Anda di halaman 1dari 5

Analisis Hot Isu

(diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi dan Psikologi Media oleh Dosen
Pengampu Ibu Rahmi Aini S.PSI., M.PSI)

Disusun Oleh:
Bevan Ghifarri A – 202050093
Naufal Akmal H – 202050221
Nenda Kurniawan D.Y – 202050223
M. Faris Firmansyah – 202050213
Trinalita Noerachman – 202050263

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
Tahun 2020
Kasus 1: Anji Manji Batal Manggung di Acara DCDC Kota Bandung

Teori Agenda Setting: Alasan kami memilih menggunakan teori tersebut tepat dengan kasus
yang kami pilih karena menggunakan media untuk mempengaruhi khalayak. Agenda Setting
adalah teori yang menyatakan bahwa media massa berlaku merupakan pusat penentuan
kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran
dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta
perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa.

Media bukan mempengaruhi pikiran masyarakat dengan memberitahu apa yang mereka
pikirkan dan apa saja ide atau nilai yang mereka miliki, namun memberi tahu hal dan isu apa
yang harus dipikirkan. Masyarakat luas cenderung menilai bahwa apa-apa yang disampaikan
melalui media massa adalah hal yang memang layak untuk dijadikan isu bersama dan
menjadi cakupan ranah publik.

Awalnya acara Djarum Coklat Dot Com (DCDC) ini untuk memberikan apresiasi bagi
petugas kebersihan di kota bandung dan DCDC sudah bekerjasama dengan Dinas
Lingkungan Hidup (DLH) sebelumnya. Kemudian acara ini sebetulnya adalah agenda halal
bihalal yang digelar di Balai Kota Bandung pada tanggan 16 Mei 2022.

Melalui Instagram Anji @duniamanji menjelaskan bahwa, acara DCDC yang sedianya
berlangsung di Taman Balai Kota Bandung pada akhir pekan kemarin, batal dilaksanakan.
Padahal, panggung sudah berdiri dan para artis sudah siap tampil. Satgas Covid-19 Kota
Bandung menyampaikan bahwa kegiatan tersebut batal dikarenakan tak mendapat izin
kegiatan di area terbuka. Pihak DCDC pun membantah tak memiliki izin kegiatan. Marketing
Manager Brand Communication PT Djarum Agus Danny Hartono mengatakan, tak mungkin
pihaknya menyelenggarakan sebuah acara tanpa izin dari pihak berwenang.

Anji pun membantah jika acara ini tak mungkin mendapatkan izin karena menurutnya,
beberapa minggu sebelumnya di tempat yang sama diadakan acara yang didatangi massa
banyak dan tidak terjadi apa-apa. Anji pun mengatakan, acara ini adalah acara apresiasi untuk
petugas kebersihan kota Bandung yang akan melaksanakan santunan juga yang bukan untuk
umum. Dan menurut Anji, bukan polisi yang tidak memberi izin tetapi ada pihak lain yang
entah apa alasannya.
Kemudian postingan Anji tersebut ditanggapi langsung melalui Instagram
@infokotabandung oleh ketua harian satgas covid-19 Kota Bandung, Asep Gufron
menanggapi terkait curhatan Anji Manji yang gagal manggung di acara DCDC menegaskan
bahwa acara musik tersebut tidak memiliki izin baik dari satgas covid-19 setempat, maupun
dari pihak kepolisian. Dan pihak satgas covid-19 setempat tau akan ada acara tersebut tetapi
ketika melakukan pengecekan, acara DCDC belum ada surat yang masuk ke Satgas Covid-
19. Dan ada salah satu masyarakat yang berkomentar, jangan membatasi kreatifitas di Kota
Bandung sedangkan, bioskop dan area wisata sudah bebas bahkan presiden Jokowi pun sudah
memperbolehkan kegiatan konser di tahun ini. Dari kejadian tersebut masyarakat
menganggap bahwa Kota Bandung tidak mengizinkan acara konser outdoor maupun indoor.

