Anda di halaman 1dari 157

FUNGSI MANAJEMEN DALAM PELAKSANAAN

AJARAN TAREKAT QADIRIYH WA NAQSABANDIYAH


DI KABUPATEN MESUJI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat


Mendapatkan Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung

Oleh :

AHMAD SYARIFUDIN ZUHRI

NPM :

1841030175

Jurusan : Manajemen Dakwah

FAKUKTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

1443/2022

i
FUNGSI MANAJEMEN DALAM PELAKSANAAN
AJARAN TAREKAT QADIRIYH WA NAQSABANDIYAH
DI KABUPATEN MESUJI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat


Mendapatkan Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung

Oleh :

AHMAD SYARIFUDIN ZUHRI


1841030175
Jurusan : Manajemen Dakwah

Pembimbing I : Badaruddin,M.Ag

Pembimbing II : Rouf Tamim,M.Pd.I

FAKUKTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

1443/2022

ii
ABSTRAK
Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah adalah suatu Tarekat
yang diambil dari nama pendirinya yaitu Muhammad bin Muhammad
Baha‟ al-Din al-Uwais al-Bukhari Naqsabandi, dalam ajarannya
Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah megajarkan tentang dzikir,
suluk, dan muraqabah. Adapun yang menjadi rumusan maslaah pada
penelitian ini yaitu : 1) Bagaimana Pelaksanaan Ajaran Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah di Kecamatan Rawajitu Utara?, 2)
Bagaimana Fungsi Manajemen Pelaksanaan Ajaran tarekat Qadiriyah
Wa Naqsabandiyah di Kecamatan Rawajitu Utara Kabupaten Mesuji?.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan
(field research), kemudian sifat penelitian ini adalah penelitian
kualitatif deskriptif. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah
data primer dan skunder dengan jumlah subjek atau informan yaitu
berjumlah 6 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Analisis data dilakukan dengan analisis miles dan huberman.
Temuan yang peneliti dapatkan dalam penelitian ini adalah
bahwa dalam pelaksanaan ajaran Tarekat Qadiriyah Wa
naqsabandiyah di Kecamatan Rawajitu Utara Kabupaten Mesuji
dilaksanakan pada setiap seminggu 2 kali yaitu pada malan selasa
ba‟da Maghrib dan setelah shalat jum‟at, setiap sebulan sekali pada
tanggal 11 jawa yang biasa disebut dengan sewelasan, dan setiap
setahun sekali yang diadakan di Purwosari Padang Ratu Kabupaten
Lampung Tengah atau biasa disebut dengan Khaul. Dalam ajarannya,
Tarekat Qadiriyah mengajarkan tentang dzikir, suluk dan tauhid.
Kemudian Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah di Kecamatan
Rawajitu Utara telah menerapkan fungsi manajemen pelaksanaan yang
terdiri dari : 1) Perilaku Manusia (Human Behavior), dimana sebelum
memberikan pengajaran kepada para jama‟ah yang sudah menjadi
anggota atau sudah di bai‟at para badal Tarekat mengetahui terlebih
dahulu tentang perilaki atau karakteristik para jama‟ah sehingga para
badal Tarekat akan lebih mudah dalam meberikan pengajaran kepada
para jama‟ah. 2) Komunikasi, telah di terapkan dengan baik hal ini
dapat dibuktikan dengan adanya komunikasi antara badal dan para
jama‟ah, dalam berkomunikasi menggunakan nada yang lembut dan
bahasa yang sopan. 3) Pemberian Perintah, perintah sering di berikan
oleh para badal Tarekat untuk para jama‟ahnya dalam hal mempelajari
iii
ajaran-ajaran yang ada di Terakat. 4) Motivasi, Motivasi selalu
diberikan oleh badal Tarekat jepada para jama‟ahnya, hal ini bertujuan
untuk memberikan semangat kepada para jama‟ah dalam menjalankan
ajaran-ajaran dan mempelajari ajaran-ajaran yang ada di Tarekat. Dari
temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam manajemen
pelaksanaan Ajaran Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Kecamatan
Rawajitu Utara bisa dikatan belum berjalan dengan maksimal, hal ini
dibuktikan dengan adanya beberapa jama‟ah yang masih
mementingkan duniawi daripada mengikuti kegiatan-kegiatan yang
ada di Tarekat tersebut.

Kata Kunci : Fungsi Manajemen Palaksanaan, Tarekat Qadiriyah


Wa Naqsabandiyah

iv
ABSTRACT
The Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Order is a Order taken
from the name of its founder, namely Muhammad bin Muhammad
Baha' al-Din al-Uwais al-Bukhari Naqsabandi, in his teachings the
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Order teaches about dhikr, mysticism,
and muraqabah. As for the formulation of the problems in this study,
namely: 1) How is the Implementation of the Teachings of the
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Order in Rawajitu Utara District?, 2)
What is the Management Function for the Implementation of the
Teachings of the Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Order in North
Rawajitu District, Mesuji Regency?
The type of research used is field research, then the nature of
this research is descriptive qualitative research. The data sources in
this study were primary and secondary data with a total of 6 subjects
or informants. Data collection techniques in this study are using
interview techniques, observation, and documentation. Data analysis
was performed by Miles and Huberman analysis.
The findings that the researchers got in this study were that in
the implementation of the teachings of the Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah Order in Rawajitu Utara District, Mesuji Regency, it
is carried out twice a week, namely on Tuesday evening, Ba'da
Maghrib and after Friday prayers, once a month on the 11th of Java.
which is usually called sewelasan, and once a year which is held in
Purwosari Padang Ratu, Central Lampung Regency or commonly
called Khaul. In its teachings, the Qadiriyah Order teaches about
dhikr, mysticism and monotheism. Then the Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah Congregation in North Rawajitu District has
implemented an implementation management function which consists
of: 1) Human Behavior, where before giving teaching to
congregations who are already members or have already been sworn
in, the Tarekat's badals know in advance about the behavior or
characteristics of the jama'ah so that it will be easier for the
congregation's abbots to teach the congregation. 2) Communication
has been implemented properly, this can be proven by the existence of
communication between the badal and the congregation, in
communicating using a soft tone and polite language. 3) Giving
Orders, orders are often given by the Badal of the Order to their
congregations in terms of studying the teachings in the Terakat. 4)
v
Motivation, motivation is always given by the congregational badal
congregation, this aims to give enthusiasm to the congregation in
carrying out the teachings and learning the teachings in the
congregation. From the findings of this study, it can be concluded that
the management of the implementation of the Teachings of the
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Order, Rawajitu Utara District, has
not been running optimally, this is evidenced by the presence of some
congregations who are still concerned with the world rather than
participating in the activities that exist in the Tarekat.

Keywords: Implementation Management Function, Qadiriyah Wa


Naqsabandiyah Order

vi
PERNYATAAN ORISINIALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ahmad Syarifudin Zuhri

NPM : 1841030175

Jurusan/Prodi : Manajemen Dakwah

Fakultas : Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa sripsi yang berjudul “Fungsi Manajemen Dalam


Pelaksanaan Ajaran Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah di
Kecamatan Rawajitu Utara Kabupaten Mesuji” adalah benar-
benar merupakan hasil karya penyusun sendiri, bukan publikasi
ataupun saduran dari karya orang lain kecuali pada bagian yang telag
dirujuk atau disebut dalam footnote atau daftar pustaka. Apabila dilain
waktu terbukti adanya penyimpangan dalam karya ini, maka tanggung
jawab sepenuhnya ada pada penyusun.

Demikian surat pernyataan ini saya buat agar dapat dimaklumi.

Bandar Lampung, Desember 2022

Penulis,

Ahmad Syarifudin Zuhri

1841030175

vii
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Fungsi Manajemen Dalam


Pelaksanaan Ajaran Tarekat
Qodiriyah Wa Naqsabandiyah di
Kabupaten Mesuji

Nama : Ahmad Syarifudin Zuhri


NPM : 1841030175
Jurusan : Manajemen Dakwah
Fakultas : Dakwah dan Ilmu Komunikasi

MENYETUJUI

Untuk Dimunaqosyahkan dan dipertahankan dalam Sidang


Munaqosyah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komuniasi UIN Raden Intan
Lampung

Pembimbing I, Pembimbing II,

Badarudin,M.Ag Rouf Tamim,M.Pd.I


NIP. 197508132000031001 NIP.

Ketua Jurusan,
Manajemen Dakwah

Dr. Yunidar Cut Mutia Yanti, M.Sos.I


NIP. 197010251990032001

viii
KEMENTERIAN AGAMA RI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Alamat : Jl. Letkol H. Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung 35131, Tlp. (0721) 703289 E-mail : fdikuinril@gmail.com

PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “ Fungsi Manajemen Dalam Pelaksanaan
Ajaran Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah di Kecamatan
Rawajitu Utara Kabupaten Mesuji” disusun oleh Ahmad
Syarifudin Zuhri, NPM. 1841030175 Program Studi Manajemen
Dakwah, Telah di Ujikan dalam sidang Munaqosyah di Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung pada Hari/Tanggal :
Tim Penguji

Ketua : Yunidar Cut Mutiya Yanti, M.Sos.I (......................................)

Sekertaris : Nasrul Efendi, M.Kom.I (......................................)

Penguji I : Dr. Hasan Mukmin,M.A (......................................)

Penguji II : Badaruddin,S.Ag.,M.Ag (......................................)

Penguji : Rouf Tamim,M.Pd.I (………………..……..)


Pendamping

Mengetahui,
Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Dr.Abdul Syukur,M.Ag
NIP. 196511011995031001

ix
MOTTO

ِ ‫ة ۚ فَأ َ ْيَْ ََب ت ُ َ٘ىُّ ْ٘ا فَث َ هٌ َٗجْ ُٔ ه‬


‫ّلِلا ۚ إِ هُ ه‬
َ‫آّلل‬ ُ ‫ّلِلاِ آ ْى ََش ِْش‬
ُ ‫ق َٗآاْ ٍَ ْغ ِش‬ ‫َٗ ِ ه‬
۵۱۱‫ع ِيي ٌٌ ۝‬ َ ‫س ٌع‬ ِ َٗ

“Dan Kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun


kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui”

(QS. Albaqarah [1] : 115)

x
PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, dengan penuh rasa syukur dan mengharap


ridho Allah SWT yang Maha Esa. Berkat segala rahmat, nimat, dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skrips ini. Serta
shalawat dan salam untuk Nabi Besar kekasih Allah, tauladan
sepanjang masa, Nabi Muhammad SAW serta keluarga, sahabat dan
pengiktya hingga akhir zaman. Dengan ini ku persembahkan karya
kecil ini kepada :
1. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda M. Faqih dan Ibunda
Kunti Nu‟mah yang telah membimbimngku, mendukungku,
mendo‟akanku, menyayangiku, dan memberikan yang terbaik,
yang tak mungkin bisa ku balas dengan apapun.
2. Teruntuk Kakak-Kakak ku Kholid Ahmad Sahlan,S.Pd.I,
Uswatun Khasanah, dan adik-adik ku tersayang, Robi‟atul
Fadhilah dan Ahmad Khoirul Mutaqin, terimakasih terus
berusaha menjadi adik-adik yang baik, yang selalu membantu
mensuport terus berjuang dik, jalan ini masih panjang, jadilah
anak yang sholehah nantinya, buat orang tua kita bangga,
bahagia dan terus bersyukur kepada Allah SWT karena
memiliki anak yang bisa membahagiakannya sampai surga
insyaAllah.
3. Untuk mu orang yang selama ini mensuport ku dan
membantuku dalam menyelesaikan skripsi ini Ici Oktaviani
Kuslia, yang selalu memberikan bantuan baik materi maupun
fisik, yang selalu menemaniku dalam suka dan duka, yang
selalu menguatkan dan mau mendengar setiap keluh kesah ku
dalam mencapai ini semua, jangan patah semangat, ingat jalan
kita masih panjang.
4. Untuk mu sahabatku yang tak bisa aku sebutkan satu persatu
terimakasih untuk suport kalian, kalian tidak hanya menjadi
sahabat, tapi kalian sudah menjadi bagian dari keluargaku.
5. Ketua Badal Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah yakni KH.
Mustofa dan seluruh jama‟ahnya, terimakasih yang telah
membantu dan menerima saya selama melakukan penelitian.

xi
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Telogo Rejo, Kecamatan Rawajitu Utara


Kabupaten Mesuji pada tanggal 02 Juni 1997, anak ketiga dari lima
bersaudara dari ayahanda Muhammad Faqih dan Ibunda Kunti
Nu‟mah. Pendidikan penulis berawal di Sekolah Dasar Negeri (SDN)
01 Rawajitu Utara pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2008,
Madrasah Stanawiyah Panggung Jaya pada tahun 2008, lulus pada
tahun 2011, Madrasah Aliyah 03 Tulungagung Jawa Timur pada tahun
2012, lulus pada tahun 2015. Setelah penulis menyelesaikan
pendidikan di Madrasah Aliyah 03 Tulungagung Jawa Timur penulis
tidak langsung melanjutkan ke jenjang berikutnya melainkan bekerja
selama 2 tahun, kemudin setelah 2 tahun bekerja, penulis
menlanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi yakni di UIN
Raden INtan Lampung Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi di
Jurusan Manajemen Dakwah (MD) pada tahun 2018 sampai sekarang.
Selama penulis di perguruan tinggi penulis mengikuti kegiatan yang
ada di kampus yaitu organisasi PMII rayon Dakwah dan Ilmu
Komunikasi dan Literasi Baca LampungNgopi.

Bandar Lampung, Desember 2022

Ahmad Syarifudin Zuhri


NPM. 1841030175

xii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta hidayahnya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Fungsi Manajemen Dalam
Pelaksanaan Ajaran Tarekat Qodiriyah Wa Kecamatan Rawajitu Utara
Kabupaten Mesuji”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada
junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat, dan
para pengikut beliau yang telah membawa petunjuk kebenaran kepada
seluruh umat manusia, yaitu agama Islam. Semoga kita mendapat
syafaat beliau di akhirat nanti. Penulisan skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelas Sarjana Sosial (S.Sos) S1
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung dan juga sebagai aplikasi dalam mengevaluasi
kapasitas ilmiah dari mahasiswa yang akan menyelesaikan studinya di
Uniersitas tersebut.
Suatu kebanggan tersendiri bagi penulis agar dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang sederhana ini. Penulis
menyadari bahwa keberhasilan penulisan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak yang telah membantu secara langsung maupun
tidak langsung. Penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan
kepada pihak-pihak yang telah memberikan kontribusinya kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Rasa terimakasih tersebut
penulis sampaika kepada :
1. Dr. Abdul Syukur,M.Ag, Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi.
2. Dr. H. Rosidi, M.A, Selaku Wakil Dekan II Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung yang telah
memberikan pengarahan serta bimbingan selama perkuliahan
3. Dr. Yunidar Cut Mutia Yanti,M.Sos.I, selaku Ketua Jurusan
Manajemen Dakwah.
4. Badaruddin,M.Ag, selaku Pembimbing I dan Rouf
Tamim,M.Pd.I, selaku Pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktunya dan sabar dalam membimbing penulis.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
(Khususnya Jurusan Manajemen Dakwah) yang telah
mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis

xiii
selama menuntut ilmu di Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Raden Intan Lampung.
6. KH. Mustofa, selaku Ketua Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah Kecamatan Rawajitu Utara Kabupaten
Mesuji.
7. Jama‟ah tarekat Qodiriyah Wa Naqsabandiyah kecamatan
Rawajitu Utara, yang telah membantu dan memberikan
kontribusinya kepada penulsi selama penluis melakukan
penelitian.
8. Sahabat, teman-teman, dan rekan-rekan yang telah memberi
bantuan, petunjuk, semangat, saran-sarann sehingga penulis
senantiasa mendapat informasi yang sangat berharga.
9. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu, yang
telah turut andil dalam membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas smua amal


kebaikan atas semua bantuan dan partisipasinya dari semua pihak
yang telah membantu penulis. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Penulis juga
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Amiin..

Bandar Lampung, Desember 2022

Penulis,

Ahmad Syarifudin Zuhri

1841030175

xiv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................ ii
ABSTRAK........................................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAN ORISINIALITAS ............................ vii
HALAM PERSETUJUAN.............................................................. viii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................... ix
MOTTO............................................................................................ x
PERSEMBAHAN ............................................................................ xi
RIWAYAT HIDUP ......................................................................... xii
KATA PENGANTAR ..................................................................... xiii
DAFTAR ISI .................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xviii
DAFTAR TABEL ............................................................................ xix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ................................................................... 1
B. Alasan Memilih Judul .......................................................... 3
C. Latar Belakang Masalah ....................................................... 4
D. Fokus dan Subfokus Penelitian ............................................ 8
E. Rumusan Masalah ................................................................ 8
F. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................. 8
G. Kajian Terdahulu Yang Relevan .......................................... 9
H. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian......................................... 12
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ................................. 13
3. Data dan Sumber Data............................................. 13
4. Teknik Pengumpulan Data ...................................... 16
5. Teknik Analisis Data ............................................... 18
xv
H. Sistematika Pembahasan ...................................................... 20
BAB II FUNGSI MANAJEMEN DALAM
PELAKSANAAN TAREKAT QODIRIYAH WA
NAQSABANDIYAH
A. Manajemen
1. Pengertian Manajemen ............................................ 13
2. Fungsi Manajemen .................................................. 17
3. Unsur-Unsur Manajemen ........................................ 25
B. Tarekat Qodiriyah Wa Naqsabandiyah
1. Pengertian Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah......................................................... 26
2. Sejarah Perkembangan Tarekat Qadiriyah wa
Naqsbandiyah .......................................................... 27
3. Silsilah Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah ........ 31
4. Ajaran dan Amalan tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah......................................................... 34
BAB III TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSABANDIYAH
DI KECAMATAN RAWAJITU UTARA
KABUPATEN MESUJI
A. Tarekat Qodiriyah Wa Naqsabandiyah Kecamatan
Rawajitu Utara
1. Sejarah berdiri TQN Rawajitu Utara ....................... 41
2. Program-Program tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah ....................................................... 41
3. Struktur Organisasi ................................................. 45
4. Jumlah Jama‟ah Tarekat Qodiriyah Wa
Naqsabandiyah
Rawajitu Utara......................................................... 44
B. Fungsi Manajemen Dalam Pelaksanaan Ajaran Tarekat
Qodiriyah Wa Naqsabandiyah Kecamatan Rawajitu
Utara Kabupaten Mesuji....................................................... 47

xvi
BAB IV FUNGSI MANAJEMEN DALAM PELAKSANAAN
AJARAN TAREKAT QADIRIYAHWA
NAQSABANDIYAH KECAMATAN RAWAJITU
UTARA KABUPATEN MESUJI
A. Pelakssanaan Ajaran Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah Kecamatan Rawajitu Utara ......................... 56
B. Fungsi Manajemen Pelaksanaan Ajaran Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Kecamatan Rawajitu
Utara ..................................................................................... 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................... 63
B. Saran ..................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Strujtur Organisasi Tarekat Kecamatan Rawajitu


Utara .................................................................................................. 44

xviii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fungsi Manajemen ............................................................ 17

Tabel 2.2 Silsilah Tarekat Qadiriyah ................................................. 30

Tabel 2.3 Silsilah Tarekat Naqsabandiyah ........................................ 31

Tabel 3.1 Jumlah Badal TQN Kecamatan rawajitu Utara ................. 44

Tabel 3.2 Jumlah Anggota TQN Kecamatan Rawajitu Utara ........... 45

xix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara .................................................... 69

Lampiran 2 Pedoman Observasi........................................................ 70

Lampiran 3 Pedoman Dokumentasi .................................................. 71

Lampiran 4 Daftar Nama Jama‟ah ................................................... 72

Lampiran 5 SK Judul Penelitian ........................................................ 73

Lampiran 6 Foto Kegiatan Tarekat Kecamatan Rawajitu Utara ....... 74

xx
BAB I

PENDUHULAN

A. Penegasan Judul
Untuk menghindari kesalahan judul dan kekeliruan dalam
memahami makna yang terkandung di dalam judul skripsi ini,
maka peneliti akan menegaskan beberapa kata yang terdapat
didalam skripsi ini sehingga menjadi jelas. Adapun judul skirpis
ini yaitu “Fungsi Manajemen dalam Pelaksanaan Ajaran Tarekat
Qadiriyah Wanaqsabandiyah di Kecamatan Rawajitu Utara
Kabupaten Mesuji”.
Fungsi Manajemen, menurut George R.Terry mangatakan
bahwa ada empat fungsi dalam manajemen antara lain : planning
(perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating
(pelaksanaan), dan controlling (pengawasan). Biasanya keempat
fungsi ini dikenal atau disingkat menjadi POAC.1
Dalam Al-Qur‟an, antara lain dikemukakan dalam QS.
At-Taubah [9] : 122 : “Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan diantara mereka. Beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka, dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepada-Nya supaya
mereka itu dapat menjaga diri”.2
James A.F. Stoner, mengemukakan bahwa yang
dimaksud dengan manajemen yaitu seni dalam mencapai tujuan
melalui orang lain.3 Pengertian ini mengandung arti bahwa untuk
mencapai tujuan dari organisasi melalui bantuan orang lain untuk
melaksanakan tugas yang mungkin diperlukan.

1
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen : Dasar Pengertian dan Masalah
(Jakarta: Bumi Aksara, 1986), h.21.
2
Julianyah Noor, Penelitian Ibnu Manajemen (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2013), h. 39.
3
Tuty Alawiyah, Manajemen Majelis Taklim (Petunjuk Praktis
Pengelolaan dan Pembentukannya (Jakarta: Media Intermasa, 2009), h. 49.
1
2

Fungsi manajemen merupakan serangkaian kegiatan


manajerial yang diawali dari sebuah perencanaan hingga
evaluasi, agar tercapainya tujuan dari sebuah organisasi.
Sehingga di setiap organisasi tentunya selalu menerapkan fungsi-
fungsi manajemen ini agar mencapai tujuan efektif dan efisien.4
Menurut peneliti terkait fungsi manajemen merupakan
suatu bentuk-bentuk dasar yang selalu ada dan melekat di dalam
berjalannya sebuah proses manajemen yang akan manajer atau
pemimpin dalam melaksanakan kegiatan tersebut dan akan
dijadikan sebagai bahan acuan untuk mencapai suatu tujuan. oleh
pemimpin.
Tarekat, yaitu suatu kata yang berasal dari bahasa Arab
(thariqah), yang berarti jalan, keadaan, aliran dalam garis
sesuatu. Jamil Shaliba mengatakan bahwa, secara harfiah kata
tarekat berarti jalan yang terang, lurus yang memungkinkan
sampai pada tujuan dengan selamat.5
Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah adalah merupakan
tarekat yang diambil dari mana pendirinya yaitu Muhammad bin
Muhammad Baha‟ al-Din al-Uwais al-Bukhari Naqsabandiyah.
Beliau dilahirkan di sebuah Desa berama Qashrul Arifah, kurang
lebih 4 mil dari Bukhara tempat lahir Imam Bukhari. Titik berat
amalan penganut Tarekat Naqsabandiyah adalah zikir, bagi
penganut Tarekat Naqsabandiyah zikir ini dilakukan dengan zikir
khafi (diam, tersembunyi) secara berkesinambungan, pada waktu
pagi, siang, sore, malam, duduk, berdiri, diwaktu sibuk dan
diwaktu senggang.6 Tarekat ini telah di ikuti oleh masyarakat
Kecamatan Rawajitu Utara dengan sebutan Tarekat Qadiriyah
Wa Naqsabandiyah.

4
Ibid, h. 10.
5
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 269.
6
Sri Mulyati, Tarekat-Tarekat Muktabaroh di Indonesia (Jakarta: Prenada
Media, 2004), h. 89.
3

Kecamatan Rawajitu Utara adalah salah satu Kecamatan


yang ada di Kabupaten Mesuji, awal nya Kecamatan Rawajitu
Utara masuk ke dalam Kabupaten Tulang Bawang kemudian
terjadi pemekaran wilayah yang terjadi pada tahun 2008 sehingga
Kecamatan Rawajitu Utara masuk ke dalam Kabupaten Mesuji.
Mayoritas masyarakat Kecamatan Rawajitu Utara adalah
beragama Islam sehingga penyebaran ajaran-ajaran Agama Islam
berkembang sangat pesat, salah satu ajaran yang ada di
Kecamatan Rawajitu Utara adalah Ajaran Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah yang mulai masuk di Kecamatan Rawajitu Utara
pada tahun 1990. Awal mula ajaran Tarekat masuk di Kecamatan
Rawajitu Utara hanya 3 orang yakni berasal dari Desa Panggung
Jaya dan Desa Rawapitu, kemudian semakin bertambahnya tahun
hingga pada tahun 2022 jama‟ah Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah Kecamatan Rawajitu Utara Kabupaten Mesuji
mencapai 500 jama‟ah ataua anggota.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa yang dimaksud judul skripsi ini adalah suatu
penelitian yang merupakan upaya untuk mengetahui Ajaran
Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah dalam mengubah perilaku
sosial jama‟ah, yang dilakukan oleh pengikut dalam kehdiupan
sehari-hari di Desa Telogo Rejo Kecamatan Rawajitu Utara
Kabupaten Mesuji.

B. Alasan Memilih Judul


Alasan penulis memilih judul skripsi ini adalah :
1. Terkat adalah jalan atau cara untuk mendekatkan diri
kepada Allah terutama pada Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah, yang dalam ajarannya menekankan
dzikir, dan suluk.
2. Dimana pada masa modern saat ini masyarakat semakin
jauh dari ajaranb agama yang mementingkan dunia
yang bersifat materialistis dan individualis, maka dari itu
4

perlun fungsi manajemen dalam pelaksanaan ajaran


Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah di Kecamatan
Rawajitu Utara Kabupaten Mesuji, yang dimana dapat
membentuk suatu perilaku jama‟ah yang berupaya selalu
mendekatkan diri kepada sang pencipta dan menjungjung
tinggi nilai-nilai kebersamaan (tolong menolong dan
gotong royong) dalam kehidupan sosial.

