait tuntutan untuk merawat bayinya selama 24 jam. Asuhan yang
diberikan bidan pada masa ini yaitu dengan memberikan dukungan positif bagi ibu untuk
menjalani peran sebagai ibu, mengembalikan rasa percaya diri dan meningkatkan pengetahuan
ibu tentang ketrampilan menjadi orang tua.

3. Perubahan fisiologis pada sistem hematologi masa nifas (16)


Selama minggu-minggu kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor
pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma
akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan fiskositas sehingga
meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat di mana jumlah sel
darah putih dapat mencapai 15.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari
pertama dari masa postpartum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik sampai
25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan
lama. Jumlah hemoglobin, hematocrit dan eritrosit akan sangat bervariasi pada awal-awal
mas post partum sebagai akibat dari volume darah. Volume plasenta dan tingkat volume
darah yang berubah-ubah. Selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah
sekitar 200-500 ml (Varney, Kriebs, & Gegor, 2007). Penurunan volume dan peningkatan sel
darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada
hari ke-3 sampai dengan ke-7 postpartum dan akan kembali dalam 4-5 minggu postpartum
(Rini & Dewi, 2016).

11
4. Anatomi dan Fisiologis Laktasi (1, 7)
Anatomi Payudara Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas
otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia
mempunyai sepasang kelenjar payudara, beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600
gram, dan saat menyusui 800 gram. (Andina, 2019)
Payudara merupakan kelenjar mammae yang terbentuk pada minggu kelima kehidupan
embrionik dari lapisan susu, lapisan jaringan glandular. Payudara yang terletak dibawah kulit
diatas otot dada berfungsi untuk memproduksi ASI untuk kebutuhan nutrisi bayi. Berat
payudara sebalum hamil 200gram, saat hamil 600gram, dan saat menyusui 800gram.
Jaringan payudara ada dua bagian : parenkim dan stroma. Parenkim terdiri atas duktus
laktiferous dimana bentuknya menyerupai cabang pohon yang terdapat pada struktur lobus
alveolus hingga puting susu. Sedangkan stroma mencakup jaringan ikat, jaringan lemak
(adiposa), pembuluh darah dan limfatik. Asuhan kebidanan III (Nifas) 149 Gambar 9.1
anatomi payudara Bagian-bagian payudara terdiri dari :
1. Alveoli (tempat produksi ASI)
a. Berbentuk seperti buah anggur
b. Dindingnya terdiri dari sel-sel yang memproduksi ASI, jika dirangsang oleh hormon
prolaktin.
2. Duktus Lactiferous (saluran ASI)
a. Berfungsi untuk menyalurkan ASI dari alveoli menuju sinul laktiferus
3. Sinus lactiferous (tempat penyimpanan ASI)
Tempat penyimpanan ASI yang terletak dibawah areola
4. Myoepithel (otot polos)
a. Otot yang mengelilingi alveoli
b. Jika dirangsang oleh hormon oksitosin menyebabkan otot polos berkontraksi sehingga
dapat mengeluarkan ASI. C
c. Selanjutnya ASI mengalir melalui saluran payudara menuju sinus lactiferous.

12
Dibagi 3 bagian utama:
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
a. Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner,
jaringan lemak, sel plasma,sel otot polos dan pembuluh darah.
b. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul
menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.
c. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus
bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
a. Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke
dalam puting dan bermuara ke luar.
b. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi
dapat memompa ASI keluar.
c. Anatomi duktus sama untuk masing-masing payudara,
d. namun dapat bervariasi antar satu wanita dengan wanita lainnya
e. Fungsi utamanya adalah sebagai transport, bukan sebagai gudang
f. Jaringan duktus sangat rumit dan tidak selalu mengikuti pola radial atau simetris
g. Duktus yang sedang tidak berfungsi diameternya dapat bervariasi
h. antar satu wanita dengan wanita lainnya ( berkisar antara 1 – 4,4 mm). Diameter duktus dapat
bertambah saat menyusui
i. Tidak terdapat sinus laktiferus di belakang puting seperti gambaran anatomi payudara yang
lama

13
j. Jumlah duktus berkisar antara 4 - 18
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Bentuk puting ada empat, yaitu normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam (inverted).