Fakta sebenarnya Fakta sebenarnya melalui akun Instagram @ussfeeds, pada postingan
tersebut bahwa memang konser sudah diizinkan oleh Sandiaga Uno selaku Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif setelah 2 tahun diberhentikan karena pandemi dan pada
statement tersebut Sandiaga meminta agar tetap mengikuti protokol kesehatan agar diizinkan
oleh pihak satgas covid-19 setempat. Menurut Asep Gufron mengatakan bahwa, Konser
musik outdoor di Kota Bandung belum diperbolehkan, hanya memperbolehkan konser indoor
yang tetap dibatasi agar menghindar dari kerumunan massa. Tetapi tetap harus mengantongi
izin keramaian dari kepolisian. Jika perizinan itu belum ditempuh, maka tetap saja gelaran
konser musik tak bisa dilaksanakan meski di dalam ruangan.
Kasus 2: Guru Pondok Pesantren yang Perdaya 12 Santriwati di Kota Bandung di
Hukum Mati
Teori Kultivasi: Alasan kami memilih menggunakan teori kultivasi karena teori tersebut
tepat dengan kasus yang kami pilih dan teori kultivasi menekankan pengaruh televisi yang
sangat kuat terhadap pembentukan persepsi publik.

Berita kekerasan memiliki kekuatan magnetik yang sangat besar bagi para pencari berita,
sehingga wartawan cenderung vulgar dalam pemberitaannya untuk sensasi dalam persaingan
pers di industri penyiaran berita. Pemberitaan tersebut mempengaruhi pola pikir perilaku dan
berfikir mereka tentang dunia nyata. Kehadirannya telah menyebabkan perubahan sosial,
perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku manusia. Semakin seringnya manusia
menyaksikan teyangan berita kekerasan, maka otak manusia selalu dipenuhi akan semua
informasi yang disampaikan melalui berita televisi tersebut.

Disajikan berita Kabar Petang Tv One menjelaskan adanya kasus pemerkosaan dengan
pelaku guru pondok pesantren yang perdaya 12 santriwati di Kota Bandung tepatnya di
Cibiru. Pada berita ini kamera memperlihatkan rumah dikawasan Cibiru Bandung yang
berkedok rumah Tahfiz dan narator menyebutkan rumah ini menjadi saksi bisu aksi bejat
seorang guru pesantren terhadap 12 santriwatinya. Lalu kamera menunjukan pintu rumah
yang sudah diberi tanda garis polisi secara berulang. Artinya, gambar tersebut bercerita
bahwa rumah itu sudah digerebek oleh beberapa polisi. Narator menyebutkan HW melakukan
aksi bejatnya diberbagai lokasi seperti, mulai dari bangunan yang dilabel pesantren,
apartemen, dan sejumlah hotel. Serta narator pun menyebutkan HW didakwa melanggar UU
Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman 20 tahun penjara.

Kemudian, pada berita ini kamera juga memperlihatkan kawasan Kejaksaan Tinggi Jawa
Barat, narator menyebutkan tindakan yang dilakukan oleh HW ada beberapa korban umur
belasan tahun telah melahirkan diluar ikatan menikah atau unsur pemaksaan, dan
mewawancarai seorang Kepala kejaksaan Tinggi Jabar yang menjelaskan awal mula HW
melakukan aksi bejat tersebut dan menjelaskan hukuman HW yaitu, pasal berlapis dengan
Pasal 81 ayat (1), ayat (3) Dan (5) jo Pasal 76.D UU R.I Nomor 17 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak jo Pasal
65 ayat (1) KUHP sebagaimana dakwaan pertama.

Serta memberikan hukuman kebiri kimia dengan menentukan aspirasi korban untuk
kehidupan kedepannya mendatang. Kepala kejaksaan Tinggi Jabar pun memberikan pesan
kepada masyarakat umum agar jangan mudah terbujuk oleh rayuan janji-janji yang mungkin
bisa jadi berkedok kejahatan, serta gubernur Jawa Barat, Ridwan kamil pun meminta HW
dihukum seberat-beratnya.

Dalam perspektif Kultivasi, adegan yang terjadi dalam berita ini menggambarkan dunia
pondok pesantren sebenarnya. Bahwa tidak semua oknum guru berkedok keagamaan ini
menjalankan kegiatan sesuai profesinya melainkan berita tersebut menggambarkan dunia
pesantren itu kejam. Para pecandu berat televisi memandang semua pondok pesantren itu
buruk tetapi para pecandu ringan televisi memandang tidak semua pondok pesantren itu
buruk.

Anda mungkin juga menyukai