PERTEMUAN KE 10
Tinjauan Teoretik dalam Penelitian
ee
Posisi Teori dalam penelitian kualitatif
Berbicata teori bagi sebagian praktisi komunikasi kadang kala menjadi olok-olok, cemohoan, dan
kadang keberadaannya ditampikkan. “itwhan seori, mana praktiknya’?
“Teori tidak penting, yang penting praktik”. Teori dikesankan sebagai “omong kosong”, dan praktik
komunikasi tanpa ada pemahaman teori dianggap sebuah “kerja nyata”. Ini bisa menjadi indikasi
dari pengaruh budaya pop yang kapitalistik, melalui slogan sebuah produk “tall les, do more’ yang
menampikkan kerja kelas pemikir dan sebaliknya memberi penghargaan tinggi kepada kelas pekerja.
Tidak ada yang salah dari pernyataan itu dan bisa dicatatkan sebagai sebuah fakta bahwa di dunia
praktikt komunikasi cerdapat kecenderungan mengabaikan ‘cori. Kalimackalimat yang meluncur
dari kelas pekerja justru menjadi spirit uncuk mereka retap bekerja dalam skalanya. Berbeda halnya
jika datang dari kalangan akademisi komunikasi, maka penihilan teori sangatlah tidak beralasa.
Teori, sekecil apapun merupakan representasi dari tanggung jawab keilmuan seseorang yang berada
di lingkungan institusi pendidikan, tak terkecuali praktisi komunikasi yang menyebar di selasela
masyarakat.
“Ab... itukan cuma teori”,
Berkaitan dengan metode penelitian, bagaimana posisi teori itu sendiri? Model penelitian
kualitacif’ memiliki kesan bahwa tidak diperlukan teori dalam melakukan penelitian, pengujian teori
hanya terdapat pada mecode dedukctif dalam pendekatan kuantitatf, sementara pendekatan kualicacif
adalah menemukan teori atau membangun teori baru. Hal demikian perlu ada pelurusan tafsir
tethadap kedudukan cori dalam suatu metode penclitian. Demikian pula yang terjadi pada
penelitian kualitatif dalam bidang komunikasi, bahwa sekecil apapun teori yang disertakan adalah
representasi kesiapan dari seorang peneliti/pengkaji untuk melakukan peneliian dan kajian di
bidangnya,
Fungsi teori dalam metode kualitatif bukan uncuk eksplanasi atau prediksi melainkan untuk
memberi cafsir atau menyajikan pemahaman langsung secara teralami (lived experience) bukan
melalui generalissi yang abstrak. Hal ini berkaitan dengan pengalaman manusia yang tidak saja
meliputi aspek kognit melainkan juga afektif yang selalu dalam kebaruan dan penuh dengan makna
serta kontradiksi (Al Washilah, 2003 : 45).Penggunaan cori yang ada atau penyertaan ceori bukan untuk mendewakan teori atau
menomorsatukan sebuah teori. Langkah awal bagi scorang pencliti dalam penelitian kualitatif dalam.
penggunaan teori dapac dikatakan baik jika teori yang digunakan telah diinternalisasikan sebagai
milik pengetahuan peneliti. Hal ini mengingat terdapat dua kelebihan yang diberikan teori. Pertama,
Teori sebagai wadah atau tempat data agar tidak berserakan. Sebagai perumpamaan, kita akan
menyimpan pakaian maka tempat yang layak adalah lemari. Kita akan menyimpan piring tencu
ditempackan di rak dapur. Antara pakaian dan piring tidak bisa kita tempatkan dalam satu wadah
lemati atau rak dapur. Demikian pula data, bila daca itu penting akan kita ambil dan jika tidak
penting harus dipisahkan atau dibuang. Oleh karena itu, data harus disesuaikan dengan teori yang
kita pili, jika tidak sesuai dan bukan cempatnya maka data harus disisikan, Kedua, Teori sebagai
cahaya,attinya suata teori dapat menjadi penerang. Ketika kita berada di lapangan penelitian sama
seperti berada dalam medan gelap. Dalam kegelapan tersebut, teori yang kita sertakan akan dapat
membantu penglihatan kita pada objek dengan jelas serta berhubungan antar bagiannya. Di sini,
teori dapat menunjukkan fokus objek yang ditelti/dikaji dalam proses pengidentifikasian data
Sekilas Memahami Teori
Richard West and Lynn H Turner (2006) dalam Introducing of Communication menyatakan,
bahwa; secara umum, teori dapat membancu kita untuk memahami realita yang ada. Selain itu, teori
juga dapat membantu peneliti dalam pekerjaannya. Teori secara implicit membantu kita untuk
memahami berbagaipertanyaan, misalnya bagaimana teori dapat menjelaskan rentang interaksi
komunikasi yang kita lakukan melalui bentuk perilaku kehidupan atau fenomena komunikasi
Interaksi komunikasi yang kita lakukan dalam sebuah proses _maupun_peristiwa kehidupan
berhubungan dengan pemikiran teori sebagai native pycholagist.