Fisiologi Laktasi
Laktasi Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan telah terjadi
perubahan-perubahan pada kelenjer mammae yaitu :
1. Proliferasi jaringan pada kelenjer-kelenjer, alveoli dan jaringan lemak bertambah.
2. Air susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum.
3. Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, di mana vena-vena berdilatasi
sehingga tampak jelas.
4. Setelah pergalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang. Maka timbul
pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Disamping
itu, pengaruh oksitosin menyebabkan mio epitel kelenjer susu berkontraksi sehingga air susu
keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan. (Imelda, 2018) Bila bayi
mulai disusui, isapan pada putting susu merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris
mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofise. Produksi air susu ibu (AS!) akan lebih
banyak. Sebagai efek positif adalah involusi uteri akan lebih sempurna. lbu dan bayi dapat
ditempatkain dalam satu kamar (roming in) atau pada tempat yang terpisah. Keuntungan
roming in adalah :
a. Mudah menyusukan bayi. 2
b. Setiap saat selalu ada kontak antara ibu dan bayi.
c. Sedini mungkin ibu telah belajar mengurus bayinya.
Laktasi atau menyusui mempunyai dua fisiologi, yaitu:

14
1) produksi ASI (prolaktin)
2) pengeluaran ASI(oksitosin)
Produksi ASI (Prolaktin)
a) Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika mulai
menstruasi.
b) Hormon yang berperan adalah hormon estrogen dan progesteron yang membantu maturasi
alveoli sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.
c) Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena
pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi.
d) Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari ke-2/3 pasca persalinan,
sehingga terjadi sekresi ASI.
Pada proses laktasi terdapat 2 reflek yang berperan, yaitu:
a) Refleks prolaktin dan
b) Refleks aliran (love reflex/let down reflex) yang timbul akibat perangsangan puting susu
dikarenakan isapan bayi.

5. Masalah dalam pemberian ASI (8, 14)


Penanganan bendungan payudara
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau
oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting
susu ( Manuaba, 2010). Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara
karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri
disertai kenaikan suhu badan (Sarwono, 2010). Keluhan ibu menurut Prawirohardjo (2010),
adalah payudara bengkak, keras, panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil
dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan
terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui
pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol atau
lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung sementara produksi ASI.
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (2012),adalah sejak hari ketiga sampai hari keenam
setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini
bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa

15
penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi bendungan. Pada
bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik
tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meingkat.
Payudara menjadi bengkak, merah dan mengkilap.Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan
kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI pada payudara adalah :
a. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI biasanya
mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes keluar secara spontan.
b. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat
mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi
sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang. Bila nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini
akan berlanjut, asi yang disekresi akan menumpuk sehingga payudara bertambah tegang.
Gelanggang susu menonjol dan putting menjadi lebih getar. Bayi menjadi sulit menyusu. Pada
saat ini payudara akan lebih meningkat, ibu demam dan payudara terasa nyeri tekan terjadi statis
pada saluran asi (ductus akhferus) secara local sehingga timbul benjolan local (Wiknjosastro,
2012).
Pencegahan Bendungan ASI
1. Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit) setelah dilahirkan
2. Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)
3. Keluarkan asi dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi
4. Perawatan payudara pasca persalinan ( masa nifas ) menurut Depkes, RI (2013), adalah
dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak (Baby oil) lakukan pengurutan 3 macam
cara :
a. Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian urut ke atas, terus ke
samping, ke bawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan
tangan dari payudara.
b. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari – jari tangan saling dirapatkan,
kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting,
demikian pula payudara kanan.
c. Telapak tangan menopang payudara pada cara ke -2 kemudian jari tangan kanan
dikepalkan kemudian buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting.
5. Menyusui yang sering

16
6. Memakai kantong yang memadai
7. Hindari tekanan local pada payudara (Wiknjosastro, 2012).
Penatalaksanaan Bendungan ASI
1. Jika ibu menyusui
a. Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan
bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras menyusui sesering
mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu
kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi
menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif.
b. Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi
belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut
c. Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit
beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan
dengan lembut di sekitar area
d. yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting
susu.
e. Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
f. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam. g. Lakukan evaluasi setelah
3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
2. Jika ibu tidak menyusui:
a. Gunakan bra yang menopang
b. Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak dan nyeri
c. Berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
d. Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
e. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah
1. Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek
2. Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi
3. Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
4. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin

17
5. Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan (masase)
payudara yang dimulai dari putin kearah korpus. (Sastrawinata, 2010)
Terapi dan Pengobatan Menurut Prawirohardjo (2011), adalah:
1. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
2. Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
3. Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan
4. Kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
5. Gunakan BH yang menopang.
6. Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan Menurunkan panas.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah
terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya
(analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga
sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3
hari untuk sementara waktu mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan
dengan pijatan.