C. Latar Belakang Masalah


Masa Rasulullah SAW dan Khulafa Rasyidin, istilah
Tasawuf tidak pernah dikenal. Para pengikut beliau diberi nama
panggilan sahabat. Sementara itu, orang-orang muslim yang tidak
berjumpa dengan beliau diberi nama tabi‟in dan seterusnya
disebut tabi‟in. Istilah tasawuf baru dipakai pada abad II Hijriyah
oleh Abu Hasyim Al-Kufi (W.250H), dengan meletakkan Ash-
Shuf dibelakang namanya, meskipun sebelum ini telah ada ahli
yang mendahuluinya dalam hal zuhud, wara‟, tawakkal, dan
mahbbah.7
Menurut Syaikh Al-Hadad (seorang tokoh Tasawuf)
bahwa Tasawuf yaitu menghindarkan diri dari setiap moral yang
rendah dan melkukan setiap moral yang mulia. Sufi yaitu siapa
saja yang bersih hatinya dari kotoran dan hatinya penuh dengan
hikmah, serta merasa cukup dengan Allah daripada mahluk-
mahluknya, dan dengan sikap ini baginya nilai emas dan tanah.
Sahilun A.Nasir menyatakan bahwa tasawuf adalah ilmu yang
membahas tentang keadaan batin dari segi membersihkannya dari
selain Allah dan meninggalkan roh (jiwa) manusia ke alam kesian
dengan mengiklaskan pengabdian hanya karena Allah semata-
mata.8

7
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf (Jakarta: Amzah, 2012), h. 1-2.
8
Samsul Munir Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Tashawuf (Wonosobo:
Amzah, 2005), h. 245-247.
5

Dalam wacana Tasawuf, istilah Tarekat ini sampai abad


ke-11 M/5 H dipakai dengan pengertian jalan yang lurus yang
dipakai oleh setiap calon sufi untuk mencapa tujuannya, yaitu
berada sedekat mungkin dengan Allah atau dengan kata lain
berada di hadirat-Nya tanpa dibatasi oleh dinding atau hijab.9
Sedangkan ikhtiar untuk menempuh jalan tersebut disebut suluk,
dan orang yang bersuluk disebut salik.10
Tarekat merupakan suatu kesatuan dalam kegiatan
tasawuf yang mengembangkan sistem pendidikan yang dimana
persoalan batiniah merupakan kegiatan yang paling domain.
Tarekat biasa menjadi metode yang praktis untuk membimbing
seseorang mengikuti suatu cara berfikir dan bertindak. Adapun
tarekat yang berkembang di Desa Telogo Rejo yaitu Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah yang merupakan jalan untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Salah satu faktor penyebab
diterimanya Tarekat ini di Desa Telogo Rejo karena masyarakat
yang mayoritas menganut Nahdlatul Ulama yang menganggap
bahwa dzikrullah itu sangat penting.11 Masyarakat mudah
menerima tanpa ada penolakan, karena dalam ajaran Tarekat ini
banya amalan-amalan dzikir untuk lebih mendekatkan diri kepada
Allah, namun tidak semua masyarakat di Kecamatan Rawajitu
Utara mengikuti Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah ini.
Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah tidak hanya
mengajarkan kepada para jama‟ahnya tentang berdzikir aja
melainkan mengajarkan berbagai macam amalan-amalan yang
dapat mendekatkan diri kita kepada Allah, seperti shalat sunnah,
manaqiban, khataman, dan sebagainya. Amalan-amalan inilah

9
Ri‟san Rusli, Tasawuf dan Tarekat : Studi Pemikiran dan Pengalaman
(Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2013), h. 189.
10
Hamka, Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya, Cet. ke-18 (Jakarta:
Pustaka Panjimas, 1993), h.101.
11
Ky. Muhammad Faqih, Ketua Sekaligus Imam Jama‟ah Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Desa Telogo Rejo,Wawancara pada tanggal 6 Mei
2022 Pukul 16.00 WIB .
6

yang telah menjadi ruh ibadah bagi para jama‟ahnya. Bagaikan


pohon yang berbuah, buah itulah yang dapat kita ambil
manfaatnya dari pohon itu. Maksudnya ialah segala sesuatu
amalan pasti memiliki dasar, dan dasar dari amalan Tarekat ini
adalah ajaran dari gurunya atau yang biasa disebut sebagai
mursyid. Hampir semua Tarekat yang ada di dunia pastilah
menjadikan seorang guru atau mursyid sebagai kiblat mereka
dalam menjalankan amaliyahnya.
Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah bisa dikatakan
sebagai organisasi yang berada di masyarakat, karna di dalamnya
terdapat kepengurusan mulai dari ketua atau imam, sekertaris,
bendahara, dan lain sebagainya. Dalam berorganisasi, untuk
mempermudah pekerjaan atau mengembangkan organisasi
tentunya harus menggunakan manajemen yang baik agar dalam
menentukan atau melaksanakan kegiatan dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.
Manajemen secara etimologi berasal dari kata “to
manage” yang berarti mengatur, mengurus, atau mengelola.12
Menurut George R.Terry, manajemen adalah pencapaian tujuan
yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan
orang lain.13 Kemudian pengertian manajemen yang sering di
pakai dalam kegiatan organisasi yaitu pengertian manajemen
menuruut Clayton Reeser, manajemen adalah pemanfaatan
sumber daya fisik dan manusia melalui usaha yang terkoordinasi
dan diselesaikan dengan mengerjakan fngsi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.14
Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap
muslim agar dapat mengetahui hal-hal yang belum diketahui
12
Budi W.M. Anang Firmansah, Pengantar Manajemen (Yogyakarta: CV.
Budi Utama, 2018), h. 1.
13
M.Rezky Naim, Pengantar Manajemen (Jakarta: Penerbit QIara Media,
2019), h. 3.
14
Muhammad Rifa‟i, Dasar-Dsar Manajemen (Medan: Perdana Publishing,
2016), h. 16.
7

terutama dalam perkara ibadah. Karena dalam agama dijelaskan


“tuntutlah ilmu dari buaian sampai keliang lahat”, yang
dimaksud disini adalah, manusia diwajibkan menuntut ilmu dari
lahir sampai meninggal. Karena tanpa adanya ilmu manusia tidak
akan berarti, ilmu yang diajarkan Terkat adalah sebagai petunjuk
dalam melakukan suatu atau menjalankan ibadah yang agar tidak
sia-sia.15 Begitupun yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan
Rawajitu Utara yang ingin merasa dekat dengan Allah dengan
jalan yang benar maka mereka mengikuti dzikir bersama yang
biasa dilakukan setiap malam selasa dan hari jum‟at siang setelah
shalat Jum‟at yang bisa disebut dengan tawajjuhan, yang
diadakan oleh badal dan pengikut Tarekat di Kecamatan Rawajitu
Utara, namun dalam pelaksanaanya kegiatan tawajjuhan
dilaksanakan di masjid-masjid yang telah di tentukan.16
Terlepas dari hal diatas, berdasarkan hasil Pra-Penelitian
yang penulis lakukan diketahui bahwa ajaran Tarekat yang di
ajarkan di Kecamatan Rawajiu Utara yakni Tarekat Qadiriyah
Wa Naqsabandiyah yang di pimpin oleh KH. Mustofa, ajaran
yang ada di dalam tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah yaitu :
1. Mementingkan kasih sayang kepada sesama mahluk
ciptaan Allah SWT.
2. Rendah hati.
3. Menjauhi fanatisme keagamaan maupun politik.
4. Menekankan pada tauhid dan penyucian diri dari nafsu
duniawi.
5. Melalui taubat, zuhud, tawakal, syukur, dan jujur.17

15
Mahdi Saed Reziq Krezem, Studi Islam Praktis, Cet. Ke-1 (Jakarta:
Media Dakwah, 2001), h. 103.
16
Ky. Muhammad Faqih, Ketua Sekaligus Imam Jama‟ah Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Desa Telogo Rejo,Wawancara pada tanggal 6 Mei
2022.
17
Ibid.
8

Masyarakat Kecamatan Rawajitu Utara merupakan


masyarakat pendatang dari berbagai daerah yang mayoritas
masyarakatnya adalah bersuku jawa dan mayoritas beragama
Islam. Selain itu kegiatan sehari-hari yang dilakukan adalah
bertani padi. Karena mayoritas penduduknya adalah beragama
Islam, maka kegiatan keagamaan yang lebih menonjol adalah
kegiatan keagamaan yang berbau Islam. Hal ini di perkuat
dengan adanya masjid yang di bangun di setiap RT, namun ada
beberapa RT yang tidak memiliki Masjid atau Mushola.
Dari uaraian diatas bahwa, “Fungsi Manajemen dalam
Pelaksanaan Ajaran tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah di
Kabupaten Mesuji” menarik untuk dikaji karena banyak
masyarakat yang mengikuti tarekat tersebut khususnya kaum
orang tua, yang dimana ajarannya memiliki pengaruh yang besar
terhadap perubahan perilaku sosial jama‟ah.
D. Fokus dan Subfokus Penelitian
Fokus penelitian pada skripsi ini yaitu bagaimana fungsi
manajemen dalam pelaksanaan ajaran tarekat qadiriyah wa
naqsabandiyah di Kecamatan Rawajitu Utara Kabupaten Mesuji.
Sedangkan subfokus penelitian yaitu fungsi pelaksanaan yang
terdiri dari Perilaku Manusia (Human Behavior), Pemberian
Motivasi (Motivation ), Pemberian Perintah (Commanding), dan
Komunikasi (Communication)
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, maka
peneliti mengemukakan fokus permsalahan skripsi ini yaitu :
Bagaimana Fungsi Manajemen Dalam Pelaksanaan Ajaran
Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah di Kecamatan Rawajitu
Utara Kabupaten Mesuji ?
F. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian pada umumnya dimaksudkan untuk
menemukan, menguji, mengungkap atau
9

mengembangkan kebenaran dari suatu pengetahuan.


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : Fungsi
Manajemen Pelaksanaan yang mencangkup tentang
Perilaku Manusia (Human Behavior), Pemberian
Motivasi (Motivation ), Kepemimpinan (Leadership),
Komunikasi (Kommunication) di Desa Telogo Rejo
Kecamatan Rawajitu Utara Kabupaten Mesuji.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
a. Masyarakat, Mahasiswa, serta menambah
pengetahuan tentang ajaran Tarekat Qadiriyah
Wa Naqsabandiyah dan dapat memberikan
pemahaman terhadap jama‟ah untuk menerapkan
nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari
melalui ajaran Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah.
b. Menjadi masukan bagi ilmu pengetahuan yang
ada di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
khususnya untuk jurusan Manajemen Dakwah.
c. Memberi wawasan baru bagi mahasiswa tentang
Manajemen Pelaksanaan ajaran Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah dan
perkembangan di Kecamatan rawajitu Utara
kabupaten Mesuji.
G. Kajian Terdahulu Yang Relevan
Kajian terdahulu yang relevan atau sering disebut dengan
tinjauan pustaka yaitu mengemukakan teori-teori atau penelitian
terdahulu dengan masalah-masalah yang sedang diteliti atau
kajian tentang ada atau tidaknya studi, buku, atau makalah yang
sama atau mirip dengan judul permasalah yang penulis susun.
Sejauh pengetahuan peneliti, terdapat beberapa karya
ilmiah yang memiliki tema serupa yaitu tentang Tarekat,
diantaranya sebagai berikut :
10

1. Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Muklish, NIM.


10231303, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Purwokerjo, Program Studi Bimbingan Konseling Islam.
Dengan judul “Peran Ajaran Tarekat Qodiriyah Wa
Naqsabandiyah Dalam Peningkatan Emotional Spiritual
Quotient Santri Di Pondok Pesantren Nurul Barokah
Desa Beji Kecamatan Bojongsari Kabupaten
Purbalingga”. Dalam skripsi tersebut yang menjadi obejk
kajiaanya adalah peran TQN di dalam Meningkatkan
ESQ para santri Pondok Pesantren Nurul Barokah Desa
Beji.18 Hasil dari skripsi tersebut adalah peningkatan
ESQ melalui pengamalan dzikir yang dilakukan secara
kontinyu (istiqomah). Persamaan dengan penelitian yang
penulis lakukan adalah sama-sama meneliti tentang
Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah. Sedangkan
perbedaannya adalah jika penulis adalah tentang Fungsi
manajemennya dan perubahan perilaku sosial jama‟ah,
sedangkan penelitian dari Abdul Muklis itu sendiri
tentang perab tarekat dalam Peningkatan ESQ.
2. Hasil Disertasi Saifuddin Zuhri pada tahun 2011 yang
telah di terbitkan dalam bentuk buku yang berjudul
“Tarekat Syadziliyah : Dalam Perspektif Perilaku
Perubahan Sosial”. Fokus penelitian Saifuddin Zuhri ini
menekankan bahwa mengikuti Tarekat tidak hanya akan
membuat seseorang menjadi manusia yang shaleh dengan
mengamalkan berbagai ajaran Tarekat tetapi
keikutsertaan dalam Tarekat juga membawa implikasi
pada terjadinya perubahan sosial.19 Persamaan dengan

18
Abdul Muklis, “Peran Ajaran Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah
(TQN) Dalam Peningkatan (ESQ) Emotional Spiritual Quontient Santri Di Pondok
Pesantren Nurul Barokah Desa Beji" (Skripsi, Purwokerto, STAIN Purwokerto,
2014), h.6.
19
Saifuddin Zuhri, Tarekat Syadziliyah : Dalam Perspektif Perilaku
Perubahan Sosial (Yogyakarta: TERAS, 2011), h. 1-10.
11

penelitian yang penulis lakukan adalah sama-sama


meneliti tentang Tarekat sebagai salah satu faktor dalam
perubahan prilaku sosial. Sedngkan perbedaanya adalah
fokus kajiaanya, bila disertasi ini Dr. Saifuddin Zuhri
meneliti tentang Tarekat Syadziliyah, sedangkan penulis
tentang Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah.
3. Penelitian yang di tulis oleh Haerati (B53215045),
Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam Jurusan
dakwah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2019.
Dengan judul “Analisis tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah Terhadap Regulasi Emosi Santriwati di
Pondok Pesantren Assalafi Al-Fitrah Surabaya”. Fokus
penelitian pada penelitian ini adalah bagaimana tarekat
qadiriyah wa naqsyabandiyah berpengaruh terhadap
regulasi emosi santriwati Pondok pesantren Al-fithrah
Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
santriwati yang melakukan amalan tarekat qadiriyah wa
naqsyabandiyah dengan sungguh-sungguh tanpa
keterpaksaan, didukung oleh karakter dan lingkungan
rumah yang baik serta mengikuti tahap Tarekat dengan
sebenar-benarnya akan berdampak baik pada regulasi
emosi. Adapun persamaan penelitian terdahulu dengan
penelitian terdahulu dengan penelitian penulis yaitu
sama-sama meneliti tentang tema Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah. Adapun perbedaan penelitian terdahulu
dengan penelitian penulis yaitu terletak pada tempat
penelitian dan objek penelitian.
H. Metode Penelitian
Setiap penelitian bertujuan untuk mengetahui dan
ingin memahami terhadap suatu permasalahan tersebut dapat
diteliti dan dikembangkan. Maka perlu bagi seseorang peneliti
menggunakan metode yang tepat dalam melaksanakan
12

penelitiannya. Hal ini dimaksudkan agar penelitian yang


dilakukan dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang
maksimal sebagaimana yang diharapkan sehingga hasilnya
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.20
Beberapa hal yang perlu dijelaskan yang berkaitan
dengan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu sebagai berikut :
1. Jenis dan Sifat Penelitian
a. Jenis Penelitian
Dilihat dari tempat penelitian, jenis
penelitian ini adalah penelitian lapangan
(Field Researzh), yaitu meneliti fakta-fakta
yang ada di lapangan, karena data yang
dianggap utama adalah data yang diperoleh
dari hasil wawancara dan observasi di
lapangan, sedangkan literatur yang berkaitan
dengan penelitian ini hanya merupakan
pelengkap dari data yang sudah ada.21 Dalam
hal ini penulis menjadikan Kecamatan
Rawajitu Utara Kabupaten Mesuji sebagai
objek penelitian.
b. Sifat Penelitian
Dilihat dari sifatnya penelitian ini
bersifat deskriptif. Menurut Kartini Kartono
penelitian deskriptif adalah penelitian yang
hanya melukiskan, mamaparkan, menuliskan
dan melaporkan suatu keadaan, suatu objek
atau suatu peristiwa tanpa menarik suatu

20
Suharsini Arkunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1993), h. 118.
21
Abu Achmadi Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT.Bumi
Aksara, 2010), h. 46.
13

kesimpulan umum. 22 secara sederhana dapat


dikatakan bahwa penelitian ini bersifat
eksploratif riset yang mengklarifikasi data
yang bersifat kualitatif.
Menurut Eva Rufaida penelitian
deskriptif bertujuan menggambarkan secara
tepat sifat-sifat individu, keadaan, gelaja atau
kelompok tertentu untuk menentukan
frekuensi adanya hubngan tertentu antara
suatu gejala dengan gejala dalam masyarakat.
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian
Sasaran pana penelitian ini adalah anggota
atau jama‟ah Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah
Kecamatan Rawajitu Utara. Lokasi penelitian
merupakan tempat di mana penelitian berlangsung
guna mengumpulkan data penelitian. Lokasi yang di
gunakan sebagai objek penelitian ini yaitu di
Kecamatan rawajitu Utara Kabupaten Mesuji.
3. Data dan Sumber data
Data sebagai bahan keterangan tentang
kejadian atau fakta yang dirumuskan dalam
sekelompok lambang tertentu yang tidak acak yang
menunjukkan jumlah, tindakan, atau hal. Data dapat
berupa catatan-catatab dalam kertas, buku, atau
tersimpan sebagai file dalam basis data.23
Sumber data dalam penelitian merupakan
salah satu bagian penting dalam penelitian ini. Dalam
rangka pengambilan sampel penelitian diakukan
dengan sangar selektif, tentu dengan berbagai

22
Kartini Kartono, Metodologi Riset Sosial (Bandung: Mandar Maju, 1990),
h. 87.
23
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja
Rosadakarya, 2014), h. 4.
14

pertimbangan berdasarkan konsep teori yang dipakai


dalam penelitian ini, maka jenis data yang digunakan
oleh penulis dalam penelitian ini terdiri atas :
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang
diperoleh secara langsung dari sumber asli
atau pihak pertama. Dari sumber pertama
dengan prosedur teknik pengambilan data
berupa wawancara dan observasi yang
dirancang dengan tujuan tujuan dari
penelitian tersebut. Dalam hal in penelitian
memperoleh data atau informasi langsung
dengan menggunakan instrumen-instrumen
yang telah ditetapkan sebagai populasi dan
sampel. Data primer dianggap lebih akurat
karena data ini disajikan secara terperinci.
Data primer ini secara khusus dikumpulkan
oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan riset
atau penelitian. Data primer dapat berupa
pendapat subjek riset (orang) baik secara
individu maupun kelompok, kejadian atau
kegiatan dan hasil penguji. Data-data yang
diperoleh dalam penelitian ini didapatkan dari
hasil wawancara dengan informan yaitu
Ketua atau mursyid Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah Kecamatan Rawajitu Utara,
Jama‟ah tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah, dan pihak lainya yang terkait.
Adapun yang menjadi sumber data
primer dalam penelitian ini adalah seluruh
pengurus organisasi Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah berjumlah 6 pengurus, serta
para jama‟ah Tarekat nerjumlah 500 jama‟ah.
15

Dalam penelitian ini menggunakan purposive


sampling yaitu teknik sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar,
dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu,
maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu.24
Dalam penelitian ini tidak semua
populasi dijadikan sampel, penentuan sampel
dalam penelitian ini menggunakan teknik Non
Random Sampling yaitu pemberian peluang
sebagai populasi untuk ditentukan menjadi
sebuah sampel. Untuk lebih jelasnya, jenis
Non Random Sampling yaitu memilih
sekelompok subjek yang didasari atas ciri-ciri
atau sifat-sifat tertentu yang dipandang
mempunyai sangkut paut yang erat dengan
ciri-ciri atau sifat-sifat populasiyang sudah
diketahui sebelumnya.
Jadi penulis tidak mengambil sampel
berdasarkan jumlah populasi, melaikan
dengan metode purposive tersebut. Sehingga
penulis hanya mengambil sampel beberapa
orang saja yang dianggap mewakili. Adapun
yang menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah sebanyak 8 orang, diantaranya adalah :
1) Pimpinan Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah 1 (Satu)

24
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan dengan Pendekatan Kuantitaif,
Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 81.
16

2) Pengurus Tarekat Qadiriyah Wa


Naqsabandiyah 2 (dua)
3) Jama‟ah Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah 5 (lima)
b. Data Skunder
Data skunder adalah data yang
diperoleh dari sumber yang tidak langsung,
biasanya berupa data dkomunetasi, buku-
buku, jurnal, dan arsip-arsip lainya yang
dapat mendukung proses penelitian yang akan
dilakukan. Data skunder dalam penelitian ini
didapatkan dari sekertaris Tarekat Qadiriyah
Wa Naqsabandiyah, internet, dan dari pihak
lainya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan
data yang akurat maka peneliti menggunakan
beberapa teknik, untuk menunjang data tentang bahan
ajar yang baik untuk digunakan dalam proses
pelaksanaan kegiatan. Adapun teknik pengumpulan
data yang digunakan yaitu :
a. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab sehingga dapat
dikonstruksikan makna daam satu topik
tertentu. Wawancara bertujuan untuk
memperoleh informasi langsung dan
informan tentang apa yang diteliti dan
dipecahkan. Pedoman wawancara digunakan
untuk mengingatkan atau mempermudah
interview mengenai aspek-aspek apa saja
17

yang harus di bahas, juga menjadi daftar


pengecek.
Dalam penelitian ini, wawancara
yang digunakan penulis adalah wawancara
terstruktur. Wawancara terstruktur adalah
seorang pewancara atau peneliti telah
menentukan format masalah yang akan
diwawancarai, berdasarkan masalah yang
akan diteliti.25 Diantara pedoman wawancara
yang digunakan adalah alat perekam, catatan,
pilpen serta alat tulis yang diperlukan.26
Dalam metode wawancara yang
dilakukan oleh peneliti, peneliti
mewawancarai beberapa pihak yang terkait
untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan seperti : Ketua badal Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Kecamatan
Rawajitu Utara dan wakil badal Tarekat, serta
Jama‟ah Tarekat.
b. Observasi
Selain dengan wawancara, peneliti
juga melakukan observasi. Observasi adalah
pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti
baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan melibatkan semua indera
(penglihatan, pandangan, pendengaran) untuk
memperoleh data yang harus dikumpulkan

25
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial : Kuantitatif dan
Kualitatif,(Jakarta : Gaung Persada Press, 2008), h. 217
26
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendektan Kuantitatif,
Kualitatif, daan R&D (Bandung: Alfabeta, 2018), h. 140.
18

dalam penelitian.27 Metode observasi juga


merupakan metode pengumpulan yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian
melalui pengamatan dan pengindraan.
Observasi yang akan dilakukan adalah
observasi terhadap subjek, perilaku subjek,
interaksi subjek dan hal-hal yang dianggap
relevan sehingga dapat memberikan data
tambahan terhadap hasil wawancara.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik
pengumpulan data dengan menggunakan
dokumen atau tulisan yang relevan untuk
menyusun konsep penelitian serta
mengungkap obyek penelitian. Dokumentasi
juga merupakan data yang disimpan dan bisa
dikasji ulang bila perlu. Dokumentasi juga
diperlukan untuk mendukung kelengkapan
data yang lain. Dokumentasi bisa berupa
tulisan, gambar, atau karya-karya dan
sebagainya.28
5. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah proses secara
sistematis mencari dan mengolah berbagai data yang
bersumber dari wawancara, observasi, dan
dokumentasi untuk menghasilkan suatu laporan
temuan penelitian.29

27
Hermansyah Sembiring,"Sistem Informasi Jumlah Angkatan Kerja
Menggunakan Visual Basic Pada Badan Pusat Stasistik (BPS)Kabupaten Langkat," h.
33.
28
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendektan Kuantitatif,
Kualitatif, daan R&D, h. 329.
29
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 248.
19

Data yang telah diperoleh diteliti kembali


apakah data tersebut telah benar dan cukup baik untuk
diproses. Langkah selanjutnya yaitu apabila
dipandang telah cukup untuk diproses, maka jawaban
tersebut diklarifikasikan lalu di analisis dan dalam
menganalisa data ini dianalisa deskriptif kualitatif,
analisa deskriptif digunakan untuk menggambarkan
dengan lebih teliti ciri-ciri individu, situasi atau
kelompok dan untuk menentukan frekuensi terjadinya
sesuatu atau hubungan sesuatu dengan sesuat yang
lain.30
Analisis data dalam penelitian kualitatif ini
penulis menggunakan analisis data penelitian
kualitatif dapat dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Reduksi data
Yaitu proses pengumpulan dan
penelitian. Reduksi data merupakan proses
dimana seorang peneliti melakukan telah awal
terhadap data-data yang telah dihasilkan,
dengan cara melakukan pengujian data dalam
kaitanyya dengan aspek atau fokus penelitian.
b. Penyajian data
Yaitu data yang telah diperoleh
disajikan dalam bentuk daftar kategori setiap
data yang didapat dengan bentuk naratif.
c. Mengambil kesimpulan
Yaitu proses lanjytan dari reduksi dan
data penyajian data. Data yang disimpulkan
berpeluang untuk menerima masukan.

30
Irwan Soeharto, Metodologi Penelitian Sosial Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2008), h. 33.
20

Penarikan kesimpulan sementara, dan masih


dapat diuji dengan data dilapangan.