Jadi, teori merupakan seperangkat sistem yang abstrak tentang konsep yang mengindikasikan
adanya hubungan antara konsep yang akan membantu kita dalam memahami fenomena. Turner
mendefinisikan teori sebagai suatu proses membangun gagasan yang diikuti oleh suatu penjelasan
mengapa dan bagaimana hal tersebut terjadi. Definisi ini difokuskan pada pemikiran tori yang
alami tanpa adanya kekhususan ontcome dari kemungkinan proses berpikir tersebut. Pendapac
Turner ini dielaborasi Williah Doherty yang menyatakan bahwa tori merupakan proses yang
sistematis tentang formulasi dan mengorganisir gagasan/ide untuk memahami suacu fenomena
khusus. Teori merupakan seperangkat interhubungan gagasan dalam suatu proses. Hal yang sulit
untuk mendefinisikan teori adalah mengklasifikasikan dan mengkategorisasikannya, sehingga perlu
adanya pengujian teori yang meliputi level of generality, komponen dan tujuan1. Level of generality; Secara universal tingkatan teori terbagi menjadi 3 yaitu (1) Grand
theory yaiea teori yang mencoba menjelaskan semua fenomena seperti komunikasi, (2)
Midrange theory yaivu teori yang mencoba menjelaskan aspek khusus dari fenomena, (3)
Narrow theory yaita teori yang mencoba menjelaskan aspek yang sangat cerbatas pada
fenomena, aspek tertentu pada situasi rertentu
2. Komponen; Lebih lanjut untuk memahami teori kita perlu mengetahui komponen-
Komponen teori, yaitu konsep dan hubungan. Konsep merupakan label untuk elemen-
clemen penting dari teori. Konsep seringkali merupakan definisi khusus yang unik yang
digunakan dalam teori. Konsep dapat berupa nominal atau rill. Konsep nominal tidak
dapat diobservasi secara langsung, Sedangkan konsep iil dapat diobservasi_ secara
langsung. Hubungan dalam —pemahaman teori_-merupakan —suatu cara
mengkombinasikan konsep-konsep suatu teori.
3. Tujwan dari teori adalah memberikan penjelasan, pemahaman, perkiraan dan perubahan
dati fenomena,
Sementara hubungan teori tidak selalu berkelindan dalam elemen-clemen dan konsep-konsep
teori tersebur, melainkan juga adanya hubungan antara ceori dengan pengalaman. Carl Hempel
(1952) menyatakan bahwa teori itu seperti yang mengapung, seolah-olah berada di atas bidang
pengamatan dan bersandar pada aruran intepretasi, Teori dipandang sebagai cali yang bukan
merupakan bagian dari jaringan tetapi menghubungkan titikeitik tertentu dengan cempat-tempat
tercentu di bidang pengamatan. Dan dari data pengamacan tertentu, kita bisa merangkai titikitke
jaringan teoretikt melalui interprets. Selanjuenya diproses melalui definisi dan hipotesis, serea poin
lain yang memungkinkan uncuk diincerpretasi dari bidang pengamatan hingga memunculkan sebuah,
teori, Jadiistilah teori ini diwakili oleh jalinan yang menghubungkannya dengan bagian-bagian, ke
definisi, bagian ke dasar dan menghasilkan hipotesis ermasuk teori.
Hempel pun menyatakan bahwa teori itu abstrak, dan memfasiltasi kita untuk: memahami
pengalaman yang nyata serta observasi. Pengalaman dan observasi ini ditafsirkan oleh kita melalui
cermin yang ditawarkan oleh teori. Selain itu, teori dapat juga dimodifikasi melalui observasi.
