Anda di halaman 1dari 2

ANALISA PRINSIP PERSATUAN DALAM KEBERAGAMAN SUKU

Konflik berbau agama paling tragis meletup pada tahun 1999 silam. Konflik dan
pertikaian yang melanda masyarakat Ambon-Lease sejak Januari 1999, telah
berkembang menjadi aksi kekerasan brutal yang merenggut ribuan jiwa dan
menghancurkan semua tatanan kehidupan bermasyarakat.

Konflik tersebut kemudian meluas dan menjadi kerusuhan hebat antara umat Islam dan
Kristen yang berujung pada banyaknya orang meregang nyawa. Kedua kubu berbeda
agama ini saling serang dan bakar membakar bangunan serta sarana ibadah.

Saat itu, ABRI dianggap gagal menangani konflik dan merebak isu bahwa situasi itu
sengaja dibiarkan berlanjut untuk mengalihkan isu-isu besar lainnya. Kerusuhan yang
merusak tatanan kerukunan antar umat beragama di Ambon itu berlangsung cukup
lama sehingga menjadi isu sensitif hingga saat ini.

Tragedi Sampit adalah konflik berdarah antar suku yang paling membekas dan bikin
geger bangsa Indonesia pada tahun 2001 silam. Konflik yang melibatkan suku Dayak
dengan orang Madura ini dipicu banyak faktor, di antaranya kasus orang Dayak yang
didiuga tewas dibunuh warga Madura hingga kasus pemerkosaan gadis Dayak.

Warga Madura sebagai pendatang di sana dianggap gagal beradaptasi dengan orang
Dayak selaku tuan rumah. Akibat bentrok dua suku ini ratusan orang dikabarkan
meninggal dunia. Bahkan banyak di antaranya mengalami pemenggalan kepala oleh
suku Dayak yang kalap dengan ulah warga Madura saat itu. Pemenggalan kepala itu
terpaksa dilakukan oleh suku Dayak demi memertahankan wilayah mereka yang waktu
itu mulai dikuasai warga Madura.

upaya untk mencegah konflik yg bersifat sara yaitu

 berdoa pada tuhan yg maha kuasa


 jangan memaksakan kehendak pada orang lain
 jangan menghakimi dan berpikiran negatif tentang suku, agama, ras dan golongan
yg berbeda
 jangan memanggil orang lain dengan julukan berdasarkan sara
 mengendalikan emosi

Tokoh yang berperan dalam penyelesaian konflik sara

Mereka adalah Budiman Maliki yang jadi saksi mata konflik di Poso, Joseph Matheus
Rudolf Fofid di daerah konflik Ambon, dan Institute Mosintuwu yang diwakili oleh Asni
yang terlibat dalam konflik Poso.

Mereka bergiat dalam perdamaian konflik di Ambon dan Poso dalam proses rehabilitasi
masa konflik. Mereka menjembatani konflik agama dan membuktikan perbedaan bukan
masalah dan bisa menjadi bagian dari bangsa yang beradab," ujar Direktur Eksekutif
Maarif Institute, Fajar Riza Ul Haq dalam konferensi pers di Jakarta,

Fajar menganggap ketiganya mengangkat nilai-nilai pluralisme dan berkaitan dengan


gender yang kerap memicu konflik di daerah. Apa yang mereka lakukan, kata dia, telah
membuat suatu gebrakan sehingga terbebas dari konflik tersebut. Dalam kesempatan
tersebut, Budiman merasa awalnya khawatir apa yang dia lakukan tak diterima di
masyarakat.

Ia membantu para korban konflik dengan mendirikan posko untuk menampung para
korban. Bahkan, ia merelakan sebagian pendapatannya untuk membiayai rehabilitasi
korban.

Sementara Rudolf yang pernah menjadi wartawan konflik di sana mengisahkan


banyaknya pemberitaan di media luar Ambon yang tidak sesuai dengan kondisi
sesungguhnya. Pemberitaan semacam itu justru memicu konflik yang lebih besar di
Ambon.

Dari peristiwa tersebut bahwa kita bisa mengambil sikap untuk saling menghormati
antar umat beragama, antar sesama,meenghormati lelulur dan tidak gampang percaya
apa yang telah diucapkan orang lain tanpa ada buktinya.

Anda mungkin juga menyukai