Adapun metode analisis data yang penulis


gunakan adalah metode analisis data deskriptif
kualitatif. Maksudnya adalah proses analisis yang
didasarkanpada kaidah deskriptif dan kualitatif.
Kaidah deskriptif adalah bahwasanya proses analisis
dilakukan terhadap seluruh data yang telah didapatkan
dan diolah dan kemudian hasil analisa tersebut
disajikan secara keseluruhan.
Sedangkan kaidah kualitatif adalah bahwa
proses analisis tersebut ditujukan untuk
mengembangkan perbandingan dengan tujuan untuk
menemukan kesenjangan antara teori dan praktek
yang berlaku dilapangan. Maksudnya adalah data-data
lapangan akan dianalisa dengan membuat
perbandingan antara data lapangan dengan teori yang
dipakai.
Jadi proses analisa data yang digunakan
secara umum memiliki tujuan utuk mencari jawaban
permasalahan yang diajukan sesuai dengan rumusan
masalah yang diajukan berdasarkan data yang didapat
dari lpangan yang telah diolah.
I. Sistematika Pembahasan
untuk mempermudah pemahaman dalam memahami
masalah yang akan dibahas, maka diperlukan format
penulisan kerangka skripsi agar memperoleh gambaran
komprehensif dalam penelitian.
Secara sistematika, penulis proposal ini terdiri dari
lima (5) Bab dan setiap bab terdiri dari beberapa sub bab.
Sedangkan garis besarnya, penulis proposal skripsi ini adalah
sebagai berikut :
21

Pada BAB I Pendahuluan, pada bab pendahuluan ini


menguraikan tentang Penegasan Judul, Latar Belakang, Fokus
Dan Sub-Fokus Penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian Penelitian Terdahulu
Yang Releven, Metode Penelitian, Dan Sistematika
Pembahasan.
Pada BAB II Landasan teori. Pada bab ini membahas
dengan tuntas judul yang ada sesuai dengan teori yang
mendukungnya seperti : Pengertian Manajemen, Fungsi
Manajemen, Unsur-Unsur Manajemen, Pengertian Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah, Sejarah dan Perkembangan
Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabansiyah, Ajaran dan Amalan
tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah.
Pada BAB III Deskripsi Objek Penelitian. Pada bab
ini membahas tentang : Sejarah singkat Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah Kecamatan Rawajitu Utara, Struktur
Organisasi Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Kecamatan
Rawajitu Utara, Jumlah Jama‟ah Tarekat Qodiriyah Wa
Naqsabansiyah Kecamatan Rawajitu Utara, dan Fungsi
Manajemen Pelaksanaan Ajaran tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah di Kecamatan Rawajitu Utara Kabupaten
Mesuji.
Pada BAB IV Analisis Penelitian. Pada bab ini akan
menjelaskan tentang Bagaimana Fungsi Manajemen
Pelaksanaan Ajaran tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah di
Kecamatan Rawajitu Utara Kabupaten Mesuji,
Pada BAB V Penutup. Paada bab ini berisi tentang
kesimpilan yang menjelaskan poin-poin penting dari hasil
penelitian yang menjawab rumusan masalah, saran yang
berupa uraian kepada pihak-pihak yang di anggap perlu.
BAB II

FUNGSI MANAJEMEN DALAM PELAKSANAAN AJARAN


TAREKAT QADIRIYAH WA NAQSABANDIYAH

A. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip
oleh Suryatama, manajemen adalah penggunaan sumber daya
secara efektif untuk mencapai sasarann. Kata manajemen
berasal dari bahasa Perancis kuno yaitu “management” yang
berarti seni melaksanakan dan mengatur. Manejemen belum
mmiliki definisi yang mapan dan diterima secara unviersal.31
Sebagaimana pengertian manajemen yang
dikemukakan oleh Athoillah, manajemen adalah ilmu dan seni
yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia
secara efektif, dengan didukung oleh sumber-sumber lainnya
dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan.32 Manajemen
merupakan sesuatu yang mengatur dalam hal proses baik
dalam sumber daya manusia maupun sumber lainnya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
suatu organisasi.
Siswanto mengemukakan bahwa manajemen adalah
seni dan ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, motivasi, dan pengendalian terhadap orang dan
mekanisme kerja untuk mencapai tujuan.33 Maka dari itu
manajemen merupakan keilmuan dan seni yang mengatur
dalam hal perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
motivasi, dan pengendalian sehingga dalam suatu organisasi
tersebt dapat berjalan dengan baik dan tercapai segala tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
31
Erwin Suryatama, Aplikasi Iso Sebagai Standar Mutu (Jakarta: Kata
Pena, 2014), h. 41.
32
Anton Athoillah, Dasar-Dasar Manajemen (Bandung: Pustaka Setia,
2010), h.14.
33
Siswanto, Pengantar Manajemen (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 2.
22
23

Selanjtnya pendapat yang sejalan dengan pendapat


diatas menurut Zazin :

“Manajemen berarti ilmu dan seni dalam upaya


memanfaatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dan
daya lainnya dalam kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengawasi
yang dilakukan secara efektif dan efisien dengan
melibatkan peran seluruh anggota secara efektif dalam
mencaai tujuan yang telah ditentukan”.34

Pemanfaatan dalam hal manajemen dengan


menggunakan Sumber Daya Manusia (SDM) serta sumber
daya lainnya dalam kegiatan Mmerencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, serta mengawasi yang
melibatkan seluruh anggota, maka dari itu harus dilakukan
secara efektif dan efisien sehingga mencapai tujuan
organisasi.
Pendapat lainnya mengenai pengertian manajemen
bahwa menurut Brench, yang dikutip oleh Cole,
“Management is a social process the process consist of
planning, control, coordination, and motivation”.35 Artinya
yaitu manajemen adalah proses sosial, proses terdiri dari
perencanaan, kontrol, koordinasi, dan motivasi.
Manajemen merupakan proses yang termasuk dalam
proses sosial yang terjadi dilingkungan organisasi, bahwa
proses itu mencangkup perencanaan, kontrol, koordinasi, serta
motivasi yang dapat mencapai sasaran serta tujuan dalam
lingkungan sosial atau organoisasi tersebut.

34
Nur Zazin, Gerakan Menata Mut Pendidikan : Teori dan Aplikasi
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 28.
35
Gerald Cole, Management Theory and Practiice (Canada: Cengage
Learning, 2004), h. 6.
24

Menurut Usman bahwa manajemen dalam arti luas


adalah perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan (P3)
sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif
dan efisien. Untuk mencapai efektifitas dan efisiensi dalam
mencapai suatu tujuan organisasi bahwa manajemen berperan
penting dalam hal mengatur serta mengontrol mengenai
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
Menurut Prihantoro, manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian
penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan dan sasaran
kinerja.36
Jika definisi-definisi diatas diperhatikan, memang ada
perbedaan, tetapi pada dasarnya para penulis mengemukakan
inti masalah yang sama. Perbedaanya hanya bersifat gradual
saja dan disebabkan oleh perbedaan latar belakang penulis,
keadaan dan sudut penalaran yang dilakukan. Kesimpulan
yang dapat kita tarik dari semua definisi diatas adalah seagai
berikut :
1) Manajemen adalah perpaduan antara ilmu
pengetahuan dan seni.
2) Manajemen adalah proses yang sistematis,
terkoordinasi dan koperatif dalam usaha-usaha
memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber-
sumber lainya.
3) Manajemen mempunyai tujuan tertentu, berhasil
tidaknya yujuan itu tergantung pada kemampuan
mempergunakan segala potensi yang ada.
4) Manajemen hanya dapat diterapkan pada seleompok
manusia yang bekerja sama secara formal serta
mempunyai tujuan yang sama pula.

36
Rudy Prihantoro, Konsep Pengendalian Mutu (Bandung: Remaja
Rosadakarya, 2012), h. 40.
25

5) Manajemen hanya menerapkan alat untuk mencapai


tujuan dengan efektif dan efisien.
6) Dalam manajemen, kepemimpinan merupaka faktor
yang sangat dominan.
7) Menajemen merupakan sistem kerja sama yang
kooperatif dan rasional.
8) manajemen didasarkan pada pembagian kerja, tugas,
dan tanggung jawab yang teratur.37

Kemudian pengertian manajemen dalam perspektif


Islam, definisi manajemen dalam terminologi menurut Yunus
dalam buku Manajemen Dalam Perspektif Ayat-Ayat Al-
Qur‟an, manajemen dari istilah Kata Bahasa Arab ‫ يُ َذ ِبّ ُش‬yang
berarti “mengarahkan, mengelola, melaksanakan,
menjalankan, mengatur, atau mengurusi. Ramayulis juga
mebtakan bahwa yang sama dengan hakikat manajemen
adalah ‫ اَت ه ْذ ِب ْش‬yang berarti pengaturan.38 Kata tersebut
merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang
banyak terdapat dalam Al-Qur‟an seperti firman Allah SWT,
dalam QS. As-Sajadah [2] : 5 yaitu :

ًٍ ْ٘ َ‫ ي‬ٚ‫ج إِ َى ْي ِٔ ِف‬
ُ ‫ش هٌ يَ ْع ُش‬
ُ ‫ض‬ ِ ‫ اْأل َ ْس‬َٚ‫بءإِى‬ ‫يُ َذ ِبّ ُش األ َ ٍْ َش ٍِ َِ ا ه‬
ِ ََ ‫س‬
۵ ‫ُُّٗ ۝‬َ ‫سَْ ٍت ِ ٍّ هَب تَعُذ‬َ ‫ف‬ َ ‫َاسُٓ أ َ ْى‬
ُ ‫مب َ َُ ٍِ ْقذ‬
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian
(urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya

37
Muhammad Rifa‟i Dr. Candra Wijaya, M.Pd M.Pd, Dasar-Dasar
Manajemen (Medan: Perdana Publishing, 2016), h. 7.
38
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 362.
26

adalah seribu tahun menurut perhitungan”. (QS. As-Sajadah


[2] :5 )39
Manajemen sejalan dengan pandangan Islam bahwa
manajemen dalam arti mengatur sesuatu agar dilakukan
dengan baik, tepat dan terarah merupakan sesuatu yang
disyari‟atkan ajaran Islam.40 Manajemen Islam adalah
manajemen syariah. Dalam pandangan syariah menurut
Karebet dan Yusanto, manajemen dapat dipandang dari dua
sisi, yaitu manajemen sebagai ilmu dan manajemen sebagai
aktivitas. Sebagai ilmu, manajemen dipandang sebagai salah
satu dari ilmu umum yang lahir berdasarkan fakta empiris
yang tidak berkaitan dengan nilai, peradaban (hadharah)
manapun. Namun sebagai aktivitas, maka manajemen
dipandang sebagai sebuah amal yang akan dimintai
pertanggung jawaban di hadapan Allah SWT.
Ada enam karakteristik atau ciri-ciri manajemen dalam Islam
menurut Effendy, yaitu sebagai berikut :41
a. Manajemen berdasarkan Akhlak yang luhur (Akhlakul
Karimah)
Ahlak mulia merupakan nilai fundamental
dalam ajaran Islam, bahkan kehadiran Islam yang
dibawa Rasulullah SAW adalah menyempurnakan
akhlak manusia. Untuk itu, para pemimpin atau
manajer harus mengamalkan akhlak mulia atau luhur
(jujur, adil, sabar, rnedah hati, amanah, saling
menghormati, dll), dan penyelenggaraan manajemen
dalam organisasi tentu saja harus berpedoman kepada
perilaku aklhak karimah.

39
Ibid.,
40
Hendri Tanjung Didin Hafifudin, Manajemen Syari‟ah (Jakarta: Gema
Insani, 2003), h. 2.
41
Dr. Mursal Aziz Dr. Mesiono, S.Ag.,M.Pd M.Pd.I, Manajemen Dalam
Perspektif Ayat-Ayat Al-Qr‟an, Cet. Ke 1 (Medan: Perdana Publishing, 2020), h. 52.
27

b. Manajemen Terbuka
Manajemen Islami sangat memperhatikan
keterbukaan, karena berkaitan dengan nilai kejujuran,
pengelolaan yang sehat, dan terbuka (open minded)
atau transparansi. Karena jaawabatan sebagai
pimpinan atau manajer adalah amanah yang harus
dipelihara dengan baik dan penuh keadilan. Allah
SWT berfirman dalam QS. An-Nisa [4] : 58 :

۵ ِ ٍََْ َ ‫ّلِلاَ َيأ ْ ٍُ ُش ُم ٌْ أَُ ت ُ َؤدُٗاْأل‬


‫ أ َ ْٕ ِي َٖب ۝۝‬َٚ‫ت إِى‬ ‫إِ هُ ه‬

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan


amanat kepada yang berhak menerimanya”. (QS. An-
Nisa [4] : 58.
Seorang manajer pemimpin muslim yang
menjalankan manajemen Islami adalah orang yang
memiliki sifat jujur dan terbuka setiap saat untuk
diperiksa apa yang dikerjakannya untuk organisasi
dalam rangka kebaikan umat.42
c. Manajemen yang Demokratis
Konsekuensi dari sikap terbuka dalam
manajemen, maka pengambilan keputusan atas
musyawarah untuk kebijakan organisasi. Nahkan
dengan musyawarah, setiap personil akan merasa
bertanggung jawab dan memiliki komitmen dalam
menjalankan semua keputusan. Allah berfriman dalam
QS. As-Syura [42] : 38 :

َ ‫َٗأ َ ٍْ ُش ُٕ ٌْ ش‬
۳‫ َب ْيَْ ٌُٖ ۝‬ٙ‫ُ٘س‬
۵

42
Ibid., h. 53.
28

“Urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah


antara mereka”. (QS. As-Syura [42] : 38).
Dengan semakin tinggi keterlibatan anggota
dalam pengambilan keputusan, maka mereka semakin
berdaya dalam menjalankan pekerjaannya dan
mendorong munculnya kepuasan kerja dengan
dibarengi imbalan yang sesuai dengan kebutuhan
hidup, kemampuan organisasi dan ketentuan yang
berlaku.43
d. Manajemen Berdasarkan Ilmiah
Dalam islam setiap pekerjaan harus
dikerjakan dengan dasar pengetahuan atau kebenaran.
Karena itu, aktivitas manajemen yang dijalankan oleh
pimpinan atau manajer organisasi haruslah
mengamalkan prinsip pengetahuan, bukan asal
dikerjakan saja secara membabi buta. Allah berfirman
dalam QS. Al-Isra‟ [17] : 36 :

‫س ىَلَ ِب ِٔ ِع ْي ٌٌ ج إِ هُ اى ه‬
‫س َْ َع‬ َ ‫ف ٍَب ىَ ْي‬ ُ ‫َٗالَت َ ْق‬
َ َُ ‫ص َش َٗا ْىفُؤَا َد ُم ُّو أُىَئِلَ مَب‬
ْ ٍَ ُْْٔ ‫ع‬
۳‫سئ ُ٘الا ۝‬
۵ َ َ‫َٗا ْىب‬

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak


mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati semua itu akan
diminta pertanggung jawabannya”.(QS. Al-Isra‟ [17]
: 36)
Jadi pimpinan dan manajer haruslah orang
yang berilmu pengetahuan karena dia yang akan
merencanakan, mengarahkan, memngambil keputusan
dan mengawasi pekerjaan tertentu memerlukan ilmu

43
Ibid., h. 53-54
29

pengetahuan yang luas tentang organisasi, manajemen


dan bidang pekerjaannya.
e. Manajemen Berdasarkan Tolong Menolong
(Ta‟awun)
Salah satu ciri utama kehidupan muslim
berdasarkan ajaran Islam adalah prinsip ta‟awun
(tolonng menolong). Dalam Al-Qur‟an Allah
menjelaskan :

ٌِْ ‫ اْ ِإلش‬َٚ‫عي‬
َ ْ‫بُّٗ٘ا‬
َ ‫َٗالَ ت َ َع‬
ٚ‫صي‬
َٙ٘ ‫ ا ْى ِب ِ ّش َٗاىت ه ْق‬َٚ‫عي‬
َ ْ‫بُّٗ٘ا‬
َ ‫َٗت َ َع‬
ِ ‫ش ِذ ْيذُا ْى ِعقَب‬ َ ْ ُ‫َٗا ْىعُذ َْٗ ُِ َٗاتُّق‬
ٚ‫صي‬ ‫ج‬
۵ ‫ة ۝‬ ‫ّ٘لِلاه إُِه ه‬
َ َ‫ّلِلا‬

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)


kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolonglah
dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (QS. Al-
Maidah [5] : 2).
Mengamalkan prinsip tolong-menolong atau
kerjasama adalah mengamalkan sunatullah, dan hal itu
sejalan dengan fitrah pendiptaan manusia. Bahwa
manusia diciptakan antara satu dengan yang lain
memiliki kelebihan dan kekurangan. Begitupun,
kebutuhan hidup yang harus dipenuhi mencangkup
bidang ekonomi, politik, bdaya, pendidikan, dan
keagamaan. Jadi prinsip ta‟awun adalah sesuai fitrah
manusia dalam menjalankan hidupnya sebagai mahluk
sosial yang diciptakan Allah SWT.
f. Manajemen Berdasarkan Perdamaian
Allah memerintahkan umat Islam untuk selalu
memelihara perdamaian, sesuai dengan hakikat Islam
yang berisikan keselamatan dan kedamaian. Dalam
aktivitas apapun, termasuk manajemen dalam
organisasi. Umat Islam harus mengamalkan dan
30

menciptakan suasana perdamaian dan keharmonisan,


karena hanya dengan iklim seperti itu, berbagai usaha
dan kegiatan akan dapat dijalankan dalam mencapai
tujuan yang diinginkan, yaitu mencapai kebahagiaan
hidup di dunia menuju kebahagiaan akhirat.
2. Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen itu sendiri mengandung arti bhwa
berbagai elemen dasar yang ada dan sedang di dalam proses
manajemen itu sendiri yang menjadi sebuah patokan bagi
manajer atau pemimpin untuk melaksanakan tugasnya.
Sampai saat ini, masih belum ada konsensus di anatara baik
praktisi maupun teoritis mengenai apa yang menjadi fungsi-
fungsi manajemen, sering pula sibeut unsur-unsur
manajemen.44
Beraneka macam pendapat dari para ahli mengenai
fungsi-fungsi manajemen. Dapat dilihat dari tabel 2.1 dibawah
ini :45
Tabel 2.1
Fungsi Manajemen
NO PENULIS FUNGSI
MANAJEMEN
1 Louis A. Allen Leading, Planning,
Organizing,
Controlling
2 Prajudi Atmosudirdjo Planning,
Organizing,
Directing atau
Actuating,
controlling
3 John Robert Beishline Ph. Perencanaan,

44
M. Anang Firmansyah & Budi W. Mahardika, Pengantar Manajemen,
Cet. Ke-1 (Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2018), h. 8.
45
Ibid., h. 9
31

D Organisasi,
Komando, Kontrol
4 Henry Fayol Planning.
Organizing,
Commanding,
Coordinanting,
Controlling
5 Luther Gllich Planning,
Organizing,
Staffing, Directing,
Coordinating,
Reporting,
Budgeting
6 Koontz dan O‟Donnel Orgainizing,
Staffing, Directing,
Planning,
Controlling
7 George R.Terry Planning,
Organizing,
Actuating,
Controlling

Pada hakekatnya, bila dikombinasikan dari beberapa


pendapat diatas, maka fngsi manajemen adalah sebagai
berikut :
a. Perencanaan (Planning)
b. Pengorganisasian (Organizing)
c. Actuating
d. Controlling
e. Motivating
f. Reporting
g. Directing
32

h. Leading

Namun ada beberapa fungsi manajemen yang sering


kali di dengar yaitu Perencanaan (Planning),
Pengorganisasian (Organizing), Pelaksanaan (Actuating), dan
Pengawasan (Controlling).46
a. Perencanaan (Planning)
1) Pengertian Perencanaan (Planning)
Perencanaan (Planning) ialah
menetapkan pekerjaan yang harus
dilaksanakan oleh kelompok untuk
mencapai tujuan yang digariskan.47
Perencanaan mencangkup kegiatan
pengambilan keputusan, karena termasuk
dalam pemilihan alternatif-alternatif
keputusan. Diperlukan kemampuan ntuk
mengadakan visualisasi dan melihat kedepan
guna merumuskan suatu pola dari himpunan
tindakan untuk masa yang akan datang.
Perencanaan merupakan suatu dasar
dalam hal ini melakukan proses serta dalam
menetapkan tujuan, sebagaimana menurut
Siswanto mengemukakan perencanaan
adalah proses dasar yang digunakan untuk
memilih tujuan dan menentukan cakupan
pencapaiannya.48 Perencanaan termasuk
dalam proses dalam menentukan tujuan serta
kecapaiannya yang dapat diupayakan

46
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen : Dasar Pengertian dan Masalah, h.
38.
47
George R.Terry, Asas-Asas Manajemen, Cet. Ke-5 (Bandung:
PT.Alumni, 2006), h. 17.
48
Siswanto, Pengantar Manajemen, h. 42.
33

dengan penggunaan sumber daya manusia


serta sumber daya ainnya ntuk mencapai
tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
Menurut Sutikno disimpulkan bahwa
perencanaan adalah sasaran untuk bergerak
dari keadaan masa kini sesuatu keadaan
dimasa yang akan datang sebagai suatu
proses yang kerja sama untuk
mengembangkan uopaya peningkatan
49
organisasi secara menyeluruh. Pendapat
Sutikno mengenai perencanaan bahwa
perencanaan sebagai suatu proses yang
bergerak dari masa kini ke masa yang akan
datang dengan dilakukan secara kerja sama
untuk peningkatan organisasi dalam seluruh
aspek dan menyeluruh.
Dari pendapat diatas maka dapat
ditemukan persamaan yaitu pendapat Terry
dan Siswanto bahwa perencanaan
merupakan kegiatan dasar yang dilakukan
sebelum pelaksanaan kegiatan organisasi,
dalam perencanaan tersebut mencangkup
pengambilan keputusan, penentuan visi dan
misi, serta penentuan sumber daya yang
dibutuhkan sehingga dengan itu semua dapat
tercapainya tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
Sedangkan perbedan pengertian
perencanaan yaitu menurut Suryatama dan
Sutikno bahwa perencanaan suatu proses
dalam antisipasi, strategi serta tujuan untuk

49
Sobry Sutikno, Manajemen Pendidikan (Lombok: Holistica, 2012), h. 4.
34

kegiatan yang diambil untuk melakukan


tindakan pada masa yang akan datang
sebagai suatu proses yang dilakukan dengan
kerja sama untuk peningkatan organisasi.
Dari beberapa pendapat tersebut
dapat disintesiskan perencanaan merupakan
suatu kegiatan awal sebelum melakukan
pelaksanan dalam suatu institusi atau
organisasi. Dan memiliki cakupan yaitu
dalam hal membuat tujuan atau sasaran,
penentuan visi serta misi, dan segala
penentuan dalam sumber daya yang akan
digunakan, yang dari semua cakupan
tersebut diadakan suatu pengambilan
keputusn yang dilakukan oleh pimpinan.

2) Proses Perencanaan
Proses perencanaan berisi empat
tahap yaitu :
a) Menentukan tujuan perencanaan
b) Menentukan tindakan untuk mencapai
tujuan
c) Mengembangkan dasar pemikiran
kondisi mendatang
d) Cara unruk mencapai tujuan
e) Mengimplementasikan rencana
tindakan dan mengevaluasi hasilnya.

3) Manfaat Perencanaan
Berbicara tentang manfaat
perencanaan tentu banyak sekali
manfaatnya.
35

Lebih luas dikemukakan oleh


Soeparto, sesuai dengan gambar diatas
tentang manfaat perencanaan yaitu :50
a) Aalat efisien dan alat untuk
mengurangi biaya (a cost
reducinggtool).
b) Alat pengarahan kegiatan kepada
pencapaian tujuan.
c) Pembentukan masa datang dengan
mengusahakan supaya ketidak pastian
dapat dibatasi seminimal mungkin.
d) Alat-alat untuk memilih alternatif cara
terbaik atau kombinasi alternatif cara
yang terbaik.
e) Alat penentuan skala prioritas dari
pentingnya suatu tujuan, sasaran
maupun kegiatan.
f) Alat pengukur/standar untuk
pengawasan dan penilaian (control
adn evaluation).51
Ada suatu pendekatan yang logis
terhadap perencanaan meliputi langkah-
langkah berikut ini :
a) Mempperhatikan limngkungan politis,
ekonomis dan kompetitif di masa
datang.
b) Visualisasi peranan yang dikehendaki
daripada organisasi di dalam
limgkungan ini.