Sementara itu, Janet Yerbi (1995) menyatakan bahwa teori sebagai cermin, yang mengikuti kita
uuncuk melihat sesuatu yang diabaikan oleh yang lain sehingga teori mengacu pada suatu cerita yang
dibangun untuk menjelaskan pandangannya tethadap realitas. Menurut Hempel, kita dapat melihac
clemen dati cerita ini sebagai sesuatu penjelasan yang memuaskan cethadap perilaku komunikasi
Lebih lanjuc, Yerby menyatakan bahwa teori, seperti sebuah cerita yang senantiasa berubah dan
melibackan informasi yang baru yang selalu. dimodifikasi sehingga teori tersebur akan sclalu
ditemukan kembali, dikembangkan, dan lebih difokuskan lagi.Memahami teori, lebih jauh juga akan berkenalan dengan apa yang disebue Metateori.
Paradigma atau pandangan penelii akan membentuk dan mempengaruhi proses penelitian, karena
hal ini akan mempengaruhi pada bagaimana peneliti membangun teorinya. Manakala penelitian
akan membangun atau menciptakan teori, hal itu akan dipandu oleh metateori yaitu ceori tentang
cori,
‘Metateori betkaitan dengan metateori tradisional yang terdiri dati tiga pendekatan, yaitus (1)
Covering laws approach; (2) Rules approach; dan (3) System approach. Covering laws approach
merupakan kerangka kerja metateori yang menyatakan bahwa teori harus mengikuti format “jike-
‘maka’ dan hatus bersifat wniversal, Pendekatan ini mencari penjelasan atas sesuatu yang, terjadi di
dunia nyata dengan mengacu pada hukum+hukum yang bersifat umum. Sedangkan Rules approach
merupakan kerangka kerja metateori yang menyatakan bahwa teori harus mengikuti format sejumlah,
aturan yang berkaitan dengan konteks tertentu dan harus berkenaan dengan kemampuan yang
bervariasi tethadap lintas situasi, budaya dan wakeu. Terakhir, System approach merupakan suacu.
kerangka kerja teoretis yang menyatakan bahwa teori harus mengikuti format pemetaan yang
sistematis tethadap fenomena, memposisikan individu sebagai seseorang berkemauan bebas yang
kadang-kadang dibatasi oleh sistem, Beberapa hal yang berkaitan dengan sistem berpikir ini adalah
keutuhan, saling ketergantungan, subsistem, suprasistem, hirarki, keterbatasan/ keterbukaan,
kalibrasi/umpan balik, dan equifinaliry.
Teori pada akhirnya harus benarbenar difungsikan dalam lapangan penclitian, baik uneuk:
diujikan (dalam Penclitian kuancitatf), dijadikan landasan maupun hanya sekedar background of
Anowledge (latar pengetahuan) peneliti dalam penelitian kualitavié: Agar dapat memahami fungsi
teori secara umum, Griffin (2007) menyebutkan lima fungsi teori dan mengidentifikasi citi tori
yang bak,
Pertama, ori berfungsi mengorganisasikan dan menyimpulkan pengetahuan centang sesuatu
yang berarti, Teori akan menunjukkan bahwa dalam mengamati realitas komunikasi tidak boleh
melakukannya secara_sepotong-epotong. Mengamati_peristiwa komunikasi harus holistic.
Pengamatan realitas komunikasi akan menyesatkan dalam penempatan teori dan bisa jadi
memunculkan hoax. Kita perlu mengorganisasikan dan mensintesiskan hathal yang cerjadi dalam
keseluruhan peristiwa komunikasi atau jika pengamatan diarahkan pada sebuah kehidupan, maka
kita perlu mengorganisasikan dan menyimpulkan Kehidupan dunia ita dati _peristiwa
komunikasinya.
Fungsi kedua adalah menjelaskan. Maksudnya adalah bahwa teori harus mampu_membuat
suatu pénjelasan tentang hal yang diamatinya. Penjelasan ini tidak hanya berguna untuk memahami
pola-pola, hubungan-hubungan, tetapi juga uncuk menginterpretasikan _peristiwa-peristiwakomunikasi tertentu. Ketika pengamatan diarahkan pada bentuk bentuk komunikasi, maka teoti
harus mampu menjelaskan pola dari bentuk bentuk komunikasi cersebut, dan ceoripun harus
mampu menjelaskan hubungan antara unsur komunikasi yang membentuk peristiwa komunikasi
serta teori harus dapat memberikan dorongan untuk menginterpretasikan pola-pola dari peristiwa
komunikasi tersebut.