6. Teknik menyusui (3, 10, 13)


a. Pengertian Teknik Menyusui
Menyusui adalah keterampilan yang dipelajari oleh ibu dan bayi, dimana keduanya
membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada bayi selama 6 bulan
(Mulyani, 2013). Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Rini dan Kumala, 2017). Manfaat
dari teknik menyusui yang benar yaitu putting susu tidak lecet, perlekatan menyusu pada bayi
kuat, bayi menjadi tenang dan tidak terjadi gumoh (Wahyuningsih, 2019).
Hasil penjelasan di atas, dapat disimpulkan teknik menyusui yaitu cara ibu memberikan ASI
kepada anaknya dengan memperhatikan perlekatan dan posisi yang benar, sehingga putting
susu ibu tidak lecet atau luka saat menyusui dan bayi menyusu dengan nyaman dan tidak
gumoh.
b. Teknik Menyusui yang Benar
Teknik menyusui yang benar yang diungkapkan Banowati
(2019) yaitu :

18
1) Sebelummulaimenyusuiputtingdanareolamammaedibersihkan
terlebih dahulu dengan kapas basah atau ASI dikeluarkan sedikit,
kemudian dioleskan pada putting dan sekitar kalang payudara.

2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu / payudara.


a) Ibu duduk atau berbaring dengan santai, jika duduk akan lebih baik menggunakan kursi
yang rendah (hal ini bertujuan supaya kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu
bersandar pada sandaran kursi.
b) Bayidipegangpadabelakangbahunyadenganmenggunakan satu lengan, kepala bayi terletak
pada siku ibu (kepala tidak boleh menengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak
tangan).
c) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang
satunya di depan.
d) Perut bayi menempel pada badan ibu, posisi kepala bayi
menghadap payudara (tidak hanya menoleh atau
membelokkan kepala bayi).
e) Telingan dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
3) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan
terlalu menekan putting susu atau kalang payudara saja.

4) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (roting refleks) dengan cara menyentuh pipi
dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.

5) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan
putting susu serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi.
a) Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk kedalam mulut bayi, sehingga
putting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari
tempat penampungan ASI yang terletak di bawah kalang payudara.
b) Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disangga.
c) Melepas isapan bayi

19
Setelah menyusui pada satu payudara sampai kosong, sebaiknya diganti dengan payudara
yang satunya. Cara melepas isapan bayi yaitu jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi
melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.

6) Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi
tidak muntah setelah menyusu. Cara menyendawakan bayi adalah bayi digendong tegak
dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk secara perlahan atau
dengan cara bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-
lahan.

7. Perawatan Payudara (2)


Perawatan payudara dilakukan atas berbagai indikasi, antara lain puting tidak menonjol atau
bendungan payudara. Tujuannya adalah memperlancar pengeluaran ASI saat masa menyusui.
untuk pasca persalinan, laukan sedini mungkin yaitu 1 sampai 2 hari dan dilakukan 2 kali
sehari, berikut langkah-langkah perawatan payudaran :
a. Langkah-langkah perawatan payudara adalah sebagai berikut :
1) Pengompresan Kompres payudara dengan handuk kecil hangat selama 2 menit, lalu ganti
kompres dengan air dingin. Kompres bergantian selama 3 kali dan di akhiri dengan kompres air
hangat.
2) Pengurutan pertama. Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak. Tempatkan kedua tangan
diantara payudara. Pengurutan dilakukan dimulai kearah atas, lalu telapak tangan kanan kearah
sisi kiri dan telapak tangan kiri kea rah sisi kanan. Lakukan terus pengurutan kearah bawah
samping, selanjutnya pengurutan melintang. Ulangi masing-masing 20-30 gerakan untuk tiap
payudara Asuhan kebidanan III (Nifas) 184 Gambar 10.8 cara pengurutan payudara
3) Pengurutan kedua Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari
tangan kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara dan
berakhir pada putting susu. Lakukan 2 gerakan setiap payudara secara bergantian.
4) Pengurutan ketiga sokong payudara kiri dengan satu tangan, sedangkan tangan lainnya
mengurut dengan sisi kelingking dari arah tepi ke arah putting susu. Lakukan skitar 30 kali