50
Dr. Mesiono, S.Ag.,M.Pd, Manajemen Dalam Perspektif Ayat-Ayat Al-
Qr‟an, h. 64.
51
Mesiono, Manajemen Organisasi (Bandung: Cita Pustaka, 2012), h. 23-
24.
36

c) Merasakamn kebutuhan-kebutuhan
dan keperluan langganan.
d) Menentukan perubahan-perubahan
dalam kebutuhan dan keperluan-
keperluan kelompok lain yang
berkepentingan (pemegang saham,
pegawai, penawar, pembeli, dll).

b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah rangkaian dari
kegiatan manajerial atau pemimpin untuk
mencapai tujuan yang di inginkan.
Pengorganisasian berfungsi sebagai proses
menetapkan struktur, pembagian tugas dan
wewenang dalam mengefektifkan penetapan
sumber daya personil yang ada dalam pelaksanaan
tugas.
Kegiatan pengorganisasian merupakan fungsi
kedua dalam manajemen. Organisasi merupakan
sebagai wadah dan alat untuk mencapai tujuan
yang didalamnya terdapat norma-norma yang
harus di pedomani dan nilai yang perlu dipegang
teguh. Maka dari itu berdasarkan pendapat
menurut Siswanto bahwa pengorganisasian adalah
pembagian kerja yang direncanakan untuk di
selesaikan oleh anggota kesatuan pekerjaan,
penetapan hubungan antar pekerjaan yang efektif
diantara mereka, dan pemberian linglungan dan
fasilitas pekerjaan yang wajar sehingga mereka
bekerja secara efisien.52 Pengorganisasian
dilaksanakan dengan melaukan pembagian tugas

52
Siswanto, Pengantar Manajemen, h. 75.
37

kerja lalu dilakukan oleh unit kerja dalam


orgnanisasi tersebut, serta adanya penetapan
hubungan yang efektif dan dapat memberikan
lingklungan fasilitas kerja yang wajar sehingga
dapat menunjang mereka dalam melakukan
pekerjaan.
Dalam pengorganisasian terdapat pembagian
tugas-tugas, wewenang, serta tanggung jawab.
Maka dari itu terciptalah suatu hubungan
kerjasama yang harmonis dan lancar untuk
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Menurut
pendapat dari sutikno bahwa pengorganisasian
merupakan aktivitas dalam menyusun dan
membentuk hubungan kerja antar orang-orang
yang memiliki kemampuan dalam melaksanakan
tugas-tugas sehingga terwujudlah kesatuan saha
dalam mencapai tujuan-tjuan yang diinginkan.53
Dalam pengorganisasian aanya pembentukan
hbungan kerja yang dapat membantu hubungan
kerjasama antar pekerja yang memiliki
kemampuan terhadap tugas-tugas tertentu, dan
akan terwujud suatu kerjasama yang berlangsung
dan tercapainya tujuan bersama organisasi.
Pendapat pengorganisasian menurut Hasbuan
yang dikutip oleh Sutikno mendifinisikan bahwa
pengorganisasian sebagai proses penentuan,
pengelompokkan dan pengaturan bermacam-
macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai
tujuan, menyediakan alat-alat yang diperlukan,
menetapkan wewenang yang secara relativ

53
Sobry Sutikno, Manajemen Pendidikan, h. 38.
38

didelegasikan kepada setiap individu yang akan


melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.54
Dalam pengorganisasian adanya penentuan
serta pengelompokkan aktivitas suatu pekerjaan di
dalam organisasi dengan penyediaan fasilitas
ataupun sarana prasarana yang mendukung dalam
bekerja sehingga dapat mencapai tujuan.
Sedangkan berdasarkan pendapat Usman
tentang organisasi adalah proses kerjasama dua
orang atau lebih untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efisien, jadi dalam setiap organisasi
terkandnung tiga unsur, yaitu kerjasama, dua orang
atau lebih, tujuan yang hendak di capai.55
c. Pelaksanaan (Actuating)
Menurut G.R Terry pengarahan adalah
membuat semua anggota kelompok, agar mau
bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta
bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan
perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.56
Penggerakan hakikatnya menggerakan orang-
orang untuk mencapai tujuan yang telah di
tetapkan secara efektif dan efesien. Ibnu Syamsi
merumuskan, “Penggerakan adalah aktivitas pokok
dalam maanjemen yang mendorong dan
menjuruskan semua bawahan yang berkeinginan,
bertujuan bergerak untuk mencapai tujuan-tujuan
yang dimaksud yang telah di tentukan dan merasa

54
Ibid.,h. 37-38
55
Husaini Usman, Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan (Jakarta:
Bumi Aksara, 2013), h. 171.
56
Manajemen Departemen Pendididkan Dan Kebudayaan, Manajemen
(Jakarta: Effar Offset, 1980), h.38.
39

kepentingan serta Bersatu padu dengan rencana


usaha organisasinya.57
Penggerakan merupakan tugas manajer untuk
menggerakan sumber daya organisasi sesuai
dengan fungsinya, suatu keterampilan yang harus
dimiliki manajer untuk dapat menggerakan
sumberdaya-sumberdaya organisasi dengan tepat,
dalam mengerakan sumber daya manusia dalam
organisasi dapat dilakukan aktivitas pemotivasian
(motivating), kepemimoinan (leadership) dan
komunikasi (communication).58
Penggerakan (Actuating) disebut Gerakan
aksi, mencangkup kegiatan yang dilakukan
manajer untuk mengawasi dan melanjutkan
kegiatan yang di tetapkan oleh unsur perencnaan
dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan tercapai.59
Untuk dapat melaksanakan penggerakan
haruslah mempunyai keahlian menggerakan orang
lain agar mau bekerja baik sendiri maupun bersam-
sama dengan penuh kesadaran dan keikhlasan
untuk meneyelesaikan tugasnya supaya tujuan
tercapai sesuai rencana yang telah dibuat
sebelumnya. Karena manajmen adalah kegiatan
pencapaian tujuann Bersama ataupun melalui
usaha-usah orang lain, maka jelaslah bahwa
penggerakan (actuating) adalah merupakan bagian
yang paling penting dalam proses manajemen.

57
Ibnu Syamsi, Pokok-Pokok Organisasi Dan Manajemen (Jakarta:
Penerbit Bina Aksara, 1998), h.96.
58
Wilson Bangun, Intisari Manajemen (Bandung: Refika Aditama, 2008),
h.6.
59
Gerorge R Terry, Prinsip-prinsip Manajemen (Jakarta: Bumi Aksara,
1993) h.17.
40

Syeh Mahmud Hawari menyebutkan


penggerakan (actuating) dengan At-Tawjih :
pimpinana selalu memberikan jalan, petunjuk atau
ilmu pengetahuan, serta memperingatkan terhadap
anggota, atau keryawan guna mencapai tujuan
yang sebenarnya.60
Di dalam fungsi pengarahan terdapat pokok-
pokok bahasan utama yang berguna untuk
menggerakkan serta mengarahkan sumber daya
manusia dalam suatu organisasi. pokok bahasan
tersebut yaitu sebagai berikut:

1) Perilaku manusia (Human behavior)


Pimpinan dalam membina Kerjasama,
mengarahkan serta mendorong kegairahan
kerja para bawahan perlu memahami
faktor- faktor manusia dan perilaku
manusia. Robert Own dan Andrew
mengatakan bahwa bila manusia
diperlakukan lebih manusiawi,maka
seluruh potensi yang ada dalam dirinya
dapat dilepaskan sehingga menghasilkan
kemampuan yang tinggi.
Hal ini tentu berkaitan dengan fungsi
pengarahan pada manajemen bilamana
seorang pimpinan akan mengarahkan
anggotanya maka pimpinan harus terlebih
dahulu bisa memahami perilaku
anggotanya tersebut agar proses
pengarahan dapat dilakukan secara efektif
dan efesien.
60
Jawahir Tanthawi, Unsur-unsur Manajemen menurut Ajaran Al-Qur‟an
(Jakarta: Kencana prenada Media Group, 2006.), 139.
41

2) Motivasi (motivation)
Motivasi atau dorongan di dalam
manajemen hanya akan ditunjukkan
kepada sumber daya manusia dan bawahan
khususnya. Motivasi ini berkaitan dengan
bagaimana mengarahkan daya dan potensi
bawahan agar secara produktif berhasil
mencapai dan mewujudkan tujuan yang
telah di tentukan.
Dengan mengetahui perilaku
manusia, apa yang menjadikan seseorang
mau bekerja dan kepuasan-kepuasan apa
saja yang telah diraihnya karena bekerja,
maka pemimpin akan lebih mudah
memotivasi bawahan.
G.RTerry mengatakan bahwa
motivasi adalah keinginan yang terdapat
dalam diri seseorang yang dapat
merangsangnya untuk dapat melakukan
Tindakan-tindakan motivasi dapat berupa
sebgai suatu usaha positif dalam
menggerakan dan mengarahkan daya serta
potensi tenaga kerja agar secara produktif
berhasil mencapai tujuan yang telah di
tentukan sebelumnya.
Dan motivasi juga dapat berupa
sebagai kebutuhan sekaligus perangsang
untuk dapat menggerakan dan
mengarahkan potensi serta daya kerja
manusia tersebut kea rah yang di
inginkan.61

61
Melayu.S.P Hasibuan, Manajamen: Dasar, Pengertian, 1986, 117.
42

3) Kepemimpinan (leadership)
Seseorang pemimpin selalu
mempunyai misi atau tujuan yang harus
dicapai dan tujun ini baru dapat di
realisasaikan bila terdapat kerjasam
diantara pimpinan dan para bawahannya.
Kerjasama di butuhkan karena adanya
keterbtasan kekampuan fisik, mental dan
waktu, karena itu diadakan pembagian
kerja diantara orang-orang yang terikat
secara formal dalam organisasi.
Pimpinan merupakan orang yang
mempergunakan wewenang dan
kepemimpinannya untuk memgarahkan
orang lain serta bertanggung jawab atas
pekerjaan orang tersebut dalam mencapai
suatu tujuan.62
4) Komusikasi (communication)
Menurut R.C.Davis berkomunikasi
adalah suatu tahapan dari poses
kepemimpinan yang memindahkan ide
seseorang ke ornag lain untuk digunakan
dalam fungsi-fungsinya meminpin
pekerjaan. Komunikasi berarti
menyampaikan perintah, informasi berit
laporan maupun dalam hal menjalin
hubungan antara seseorang dengan orang
lain. Bahkan Henry Clay Lindergen
mengatakan bahwa kepemimpinan yang
efektif komunikasi yang efektif. 63

62
Ibid.,h.117.
63
Ibid, h.215.
43

d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan (Conrolling) adalah bagian yang
terakhir dari fungsi manajemen. Fungsi manajeen
yang dikendalikan adalah perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan
itu sendiri. Pengawasan merupakan bagian yang
penting dalam manajemen. Bilamana rencana
sudah baik berarti akan menentukan mudahnya
pengawasan. Melali pengawasan yang efektif
kegiatan organisasi, implementasi rencana,
kebijakan dan upaya pengendalian mutu dapat
dilaksanakan.
Sutikno mengemukaka bahwa pengawasan
merupakan proses pengamatan dari pelaksananaan
seluruh kegiatan organisasi untuk mengumpulkan
data dalam usaha mengetahui ketercapaian tujuan
dan kesulitan apa yang ditemui dalam pelaksanaan
itu.64
Sedangkan menurut George R.Terry yang
dikutip oleh Sutikno bahwa pengawasan
merupakan kegiatan lanjutan yang bersangkutan
dengan ikhtiar untuk mengidentifikasikan
pelaksanaan program yang harus sesuai dengan
rencana.65 Seperti yang dikemukakan bahwa dalam
kegiatan dalam organisasi diperlukannya kegiatan
lanjutan dengan mengidentifikasi program-
program yang dilakukan agar semua kegiatan
tersebut dapat berjalan sesuai dengan rencana dan
tujuan yang akan dicapai.
Kemudian menurut Usman, bahwa
pengawasan adalah proses pemantauuan, penilaian,
64
Sobry Sutikno, Manajemen Pendidikan, h. 58.
65
Ibid.,
44

dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang


telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna
penyempurnaan lebih lanjt.66 Dalam proses
pengawasan tersebut diadakan penilaian dan pula
pelaporan yang berguna sebagai tindka korektif
untuk penyempurnaan kegiatan atau program lebih
lanjut.
Dalam kegiatan pengawasan pad dasarnya
membandingkan kondisi yang ada dengan yang
seharusnya terjadi, maka dari itu Lanri yang
dikutip oleh Usman bahwa pengawasan adalah
suatu kegiatan yang dilakukan untk memperoleh
kepastian apakah pelaksanaan pekerjaan/kegiatan
telah dilakukan sesuai dengan rencana semula.67
Pengawasan berguuna sebagai bentk untuk
kepastian dalam kegiatan yang dilakukan agar
dapat sesuai dengan perencanaan dan tercapai
tujuan yang diinginkan.
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa pengawasan merupakan
tindakan dengan mengidentifikasi serta memantauu
dan juga memberikan penilaian hingga pelaporan,
dengan kegiatan tersebut maka akan diketahui
ketercapaian tujuan yang sesuai dengan
perencanaan semula serta mengetahui hambatan
yang dihadapi.

66
Ibid.,
67
Husaini Usman, Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan, h. 534.
45

3.Unsur-Unsur Manajemen
Unsur-unsur manajemen gterdiri dari 6 (enam) unsur
yang disingkat dengan 6 M, yaitu man, money, methods,
materials, machines, market.68 Adapun penjelasannya
diantaranya :
a. Manusia (man)
Man merupakan orang-orang yang akan
menjalankan funhgi-fungsi manajemen dalam
operasional suatu organisasi, man merujuk pada
Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki
organisasi. Hal ini termasuk penempatan orang yang
tepat, pembagian kerja, pengaturan jam kerja dan
sebagainya. Dalam manajemen faktor man adalah
yang paling menentukan. Manusia yang membuat
tujuan dan manusia pula yang melakukan proses
untuk mencapai tujuan.
b. Uang (Money)
Money merupakan salah satu unsur yang tidak
dapat diabaikan, uang merupakan modal yang
dipergunakan dalam pelaksanaan program dan
rencana yang telah di tetapkan, uang merupakan alat
tukar dan alat pengukur nilai, seperti pembelian alat-
alat, pembelian bahan baku, pembayaran gaji dan
lain sebagainya. Besar kecilnya hasil kegiatanb
dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam
perusahaan atau organisasi.

c. Material
Material adalah bahan-bahan baku yang
dibutuhkan biasanya terdiri dari bahan setengah jadi
dan bahan jadi dalam operasi awal guna

68
Abdul Choliq, Op.Cit., Manajemen Haji dan Wisata Religi, h. 14
46

menghasilkan barang atau jasa. Dalam organisasi


untuk mencapai hasil yang terbaik, selain manusia
yang ahli dibidangnya juga harus dapat
menggunakan sebagai salah satu sarana. Bahan baku
aktivitas produksi tidak akan mencapai hasil yang
dikehendaki.
d. Mesin (Machine)
Machine adalah peralatan termasuk teknologi
yang digunakan untuk membantu dalam operasi
untuk menghasilkan barang dan jasa. Mesin yang
digunakan untuk memberi kemudahan atau
menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta
menciptakan efisiensi kerja. Terutama penerapan
teknologi mutahir yang dapat meningkatkan
kapasitas dalam proses produksi baik barang atau
jasa.
e. Metode (Metods)
Methods adalah cara yang ditempuh teknik
yang dipakai untuk mempermudah jalannya
pekerjaan manajer dalam mewujudkan rencana
operasional. Metode dapat dinyatakan sebagai
penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan
memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan
kepada sasaran, fasilitas yang tersedia dan
penggunaan waktu, serta uang dan aktivitas bisnis.
f. Pasar (Market)
Market merupakan pasar yang hendak
dimasuki hasil produksi baik barang atau jasa untuk
menghasilkan uang, mengembalikan investasi dan
mendapatkan profit dari hasil penjualan atau tempat
dimana organisasi menyebarluaskan produknya.69

69
Usman Effendi, Op. Cit., Asas manajemen.h. 11
47

B. Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah


1. Pengertian Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah
Sebelum membahas pengertian Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah, terlebih dahulu perlu
dipahami pengertian Tarekat itu sendiri. Tarekat dalam
bahasa Arab ialah “Thariqah” yang berarti jalan,
keadaan, aliran, atau garis pada sesuatu. Tarekat adalah
jalan yang ditempuh para sufi dan dapat digambarkan
sebagai jalan yang berpangkal dari syariat, sebab jalan
utama disebut syar‟, sedngkan anak jalan disebut
thariq. Kata turunan ini menunjukkan bahwa menrut
anggapan para sufi, pendidikan mistik merupakan
cabang dari jalan utama yang terdiri dari hukum Illahi,
tempat berpijak bagi setiap muslim. Tak mungkin ada
anak jalan tanpa ada jalan utama tempat berpangkal.
Pengalaman mistik tak mungkin didapat bila perintah
syariat yang mengikat itu tidak ditaati terlebih dahulu
dengan seksama. Sementara menurt Harn Nasution,
tarekat berasal dari kata thariqah, yaitu jalan yang garus
ditempuh oleh seorang calon sufi dalam tujuannya
berada sedekat mungkin dengan Allah SWT.70 Adapun
menurut istilah tasawuf, tarekat berarti perjalanan
seorang salik (pengikut tarekat) menuju Allah dengan
cara menyucikan diri atauu perjalanan khusus bagi para
seseorang yang menempuh jalan menuju kepada Allah
SWT. Perjalanan ini mengikuti jalur yang ada melalui
tahap dan seluk beluknya. Dengan tujuan ingin bertemu
langsung dengan sang khaliq. Secara turun temurn

70
Solihin dan Rosihin, Ilmu Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h.
203.
48

sampai kepada guru-guru, sambung menyambng dan


rantai berantai.71
Setelah dipahami pengertian tarekat secara
umum seperti diatas, maka selanjtnya perlu dipahami
bersama-sama mengenai pengertian Tarekat Qadiriyah
Wa Naqsabandiyah secara khusus dan mendalam,
berikut uraian singkat tentang Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah.
Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah adalah
merupakan suatu Tarekat yang diambil dari nama
seorang pendiri Tasawuf terkenal yakni Muhammad bin
Muhammad Baha‟ al-Din al-Uwais al-Bukhari
Naqsabandi (717 H/1318 M - 791 H/1389 M),
dilahirkan disebuah desa Qashrul Arifah, kurang lebih 4
mil dari Bukhara tempat lahir Imam Bukhari. Ia berasal
dari keluarga dan lingkungan yang baik. Ia mendapat
gelar Syah yang menunjukkan posisinya yang penting
sebagai seorang pemimpin spiritual. Naqsaband secara
harfiah berarti berarti “pelukis, penyulam, penghias”.
Jika nenek moyang mereka adalah penyulam, nama itu
mengacu pada profesi keluarga, jika tidak hal itu
menunjukkan kualitas spiritualnya untuk melukis nama
Allah diatas hati seorang murid.72 Ciri menonjol
Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah adalah :
a. Upaya yang serius dalam mempengaruhi
kehidupan dan pemikiran golongan penguasa
serta mendekatkan Negara pada agama.
b. Adapun titik berat amalan penganut Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah adalah zikir.
Zikir adalah berulang-ulang menyebuut nama

71
Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat (Solo: Ramdhani, 1996), h. 67.
72
Fuad Said, Hakika Tarekat Naqsabandiyah (Jakarta: Al-Husna Zikra,
1996), h. 23.
49

Allah atau menyatakan kalimah la ilaha


illaAllah (tiada tuhan selain Allah), dengan
tujuan mencapai kesadaran akan Allah yang
lebih langsung dan permanen.
c. Bagi penganut Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah zikir ini dilakukan terutama
zikir khafi (diam, tersembunyi, secara
berkesinambungan, pada waktu pagi, sore,
malam, duduk, berdiri, diwaktu sibuk dan
diwaktu senggang.73

2. Sejarah dan Perkembangan Tarekat Qadiriyah Wa


Naqsabandiyah
Tarekat ini merupakan gabungan dari tarekat
Qadiriyah dan Naqsabandiyah. Dua tarekat tersbut
menjadi unsur utamanya kemudian ditambah dengan
usnur-unsur tarekat lain. Tarekat ini merupakan tarekat
u‟tabarah yang didirikan oleh ulama asli Indonesia,
yaitu Syaikh Khatib (Kalimantan Barat) yang lama
belajar di Makkah dan sangat dihormati.
Menurut Martin Vab Bruinessen, Khatib
Sambas adalah murid kesayangan Syaikh Syamsuddin
dan dipilih menjadi penggantinya. Dapat dipastikan ia
mempunyai banyak murid diantara orang-orang
Indonesia yang berkunjung ke Makkah dari segenap
Nusantara, seperti Malaysia, Sumatra, Jawa, Bali, dan
Lombok. Ia pun banyak mengangkat khalifah, tetapi
setelah ia wafat, hanya seorang dari mereka yang di
akui sebagai pemimpin dari tarekat tersebut.74

73
Sri Mulyati, Tarekat-Tarekat Muktabaroh di Indonesia, 2004, h. 89-105.
74
Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia (Bandung:
Mizan, 1994), h. 91-92.
50

Sebagai seorang mursyid yang sangat alim


dan „arif billah, Syaikh Ahmad Khatib memiliki
otoritas untuk membuat modifikasi tersendiri bagi
tarekat yang di pimpinnya. Karena dalam Tarekat
Qadiriyah memang ada kebebasan untuk itu, bagi yang
mencapai derajat mursyid.75 Sehingga terbentuklah
tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah (TQN), tarekat
bentukan orang asli Indonesia.
Tetapi yang jelas pada masanya telah ada
pusat penyebaran Tarekat Naqsabandiyah di Kota suci
Makkah maupun Madinah.76 Sehingga sangat
dimungkinkan ia mendapat bai‟at Tarekat
Naqsabandiyah dari kemursyidan tarekat tersebut.
Kemudian ia menggabungkan inti ajaran kedua tarekat
tersebut. Yaitu tarekat Qadiriyah dan mengajarkan pada
murid-muridnya khususnya yang berasal dari Indonesia.
Penggabungan inti ajaran tarekat itu,
dimungkinkan atas dasar pertimbangn yang logis dan
strategis bahwa kedua ajaran inti itu bersifat saling
melengkapi. Terutama dalam hal jenis dzikir dan
metodenya. Tarekat Qadiriyah menekankan ajarannya
pada Dzikir jahr nadi isbat, sedangan tarekat
Naqsabandiyah menekankan model dzikit sir ismu dzat
atau dzikir lathaif.77 Hanya karena yang di utamakan
ajaran Qadiriyah dan Naqsabandiyah, maka diberi nama
tarekat ini “Tarekat Qadiriyah wa Naqsbandiyah
(TQN).

75
Amir al-Najjar, Al-Thuruq al-Sufiyyat fi Mishr (Kairo: Maktabah Anjlu
al-Mishiriyyah, 1998), h. 115.
76
J. Spencer Trimingham, The Sufi Orders in Islam (London: Oxford
University Press, 1973), h. 40.
77
Amin al-Kurdi, Tanwir al-Qulub fi Muallamati Allam al-Guyub (Beirut:
Dar al-Fikir, 1998), h. 89.
51

Penanaman tarekat ini tidak lepas dari sikap


tawadhu‟ dan ta‟dzim Syaikh Ahmad Khatib yang
sangat alim itu, kepada pendiri kedua tarekat tersebut.
Sehingga ia tidak menisbatkan nama tarekatnya itu pada
dirinya. Padahal kalua melihat modifikasi ajaran, dan
tatacara ritual tarekatnya itu, sebenarnya lebih tepat
kalua dinamakan dengan Tarekat Khatibiyah atau
Sambasiyah. Karena memang tarekat ini merupakan
hasil ijtihadnya.
Syaikh Ahmad Khatbib memiliki banyak
murid dari beberapa daerah di Kawasan Nusantara, dan
beberapa orang khalifah. Di antara Khalifah-
Khalifahnya yang terkenal dan kemudian menurunkan
murid-murid yang banyak sampai sekarang ini adalah
Syaikh Abudl Karim al-Bantani, Syaikh Ahmad
Thalhah al-Cireboni, dan Syaikh Aghmad Hasbu al-
Maduri. Sedangkan khalifah-khalifah yang lain, seperti
Syaikh Yasin dari Kedah Malaysia, Syaikh Aji Ahmad
Lampung dari Lampung dan M. Maa‟aruf ibn Abdullah
al-Khatib dari Palembang.78
Syaikh Muhammad Isma‟il (Bali) menetap
dan mengajar di Makkah. Sedangkan Syaikh Yasin
setelah menetap di Makkah, bellakangan menyebarkan
tarekat ini di Mempawah Kalimantan Barat. Adapun
Syaikh Haji Lampung dan M. Ma‟aruf al-Palembangi
masing-masing turut membawa ajaran Tarekat ini ke
daerahnya masing-masing.79 Penyebaran ajaran Tarekat
Qadiriyah wa Naqsabandiyah di daerah Sambas (asal
daerah Syaikh Ahmad Khatib), dilakukan oleh kedua

78
Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia (Bandung:
Mizan, 1994), h. 92.
79
Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia (Bandung:
Mizan, 1994), h.92.
52

khalifahnya, yaitu Syaikh Nuruddin dari Philipina dan


Syaokh Muhammad Sa‟ad putera asli Sambas.80
Buku pentunjuk tentang amalan Tarekat
Qadiriyah wa Naqsabandiyah adalah kitab Fath al-
Arifin. Kitab ini adalah karangan Syaikh Khatib
Sambas dan dihimpun oleh muridnya, yaitu Syaikh
Ma‟aruf Al-Falimbani, dan satu naskah lagi ditulis juga
oleh muridnya yang lain, yakni Abdur Rahim Al-Bali,
(murid muslim yang berasal dari Bali).81
Ahmad Khatib Sambas adalah ahli fiqh,
tauhid, dan tasawuf. Ia pun mempunyai banyak
pengikut. Ketika ia wafat tahun 1873, khalifahnya
Abdul Karim dari Banten menggantikannya sebagai
Syaikh tertinggi Tarekat ini yang kedudukannya di
Makkah.disamping itu, dua orang khalifah utama
lainnya adalah Syaikh Thalhah dari Cirebon dan Syaikh
Ahmad Hasbullah dari Madura. Sementara itu,
pemimpin pusat yang terakhir adalah Abdul Karim,
Ketika ia wafat tarekat ini terpecah, kepecahan tersebut
berasal dari tiga khalifah utama. Setelah itu, muncul
sejumlah cabang yang masing-masing berdiri sendiri.82
Khalifa Syaikh Khatb yang berada di
Cirebon, yaitu SYaikh Thalhah yang mengembangkan
tarekat ini secara mandiri. Kemursyidan yangdirintis
oleh Syaikh Thalhah ini kemudian dilanjutkan ileh
khalifahnya yang terpenting. Ia adalah Abdullah
Mubarak ibn Nur Mubarak. Dia kemudian mendirikan
pusat penyebaran tarekat ini di wilayah Tasikmalaya
(Suralaya), sebagai basisnya di dirikanlah pondok