Fungsi ketiga adalah pengamatan, menunjukkan bahwa teori tidak saja menjelaskan tentang apa
yang sebaiknya diamati recapi juga memberikan petunjuk bagaimana cara mengamatinya. Oleh
karena itu, teori yang baik adalah teori yang berisikan konsep-konsep operasional. Melalui konsep-
konsep operasional akan didapat bagaimana cara_peneliti bidang komunikasi_memulai
pengamatannya cerhadap peristiwa komunikasi
Fungsi keempat adalah membuat prediksi. Meskipun kejadian yang diamati berlaku pada masa
lau, namun bérdasarkan data dan hasil pengamatan ini harus dibuac suatu perkiraan tentang
keadaan yang bakal terjadi apabila hathal yang digambarkan oleh teori juga tercerminkan dalam,
kehidupan di masa sekarang. Bidang komunikasi merupakan sebuah pengetahuan yang bisa jadi
tidak menggambarkan kejadian-kejadian temporer, namun dapat memprediksi suatu kejadian di
masa yang akan datang.
Fungsi kelima fangsi konttol, bersfat normacif. Hal ini dikarenakan bahwa asumsi-asumsi teori
dapat kemudian berkembang menjadi norma-norma atau nilai-nilai yang dipegang dalam kehidupan
scharichari. Dengan kata lain, cori dapat berfungsi sebagai sarana pengendali atau. pengontrol
tingkah laku kehidupan manusia, Fungsi ceori semacam ini dalam komunikasi dapat diidentifikasi
dengan munculnya aturan-aturan baku berkomunikasi, dan hal lain yang dapat menjadi. patokan
dalam dimensi erika komunikasi.
Sementara citi-citi teori yang baik, menurut Griffin adalah:
1. Memiliki Nilai Kegunaan; Prinsip yang digunalan oleh para ahli uncuk mengevaluasi ceori
adalah dilihae dari kegunaannya, Berkenaan dengan aspek ini maka cori komunikasi
hendaknya memiliki kegunaan yang sifatnya sepanjang wakeu, artinya mengena pada setiap
jaman.
2. Scope (Ruang Lingkup) ; Kriveria cakupan ini biasanya dimulai dalam pertanyaan "Apakah
ruang lingkup teori tersebur bersifac umum?” Ruang lingkup suatu teori adalah kesimpulan
perilaku atau proses komunikasi yang terurai secara handal centang berbagai fenomena
komunikasi yang jelas.
3. Parsimony ; Teori harus sedethana, teori harus menyederhanakan realitas yang sifaenya
abstrak kedalam konsep yang bisa dipahami secara jelas dan singkat. Komunikasi bisa jadi
berada dalam sebuah abstraksi, namun dari komunikai yang rumit, abstrak, dan_pelik,
seyogyanya dapat disederhanakan pemahamannya melalui cata berpikit teoretis.4, Heurism; Aksioma umum menyebutkan bahwa teori yang baik adalah teori yang mampu
merangsang penelitian. Teori yang diciptakan dapat merangsang timbulnya upaya-upaya
penelitian selanjutnya. Hal ini dapat terjadi apabila konsep-konsep dan penjelasan-penjelasan
teori cukup jelas dan operasional schingga dapat dijadikan pegangan bagi penelitian-
penelitian selanjutnya,
5. Falsitabiligy; Suacu paham atau pemikiran bahwa hasil pengamatan selalu akan bersfac fale
sebab realitas hanya sebagian kecil yang bisa diamaci. Hal ini dibutuhkan kesadaran penuh,
bahwa “tak ada gading yang tak retak”, artinya teori bukan sebuah kebenaran yang absolut,
namun akan mengalami dinamisasi
Penclitian kualitacif merupakan studi fenomenologi (dalam komunikasi) sebagai bagian dari
perspektif suatu fenomena komunikasi dalam kehidupan scharichari. Arahnya sangat jelas, seperti
halnya Max Weber dalam studi fenomenologinya memberikan asumsi tentang tindakan sosial,
demikian halnya dengan Alfied schultz melalui studi fenomenologinya mendapatkan gambaran
tentang bagaimana terbencuknya dunia keseharian manusia lewac kesadaran intersubjektif: Di sini
dapat ditarik satu jawaban, bahwa teori dalam penelitian komunikasi tidak harus dinyatakan dengan
nama teori itu, namun dapat didefinisikan pemahamannya untuk menghindari pengujian terhadap
teori yang menjadi landasan penelitiannya, Teori dalam penelitian kualitatif dapac digunakan sebagai
penguat argumen atau mendukung analisis peneliti terhadap objek penelitian.
