Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan yang sangat berdampak

pada terganggunya kehidupan penderita dilihat dari faktor sosial, ekonomi dan

psikologis apabila dikaitkan dengan terjadinya kebutaan. Penelitian World Health

Organization (WHO) pada tahun 2002 menyebutkan bahwa angka kejadian

gangguan penglihatan bervariasi, angka kejadian tertinggi terdapat di wilayah

Asia Tenggara (28%), disusul wilayah Pasifik Barat (26%), Afrika (16,6%),

Timur Tengah (10%), Amerika (9,6%), dan Eropa (9,6%). Katarak merupakan

penyebab gangguan penglihatan yang paling banyak terjadi sekitar 47,9%, setelah

itu glaukoma (12,3%), penurunan ketajaman penglihatan (8,7%), gangguan

kornea (5,1%), retinopati diabetik (4,8%), kebutaan anak (3,9%), trachoma

(3,6%), dan onchocerciasis (0,8%) 1

Untuk wilayah Indonesia berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) pada tahun 1993—1996 sekitar

1,5% penduduk Indonesia mengalami gangguan penglihatan yaitu, katarak

(0,78%), glaukoma (0,20%), gangguan refraksi (0,14%), gangguan retina (0,13%),

dan gangguan kornea (0,10%). Gangguan kornea dapat dibagi menjadi beberapa

penyakit seperti kelainan kornea kongenital, edema kornea, infiltrasi kornea pada

pemakai kontak lensa, dan yang paling tersering yaitu ulserasi kornea (keratitis).

Angka kejadian tertinggi keratitis berada pada wilayah tropis dan Negara

1
2

berkembang. Berdasarkan penelitian di India selatan jenis kelamin pria lebih

banyak dibanding wanita, pedesaan merupakan wilayah terbanyak penderita

keratitis, pasien usia diatas 50 tahun masih mendominasi penyakit keratitis,

sementara pada pekerjaan yang berhubungan dengan material tumbuhan. 2,3

Keratitis adalah suatu radang kornea yang dapat disebabkan oleh virus, jamur,

bakteri, dan faktor imunologis. Hal tersebut dapat disebabkan oleh berbagai hal

seperti kurangnya air mata (mata kering), keracunan obat, trauma, defisiensi

vitamin A, adanya benda asing didalam mata, reaksi alergi terhadap obat topikal

serta reaksi terhadap konjungtivitis menahun. Keratitis dapat diklasifikasikan

berdasarkan topografi seperti ulserasi kornea dan non ulserasi, serta bisa

diklasifikasikan berdasarkan etiologi. Keratitis biasanya ditandai dengan gejala

mata merah, rasa silau, merasa kelilipan, serta penurunan ketajaman penglihatan.
3,4,5

Pengobatan keratitis dapat disesuaikan dengan penyebabnya. Risiko keratitis

bisa dikurangi dengan menghindari trauma mata, serta pelepasan lensa kontak

dengan cara yang steril serta pengobatan awal yang tepat dan penggunaan lensa

kontak yang teratur dalam sehari. Penanganan yang tidak tepat tepat maka

menyebabkan komplikasi kebutaan yang disebabkan oleh adanya skiatrik pada

kornea dan endoftalmitis.3,4,5

Rumah Sakit Dustira (RS Dustira) merupakan rumah sakit rujukan anggota dan

keluarga TNI di wilayah Jawa Barat serta salah satu rumah sakit tingkat dua di

wilayah kota Cimahi. Pada poliklinik mata RS Dustira kasus keratitis ditemukan

meningkat setiap tahunnya. Perlu diketahui diagnosis dini dan penatalaksanaan


3

yang cepat terhadap keratitis agar dapat mencegah timbulnya kebutaan. Pada poli

mata RS Dustira penelitian mengenai keratitis belum pernah dilakukan. Maka

peneliti menginkan untuk melakukan penelitian tentang ‘prevalensi dan

karakteristik pasien di poli mata RS Dustira periode 2010−2012.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, dapat diidentifikasi masalah

sebagai berikut :

1. Berapa prevalensi pasien keratitis di poli mata RS Dustira tahun 2010−2012?

2. Apa penyebab keratitis pada pasien poli mata RS Dustira tahun 2010−2012 ?

3. Bagaimana karakteristik pasien keratitis di poli mata RS Dustira tahun

2010−2012 ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah melakukan pengambilan data pada rekam

medik Poli Mata RS Dustira tentang penyakit keratitis pada tahun 2010−¿2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Mengetahui angka kejadian pasien keratitis di poli mata RS Dustira tahun

2010−2012

2. Mengetahui penyebab penyakit keratitis pada pasien di poli mata RS Dustira

tahun 2010−2012
4

3. Mengetahui karakteristik pasien keratitis berdasarkan usia, jenis kelamin,

pekerjaan serta tempat tinggal

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Diharapakan dengan adanya hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan

tentang kasus keratitis.

1.4.2 Manfaat Praktis

Diharapkan dengan adanya penelitian ini insitusi pelayanan kesehatan

masyarakat dapat melakukan diagnosis dini dan penatalaksanaan awal agar

mencegah komplikasi yang timbul.

Anda mungkin juga menyukai