80
Hawas Abdullah, Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-tokoh di
Nusantara (Surabaya: al-Ikhlas, 1980), h. 182-183.
81
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf (Jakarta: Amzah, 2012), h. 314.
82
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf (Jakarta: Amzah, 2012), h. 314.
53

pesantren Suralaya. Dan belakang nama beliau sangat


terkenl dengan panggilan Abah Sepuh.83
Pusat penyebaran Tarekat Qadiriyah wa
Naqsabandiyah yang tidak kalah pentingnya adalah
pondok pesantren Futuhiyah Mrangan Jawa Tengah.
Tarekat ini berkembang melalui Syaokh Abdul Karim
al-Bantani. KH. Ibrahim al-Brunggungi adalah khalifah
Syaikh Abdul Karim yang membawa tarekat ini ke
wilayah Jawa Tengah, beliau bertindak sebagai mursyid
yang mandiri. KH. Muslih, adalah putera KH.
Abdurrahman (Pendiri Pondok Pesantren Futuhiyyah)
ini berbai‟at kemursyidan kepada Kh. Ibrahim dan KH.
Abdurrahman Menur.84
Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah
berkembang pesat di Jawa Tengah di bawah
kemursyidan KH. Muslih ibn Abdurrahman.
Tampaknya ini didukung oleh karena beliau bertindak
sangat murah dan longgar kepada para khalifahnya.
Kepada khalifah yang wilayahnya berjauhan diberikan
kebebasan untuk mandiri. Khalifah yang telah mandiri
disebut khalifah kubra. Bahkan melalui dia banyak kyai
yang akhirnya menjadi mursyid dan mengembangkan
tarekat ini khususnya di jawa timur.85 Di jawa timur
juga ada pusat penyebaran Tarekat Qadiriyah wa

83
Zurkani Yahya, Asul Usul Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah
danPerkembangannya dalam Harun Nasution (ed.), Tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah: Sejarah Asal Usul dan Perkembangannya (Tasikmalaya: IAILM,
1990), h. 88.
84
Qawaid, Tarekat dan Politik: Kasus Tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah didesa Mranggeng Jawa Tengah (Tesis) (Jakarta: PPS-UI, 1993), h.
104-110.
85
Penjelasan dari KH. Zamrozi Saerozi, Musryid Tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah Pusat Pare Kediri, penulis kutip dari hasil wawancara Kharisuddin
Aqib dalam bukunya, Al-Hikmah : Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000).
54

Naqsabandiyah yang sangat besar, yaotu Pondok


Pesantren Rejoso Jombang. Dari sini Tarekat Wadiriyah
wa Naqsabandiyah menyebar ke bebagai penjuru tanah
air, bahkan masuk tarekat ini melalui silsilah dari
kemursyidan yang ada di sini.86
Tarekat ini berkembang melalui Syaikh
Ahmad Hasbu. Khalifah Suaikh Ahmad Khatib yang
berasal dari Madura. Tetapi beliau juga tinggal di
Makkah sampai wafatnya. Tarekat ini kemudian di
bawa ke Jombang oleh KH. Khalil dari Madura. Ia
adalah menantu KH, Tamim pendiri Pondok Peasntren
Darul Ulum Jombang tersebut. Selanjutnya KH. Khalil
meyerahkan kepemimpinannya kepada iparnya, yaitu
KH. Ramli Tamim. Mulai pada masa kepemimpinan.
KH. Ramli Tamim inilah Tarekat Qadiriyah wa
Naqsabandiyah berkembang pesat di Jawa Timur, dan
ia mempunyai khalifah yang cukup banyak.87Diantara
khalifah KH. Ramli Tamim yang paling utama adalah
KH. Usman al-Ishaqi. Ia tinggal di Surabaya dan
mendirikan pondok pesantren Jatiurwo di Sawahpulo
Surabaya. Ia menggantikan posisi kemursyidan KH.
Ramli Tamim Bersama putra KH. Ramli Tamim
sendiri, yaitu KH. Musta‟in Ramli, pada masa
kepemimpinan KH. Musta‟in Ramli terjadi goncangan
dalam tubuh tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di

86
Penjelasan para Khalifah KH. Ahmad Dimyati Ramli, pengikut tarekat
dari pusat Rejoso Jombang ini ada 27 Provinsi di Indonesia, dan setiap Kecamatan
yang keseluruhan anggotanya diperkirakan 20.000.000 (perhitungan tahun 1985),
penulis kutip dari hasil wawancara Kharisuddin Aqib, al-Hikmah., Jombang, 25 Juli
1996
87
Penjelasan KH. Mubaid, Khalifah KH. Ramli Tamim di Nganjuk, penulis
kutip dari hasil wawancara Kharisuddin Aqib, al-Hikmah., Nganjuk, 20 Juli 1996.
Baca juga Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah,. h. 97
55

Jawa Timur. Padahal pada saat itu tarekat ini sudah


sangat besar dan sedang berkembang dengan pesatnya.
Goncangan itu terjadi karena KH. Musta‟in
Ramli menyebrang dan mengarahkan umatnya untuk
berafiliasi ke Golkar pada pemilu 1977.88 Dengan
beralihnya KH. Musta‟in Ramli ke Gokar, dalam tubuh
Tarekat ini terjadi perpecahan. Para khaifah KH. Ramli
Tamim yang sebelumnya mengakui kepemimpinanya
KH. Muta‟in Ramli banyak yang mufaraqah. Akhirnya
beberapa diantaranya bertindak sebagai mursyid dengan
bai‟at kemursyidan kepada KH. Muslih ibn
Abdurrahman. Mursyid tarekat yang sama wilayah
Jawa Tengah. Peristiwa ini kemduian menyebabkan
lahirnya keputusan pengurus Wilayah NU Jawa Timur
untuk mengangkat mursyid di setiap Kabupaten atau
Daerah tingak II. Ia juga karena peristiwa tersebut,
lahirlah Jami‟iyyah Ahli Thariqah al-Mu‟tabarah al-
Nahdliyah. Suatu organisasi tarekat yang tetap
konsisten pada sikap politik NU.89
Di Jawa Timur pada tahun 1980-an, telah
berkembang Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah
dengan sangat pesat. Perkembangan ini melalui dua
silsilah yang masing-masing mursyid memiliki
otoritasnya sendiri-sendiri. Melalui silsilah Syaikh
Abdul Karim al-Bantani di suatu pihak dan melalui
Syaikh Ahmad Hasbu al-Maduri di pihak lain.

88
Aula (Majalah NU), Politik Tarekat Politik, No. X, th. VIII, 1991
(Surabaya: Pengurus Wilayah NU Jatim, 1991), h. 24-25.
89
Penjelasan KH. Zamrozi Saerozi, Mursyid Pusat Pare Kediri, penulis
kutip dari hasil wawancara Kharisuddin Aqib, al-Hikmah., Kediri, 27 Juli 1996. Pada
perkembangan selanjutnya jam‟iyyah ini juga pecah, setelah kepemimpinan KH.
Idham Khalid (berafialiasi ke PPP) yaitu dengan berdirinya Jam‟iyyah Ahli Thariqah
al-Mu‟tabarah al-Nahdliyah plus Khittah (konsisten pada kebijaksanaan politik NU)
56

Dari silsilah yang pertama mursyid tertinggi


di Jawa Timur di pegang oleh KH. Adlan Ali Cukir,
yang selanjutnya digantikan KH. Makki Mas‟um
Gayam. Keduanya mengambil bai‟at kemursyidan
kepada KH. Muslih di Mranggeng Jawa Tengah,
sedangkan melalui silsilah kedua, kepemimpinan pada
saat itu dipegang oleh KH. Musta‟in Ramli yang
kemudian digantikan oleh adiknya KH, Amad Dimyati
Ramli.90
Kemursyidan di Rejoso Jombang setelah
meninggalnya KH. Musta‟in Ramli, dilanjutkan ileh
adiknya yaitu KH. Rifa‟I Ramli, dan setelah KH. Rifa‟I
meninggal dunia, jabatan mursid selanjutnya dipegang
oleh saudaraya yakni KH. Dimyati Ramli. Kedua
mmursyid ini mengambil bai‟at kemursyidan kepada
KH. Ma‟sum Ja‟far (Porong Sidoarjo).91 Dia adalah
khalifah Ramli Tamim, yang berkhidmad menegakkan
kemursyidan di Rejoso Jombang.92 Sedangkan
kemursyidan Surabaya setelah meinggalnya KH.
Usman, dipegang oleh putranya yang Bernama KH.
Asrori al-Ishaqi. Keseluruhan kemursyidan yang ada
dalam tarekat ini memiliki ajaran-ajaran dasar yang
sama.

90
Penjelasan KH. Makki Ma‟sum, Mursyid Tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah Pusat Cukir Jombang, penulis kutip dari hasil wawancara
Kharisuddin Aqib, al-Hikmah., Jombang, 29 Juli 1996.
91
Penjelasan KH. Ahmad Dimyati Ramli, Mursyid Tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah pusat Rejoso Jombang, penulis kutip dari hasil wawancara
Kharisuddin Aqib, al-Hikmah., Jombang, 26 Juli 1996.
92
Penjelasan KH. Masduki, khalifah KH. Musta‟in Ramli di Nganjuk,
penulis kutip dari hasil wawancara Kharisuddin Aqib, al-Hikmah., Nganjuk, 17 Juli
1996
57

3. Silsilah Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah


Dalam silsilah Tarekat Qadiriyah wa
Naqsabandiyah ini mempunyai dua jalur silsilah, yakni
Silsilh Tarekat Qadiriyah dan silsilah Tarekat
Naqsabdniyah.93

a. Silsilah Tarekat Qadiriyah :

Tabel 2.2
Silsilah Tarekat Qadiriyah
No Nama
1 Allah SWT
2 Jibril As
3 Nabi Muhammad SAW
4 Sayyidina Ali bin Abi
Thalib r.a
5 Imam Husein r.a
6 Imam Zinal Abidin r.a
7 Imam Muhammad Al-Baqir
r.a
8 Imam Ja‟far As-Shiddiq r.a
9 Imam Musa Al-Kadzim r.a
10 Syaikh Abdul Hasan Ali bin
Musa r.a
11 Syeikh Ma‟aruf Al-Karkhi
r.a
12 Syaikh Sirri As-Saqathi r.a
13 Abu Qasim Junaidi al-
Baghdadi r.a
14 Syaikh Abi Bakar As-Syibli
r.a
15 Syaikh Abul Fadl Abdul
Wahid At-Tamimi r.a
16 Syaikh Abul Faraj At-

93
Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia (Bandung:
Mizan, 1994), h. 56-57.
58

Thurtusi r.a
17 Syaikh Abu Hasan „Ali bin
Yusuf Al-Qirsy Al-Hakari
r.a
18 Syaikh Abu Sa‟id Al-
Mubarak „Ali bin Al-
Makhzumi r.a
19 Syaikh „Abdul Qadir Al-
Jailani r.a
20 Syaikh Abdul Aziz r.a
21 Syaikh Muhammad Al-
Hattaq r.a
22 Syaikh Syamsuddin r.a
23 Syaikh Sarifuddin r.a
24 Syaikh Nuruddin r.a
25 Syaikh Waluyuddin r.a
26 Syaikh Hisyamuddin r.a
27 Syaikh Yahya r.a
28 Syaikh Abu Bakar r.a
29 Syaikh „Abdur Rahim r.a Sumber
30 Syaikh „Utsman r.a : Data
31 Syaikh „Abdul Fattah r.a
Diolah
32 Syaikh Muhammad Murad
r.a
33 Syaikh Syamsuddin r.a
34 Syaikh Ahmad Khatib
Sambasi Ibnu „Abdul
Ghafar r.a

b. Silsilah Tarekat Naqsabdniyah :

Tabel 2.3
Silsilah tarekat Naqsabandiyah

No Nama
1 Allah SWT
2 Jibril As
59

3 Nabi Muhammad SAW


4 Abu Bakar as-Shiddiq
r.a
5 Salman al-Farisi r.a
6 Qasim bin Muhammad
ibn Abu Bakar r.a
7 Imam Ja‟far Shadiq r.a
8 Abu Yazid al-Busthami
r.a
9 Abu Hasan Kharqani r.a
10 Abu Ali Farmadi r.a
11 Syaikh Yusuf al-
Hamdani r.a
12 Abdul Khaliq
Guzdawam r.a
13 Arif Riya Qari r.a
14 Muhammad Anjiri r.a
15 Ali Rami Tamimi r.a
16 M. Baba Sammasi r.a
17 Amir Kulali r.a
18 Syaikh Bahauddin an-
Naqsyabandi r.a
19 M. Alauddin Attari r.a
20 Ya‟qub Jarekhi r.a
21 Ubaidillah Ahrari r.a
22 M. Zahidi r.a
23 DARWISI Muhammad
Baqi‟ Billah r.a
24 A. Faruqi al-Shirhindi
r.a
25 Al-Maksum al-Shirhindi
r.a
60

26 Saifuddin Afif
Muhammad r.a
27 Nur Muhammad Badawi
r.a
28 Syamsuddin Habubullah
Janjani r.a
29 Abdullah al-Dahlawi r.a
30 Abu Sa‟id al-Ahmadi r.a
31 Ahmad Sa‟id r.a
32 M. Jan al-Makki
33 Suaikh Khalil Hilmi r.a
34 Syaikh Ahmad Khatib
as-Sambasi Ibnu „Abdul
Ghafar r.a
Sumber : Data Diolah

Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah


merupakan terakt gabungan antara tarekat Qadiriyh dan
Tarekat Naqsabandiyah yang didirikan oleh Syaikh
Ahmad Khatib al-Sambasi, yang nama silsilahnya ia
peroleh melalui dua jalur, yakni Syaikh Syamsuddin
mursyid tarekat Qadiriyah dan juga dari Syaikh Khalil
Hilmi mursyid tarekat Naqsabandiyah. Dari Syaikh
Ahmad Khatib al-Sambasi inilah melahirkan mursyid-
mursyid tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah (TQN),
melalui tiga jalur.
Jalur pertama : Syaikh Ahmad Khatib al-
Sambasi, Syaikh Abdul Karim al-Bantani, KH. Ibrahim
al-Mrumbangi, KH. Abdur Rahman Menur, KH.
Muslikh al-Rahman, KH. M. Lutfi al-Hakim (Pusat
Mrenggeng Jawa Tengah), KH. Zamrozi Saerozi (Pusat
Pare Kediri Jatim, KH. Adlan Ali (Pusat Cukir
61

Jombang Jatim, KH. Makki Ma‟sum (Pusat Cukir


Jombang Jarim).
Jalur kedua : Syaikh Ahmad Khatib al-
Sambasi, Syaikh M. Thalhah al-Cireboni, KH.
Abdullah al-Mubarak, KH. Shahinul Wafa Tajul Arifin
(Pusat Suryalaya).
Jalur Ketiga : Syaikh Ahmad Khatib al-
Sambasi, Syaikh Ahmad Hasbu al-Maduri, KH. M.
Khalil Bangkalan, KH. Ramli Tamim Rejoso Jombang,
dari KH. Ramli Tamim ini ada dua Jalur yakni :
pertama, KH. Musta‟in Ramli dan KH. Ma‟sum Ja‟far,
KH. Rofa‟I Ramli, KH. Ahmad Dimyati Ramli (pusat
Rejoso Jombang Jatim), Kedua : KH. Usman al-Shaqi,
dan KH. M. Asrori Usman (Pusat Surabaya Jatim).
4. Ajaran Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah
Sebagai suatu mazhab dalam tasawuf, Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah memiliki beberapa ajaran
yang diyakini akan kebenarannya, terutama dalam
kehidupan kesufian. Beberapa ajaran yang merupakan
pandangan para pengikut tarekat ini bertalian dengan
Thariqat (metode) untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT, dengan cara yang diyakini paling efektif
dan efisien. Pada umumnya tahriqat (metode) dalam
suluk yang menjadi ajaran dalam tarekat ini didasarkan
pada Al-Qur‟an, al-Hadits dan perkataan para ulama‟
al-arifin dari kalangan alaf al-salihin.94
Setidaknya ada beberapa ajaran pokok dalam
tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah yaitu :95
a. Kesempurnaan Suluk.
b. Adab para murid.

94
Zamroji Saerozi, Al--Tazkirat al-Naf‟iah, h. 37.
95
Dr. H. Kharisudin Aqib, M.Ag, Al-Hikmah ( Memahami Teosofi tarekat
Qadiriyah wa Naqsabandiyah (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2005), h. 62.
62

c. Dzikir.
d. Muraqabah.
e. Suluk.
f. Tawajjuh.

Keempat ajaran diatas adalah ajaran yang


membentuk citra diri yang paling dominan dalam
kehidupan para pengikut Tarekat Qadiriyah wa
Naqsabandiyah. Ajaran-ajaran tersebut juga membentuk
identitas diri yang membedakan antara pengikut tarekat
dengan yang lainnya. Khususnya ajaran-ajaran yang
bersifat teknis, seperti tata cara berzikir, muraqabah,
dan bentuk-bentuk upacara ritual lainnya. Beikut adalah
penjelasan dari keempat ajaran tersebut :

a. Kesempurnaan Suluk
Ajaran yang sangat ditekan dalam
ajaran tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah
adalah suatu keyakinan bahwa kesempurnaan
suluk (merambah jalan kesufian, dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah), adalah jika
berada dalam tiga dimensi keislaman, yaitu
Islam, Iman, dan Ihsan. Akan tetapi ketiga term
tersebut biasanya dikemas dalam suatu ajaran
three in one yang sangat populer dengan istilah
Syari‟at, tarekat dan hakikat.96
Syari‟at adalah dimensi perundang-
undangan dalam Islam. Ia adalah ketentuam
yang telah ditetapkan oleh syari‟ (Allah),
melalui rasul-Nya Muhammad SAW, baik yang
berupa perintah maupuun larangan. Tarekat
96
Muslikh Abdurrahman, Risalah Tuntunan Tarekat Qadiriyah wa
Naqsabandiyah, Jilid I-II (Kudus: Menara Kudus, 1976), h. 20-21.
63

merupakan dimensi pengalaman syari‟at


tersebut, sedangkan hakikat adalah dimensi
penghayatan, dalam pengalaman tarekat
tersebut.97 Dengan penghayatan atas
pengamalan syari‟at itulah, maka seseorang
akan mendapatkan manisnya iman yang disebut
dengan ma‟rifat.
Syari‟at juga bisa berarti segala
perbuatan lahiriyah yang mesti dilaksanakan
oleh sorang hamba. Sebagai realisasi dari
pernyataannya iyyaka na‟budu wa iyyaka
nastain. Didalam syari‟at itulah hakikat akan
ditemukan dengan pertolongan Allah, dan
pertolobgan Allah itu akan datang jika amal
perbuatan dilaksanakan dengan kepasrahan diri
yang tulus (tawakkal) kepada-Nya.
Jadi dalam tarekat ini diajarkan,
bahwa seorang salik (orang yang meniti jalan
kesufian, dalam rangka mendapatkan ma‟rifat
billah), tidak mungkin dapat berhasil tanpa
memegangi syar‟at, melaksanakan tarekat dan
menghayati hakikat. Seorang salik tidak
mungkin melepaskan ketiga dimensi keislaman
itu. Ia tidak akan mendapatkan ma‟rifat kepada
Allah, tanpa berada dalam syari‟at dan masuk
dalam tarekat.
Ajaran tentang prinsip kesempurnaan
suluk merupakan ajaran yang menjadi tekanan
utama pendiri Tarekat Qadiriyah, yaitu Syekh

97
Qawaid, “Tarekat dan Politik, Kasus Tarekat Qadiriyah wa
Naqsabandiyah di Desa Mragen Demak, Jawa Tengah” (Tesis, Jakarta : PPS-UI,
Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 1993), h. 125.
64

Abd. Qadir al-Jailani (w. 561 H).98 Hal ini


dapat dimaklumi, karena ia adalah seorang sufi
sunni dan sekaligus seorang ulama‟ fiqh. Ia
adalah faqih dalam mazhab Hambali. Inilah
pemahaman prinsip yang membedakan antara
sufi sunni dan sufi bid‟i.99 Menurut Nurcholish
Madjid, tarekat-tarekat yang ada sekarang ini
merupakan suatu kelembagaan sufi populer
yang merupakan hasil dari usaha dan kerja
keras para ulama‟ sufi sunni, seperti al-Ghazali,
al-Qusyairi, al-Sya‟rani, Ibn Taimiyyah, dan
lain-lain. Sehingga menurutnya, keberadaan
tarekat-tarekat yang ada sekarang ini sudah
tidak perlu untuk terlalu dicurigai
keabssahannya secara syar‟i.100 Walaupun
sudah barang tentu, ada satu atau dua yang
mengatasnamakan tarekat, atau berperan
sebagai tarekat tetapi tidak mengindahkan
syari‟at. Itulah yang di dalam lingkungan
Nahdlatul Ulama (NU), dikatakan sebagai
Tarekat Ghairu Mu‟tabarah.101
Dalam lingkungan Nahdlatul Ulama,
terdapat jami‟iyah para pengamal Tarekat
Mu‟tabarah, yang berdiri pada tahun 1975.
Organisasi ini didirikan dengan maksud antara
lain adalah untuk memudahkan pengawasan

98
Abd. Qadir al-Jailani al-Hasani, al-Gunya li Talibi Tariq al-Haq fi al-
Akhlaq wa al-Tasawuf wa al-Akhlaq, Jus II (al-Maktabah al-Sya‟biyah, t.t.), h. 161-
162.
99
Abd. Aziz Dahlan, Tasawuf Sunni dan Tasawuf Falsafi : Tinjauan
Filosofis, dalam kumpulan makalah Paramadina, t.t., h.125-126.
100
Nurcholish Majid, Islam Agama Peradaban : Membangun Makna dan
Relevansi Doktrin Islam dalam Sejarah (Jakarta: Paramadina, 1995), h.113-115.
101
Ibid., h.113
65

terhadap kemungkinan munculnnya


penyimpangan-penyimpangan dalam
pengalaman suatu tarekat, dari ketentuan
syari‟at Islam. Sehingga dapat dibedakan
dengan lebih mudah, mana yang pengamalan
suatu tarekat, dari ketentuan syari‟at Islam.
Sehingga dapat dibedakan dengan mudah, mana
yang mu‟tabarah (absah), dan yang ghairu
mu‟tabarah (batil).

b. Adab Para Murid


Kitab yang sangat populer dikalangan
sunni, dan menjadi rujukan bagi sebagian besar
tarekat yang ada (termasuk Tarekat Qadiriyah
wa Naqsabandiyah) adalah Tanwir al-Qulub fi
Mu‟amalati „allam al-Guyub, karna
Muhammad Amin al-Kurdi dan kitab al-anwar
al-Qudsiyah, karya seorang sufi yang terkenal,
Syekh Abd. Wahab al-Sya‟rani, disamping
kitab karya pendiri Tarekat Qadiriyah sendiri
Syekh Abd. Qadir al-Jailani, yang berjudul al-
Gunyah li Talibi Tariq al-Haq. Didalam kitab
tersbut, diuraikan panjang lebar tentang adab
bagi para murid (orang-orang yang
menghendaki “belum tentu Tuhan”). Dalam
kitab-kitab tersebut dijelaskan betapa
pentingnya memperbaiki adab, dan ini
merupakan unsur ajaran pokok yang ada dalam
mazhab tasawuf. Secara garis besar, seorang
murid ataupun ahli tarekat, harus menjaga
empat adab yaitu :
1) Adab kepada Allah
66

2) Adab kepada Syekh (Mursyid dan


Guru)
3) Kepada ikhwan
4) Adab kepada diri sendiri.102

c. Zikir dan Wirid


Teknik dasar Naqsabandiyah, seperti
kebanyakan tarekat lainnya, adalah dzikir yaitu
berulang-ulang menyebut nama Tuhan ataupun
menyatakan kalimat la ilaha illallah. Tujuan
Latihan itu adalah untuk mencapai kesadaran
akan Tuhan yan lebih langsung dan permanen.
Pertama sekali, Tarejat Naqsabandiyah
membedakan dirinya dengan airan lain dalam
hal dzikir yang lazimnya adalah dzikir dian
(kahfi, “tersembunyi”, atau qalbi, “dalam hati”),
sebagai lawan dari dzikir keras (dhahru) yang
lebih disukai tarekat-tarekat lain.103 Kedua,
jumlah hitungan dzikir yang mesti diamalkan
lebih banyak pada Tarekat Naqsabandiyah
daripada kebanyakan tarekat lain. Dzikir dapat
dilakukan baik secara berjama‟ah maupun
sendiri-sendiri, tetapi mereka yang tinggal dekat
seseorang syekh cenderung ikut serta secara
teratur dalam pertemuan-pertemuan di mana
dilakukan dzikir berjama‟ah. Di banyak tempat
pertemuan semacam itu dilakukan dua kali
seminggu, pada malam Rabu dan setelah sholat

102
Dr. H. Kharisudin Aqib, M.Ag, Al-Hikmah ( Memahami Teosofi tarekat
Qadiriyah wa Naqsabandiyah, h.69.
103
Ali Maksum, Tasawuf Sebagai Pembebasan Manusia Modern
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 32.
67

jum‟at.104 Tarekat Naqsabandiyah mempunyai


dua macam dzikir yaitu :
1) Dzikir ism sl-dzat, mengingat yang
haqiqi dengan mengucapkan nama
Allah berulang-ulang dalam hati, ribuan
kali (dihitung dengan tasbih), sambal
memusatkan perhatian kepada tuhan
semata.
2) Dzikir Tauhid, artimya mengingat
keesaan. Dzikir ini terdiri atas bacaan
perlahan diiringi dengan pengaturan
nafas, kalimat la illaha illallah, yang di
bayangkan seperti menggambar jalan
(garis) melalui tubuh. Bunyi La
digambarkan dari daerah ousar terus ke
hati sampai ke ubun-ubun, bunyi ilaha
turun ke kanan dan berhenti oada ujung
bahu kanan, kata berikutnya, illa
dimulai dengan turun melewati bidang
dada sampai ke jantung, dan kea rah
jantung inilah kata terakhir Allah di
hujamkan dengan sekuat tenaga. Orang
yang membayangkan jantung itu
mendenyutkan nama Allah dan
membara, memusnahkan segala
kotoran.