20
5) Pengosongan ASI Pengosongan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya bendungan ASI,
caranya keluarkan ASI dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk kira-kira 2 sampai 3 cm dari
putting susu dan tamping ASI yang telah di keluarkan. Tekan payudara kearah dada dan
perhatikan agar jari-jari jangan di regangkan. Angkat payudara yang agak besar untuk menekan
dan mengosongkan tempat penampungan susu pada Asuhan kebidanan III (Nifas) 185 payudara
tanpa rasa sakit. Ulamgi untuk masing-masing payudara.
b. Berikut ini adalah tips untuk perawatan payudara :
1) Kenakan bra untuk menjaga bentuk payudara tetap indah. Pilih ukuran bra yang sesuai agar
dapat menopang payudara dengan baik.
2) Bersihkan secara rutin daerah seputar putting susu dengan kapas yang telah dibasahi dengan
air hangat.
3) Oleskan minyak (olive oil, VCO, atau baby oil) pada payudara untuk menjaga kelembapan.
Agar hasilnya lebih maksimal, lakukan pijatan ringan dengan gerakan lembut. Lakukan senam
ringan dengan focus untuk memperkuat otot dada.

8. Deteksi dini komplikasi masa nifas


Deteksi Dini dan Komplikasi Masa Nifas
Penyulit atau komplikasi postpartum pada umumnya adalah preventable (mampu dicegah)
dengan adanya deteksi dini tanda bahaya serta penyulit dan komplikasi pada masa postpartum
(Wahyuni 2018).
a. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pasca persalinan atau perdarahan postpartum adalah perdarahan melebihi 500-600 ml
yang terjadi setelah bayi lahir. Kehilangan darah pasca persalinan seringkali diperhitungkan
secara lebih rendah dengan perbedaan 30-50%. Kehilangan darah setelah persalinan per vaginam
rata-rata 500ml, dengan 5% ibu mengalami perdarahan> 1000 ml. Sedangkan kehilangan darah
pasca persalinan dengan bedah sesar rata-rata 1000 ml.
Menurut waktu terjadinya, perdarahan postparum dapat dibagi menjadi dua, sebagai berikut.
1) Perdarahan postpartum dini (Early postpartum haemorrhage) diebut
juga perdarahan pasca persalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama
perdarahan pascapersalinan primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan
jalanlahir dan inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama.

21
2) Perdarahan postpartum lanjut (Late postpartum haemorrhage). Disebut juga perdarahan pasca
persalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama sampai 6 minggu postpartum. Perdarahan
pascapersalinan sekunder sering diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik
(subinvolusio uteri), atau sisa plasenta yang tertinggal.

b. Infeksi Masa Nifas


Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya bakteri atau kuman ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas.
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah melahirkan,
ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38°C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama
pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Infeksi nifas dapat disebabkan oleh
transmisi masuknya bakteri ke dalam organ reproduksi, baik bakteri yang masuk dari dalam
tubuh ibu sendiri, dari jalan lahir maupun bakteri dari luar yang sering menyebabkan infeksi.
Berdasarkan masuknya bakteri ke dalam organ kandungan, infeksi nifas terbagi menjadi:
1) Ektogen (infeksi dari luar tubuh)
2) Autogen (infeksi dari tempat lain di dalam tubuh)
3) Endogen (infeksi dari jalan lahir sendiri)
c. Keadaan Abnormal Pada Payudara 1) Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi erah, bengkak kadangkala diikuti
rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Di dalam terasa ada masa padat (lump), dan di
luarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan
diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI
diisap/dikeluarkan atau pengisapan yang tidak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan
payudara dengan jari atau karena tekanan baju/BH. Pengeluaran ASI yang kurang baik pada
payudara yang besar, terutama pada bagian bawah payudara yang menggantung. Ada dua jenis
mastitis, yatu mastitis yang terjadi karena milk stasis adalah non infection mastitis dan yang telah
terinfeksi bakteri (infective mastitis). Lecet pada puting dan trauma pada kulit juga dapat
mengundang infeksi bakteri (Wahyuni 2018).

2) Bendungan ASI
Pada permulaan nifas, apabila bayi belum menyusu dengan baik,

22
atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi
pembendungan air susu. Payudara panas, keras, dan nyeri pada perabaan, serta suhu badan tidak
naik. Puting susu mendatar dan ini dapat menyulitkan bayi untuk menyusu. Kadang- kadang
pengeluaran susu juga terhalang duktus laktoferi yang menyempit karena pembesaran vena dan
pembuluh limfe (Sulistyawati 2015).