Landasan teori seringkali dituliskan bersamaan dengan kajian penelitian sebelumnya. Kiranya
perlu diperhacikan bahvwa ada perbedaan antaraantara kajian penelitian sebelumaya (prior works,
literarure review) dan landasan ceori (theoretical basis, theoretical framework). Keduanya beririsan
tetapi berbeda. Keduanya sama-sama dijadikan acuan dalam melakukan penelitian, namun cara
menuliskannya berbeda.
Kembali pada landasan tcori, berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis yang sangat
sedikit, minimal ada dua hal yang perlu diperhatikan dan dua kesalahan terkaie yang perlu dihindati.
Pertama, ceori bisa beragam, menurut tingkat generalisasi (meta theory versus grand theory), menurut
keluasan cakupan Gubstantive vs formal vs mid-range theon) dan menurut ‘fangs!’ (menjelaskan,
memprediksi, dan seterusnya).
Dalam penelitian cori pun kadang digunakan secara ‘lengkap’ dan kadang hanya sebagian saja
dari sebuah teori. Tidak jarang, lebih dari sacu teori digabungkan untuk meningkatkan ‘daya jelas’
(Okhuysen & Bonardi, 2011). Apapun pilihannya, peneliti harus menuliskan bagian yang akan
digunakan dalam membingkai penelitian, baik dalam pengumpulan maupun analisis data Jika teori
terdiri dari a sampai 2, peneliti dapat menggabungkan dari beberapa teori, misalnya hanya
menggunakan bagian a, f,h. Dengan demikian, peneliti harus menuliskan hanya bagian a, f, dan h.dan terkesan ‘asal comot’.
Dengan demikian, bagian landasan teori tidak “neko-neki
Praktik neko-neko menuliskan landasan teori, atau asal “comot” dan “lebay” ini sering penulis
cemukan, Sebaiknya, plih eori yang relevan dan deskripsikan dengan detil. Dari pilihan tersebut,
seorang pencliti dapat memperkaya deskripsi ceoretis melalui beragam versi dan interpretasiatas teori
yang menjadi landasan penelitiannya.
Kedua, sebagaimana halnya melakukan literature review, seorang peneliti harus mengatur
penulisan bagian landasan teori dengan tidak berdasarkan teoretikus tetapi harus berdasarkan konsep
yang ditawarkan oleh para teoretikus. Hindari penulisan di setiap paragraph dengan “Menuruc A
”,“Menurut B ...", dan seterusnya (Webster & Watson, 2002). Gaya penulisan seperti itu sering
diemukan dan cata menuliskan demikian tidak efektif dan kurang mengena uncuk menunjukkan
landasan teoretis. Cara menuliskan yang baik dan benar adalah harus melakukan sintesis jika
memungkinkan, Misalnya, jika ada beragam pendapat atau 10 pendapat tcoretis, bisa
dikelompokkan menjadi dua atau lebih. Jika lebih dari sacu teori digunakan, pastikan dua-duanya
(acau lebih) mempunyai ‘kedekatan’ dan asumsi yang mendasarinya ‘kompatibel’ (Whetten, 1989).
Bagaimanapun, landasan teori yang dituliskan harus memberikan inspirasi terhadap penelitian
yang akan dilakukan, Kiat sederhana untuk memberikan landasan teori yang menginspirasi tersebut
dengan tidak menghentikan “membaca”, Misalnya, setelah membaca kemudian mendapackan
pengetahuan baru atau perluasan pengetahuan akan teori yang digunakan, berarti pada saat itu hasil
bacaan betul-betul menjadi pengetahuan tambahan dan menginspirasi. Jka seelah membaca, justru
terasa tidak ada apa-apa, tidak mendapatkan pencerahan, berarti bacaan tersebut tidak memiliki
inspira Membaca adalah jalan terbaik untuk mendapatkan landasan_teoretis yang akan
dipergunakan dalam sebuah penelitian. Apa yang dibaca biasanya memberikan pencerahan dan
menggiring peneliti untuk melakukan studi lanjut. Semakin ada greget apa yang dibaca dan seolah-
olah berteriak keras menemukan sesuatu maka teriakkan itu sesunggubnya sebuah inspirasi