Selain dari dua dzikir di atas,


pengikut tarekat Naqsabandiyah mengenal
dzikir latha‟if yang lebih tinggi tingkatannya.
Dengan dzikir ini, orang memusatkan
104
Muhammad Faqih, Ketua Sekaligus Imam Jama‟ah Tarekat Qadiriyah
Wa Naqsabandiyah Desa Telogo Rejo,Wawancara Pada tanggal 6 Mei 2022.
68

kesadarannya (dan membayangkan nama Allah


itu bergetar dan memancarkan panas) berturut-
turut pada tujuh titik halus pada tubuh. Tujuh
tingkatan dzikir ini adalah :
1) Mukasyah, mula-mula dzikir dengan
nama Allah dalam hati sebanyak 5000
kali sehari semalam. Kemudian
melaporkan kepada syekh untuk
dinaikkah dzikirnya menjadi 6000 kali
sehari semalam. Dzikir 5000 dan 6000
itu dinamakan maqam pertama.105
2) Lathifah (jamak latha‟if), dzikir ini
antara 7000 hingga 11.000 kali sehari
semalam. Terbagi kepada tujuh macam
yaitu qalb (hati), ruh (jiwa), sirr
(Nurani terdalam), khafi (kedalaman
tersembunyi), akhfa ( kedalaman paling
tersmbunyi), dan nafs nathiqah (akal
budi). Lathifah ketujuh, kull jasad
sebetulnya tidak merupakan titik tetapi
luasnya meliputi seluruh tubuh. Bila
seorang telah mencapai tingkat dzikir
yang sesuai dengan lathifah terakhir ini,
seluruh tubuh akan bergetar dalam
nama Tuhan. Ternyata latha‟if pun
persis serupa dengan cakra dalam teori
yoga. Memang, titik-titik itu letaknya
berbeda pada tubuh, tetapi peranan
dalam psikologi dan Teknik meditasi
seluruhnya sama saja.106

105
Sri Mulyati, Tarekat-Tarekat Muktabaroh di Indonesia (Jakarta: Pernada
Media, 2004), h. 115-118.
106
Sri Mulyati, h. 19.
69

3) Nafi‟ Itsbat, pada tahap ini, atas


pertimbangan syekh diteruskan
dzikirnya dengan kalimat la ilaha
illallah. Merupakan maqam ketiga.
4) Waqaf Qalbi.
5) Ahadiah.
6) Ma‟iah.
7) Tahlil, setelah sempat pada maqam
terakhir ini maka sang murid tersebut
akan memperoleh gelar khalifah,
dengan ijazah dan berkewajiban
menyebarkan ajaran tarekat ini dan
boleh mendirikan suluk yang dipimpin
oleh mursyid.

Ada beberapa manfaat yang akan


dirasakan oleh seseorang ketika melakukan
dzikir selain merasa ketenangan batin, dapaun
manfaat tersebut yaitu :
1) Dzikir merupakan ketetapan dan syarat
kewalian. Artinya, para kekasih Allah
itu biasanya selalu istiqamah dalam
berdzikir kepada Allah. Sebaliknya,
siapa yang lupa atau berhenti dari
dzikirnya, ia telah melepaskannya dari
derajat mulia itu.
2) Dzikir merupakan kunci dari ibadah-
ibadah hyang lain. Dalam dzikir
terkandung kunci pembuka rahasia-
rahasia ibadah yang lainnya. Hal itu
diakui oleh Sayyid Ali Al-Mursifi,
bahwa tidak ada jalan lain untuk
menjadi kekasih Allah (merawat atau
70

membersihkan hati para muridnya


kecuali terus menerus melakukan dzikir
kepada Allah).
3) Dzikir merupakan syarat atau perantara
untuk masuk hadirat Illahi. Allah
adalah Dzat yang maha suci sehingga
Dia tidak dapat didekati kecuali oleh
orang-orang yang suci pula.
4) Dzikir akan membuka dinding hati
(hijab) dan menciptakan keikhlasan hati
yang sempurna. Menurut para ulama
salaf, terbukanya hijab (kasyaf) ada dua
macam yaitu kasyaf hissi (terbukanya
pandangan karena penglihatan mata)
dan kasyaf khayali (terbukanya tabir
hari sehingga mampu mengetahui
kondisi diluar alam indawi).
5) Menurunkan rahmat Allah,
sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
“Orang-orang yang duduk untuk
berdzikir, malaikat mengitari mereka,
Allah melimpahlkan rahmat-Nya, dan
Allah juga menyebut (membanggakan)
mereka kepada malaikat di
sekitarnya”.
6) Menghilankan kesusahan hati,
kesusahan itu terjadi karena lupa
kepada Allah.
7) Melunakkan hati. Sebagaimana yang
dijelaskan oleh Al-Hakim Abu
Muhammad At-Turmudzi, dzikir
kepada Allah dapat membasahi hati dan
melunakkannya. Sebaliknya, jika hati
71

kosong dari dzikir, ia akan menjadi


panas oleh dorongan nafsu dan api
syahwat sehingga hatinya menjadi
kering dank eras. Anggota badannya
sulit (menolak) untuk diajak taat
kepada Allah. Selain itu, dzikir juga
dapat menghilangkan berbagai macam
penyakit hati seperti sombong, ria,
ujub, dan suka menipu.
8) Memutuskan ajakan maksiat setan dan
menghentikan gelora syahwat nafsu.
9) Dzikir bisa menolak bencana. Dzuk
Nun Al-Mishri tokoh sufi kenamaan
pernah mengatakan bahwa siapa yang
berdzikir, Allah senantiasa menjaganya
dari segala sesuatu. Bahkan, diantara
para ulama salaf ada yang berpendapat
bahwa bencana itu jika bertemu dengan
orang-orang yang berdzikir akan
menyimpang. Jadi, dzikir merupakan
tempat terbesar bagi para hamba,
tempat mereka mengambil bekal dan
tempat kemana ia senantiasa kembali.
Allah telah menciptakan ukuran dan
waktu bagi setiap ritual (peribadatan),
tetapi ia tidak menciptakannya untuk
dzikir. Dia menyuruh hambanya untuk
berdzikir sebanyak-banyaknya.
Menurut Anshori dzikir bermanfaat
mengontrol perilaku. Pengaruh yang
ditimbulkan secara konstan, akan
mampu mengontrol perilaku seseorang
dalam kehidupan sehari-hari.
72

d. Muraqabah (pengawasan)
Muraqabah adalah konsentrasi penuh
dan waspada terhadap segenap kekuatan jiwa,
pikiran, imajinasi, dan Tindakan. Suatu
pengawasan diri yang cerma atas kesadaran
lahir dan batin sehingga menghasilkan
terpeliharanya suasana hati yang jernih dan
sehat. Kejernihan dan Kesehatan hati terukur
dari kemampuan hati untuk menjalankan
fungsinya. Al-Ghazali sudah menyebutkan
bahwa fungsi hati adalah hikmah (wisdom) dan
pengenalan Tuhan (gnois, ma‟rifat). Tanpa
hikmah dan ma‟rifah muncullah berbagai
penyakit hati seperti sombong, dengki curang
dan berbagai bentuk perasaan, pikiran dan
perilaku negative lainnya. Orang yang
senantiasa dalam kondisi muraqabah berarti
merasa selalu terawasi dan terlihat oleh Tuhan,
pikiran dan perasaannya senantiasa terkontrol
dan bekerja dalam batas-batas ketentuan hukum
Islam, sehingga melahirkan perilaku (moral)
yang luhur.107

e. Suluk (khalwat)
Suluk adalah perjalanan di jalan
spiritual menuju dang sumber. Ini adalah
metode perjalanan melalui berbagai keadaan
dan kedudukan, di bawah bimbingan seorang
guru spiritual. Seseorang yang menempuh jalan
ini disebut salik. Seorang hamba yang telah
107
Sanerya Hendrawan, Spiritual Management (Bandung: Mizan, 2009), h.
41.
73

jauh berjalan menuju Allah dengan sungguh-


sungguh menunjukkan penghambaanya kepada
Allah.108 Suluk juga bisa dikatakan dengan
khalwat, khalwat adalah penarikan diri dan
penyendirian spiritual. Semula khalwat
dilakukan secara fisik. Dengan menarik diri dari
gangguan-gangguan luar yang potensi
menyimpangkan seseorang dalam
kontemplasinya atas nama dan sifat-sifat amal,
yang biasa dilakukan di gua-gua atau tempat-
tempat yang sepi. Akhirnya, penarikan diri
menjadi semata-mata bersifat spiritual Ketika
hati senantiasa hadir terus-menerus Bersama
Allah, maka hal ini dikatakan berkhalwat.109
Kebanyakan syekh naqsabandiyah mempunyai
ruang khusus tempat para muridnya dapat
menjalankan suluk. Selama dalam menjalankan
khalwat, seorang santri makan dan minum
sedikit sekali, hamper seluruh waktunya untuk
bersholat, dzikir, dan meditasi serta tidak
diizinkan berbicara hal-hal yang bermanfaat.

f. Tawajjuh
Konsentrasi, perhatian atau
“menghadapkan wajah pada sesuatu”. Tawajjuh
dapat mengacu pada konsentrasi spiritual yang
terjadi antara mursyid dan murid. Pada tataran
makna yang lebih tinggi, tawajjuh berarti
perhatian Allah pada sesuatu yang ungkin yang

108
Sanerya Hendrawan, h. 292.
109
Chabib, Mengenal Thariqah Panduan Mengenal Jalan Menuju Allah
Ta‟ala (Jakarta: Aneka Ilmu Semarang, 2005), h. 16.
74

menyebabkan sesuatu itu menjadi mewujud.110


Tawajjuh dalam ritual naqsabandiyah
merupakan penjumpaan dimana seseorang
membuka hatinya pada syaikh dan
membayangkan hatinya itu disirami berkah
sang syekh yang akhirnya membawa hati itu
kehadapan Nabi Muhammad. Hal ini
disimbolkan dengan berupa pertemuan kening
guru dan syaikh.

110
Abdul Wadud Kasyful Humam, Satu Tuhan Seribu Jalan (Sejarah,
Ajaran, dan Gerakan Tarekat di Indonesia) (Yogyakarta: Forum, 2013), h. 104.
BAB III

TAREKAT QADIRIYAH WA NASABANDIYAH


KECAMATAN RAWAJITU UTARA

A. Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Kecamatan


Rawajitu Utara
1. Sejarah Singkat Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah Kecamatan Rawajitu Utara
Awal mula berdirinya Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah bermula dari para jama‟ah yang
berasal dari Gunung Lebuai. Kemudian pada tahun
1990 Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah mulai
masuk di kecamatan Rawajitu Utara yang dulunya
adalah wilayah Kabupaten Tulang Bawang, kemudian
ada pemecahan wilayah yakni wilayah Kabupaten
Mesuji, sehingga Kecamatan Rawajitu Utara masuk
ke dalam wilayah Kabupaten Mesuji. Awal mula
jama‟ah Tarekat Qadiriyah Wa Nqasabandiyah di
Kecamatan Rawajitu Utara yaitu berjumlah 3 orang
yang berasal dari desa Rawapitu 3 orang dan Desa
Panggung Jaya 1 orang yang di bai‟at oleh mursyid
dari Pringsewu yakni KH. Al Bustamil Karim (alm),
yang kemudian di gantikan oleh putranya yang
bernama KH. Jamal, hingga saat ini.111
Kemudian setelah satu tahun Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah di Kecamatan Rawajitu
Utara di dirikan jama‟ah pengikut Tarekat bertambah
10 orang, yang kemudian di bentuk suatu organisasi
yang berada di Kecamatan Rawajitu Utara yakni
Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah yang di ketuai
atau yang menjadi badal Tarekat adalah KH. Mustofa

111
KH. Mustofa, Selaku Badal tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah
Kecamatan Rawajitu Utara, Wawancara, 2 November 2022
75
76

dari desa Panggung Jaya kecamatan Rawajitu Utara.


Beliau di berikan kepercayaan dan tanggung jawab
untuk memimpin para jama‟ah dan mengajak para
masyarakat untuk bergabung di Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah.112
Dengan seiringnya waktu pengikut jama‟ah
Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah terus
bertambah hingga pada bulan Oktober tahun 2022,
pengikut jama‟ah Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah mencapai 250 orang. Adapun startegi
yang di gunakan oleh KH. Mustofa selaku badal
Tarekat Kecamatan Rawajitu Utara untuk
menyebarkan ajaran Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah adalah dengan cara menghampiri para
kyai, ustad, dan para tokoh agama, beliau
menjelaskan tentang ajaran Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah adalah ajaran yang diajarakan oleh
Rasulullah Saw pada masa kenabiannya.
2. Program-Program Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah Kecamatn rawajitu Utara
Sebagai organisasi tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah Kecamatan rawajitu Utara, program-
program Tarekat Kecamatan Rawajitu Utara
dilakukan dalam kelompok yang tidak kecil,
mengingat bahwa Kecamatan Rawajitu Utara
memiliki banyak sekali Desa dan ketika
melaksanakan kegiatan bulanan, tri wulan, dan
tahunan dilaksanakan di Kecamatan Rawajitu Utara,
namun untuk kegiatan harian dan mingguan
dilaksanakan di desa masing-masing yang sudah di
tentukan wakil badal Tarekat. Secara struktural,
112
KH. Mustofa, Selaku Badal tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah
Kecamatan Rawajitu Utara, Wawancara, 2 November 2022
77

Organisasi Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah


Kecamatan rawajitu Utara tidak terikat dengan tarekat
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Padang ratu Pringsewu
yang menjadi pusat ajaran tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah Profinsi Lampung. Namun garis-garis
ajaran yang diamalkan tetap menjadi program utama
yang sampai saat ini tetap dilaksanakan dengan rutin.
Program-program yang sesuai dengan garis ajaran itu
adalah :
a. Amalan Harian
Para jama‟ah tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah, dibebani amalan dzikir
harian, baik dzikir jahar maupun dzikir khafi.
Pentingnya dzikir tercantum dalam beberapa
ayat Al-Qur‟an diantanya Q.S. Ar-Ra‟du [13]
: 23.
‫اٗت َ ْط ََئِ ُِّ قُيُ ْ٘بُ ُٖ ٌْ ِب ِزم ِْش ه‬
ؕ ‫ّلِلا‬ َ ْ٘ ٍَُْ َ ‫اَىه ِز ْي َِ ا‬
ُ ْ٘ ُ‫ّلِلاِ ت َ ْط ََئِ ُِّ ا ْىقُي‬
‫ة‬ ‫اَالَبِ ِزم ِْش ه‬
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat
Allah-lah hati menjadi tenteram”. (Q.S. Ar-
Ra‟du [13] : 23)

Pentingnya berdzikir juga tercantum dalam


Q.S Al-Ahzab [33] : 41.
‫يَبأَيُّ َٖباىه ِز ْي َِ آ ٍَُْ٘اا ْرم ُُشٗا ه‬
‫ّلِلاَ ِرم اْشا َمثِ ا‬
‫يشا‬
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah
(dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang
sebanayk-banyaknya” (Q.S. Al-Ahzab [33] :
41)
78

Dari kedua ayat di atas, dapat kita


ketahui bahwa selain diperintahkan untuk
berdzikir sebanyak-banyaknya, imbalan Allah
bagi orang yang berdzikirpun begitu besar,
mulai dari janji Allah untuk menenteramkan
dan menenangkan hati, sampai pemberian
pahala dan penghapusan dosa.
Sebagai salah satu cabang Tarekat
yang ada di Kecamatan, Tarekat Qadiriyah
Wa Naqsabandiyah mengamalkan kedua jenis
dzikir sekaligus. Dzikir jahar dilakukan
dengan mengeraskan suara berdzikir setelah
shalat fardlu sebanyak 165 kali. Jumlah
tersebut disesuaikan dengan jumlah lathifah
(kehalusan atau titik sensitif di dalam diri
(ruh) manusia). Apabila seorang ikhwan atau
jama‟ah tidak sempat melakukan dzikir jahar
karena suatu sebab seperti berada du
lingkungan atau masjid yang bukan tempat
yang biasa mengamalkan dzikir, atau ketika
dalam suatu perjalanan yang jauh sehingga
tidak sempat untuk dzikir jahar, maka dzikir
tersebut dapat di qada dengan ketentuan
seperti meng-qada shalat.
Sedangkan dzikir khafi dilakukan dalam hati
tanpa mengeluarkan suara. Dzikir ini tidak
terikat waktu dan tempat, karenanya bisa
dilakukan setiap saat, kapanpun dan
dimanapun.
b. Dzikir mingguan (tawajuhan)
Tawajuhan atau dzikir mingguan
adalah sebuah kegiatan yang ada di Tarekat
yang dilaksanakan pada satu minggu 2 kali,
79

dimana dalam kegiatan tersebut seorang


mursyid dan para jama‟ahnya membaca dzikir
secara bersama-sama.
c. Kegiatan Bulanan
Kegiatan bulanan ini sama halnya
seperti kegiatan mingguan, namun kegiatan
bulanan dilakukan pada setiap bulan pada
tanggal 11 jawa atau sering juga disebut
dengan sewelasan. Pada kegiatan bulanan ini
para jama‟ah yang berada di kecamatan
rawajitu Utara berkumpul di satu tempat
yakni di masjid yang sudah di tentukan atau
yang mendapatkan giliran untuk ditempati
dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
d. Kegiatan Triwulan (3 Bulan sekali)
Kegiatan triwulan atau yang
dilaksanakan setiap 3 bulan sekali pada
tanggal 11 jawa, dalam kegiatan ini dzikir
yang di baca sama seperti dzikir mingguan
dan bulanan, namun dalam pelaksanaannya
pada kegiatan triwulan ini selain mengundang
para jama‟ah Kecamatan Rawajitu Utara.113
e. Khaul 1 Tahun Sekali
Khaul adalah salah satu kegiatan
yang dilaksanakan secara rutin pada tiap
tahunnya, kegiatan ini diadakan di daerah
Padang Ratu. Kegiatan khaul tersebut adalah
sebuah kegiatan yang bertujuan untuk
memperingati wafatnya KH. Albustamil
Karim.

113
KH. Mustofa, Selaku Badal tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah
Kecamatan Rawajitu Utara, Wawancara, 2 November 2022
80

3. Struktur Organisasi Tarekat Qadiriyah Wa


Naqsabandiyah Kecamatan Rawajitu Utara
Pengurus Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah Kecamatan Rawajitu Utara berada di
bawah naungan ketua umum yakni KH.Nur
Muhammad Abdurrahm Busthamil Karim (alm), yang
berada di Kampung Way Purwosari, Padang Ratu,
Kabupaten Lampung Tengah. Mengingat bahwa
tarekat yang berada di Kecamatan adalah tarekat
Cabang maka untuk memudahkan dalam
membimbing para jama‟ah atau anggota yang telah di
bai‟at, KH. Nur Muhammad Abdurrahman Busthamil
Karim (alm) memberikan tugas dan tanggung jawab
kepada para anggota di masing-masing kecamatan
ataupun daerah. Di kecamatan rawajitu utara ada
beberapa desa yang dijadikan tempat untuk
melaksanakan kegiatan Tawajuhan atau kegiatan rutin
setiap 2 kali dalam satu minggu. Desa-Desa tersebut
meliputi Desa Rawa Pitu, Desa Panggung Jaya, Desa
Telogo Rejo, dan Desa Bumi Ratu.114

114
KH. Mustofa, Selaku Badal tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah
Kecamatan Rawajitu Utara, Wawancara, 2 November 2022
81

Gambar 3.1
Struktur Organisasi Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah Kecamatan Rawajitu Utara115
KETUA

KH. MUSTOFA

SEKERTARIS BENDAHARA

MUHLASIN RAMLI

WAKIL BADAL I WAKIL BADAL II WAKIL BADAL III

KY. M. FAQIH KY. ASPAR KH. RAMLI

4. Jumlah Badal dan Jama’ah Tarekat Qadiriyah


Wa Naqsabandiyah Kecamatan Rawajitu Utara
a. Jumlah Badal Tarekat Kecamatan Rawajitu
Utara
Jumlah Badal tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah di Kecamatan Rawajitu Utara
adalah berjumlah 8 orang, dengan rincian
sebagai berikut :

115
Hasil Data Dokumentasi pada tanggal 8 November 2022
82

Tabel 3.1
Jumlah Badal TQN Kecamatan Rawajitu
Utara116

No Desa Jumlah
1 Rawapitu 3 orang
2 Bumi Ratu 2 orang
3 Panggung 2 orang
Jaya
4 Telogo Rejo 1 orang
Jumlah 8 orang
Sumber : Hasil Data Observasi

b. Jumlah Anggota/ Jama‟ah Tarekat Kecamatan


Rawajitu Utara
Jumlah anggota jama‟ah tarekat
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Kecamatan
Rawajitu Utara berjumlah ± 500 orang, pada
skripsi ini penulis tidak menuliskan semua
nama-nama jama‟ah yang berjumlah 500
orang tersebut namun hanya beberapa orang
yang menurut penulis berpengaruh dalam
proses pengambilan data.

Tabel 3.2
Jumlah Anggota TQN Kecamatan
Rawajitu Utara117

No Nama No Nama
1 Bpk. Wardi 61 Ky. M. Faqih

116
Hasil Observasi dan Wawancara pada tanggal 8 November 2022
117
Hasil Observasi dan Wawancara pada tanggal 8 November 2022
83

(badal Desa
Telogo Rejo)
2 Bpk. Ngardi 62 KH. Turmudi
3 Bpk. Pujono 63 Bpk. Suparno
(Kaum/Mudin)
4 Bpk. Mujaidin 64 Bpk. Sartopo
(Ketua Pemuda
Desa Telogo
Rejo)
5 Mbah Suradi 65 Ibu Sutini
6 Bpk. Widodo 66 Muhson
7 Mbah Romli 67 Muslimin
(Badal Desa
Panggung Jaya)
8 Bpk. Sugiantoro 68 Ust. Imam
Khusairi
9 Bpk. Darman 69 Ust. Anirudin (
Ketua Ranting
NU Desa
Telogo Rejo)
10 Bpk. Kasum 70 Ibu Muslimah
(Anggota
Muslimat NU)
11 Bpk. Sugiono 71 Bpk. Sudar
12 Nur Sahid 72 Hj. Saripah
13 Bpk. Tarjo 73 Abdul
Mutholib
14 Suratman 74 Nardi
15 Ali Fauzan 75 Poniran
16 Sukiman 76 Mbah Mu‟i
17 Mbah Paini 77 Tangen besera
Ibu
84

18 Aminah 78 Bejo Utomo


19 Maryatun 79 Rohyat
20 Sainem 80 Tatik
21 Sukiyem 81 Bpk. Barno
22 Marsilah 82 Sohib
23 Suliah 83 Saripah
24 Lestari 84 Supri
25 Mbah. Sri 85 Rosminah
26 Darmiati 86 Mbah Katmin
27 Maryatun 87 Mbah Sum
28 Sumiah 88 Karim
29 Dwi 89 Mbah Natam
30 Sumirah 90 Gunadi
31 Tumini 91 Wilis
32 Sunari 92 Bpk. Dikin
33 Legiman 93 Jatem
34 KH. Nursin 94 Ali Khoii
35 Mudin 95 Mbah Parno
36 Muhidin 96 Mbah Satam
37 Sarman 97 Ibu Husaini
38 Wahid 98 Tohari
39 Budiman 99 H. Tandik
40 Jarno 100 Hj. Sumiati
41 Badrun 101 Rosmiati
42 Paijan 102 Mbah SUrtiati
43 A. Jini 103 Ibu Siti
44 Bpk. Sopian 104 Ibu Sumiati
45 H. Tasrib 105 Mbah Warjo
46 H. Kholil 106 Mbah Yat
47 Bpk. Jainudin 107 Bpk. Suwito
48 Bpk. Mustopa 108 Ibu Kiptiyah
49 Bapak. Bakat 109 Naseb Riyadi
85

50 Mbah Kaum 110 Bpk. Janji


Slamet
51 Muhadi 111
Bpk. Aspar
52 Ibu Hartini 112
Bpk. Selo
53 Bpk. Satimen 113
Bpk. Asnawi
54 Bpk Tusirin 114
Bpk.
Muhtarom
55 Bpk. Mufid 115 Bpk. Kasdu
56 Bpk. Mukhlasin 116 Bpk. Imam
(Ketua MWC Syafi‟i
NU)
57 Ky.
Mujiburrohman
58 Bpk. Barno
59 Bpk. Yono
60 Ibu Siti
Maimunah
Sumber :Hasil Data Observasi dan
Wawancara

B. Manajemen Pelaksanaan Ajaran Tarekat Qadiriyah Wa


Naqsabandiyah di Kecamatan Rawajitu Utara
Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah adalah
merupakan tarekat yangh di ambil dari nama pendirinya yaitu
Muhammad bin Muhammad Baha‟ al-Din al-Uwais al-
Bukhari Naqsyabadiyah. Dalam ajaranny, Tarekat Qadiriyah
Wa Naqsabandiyah mengajarkan tentang lebih mendekatkan
diri kepada Allah melalui amalan-amalan yang ada di tarekat
tersebut.118

118
KH. Mustofa, Selaku Badal tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah
Kecamatan Rawajitu Utara, Wawancara, 2 November 2022
86

Dari hasil wawancara dengan wakil badal Tarekat


yakni Ky. Muhammad Faqih selaku wakil badal Tarekat Desa
Telogo Rejo Kecamatan Rawajitu Utara, beliau menjelaskan
bahwa :

“Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Kecamatan


Rawajitu Utara adalah Tarekat cabang dari Purwosari
Lampung Tengah, dalam ajarannya Tarekat
mengajarkan tentang dzikir, suluk, dan tauhid”.119

kemudian Bapak Aspar selaku Wakil badal Desa Bumi Ratu


menambahkan bahwa :

“Dalam pelaksanaan kegiatannya, Tarekat Qadiriyah


Wa Naqsabandiyah melaksanakan beberapa kegiatan
yaitu : 1) Kegiatan Mingguan ( Tawajuhan), 2)
Kegiatan Bulanan (Sewelasan), Kegiatan Tahunan (
Khaul KH. Nur Muhammad Abdul Karim)”.120

Dari hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui


bahwa tarekat adalah suatu organisasi yang mengamalkan
ajaran yangbertujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada
sang pencipta yakni Allah SWT, dengan mengamalkan dzikir,
suluk, dan tauhid. Kemudian dalam pelaksanaanya, ajaran
tarekat dilaksanakan dalam tiga jenis yaitu kehiatan
mingguan, kegiatan bulanan, dan kegiatan tahunan, kegiatan-
kegiatan tersebut dilaksanakan sesuai dengan arahan dari
ketua Tarekat yaitu KH. KH. Nur Muhammad Abdurrahman

119
Ky. M. Faqid, Selaku wakil badal Desa telogo Rejo Kecamatan Rawajitu
Utara, Wawancara, 4 November 2022
120
Aspar, Selaku wakil badal Desa Bumi ratu Kecamatan Rawajitu Utara,
Wawancara, 9 November 2022
87

Busthamil Karim (alm) yang saat ini telah digantikan oleh


putranya yang bernama KH. Jamaluddin.
Sebelum menjadi anggota Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah, para calon anggota harus memenuhi syarat-
syarat yang telah di tetapkan. KH. Mustofa menjelaskan
bahwa :

“Masyarakat yang belum di bai‟at belum boleh


mengikuti ataupun mengamalkan amalan yang ada di
Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah, kalau ada
orang yang nekat mengamalkannya maka resiko di
tanggumg sendiri, pasti ada resikonya”.121

Kemudian Ky. M. Faqih, selaku Wakil Badal Desa Telogo


Rejo Kecamatan Rawajitu Utara, beliau menjelaskan bahwa :

“Seluruh amalan yang ada di Tarekat Qadiriyah Wa


Naqsabandiyah bersifat rahasia untuk orang yang
belum di bai‟at atau belum menjadi anggota resmi,
yang mengetahui tentang amalannya hanya orang-
orang yang sduah resmi menjadi anggota atau sidah di
bai‟at”.122

Adapun ajaran yang ada di Tarekat Qadiriyah Wa


Naqsabandiyah adalah :
1. Dzikir
Dzikir merupakan suatu usaha manusia dalam
mendekatkan diri kepada Allah dengan cara

121
KH. Mustofa, Selaku Badal tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah
Kecamatan Rawajitu Utara, Wawancara, 2 November 2022
122
Ky. M. Faqih, Selaku wakil badal Desa telogo Rejo Kecamatan Rawajitu
Utara, Wawancara, 4 November 2022
88

mengingat Allah dan mengingat keagungan-Nya.