3) Puting Susu Lecet


Puting susu lecet merupakan keadaan dimana terjadi lecet pada
puting susu yang ditandai dengan nyeri, retak dan pembentukan
celah-celah pada puting susu. Masalah yang sering terjadi pada ibu menyusui merupakan teknik
menyusui yang tidak benar sehingga mengakibatkan lecet puting susu, dimana bayi tidak
mengisap puting sampai ke areola payudara. Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan
celah-celah. beberapa penyebab puting susu lecet yaitu teknik menyusui yang tidak benar, puting
susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol, ataupun zat iritan lain saat ibu membersihkan puting
susu, moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu, bayi dengan tali lidah
pendek (frenulum lingue). Penanganan lecet putting susu diantaranya: cari penyebab puting
lecet, selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan olesi
puting dengan ASI sebelum dan setelah menyusui, menyusui lebih sering, puting susu yang sakit
dan mengalami luka atau lecet yang parah dapat diistirahatkan untuk sementara waktu 1x24 jam,
cuci payudara sekali sehari dan pada saat mandi tidak dibenarkan untuk mengunakan sabun,
posisi menyusui harus benar, keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke puting yang lecet dan biarkan
kering, pergunakan bra yang menyangga, bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurang
rasa sakit (Risneni 2015).

MIND MAP

23
BAB III

PENUTUP

Perubahan fisiologis yang luar biasa terjadi selama kehamilan sehingga tidak
mengherankan bila periode penyesuaian fisiologis dan pemulihan setelah akhir kehamilan

24
merupakan hal yang kompleks dan berkaitan erat dengan status kesehatan individu secara
keseluruhan. Penatalaksanaan asuhan pascapartum pada wanita di negara maju memiliki
kebutuhan kesehatan yang berbeda dengan negara dengan sumber yang terbatas. Oleh karena itu,
gambaran kesehatan masyarakat tampaknya berkaitan langsung dengan peran dan tanggung
jawab bidan terhadap ibu pascapartum dan bayi mereka yang baru lahir. Ketika sumber
kesehatan yang tersedia hanya sedikit, hal yang lebih penting adalah memberikan perawatan
yang tepat kepada ibu sebagai individu daripada mengikuti pola perawatan yang didasarkan pada
tugas atau prosedur rutin (Fraser & Cooper, 2009)

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu
maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 69% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Saifuddin, 2002). Secara
tradisional, bagian pertama dari periode ini adalah masa istirahat yaitu ketika ibu dipisahkan oleh
orang lain (khususnya pria) karena kehilangan zat darahnya dari vagina sehingga tidak bersih.
Pada saat itu, tanpa disadari zat darah tersebut, yakni lochea yang merupakan campuran dari
darah dan produk jaringan dari dinding rahim secara perlahan-lahan luruh, ketika rahim
mengalami pengecilan kembali atau pengerutan, kembali ke ukuran rahim semula. Tradisi
pemisahan selama periode istirahat sudah lama ditinggalkan, tetapi banyak pengaruh terhadap
sekelilingnya, seperti keyakinan bahwa wanita tersebut tidak bersih, sampai kini (Jones, 2005).
Setelah kelahiran bayi dan keluarnya plasenta, ibu memasuki masa penyembuhan fisik dan
psikologis. Dari sudut pandang medis dan fisiologis, masa tersebut disebut dengan nifas yang
dimulai sesaat setelah keluarnya plasenta dan selaput janin serta berlanjut hingga 6 minggu.
Rasional pasti yang menjelaskan waktu 6 minggu atau 42 hari masih belum jelas, tetapi
tampaknya berkaitan dengan kisaran kebiasaan budaya dan tradisi selain proses fisiologis yang
terjadi masa ini. Perkiraan pastinya adalah bahwa pada 6 minggu setelah persalinan, semua
sistem tubuh ibu pulih dari efek kehamilan dan kembali pada kondisi mereka sebelum hamil
(Fraser & Cooper, 2009).

DAFTAR PUSTAKA

Triana Septianti, Purwanto Nuryani, Teta Puji Rahayu. Modul Ajar Asuhan Kebidanan Dan
Menyusui.Untuk Kalangan Sendiri Prodi Kebidanan Magetan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Juli 2018.

25
Fifi Hidayah, Susilo Rini , Arlyana Hikmanti. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Prosiding
Seminar Nasional Unimus. 2022.

Bahiyattun. Buku AjarAsuhan Kebidanan Nifas Normal. Buku Kedokteran EGC. 2008.

26

Anda mungkin juga menyukai