Adapun realisasinya untuk mengingat Allah dengan
cara memuji-Nya, membaca firman-Nya, menuntut
ilmu-Nya, dan memohon kepada-Nya.
KH. Mustofa, selaku Badal tarekat
Kecamatan Rawajitu Utara mengatakan bahwa:

“Salah satu amalan atau ajaran yang ada di


Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah adalah
melaksanakan dzikir, dzikir ada dua macam
yaitu dzikir qalbi dan dzikir dhahri.
Kemudian ada juga dzikir yang dilaksanakan
secara bersama-sama yang biasan di namakan
tawajuhan dan sewelasan , da nada dzikir
sendiri-sendiri yang wajib dilaksanakan oleh
setiap anggota yang sudah di bai‟at”.123

Kemudian Ky. M. Faqih selaku wakil badal


tarekat Desa Telogo Rejo mengatakan bahwa:

“Dalam pelaksanaanya, Tarekat Qadiriyah Wa


Naqsabandiyah di kecamatan Rawajitu Utara
dilaksanakan di Masjid yang telah di sepakati
sebelumnya untuk pelaksanaan kegiatan
bulanan, kemudian untuk pelaksanaan dzikir
mingguan dilaksanakan di masjid yang Desa
masing-masing”.124

123
KH. Mustofa, Selaku Badal tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah
Kecamatan Rawajitu Utara, Wawancara, 2 November 2022
124
Ky. M. Faqih, Selaku wakil badal Desa telogo Rejo Kecamatan Rawajitu
Utara, Wawancara, 4 November 2022
89

Sohib, selaku anggota Tarekat Desa Telogo Rejo


menjelaskan bahwa :

“Dalam melaksanakan dzikir mingguan dan


bulanan malan-amalan yang di amalkan dalam
pelaksanaan dzikir tersebut yaitu membaca
tawasul, istighfar, membeca sholawat,
membaca alfatihah, membaca al-Ikhlas, dan
membaca do‟an”.125

Kemudian Ky. M. Faqih, selaku wakil badal tarekat


Desa telogo rejo mengatakan bahwa :

“Untuk pelaksanaan dzikir, dzikir ini di bagi


dalam 3 jenis yaitu ada dzikir harian, dzikir
mingguan, dan dzikir bulanan. Untuk dzikir
harian ini dilakukan dengan cara berdzikir
sendiri-sendiri yang dilakukan pada setiap
selesai sholat wajib 5 waktu, apabila seorang
anggota yang tidak bisa melaksanakan dzikir
yang wajib tersebut maka di wajibkan untuk
meng-qadha nya yang di lakukan setelah
shoalat wajib dan dzikir wajibnya, seperti kita
memg-qadha sholat. Kemudian untuk dzikir
mingguan ini dilaksanakan pada setiap malam
selasa dan hari jum‟at setelah shoalat jum‟at
dengan membentuk sebuah lingkaran dan
saling berhadap-hadapan dan para jama‟ah di
bimbing oleh seorang badal yang telah di
tunjuk. Unutuk pelaksanaan kegiatan bulanan
atau disebut juga sewelasan, yang
125
Shohib, selaku anggota Tarekat Desa Telogo Rejo,Wawamcara, 8
November 2022
90

dilaksanakan pada tanggal 11 (sebelas)


tanggal jawa dilaksanakan secara bergiliran di
tiap desa yang sebelumnya telah di sepakati,
pelaksanaannya sama halnya dengan
pelaksanakaan dzikir mingguan yang menjadi
perbedaan adalah kalau kegiatan mingguan
hanya diikuti oleh jama‟ah yang berada di
desa tersebut dan untuk pelaksanaan dzikir
bulanan diikuti oleh seluruh jama‟ah yang ada
di kecamatan Rawajitu Utara”.126

Dari hasil wawancara di atas, dapat diketahui


bahwa dzikir dalam Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah ada dua jenis dzikir yaitu dzikir qalbi
dan dzikir dhahri, dzikir qalbi dilakukan dengan cara
berdzikir sendiri yang dilaksanakan pada setiap
setelah shalat wajib 5 waktu, dan untuk dzikir dhahri
dilakukan secara bersama-sama yang dilakasanakan
pada setiap 2 kali dalam satu minggu, sebulan sekali
pada tanggal 11 tanggal jawa, dan setiap tahun ketika
diadakannya khoul KH. Nur Muhammad
Abdurrahman Busthanul Karim (alm).

“Di dalam Tarekat dzikir dibagi menjadi 2


macam, yang pertama dzikir ism al-dzat
(mengingat yang haqiqi dengan mengucapkan
nama Allah secara berulang-ulang bahkan
sampai ribuan kali), dan yang kedua dzikir
tauhid (mengingat keesaah Allah)”.127

126
Ky. M. Faqih, Selaku wakil badal Desa telogo Rejo Kecamatan Rawajitu
Utara, Wawancara, 4 November 2022
127
Ky. M. Faqih, Selaku wakil badal Desa telogo Rejo Kecamatan Rawajitu
Utara, Wawancara, 4 November 2022
91

2. Pendalaman Ilmu Tauhid


Ilmu tauhid adalah suatu ilmu yang
membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat Allah yang
wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh di
sifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat yang
sama sekali wajib dilenyapkan pada-Nya.128
KH. Mustofa, selaku ketua Badal tarekat
Kecamatan Rawajitu Utara mengatakan bahwa :

“Selain dzikir, Tarekat Kecamatan Rawajitu


Utara juga mengadakan kegiatan tentang
pendalaman ilmu Tauhid. Ilmu tauhid adalah
ilmu yang mempelajari tentang ke-esaan
Allah, sifat-sifat Allah dan lainnya, yang
dilaksanakan ketika selesai melaksanakan
kegiatan bulanan atau sewelasan”.129

Kemudian Ky. M. Faqih selaku wakil badal Tarekat


Desa Telogo Rejo mengetakan bahwa :

“Ilmu tauhid perlu kita pelajari karna


didalamnya membahas mengenai keesaan
Allah, sifat-sifat Allah dan lain sebagainya.
Ilmu tauhid juga membahas mengenai akhlak,
bagaimana menjaga lisan kita, menjaga
tingkah laku kita, dan lainnya. Jika seseorang
yang sudah menjadi anggota Tarekat, orang
tersebut harus mampu mengendalikan hawa

128
Yusran Asmuni dari Tim Penyusunan Kamus, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta : Departemen P & K, 1989), h. 1
129
KH. Mustofa, Selaku Badal tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah
Kecamatan Rawajitu Utara, Wawancara, 2 November 2022
92

nafsu yang bersifat duniawi dan lebih


mememtingkan akhiratnya”.130
3. Suluk
Suluk merupakan kegiatan seseorang untuk
menuju kedekatan diri kepada Allah dengan cara
mengasingkan diri di tempat yang sepi kemudian
mengamalkan ajaran dari ilmu suluk tersebut.

“Ilmu suluk adalah ilmu yang bertujuan untuk


melakukan perjalanan kepada Allah, suluk
juga bisa dikatan suatu kegiatab yang
dilakukan oleh seseorang agar orang tersebut
dapat mencapai maqam (derajat) tetentu.
Orang yang bersuluk berarti orang yang
berusaha mengosongkan diri dari sifat-sifat
buruk (dari maksiat lahir dan maksiat batin)
dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji
atau mahmudah (dengan taat lahir dan
batin)”.131

4. Muraqabah (pengawasan)
Muraqabah artinya pengawasan atau
mengawasi, yaitu keadaan seseorang yang meyakini
sepenuh hati bahwa Allah selalu mengawasi dan
melihat kita. Allah mengetahi seluruh gerak gerik kita
dan bahkan segala yang terlintas dalam hati diketahui
Allah SWT.
KH. Mustofa, selaku badal Tarekat
Kecamatan Rawajitu Utara menjelaskan bahwa :

130
Ky. M. Faqih, Selaku wakil badal Desa telogo Rejo Kecamatan Rawajitu
Utara, Wawancara, 4 November 2022
131
Ky. M. Faqih, Selaku wakil badal Desa telogo Rejo Kecamatan Rawajitu
Utara, Wawancara, 4 November 2022
93

“Kita hidup di duni ini ada yang menciptakan


yaitu Allah SWT, manusia di ciptakan tidak
lain hanya untuk menyembah dan meyakini
bahwa Allah adalah yang Maha Esa, tidak ada
Tuhan selain Allah”.132
Ky. M. Faqih, selaku wakil Badal tarekat Desa
Telogfo Rejo juga menjelaskan bahwa :

“Apapun yang di lakukan oleh mahluk di


dunia ini tak lepas dari pengawasan Allah
SWT, pengawasan juga harus kita lakukan
pada diri kita sendiri dengan cara menjauhi
larangan-Nya dan menjalankan segala
perintahnya-Nya, menjaga lisan kita, menjaga
tingkah laku kita, dan lain-lain”.133
5. Tawajjuh
Tawajjuh merupakan penjumpaan antara
seorang murid dengan Syekhnya, dimana dalam hal
ini seseorang membuka hatinya kepada Syekhnya
serta membayangkan bahwa hatinya disirami dari
berkah sang Sykeh yang akhirnya hati tersebut dapat
dibawa ke hadapan Nabi Muhammad SAW.
KH. Mustofa, selaku Badal Tarekat
Kecamatan Rawajitu Utara menjelaskan bahwa :

“Kata tawajjuh itu biasa sering kita sebut


dengan tawajjuhan, tawajjuhan itu kegiatan
yang dilaksanakan di Tarekat pada kegiatan

132
KH. Mustofa, Selaku Badal tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah
Kecamatan Rawajitu Utara, Wawancara, 2 November 2022
133
Ky. M. Faqih, Selaku wakil badal Desa telogo Rejo Kecamatan Rawajitu
Utara, Wawancara, 4 November 2022
94

mingguan dan bulanan, dimana dalam


pelaksanaanya para anggota Tarekat duduk
saling berhadap-hadapan dengan membuat
lingkaran dan melakukan dzikir bersama”.134
Hasil observasi yang telah peneliti lakukan selama
penelitian, diketahui bahwa tawajjuhan dilakukan
dengan cara :
a. Membentuk lingkaran atau duduk membentuk
lingkaran
b. Seorang badal mengucap salam sebagai tanda
pembukaan
c. Membaca istighfar sebanyaj 25 kali
d. Membaca shalawat sebanyak 25 kali
e. Membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-
Nas sebanyak 1 kali
f. Dan dzikir pun dimulai.135

Kemudian dalam sebuah organisasi perlu adanya


sebuah ilmu manajemen yang dimana dalam skripsi ini
penulis akan mencari tahu tentang fungsi manajemen
pelaksanaan yang mencangkup tentang perilaku manusia
(human behavior), komunikasi, kepemimpinan, dan motivasi.
1. Perilaku Manusia (human behavior)
Pimpinan dalam membina para jama‟ah,
mengarahkan serta mendorong semangat para jama‟ah
untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah
di berikan setelah menjadi anggota Tarekat atau sudah
di ba‟ai secara resmi, pimpinan atau ketua perlu
memahami tentang perilaku para jama‟ahnya atau
anggotanya.

134
KH. Mustofa, Selaku Badal tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah
Kecamatan Rawajitu Utara, Wawancara, 2 November 2022
135
Hasil Observasi pada tanggal 8 November 2022
95

Dalam sekripsi ini, perilaku manusia (human


behavior), yang dimaksud adalah bagaimana seorang
pemimpin atau badal tarekat dalam memahami
perilaku para jama‟ahnya sehingga ketua atau badal
Tarekat bisa memperlakukan jama‟ah nya sesaui
dengan karakteristik jama‟ah tersebut.
KH. Mustofa, selaku ketua badal tarekat
Kecamatan rawajitu Utara mengatakan bahwa :

“Dalam memahami perilaku dan karakteristik


para jama‟ah, saya selaku ketua badal Tarekat
memberikan perintah kepada para wakil badal
tarekat untuk memantau atau melihat
bagaimana karakteristik para jama‟ah.
Namanya juga memimpin orng banyak jadi
tidak bisa jika dilakukan sendirian, maka
harus ada yang membantunya. Dalam
memahami perilaku atau karakteristik para
anggota Tarekat, terlebih dahulu kita melihat
bagaimana cara orang tersebut berbicara
kepada orang lain, melihat tingkah laku dan
gerak-geriknya, melihat dari kemampuannya,
dan melihat seberapa cepat orang tersebut
memahami apa yang sudah di ajarkan oleh
badal Tarekat”.136

Kemudian Ky. M. Faqih, selaku wakil badal Desa


Telogo Rejo mengatakan bahwa :

“Karakter seseorang itu kan berbeda-beda,


apalagi di Kecamatan Rawajitu Utara ini
136
KH. Mustofa, Selaku Badal tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah
Kecamatan Rawajitu Utara, Wawancara, 2 November 2022
96

mayoritas para anggota Tarekat berprofesi


sebagai petani, jadi ada yang kecapek an di
waktu siangnya sehingga tidak bisa mengikuti
kegiatan pada malam harinya, dan ada juga
karakteristik anggota yang susah untuk
menghafal, memahami isi kandungannya, dan
ada juga yang khusunya wanita mereka ada
halangan. Dari fenomena-fenomena tersebut
kita sebagai badal tarekat harus bisa mengerti
dengan keadaan para anggota atau jama‟ah
agar mereka tidak merasa tertekan”.137

2. Motovating (Pemberian Motivasi)


Pemberian motivasi adalah salah satu
kegiatan untuk memberikan dorongan dan semangat
seseorang agar menjadi pribadi yang lebih baik.
Dalam hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan
Ketua Badal Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah
Kecamatan Rawajitu Utara yakni KH. Mustofa, beliau
mengatakan bahwa :

“Motivasi diberikan untuk para anggota


Tarekat Kecamatan rawajitu Utara agar para
anggota atau jama‟ah lebih semangat lagi
dalam menjalankan amalan-amalan dan ilmu
yang sudah di pelajari atau di dapat di dalam
Tarekat”

Kemudian Ky. M. Faqih, selaku wakil Badal


Tarekat Desa Telogo Rejo mengatakan bahwa :

137
Ky. M. Faqih, Selaku wakil badal Desa telogo Rejo Kecamatan Rawajitu
Utara, Wawancara, 4 November 2022
97

“Pemberian motivasi ini biasa di berikan


ketika selesai melaksanakan kegiatan
tawajjuhan yakni dengan memberikan tausiah
yang bisa membuat para anggota atau jama‟ah
lebih semangat dan lebih giat lagi dalam
belajar ilmu atau ajaran yang ada di
Tarekat”.138

3. Communication (Komunikasi)
Komunikasi adalah menyampaikan perintah,
berbicara tentang suatu hal. Komunikasi yang
dimaksud dalam skripsi ini adalah komunikasi antara
badal Tarekat dengan para anggota atau jama‟ahnya
mengenai pelaksanaan ajaran Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah di Kecamatan Rawajitu Utara.
KH. Mustofa, selaku Ketua Badal Tarekat Kecamatan
Rawajitu Utara mengatakan bahwa :

“Komunikasi sangat penting bagi setiap


organisasi apalagi organisasi Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah ini sangat
besar, bukan hanya di Kecamatan Rawajitu
Utara saja melainkan sedunia Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah sudah di kenal
oleh masyarakat. Mengenai bagaimana bentuk
atau cara kami para anggota Tarekat
berkomunikasi satu sama lain itu biasanya jika
ada kegiatan khususnya kegiatan bulanan
yaitu sewelasan, kami saling berkoordinasi
melalui Handphone atau memakai aplikasi
Watsapp, disitu kita membuat group Watsapp
138
Ky. M. Faqih, Selaku wakil badal Desa telogo Rejo Kecamatan Rawajitu
Utara, Wawancara, 4 November 2022
98

jika ada informasi yang perlu disampaikan


maka di group itulah kita membagikan
informasi”.139

Kemudian Ky. M. Faqih, selaku wakil badal


Tarekat Desa Telogo Rejo mengatakan bahwa :

“Komunikasi itu kana da 2 jenis ya, ada


komunikasi informatif dan komunikasi
persuasif. Komunikasi informatif adalah
komunikasi yang bentuknya informasi
biasanya ini terjadi ketika ada pengumuman
dari pusat untuk para anggotanya yang berada
di suatu wilayah masing-masing kemudian
informasi itu di sampaikan oleh para badal
Tarekat untuk para anggotanya yang mereka
bimbing. Kemudian komunikasi persuasive
adalah komunikasi yang bentuknya
memberikan motivasi-motivasi kepada para
anggota atau jama‟ah agar para anggota atau
jama‟ah lebih giat lagi dalam mempelajari
ajaran yang ada di tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah”.140

4. Commanding (Pemberian Perintah)


Pemberian perintah adalah suatu bentuk
interaksi antara badal Tarekat dengan para anggota
atau jama‟ah nya. Commanding juga bisa disebut
sebagai pengarahan, yaitu memberi arahan kepada

139
KH. Mustofa, Selaku Badal tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah
Kecamatan Rawajitu Utara, Wawancara, 2 November 2022
140
Ky. M. Faqih, Selaku wakil badal Desa telogo Rejo Kecamatan Rawajitu
Utara, Wawancara, 4 November 2022
99

para anggota atau jama‟ah agar menjalankan ajaran-


ajaran yang ada di Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah.
Menegenai bagaimana bentuk arahan yang diberikan
oleh badal Tarekat maupun wakil badal Tarekat
kepada para anggotanya atau jama‟ahnya, Ketua badal
Tarekat Kecamatan Rawajitu Utara yakni KH.
Mustofa, beliau menjelaskan bahwa :

“Memberikan arahan kepada para wakil badal


dan para anggota Tarekat perlu dilakukan,
mengingat bahwa dalam mempelajari sesuatu
itu tidak bisa secara spontan atau langsung
bisa, perlu adanya pembelajaran yang
bertahap. Nah dalam proses pembelajartan
itulah kita memberikan arahan-arahan yang
bertujuan untuk memberitahu bagaimana cara
dan pelaksanaan amalan-amalan atau ajaran-
ajaran yang ada di Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah agar tidak terjadi kekeliruan
dalam melaksanakannya”.141

Kemudian Ky. M. Faqih, selaku wakil badal


Tarekat Desa Telogo Rejo juga mengatakan bahwa :

“Memberikan arahan memang sering sekali


saya berikan kepada para jama‟ah mengenai
amalan-amalan yang ada di Tarekat, seperti
bagaimana tata cara melaksanakan amalan

141
KH. Mustofa, Selaku Badal tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah
Kecamatan Rawajitu Utara, Wawancara, 2 November 2022
100

tersebut, siapa saja yang harus di tawasulkan,


tata cara pelaksanaannya, dan lain-lain”.142

Bapak Shohib, selaku jama‟ah Tarekat Desa Telogo


Rejo menjelaskan bahwa :

“Pemberian perintah selalu diberikan oleh Ky.


M. Faqih selaku wakil badal Tarekat Desa
Telogo Rejo, perintah itu seperti ketika beliau
tidak bisa memimpin kegiatan tawajjuhan
maka beliau memberikan perintah kepada
ssalah satu jama‟ah yang dianggap sudah
mampu untuk memimpin kegiatan tawajjuhan
dikala beliau ada urusan”.143

Kemudian Ky. Nasib, selaku jama‟ah Tarekat


Desa Telogo Rejo juga mengatakan bahwah :

“Pemberian perintah yang di berikan kepada


saya biasanya saya di perintahkan untuk
memimpin kegiatan tawajjuhan ketika beliau
ada urusan di luar, atau ketika beliau sedang
tidak enak badan, kemudian perintah juga
diberikan oleh beliau ketika kedapatan jatah
tempat untuk pelaksanaan kegiatan Tarekat
Bulanan atau sewelasan, beliau memberikan
perintah kepada saya agara mengatur segala
urusan seperti mengkoordinasikan para
jama‟ah untuk mempersiapkan segala hal

142
Ky. M. Faqih, Selaku wakil badal Desa telogo Rejo Kecamatan Rawajitu
Utara, Wawancara, 4 November 2022
143
Shohib, selaku anggota Tarekat Desa Telogo Rejo,Wawamcara, 8
November 2022
101

yang di perlukan untuk pelaksanaan kegiatan


tersebut”.144

144
Ky, Nasib, selaku jama‟ah Tarekat Desa Telogo Rejo,Wawancara, 9
November 2022
BAB IV

FUNGSI MANAJEMEN PELAKSANAAN AJARAN TAREKAT


QADIRIYAH WA NAQSABANDIYAH KECAMATAN
RAWAJITU UTARA

A. Pelaksanaan Ajaran Tarekat Qadiriyah Wa


Naqsabandiyah Kecamatan Rawajitu Utara
Inti dari ajaran Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah
adalah zikir, adapun beberapa ajaran yang di berikan kepada
jama‟ah. Peneliti akan menjelaskan tentang proses masuknya
para pengikut Tarekat, sebelum memasuki ajaran Tarekat,
seorang murid harus mengikuti Bai‟at (Janji seorang murid
dengan guru atau mursyid).
Dalam Al-Qur‟an surah Al-Fath [48] : 10 dijelaskan
sebagai berikut :

‫ُث‬ َ ‫ِيٖ ۚ ٌْ فَ ََِ َّن‬


ُ ‫ْث فَ ِئّه ََب يَْن‬ ِ ‫ُّلِلاَ َف ْ٘قَ أ َ ْيذ‬ ‫إُِه أىه ِز ْيَِ يُبَبيِعُ َّْ٘لَ إِّه ََب يُبَبيِعُ َُْ٘ ه‬
‫آّللَ يَذ ه‬
۰ ۱‫آّللَ فَ َسيُؤْ ِتي ِٔ أَجْ اشاع َِظي ََب ۝‬‫ع َيئُ ه‬ َ ‫ ِب ََب‬َٚ‫س ِٔ َٗ ٍَ ِْ أَ ْٗف‬
َ ‫ع َٖ َذ‬ ِ ‫ َّ ْف‬َٚ‫عي‬ َ

“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu


sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan
Allah di atas tangan mereka, maka berangsipa yang
melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu
akan menimpa dirinya sendiri dan barang siapa menepati
janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala
yang besar” (QS. Al-Fath [48] : 10)
Dalam ayat di atas, memberikan penjelasan bahwa
ketika seseorang telah berjanji kepada Allah maka ia harus
menepati janji tersebut, seperti dalam ajaran Tarekat, yang
dimana seseorang murid apabila sudah di bai‟at, maka para
murid harus menjalankan amalan-amalan yang telah diberikan
oleh Mursyid atau badal kepada dirinya, dan amalan-amalan
itu hukumnya wajib untuk dilaksanakan, seperti dzikir harian.
102
103

Dari hasil wawancara dengan KH. Mustofa. Selaku


badal Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Kecamatan
Rawajitu Utara, yang tertuang dalam bab III halaman 42,
beliau menjelaskan bahwa seorang yang telah mengikuti
Tarekat ia harus mengerjakan atau mengamalkan semua yang
telah diajarkan oleh mursyid nya, adapun murid menjalankan
apa yang telah diajarkan mursyid sebagai kebutuhan ibadah,
melainkan bukan sebagai beban dalam kesehariannya.
Sebelum nejadi anggota tarekat di wajibkan mengikuti bai‟at
terlebih dahulu, yang dimana dalam mengikuti bai‟at
seseorang harus melakukan tata cara sebagai berikut :
1. Datang kepada calon guru (mursyid) untuk meminta
izin memasuki Tarekatnya dan menjadi muridnya. Hal
ini dilakukan sampai memperoleh izin.
2. Seorang murid harus melakukan mandi taubat yang
dimana dilaksanakan pada jam 00:00 WIB. Dalam
mandi tersebut akan dipimpin oleh anggota Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah, mandi tersebut
memiliki tata cara seperti :
a. Niat mandi taubat (untuk membersihkan)
segala dosa lahiriyah dan batiniyah, najis
batin Lillahi Ta‟ala (mengusap sekujur badan
dan membaca Astaghfirullah)
b. Niat saya mandi taubat pakai air zam-zam, air
yang di pakai buat membersihkan badan
kanjeng Nabi Muhammad SAW. Untuk
membersihkan dosa lahir 8 tempat dalam
tubuh (mengusap 8 kali dan membaca
Astaghfirullah)
c. Niat saya mandi taubat pakai air Al-Kautsar,
air yang diminum ahli surge sebelum masuk
surge untuk membersihkan dosa batin 7
104

tempat dalam tubuh (mengusap 7/17 kali


sambil membaca Astagfirusllah).
d. Niat saya mandi taubat pakai air Nurullah, air
yang asalnya dari Lauhful Mahfud untuk
membersihkan segala perkara yang tidak di
ridhoi Allah (mengusap sekujur badan sambil
membaca Astaghfirullah)
e. Niat saya mandi jenazah memakai air suci
untuk memandikan jenazahku (disiram bahu
kanan 1 kali, kiri 1 kali, dan atas sirah 1 kali).
3. Melakukan sholat taubat 2 rakaat dengan membaca
niat :
‫اٗ َبب‬
َ ‫ظب ِٕ َش‬ ِ ُّ٘‫سْهتا ِىّيت ه ْ٘ َب ِت ع َِْ َج َِ ْي ِع اى ُّذ‬
َ ‫ة‬ ُ ّٚ‫ص ِي‬ َ ُ‫ا‬
َٚ‫ست َ ْق ِب َو ا ْى ِق ْب َو ِ هّللِ تَعَب ى‬ َ ‫ِغْه‬
ْ ٍُ ِِ ‫بس ْمعَت َ ْي‬
4. Melakukan sholat hajat 2 rakaat, pada rakaat pertama
kita membaca surat Al-Kafirun dan pada rakaat ke
dua membaca surat Al-Ikhlas. Dengan membaca niat :
ْ ٍُ ِِ ‫سْهتَا ْى َحب َج ِت َس ْم َعت َ ْي‬
‫ست َ ْق ِب َو ا ْى ِق ْبيَ ِت ِ هّللِ ت َ َعب‬ ُ ّٚ‫ص ِي‬
َ ُ‫ا‬
َٚ‫ى‬
5. Melakukan sholat istikharah dengan membaca niat :
َٚ‫بس ِة َس ْم َعت َ ْي ِِ ِ هّللِ ت َ َعب ى‬ ْ ‫سْهتَ اْ ِأل‬
َ ‫س ِت َخ‬ ُ ّٚ‫ص ِي‬
َ ُ‫ا‬
6. Setelah melakukan shalat kita disuruh tidur seperti
mayit, yang dimana posisi tidur menghadap kiblat,
kedua tangan di taruh di bawah telinga kanan, seperti
tidurnya Rasulullah SAW. Dan kita akan di
bangunkan ketika menjelang subuh.
7. Setelah shalat subuh dilakukan pembai‟atan oleh
seorang Mursyid yang akan di jelaskan tentang
Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah dan mulai di
janji oleh Mursyid.
105

Kemudian setelah proses tersebut di laksanakan, maka


selanjutnya seorang murid menghadap kepada calon gurunya
(Mursyid) untuk mendapatkan petunjuk dan pengarahan lebih
lanjut, yang kemudian setelah itu akan dilakukan talqin dzikir
atau bai‟at dari seorang guru kepadanya. Setelah menerima
talqin dzikir atau bai‟at maka seorang tersebut sudah tercatat
sebagai angora Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah yang
mempunyai kewajiban untuk mengamalkan dzikir, yang
dimana seorang murid mempunyai kewajiban dzikir sebagai
berikut :
1. Dzikir Harian
Adalah dzikir atau amalan yang telah
diberikan oleh Mursyid kepada muridnya atau
pengikutnya yang dimana dalam berdzikir tidak boleh
berdzikir di tempat yang ramai, kita diharuskan
berdzikir di tempat yang sunyi atau tidak diketahui
oleh orang yang belum mengikuti Tarekat tersebut.
adapun tuntunan dzikir yaitu :
a. Mempunyai wudhu, selalu dalam keadaan
suci dari hadast.
b. Melaksanakan shalat sunah dua rakaat.
c. Menhadap kiblat di tempat sunyi, dengan
posisi duduk kebalikan dari duduk tahiyat
akhir (kaki kanan di bawah kaki kiri). Tangan
kanan dililangkan ke tangan kiri dan pucuk
jari menggapit tasbih, lepala menunduk ke
kiri.
d. Melafadzkan syahadat.
e. Melafadzkan :
‫‪106‬‬

‫س ُع ٍِ ِْ َج َِ ْي ِع رُُّ ْ٘ ِب َْب‬ ‫أىيه ُٖ هٌ ٍَ ْغ ِف َشت َلَ ا َ ْٗ َ‬


‫يع ا َ ْع ََب ِىَْب‬ ‫َٗ َسحْ ََت ُلَ ا َ ْس َج‪ِ ٚ‬ع ْْ َذ ٍِ ِْ َج َِ ِ‬
‫اح َِ ْي َِ‬ ‫بِ َشحْ ََتِلَ يَبا َ ْس َح ٌَ ه‬
‫اىش ِ‬

‫اسفَ ْع ِببَ َش َم ِت َّ ِبيهلَ َٗ ِعبَب ِدكَ اى ه‬


‫صب‬ ‫اىيه ُٖ هٌ ْ‬
‫بة ع َِْ قَ ْيبِ‪ٚ‬‬ ‫ِى ِح ْي َِ ا ْى ِح َج َ‬

‫اسا ْىشَب ِيخِ َ‬


‫عيَ‪ ٚ‬اىذ َهٗ ِاً‬ ‫ّلِلاُ ا َ ّْ َ٘ َ‬ ‫اَفَ َ‬
‫بض َ ه‬

‫عيَ ْيلَ اَيُّ َٖب اىْهبِ ُّي َٗ َسحْ ََتُ ه‬


‫ّلِلاِ‬ ‫سالَ ًُ َ‬‫اى ه‬
‫صب‬ ‫سالَ ًُ َءىَ ْيَْب َٗ َءىَ‪ِ ٚ‬عبَبد ه‬
‫َّلِلاِ اى ه‬ ‫َٗبَ َشمَبتُُٔ اَى ه‬
‫ِى ِح َ‬
‫يِ‬

‫‪f. Membaca istighfar 25 kali.‬‬


‫‪g. Membaca Shalallahu „ala Nabi Muhammad‬‬
‫‪25 kali.‬‬
‫‪h. Membaca surah Al-Fatihah 1 kali.‬‬
‫‪i. Membaca surah Al-Ikhlasn 3 kali.‬‬
‫‪j. Membaca do‟a untuk dihadiahkan kepada‬‬
‫‪Nabi Muhammad dan para guru-guru tarekat‬‬
‫‪dengan lafadz :‬‬
‫اة ٍَب قَ َش ْءَّبُٓ‬ ‫اىيه ُٖ ٌَ بَ ِي ْغ َٗا َ ْٗ ِص ْو ث َ َ٘ َ‬
‫ط ا ْىفَ ْ‬
‫ع ِو‬ ‫ع َي ْيَْب ِبب ْىقَبُ٘ ِه ِب ََحْ ِ‬‫بَ ْعذَا ْى ََ هِ َ‬
‫س ْي ِذ ْيَْب َٗ ٍَ ْ٘الََّب‬
‫ع َش ِة َ‬‫َٗا ْىن ََش ِاً اِىَ‪َ ٚ‬ح ْ‬
107

ِٔ ِ‫اج ِٔ َُّٗ ْشيَت‬ ِ َٗ ‫ ا َ ِى ِٔ َٗا َ ْص‬َٚ‫ث ُ هَباِى‬.ٍ‫ٍُ َح هَذ‬


َِ ‫س ْي ْي‬
َ ‫ص َحب ِب ِٔ َٗاِجْ َ٘ا ِّ ِٔ ٍَِْْه ِب ِيّ َِ َٗ ْى َُ ْش‬ ْ َ ‫َٗا‬
َِ ٍِ َِ ‫شب ِيّ ِح ْي‬ ‫صب ِى ِح ْي َِ َٗ ٍَ ه‬ ‫َاء َٗاى ه‬ ِ ‫ش َٖذ‬ ُ ‫َٗا‬
. ‫شبَ ْْ ِذيَ ِت ا ْى َُ َج َذ ِديَ ِت ا ْى َخبا ِى ِذيَ ِت‬َ ‫ط ِش ْيقَ ِت اىْه ْق‬ ‫اى ه‬
‫ش ْي ْخ‬َ ‫ش ِذَّب‬ َ ‫ اِ ٍَب ٍَِْب َٗ ٍُ ْش‬َٚ‫صب اِى‬ ‫ص ْ٘ ا‬ ُ ‫ُخ‬
. ِْ ‫ٍُ َح هَ ْذبَ َٖب ُءاى ِ ّذ ْي‬
k. Melafadzkan sebanyak 3 kali
ٚ‫ َٗ ِسظَبكَ ٍَ ْطيُ٘ ِب‬ِٙ‫صذ‬
ُ ‫ ا َ ّْتَ ٍَ ْق‬ِٖٚ َ‫اِى‬
l. Kemudian dengan hatinya mendzikirkan
‫ّلِلا – َ ه‬
Ismudz-Dzat (‫ّلِلا‬ ‫ ) َ ه‬sebanyak 5000 kali,
dengan tanpa menggerakkan lidah, bibir, dan
seluruh anggota tubuhnya. Kecuali jari
penunjuk untuk menarik tasbih, dan setiap
hitungan 100 diselingi dengan membaca
“Illahi anta maqsudii wa ridhoka matlubi”.
m. Setelah selesai dzikir diam sejenak, dan do‟a
setelah setelah dzikir.

2. Dzikir Mingguan (Tawajjuhan)\


Hasil wawancara yang tertuang pada ada bab
III halaman 46 diketahui bahwa Tawajuh merupakan
penjumpaan dimana seseorang membuka hatinya
kepada syaikhnya dan membayangkan hatinya itu
disirami berkah dari sang syaikh, yang dimana sang
syaikh membawa hati tersebut ke hadapan Nabi
Muhammad SAW. Tawajjuhan di Kecamatan
Rawajitu Utara dilakukan rutin setiap malam selasa
setelah shalat mahrib dan pada hari jum‟at setelah
shalat jum‟at.
108

Kemudian dalam pelaksanaanya sesuai


dengan hasil observasi yang peneliti lakukan yang
tertuang pada bab III halaman 46 dikatehui bahwa
tatacara pelaksanaan kegiatan tawajuhan di
Kecamatan Rawajitu Utara yaitu sebagai berikut :
a. Duduk membentuk lingkaran dan saling
berhadap-hadapan.
b. Pembukaan yang di awali oleh seorang badal
Tarekat.
c. Seorang badal Tarekat membaca Istighfar
sebanyak satu kali, kemudian diikuti oleh
para jama‟ah dengan membaca istighfar
sebanyak 25 kali, shalawat sebanyak 25 kali,
dan membaca surat Al-Ikhla, Al-Falaq, dan
An-Nas sebanyak 1 kali secara bersama-sama
dengan badal Tarekat.
d. Kemudian pelaksanaan dzikir yang di pimpin
oleh sorang badal Tarekat.
Kemudian selain kegiatan-kegiatan di atas, terdapat beberapa
pokok yang harus di perhatikan oleh seorang badal membantu
para jama‟ah dalam mempelajari dan memahami ajaran-ajaran
atau amalan-amalan yang ada di Tarekat Qadiriyah Qa
Naqsabandiyah, adapun pokok tersebut yaitu :
1. Memberikan Bimbingan Kepada Para Jama‟ah atau
Anggota
Memberikan bimbingan kepada para jama‟ah
atau anggota Tarekat yang sudah di ba‟iat secara
resmi oleh seorang guru atau pimpinan besar Tarekat,
sorang badal Tarekat di masing-masing wilayah di
berikan tugas dan tanggung jawab untuk membimbing
para jama‟ah atau anggota dalam mempelajari ajaran
atau amalan yang ada di Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah.
109

Bimbingan tersebut telah dilakukan oleh


badal Tarekat Kecamatan Rawajitu Utara beserta
wakilnya, memberikan bimbingan tersebut wajib
dilakukan oleh para badal Tarekat, hal ini bertujuan
agar para jama‟ah tidak merasa bingung dan lebih
mudah dalam mempelajari ajaram atau amalan yang
dipelajarinya setelah di bai‟at. Bimbingan tersebut
dilaksanakan ketika ada seorang jama‟ah yang datang
menemui badal Tarekat kemudian memberitahukan
kepada badal tentang kesulitan-kesulitan yang dialami
oleh jama‟ah mengenai ajaran-ajaran atau amalan
yang di pelajarinya.
2. Penugasan
Menurut Syaiful Sagala, dalam bukunya yang
berjudul “Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk
Membantu Memecahkan Problematikan Belajar dan
Mengajarí”, beliau mengatakan bahwa penugasan
atau resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran
dimana seorang guru memberikan tugas tertentu agar
seorang murid melakukan kegiatan belajar, kemudian
harus di pertanggungjawabkan.
Dalam ajaran Pelaksanaan Akaran Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah, penugasan selalu
diberikan oleh badal Tarekat kepada para jama‟ah
dalam hal mempelajari ajaran dan amalan yang ada di
Tarekat tersebut. hal inidilakukan agar para jama‟ah
bisa lebih cepat memahami apa yang dipelajarinya
dan agar cepat di praktekan dalam kehidupan sehari-
hari.
Penugasan juga diberikan oleh Ketua bdala
Tarekat Kecamatan Rawajitu Utara kepada para
wakil badal tarekat, tugas-tugas tersebut diberikan
untuk membantu ketua Badal Tarekat agar dalam
110

memberikan pengajaran dapat maksimal, dan menjadi


ringan.
3. Kebijakan-Kebijakan
Kebijakan merupakan petunjuk dan batasan
secara umum yang menjadi arah dari tindakan yang
dilakukan dan aturan yang harus diikuti oleh para
pelaku dan pelaksana kebijakan karena sangat penting
bagi pengolahan dalam sebuah organisasi serta
mengambil keputusan atas perencanaan yang telah
dibuat dan disepakati bersama.
Dalam organisasi tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah, ada beberapa kebijakan-kebijakan
atau larangan-larangan yang harus di taati dan
diperhatikan. Adapun kebijakan-kebijakan tersebut
yaitu :
a. Bagi seseorang yang belum di bai‟at secara
resmi tidak boleh mengamalkan amalan yang
ada di tarekat.
b. Seorang badal maupun wakil badal Tarekat
tidak boleh memberikan amalan kepada
seseroang yang belum di bai‟at.
c. Jama‟ah yang dusah di bai‟at wajib
melaksanakan amalan yang telah di berikan
kepadanya.
B. Fungsi Manajemen Pelaksanaan Ajaran Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah di Kecamatan Rawajitu
Utara Kabupaten Mesuji
Pada bab II halaman 19 menurut teori Syeh Mahmud
Hawari menyebutkan bahwa pelaksanaan atau penggerakan
dengan At-Tawjjuh yaitu pimpinan selalu memberikan jalan,
petunjuk atau ilmu pengetahuan, serta memperingatkan
terhadap anggota atau karyawan guna mencapai tujuan yang
sebenarnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang di
111

tuangkan dalam bab III halaman 49 mengenai arahan yang di


berikan oleh ketua badal Tarekat Kecamatan Rawajitu utara
yakni KH. Mustofa, beliau memberikan arahan-arahan kepada
para wakil badal Tarekat serta para anggota Tarekat
Kecamatan Rawajitu Utara dalam mempelajari amalan-
amalan ataupun ajaran-ajaran yang ada di Tarekat Qadiriyah
Wa Naqsbandiyah.
Pada bab II halaman 19 terdapat beberapa pokok
pembahasan yang berkaitan dengan manajemen pelaksanaan
(Actuating), yang bertujuan untuk mengerakkan serta
mengarahkan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam suatu
organisasi. Adapun pokok bahasan tersebut yaitu :

1. Perilaku Manusia (Human Behavior)


Sebelum pimpinan menggerakkan dan
mengarahkan para anggotanya untuk melakukan
tindakan-tindakan, langkah awal yang harus di
lakukan oleh seorang pemimpin dalam sebuah
organisasi yaitu mengetahui perilaku atau
karakteristik para anggotanya agar dalam proses
pengarahan dapat berjalan dengan baik dan dapat
mengetahui bagaimana cara memperlakukan anggota
tersebut.
Pada bab III halaman 47, pimpinan atau ketua
badal tarekat dalam memahami perilaku atau
karakteristik para anggota atau jama‟ahnya, KH.
Mustofa selaku ketua badal Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah Kecamatan Rawajitu Utara
menggunakan beberapa cara yaitu :
a. Melihat bagimana seorang jama‟ah berbicara
kepada orang lain.
b. Melihat tingkah laku dan gerak-geriknya.
112

c. Melihat dari kemampuan dalam berfikir dan


menghafal.
d. Melihat seberapa cepat orang tersebut dalam
menghafal dan memahami ajaran yang telah
di ajarkan oleh badal Tarekat di Desa masing-
masing.
Dari beberapa cara yang digunakan oleh
ketua badal Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah
Kecamatan Rawajitu Utara di atas, sesuai dengan
pernyataan yang ada dalam buku “Pengantar
Psikologi” yang di tulis oleh Adnan Achiruddin
Shaleh, dalam buku tersebut dijelaskan bahwa dalam
memahami perilaku atau karakteristik dari seseorang
adalah dengan cara melihat melalui indera ma nusia,
gerakan yang dapat di observasi.
Kemudian di perkuat lagi dengan adanya
pernyataan yang tertuang dalam bab III halaman 47
dari hasil wawancara dengan Ky. M.Faqih selaku
wakil badal Tarekat Desa Telogo Rejo, dari
penjelasan beliau diketahui bahwa setiap
manusiamemiliki karakteristik yang berbeda, tidak
semua manusia sama dalam perilakunya maka sebagai
badal Tarekat harus mampu memahami karakteristik
para jama‟ahnya, mengingat bahwa mayoritas
jama‟ah berprofesi sebagai petani sawah, tentu hal ini
menjadi salah satu hal yang pentung di perhatikan
oleh para badal Tarekat maupun wakil badal Tarekat.
2. Motivating (Pemberian Motivasi)
Motivasi selalu di berikan oleh ketua badal
Tarekat maupun wakil badal Tarekat untuk para
jama‟ahnya, hal ini bertujuan untuk memberikan
semangat kepada para jama‟ah agar lebih aktif dalam
mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di Tarekat
113

Qadiriyah Wa Naqsabandiyah dan untuk memberikan


semangat kepada jama‟ah untuk mempelajari ajaran-
ajaran atau amalan-amalan yang ada di Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah.
Pada bab II halaman 21, menurut teori G.R
Terry, motivasi adalah keinginan yang terdaoat dalam
diri seseorang yang dapat merangsangnya untuk dapat
melakukan tindakan-tindakan motivasi dapat berupa
sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan dan
mengarahkan daya serta potensi tenaga kerja agar
secara produktif berhasil mencapai tujuan yang telah
di tentukan sebelumnya.
Motivasi bisa diperoleh melalui diri sendiri
atau internal dan melalui orang lain atau eksternal.
Dalam memberikan motivasi kepada para
jama‟ahnya, ketua badal Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah memberikan motivasi berupa arahan-
arahan yang diberikan kepada para wakil badal
Tarekat Kecamatan Rawajitu Utara dan kepada para
anggota atau jama‟ah Tarekat tersebut.
Dari hasil penelitian yang tertuang dalam bab
III halaman 48 diketahui bahwa motivasi yang
diberikan oleh ketua badal tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah Kecamatan Rawajitu Utara untuk para
jama‟ah Tarekat bertujuan intuk agar para anggota
atau jama‟ah lebih semangat lagi dalam menjelankan
amalan-amalan dan mempelajari ilmu hingga
mempraktikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian dalam pemberian motivasi kepada para
jam‟ah Tarekat duberikan ketika selesai
melaksanakan wirid atau dzikir yang dilaksanakan
pada kegiatan mingguan (tawajjuhan) dan kegiatan
bulanan (sewelasan).
114

Dalam hal ini, pemberian motivasi yang


diberikan oleh badal Tarekat yakni KH. Mustofa serta
wakil badal Tarekat yakni Ky. M. Faqih, yaitu sebagai
berikut :
a. Motivasi berbentuk arahan, pemahaman
mengenai pelaksanaan amalan-amalan
maupun dzikir yang ada di Tarekat Qadiriyah
Wa NAqsabandiyah.
b. Memberikan perintah kepada para wakil
badal Tarekat Kecamatan Rawajitu Utara
untuk membimbing para jama‟ah yang masih
dalam tahap pembelajaran amalan-amalan
maupun dzikir Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah.

3. Communication (Komunikasi)
Dalam bab II halaman 21, menurut R,C,
Davis, kamunikasi adalah suatu tahapan dari proses
kepemimpinan yang memeindahkan ide seseorang ke
orang lain untuk digunakan dalam fungsi-fungsinya
memimpin pekerjaan. Komunikasi juga berarti
menyampaikan perintah, informasi berita laporan
maupun dalam hal menjalin hubungan antara
seseorang dengan orang lain.
Dari hasil penelitian yang tertuang dalam bab
III halaman diketahui bahwa komunikasi dalam
sebuah organisasi sangatlah penting mengingat bahwa
Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah adalah
organisasi yang sangat besar sehingga perlu adanya
komunikasi antara ketua umum dan para bawahannya
yang telah diberikan tugas dan tanggung jawab untuk
membantu dalam proses pengarahan dan
pembelajaran kepada para anggota atau jama‟ahnya.
115

Dalam proses komunikasi dengan para wakil


badal dan para jama‟ahnya, ketua Tarekat Kecamatan
Rawajitu memakai 2 metode cara berkomunikasi
yaitu komunikasi secara langsung dan komunikasi
secara tidak langsung (virtual atau online).
Komunikasi secara langsung dalam memberikan
perintah serta arahan biasanya dilakukan ketika
selesai pelaksanaan dzikir bulanan (sewelasan) yang
dimana dalam kegiatan tersebut dari bebebrapa desa
berkumpul menjadi satu dalam satu tempat yang
biasanya pelaksanaan kegiatan tersebut diadakan di
masjid-masjid tertentu yang mendapatkan jatah atau
giliran. Kemudian dalam bentuk komunikasi secara
tidak langsung sesuai dengan hasil wawancara yang
tertuang dalam bab III halaman 48, ketua Tarekat
Kecamatan Rawajitu Utara bersama dengan para
anggotanya membuat sebuah group melalui aplikasi
yaitu Watsapp, dalam group Watsapp tersebut seluruh
jam‟ah di masukkan menjadi anggota group, sehingga
ketika ada informasi jyang diberikan oleh ketua
Tarekat Kecamatan Rawajitu Utara informasi tersebut
dapat tersampaikan kepada para jama‟ah Tarekat.
Kemudian dari hasil observasi yang telah
peneliti laksanakan selama penelitian diketahui bahwa
dalam berkomunikasi antara badal Tarekat dengan
para jama‟ahnya menggunakan bahasa jawa halus.
4. Commanding (Pemberian Perintah)
Pemberian perintah dilakukan oleh ketua
badal Tarekat Kecamatan Rawajitu Utara yakni KH.
Mustofa agar para wakil badal dan para anggota
maupun jama‟ahnya untuk melakukan atau
melaksanakan perintah-perintah yang diberikan oleh
ketua umum Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah.
116

Ada beberapa aspek atau unsur yang harus di ketahui


oleh ketua atau pimpinan dalam memberikan perintah
yaitu :
a. Intruksi Resmi.
b. Dari atas kepada bawahan.
c. Mengerjakan atau tidak mengerjakan.
d. Merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian commanding (Pemberian Perintah)
juga berkaitan dengan pengarahan, yaitu memberikan
arahan kepada para anggota atau jama‟ahnya agar
lebih giatv lagia dalam mempelajari dan menjalankan
ajaran-ajaran yang ada di Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah. Pada bab III halaman 49 dari hasil
penelitian di ketahui bahwa arahan sering di berikan
oleh wakil badal Yarekat yakni Ky. M. Faqih, arahan-
arahan yang diberikan oleh beliau untuk para
jama‟ahmya yaitu mengenai amalan-amalan yang ada
di Tarekat seperti :
a. Bagaimana tata cara pelaksanaan dzikir
harian.
b. Bagaimana cara merendah diri di depan orang
lain.
c. Bersikap adil.
d. Bersikap istiqomah dan lain-lain
Pemberian perintah juga di berikan oleh Ky.
M. Faqih kepada para jama‟ah lainnya seperti halnya
ketika beliau sedang ada urusan sehingga tidak bisa
memimpin kegiatan minggua (tawajjuhan), beliau
memberikan perintah kepada salah satu jama‟ah yakni
Bapak Nasib untuk menggantikan sementara dalam
memimpin kegiatan tawajjuhan tersebut. Kemudian
perintah juga di berikan kepada salah satu jama‟ah
yakni Bapk Tangin yang diberikan perintah untuk
117

mengumpulkan beras dan dana ketika akan


menghadiri kegiatan tahunan yakni khoul KH. Nur
Muhammad Abdurrahman Busthamil Karim (alm)
yang saat ini telah digantikan oleh putranya yang
bernama KH. Jamaluddin.
Kemudian, di dalam fungsi manajemen terdapat
beberapa unsur pokok pembahasan yaitu : Perencanaan
(Planning), Pengorganisasian (Organizing), Pelaksanaan
(Actuating), pengawasan (Controlling), dan Evaluasi.
1. Perencanaan
Pada bab II halaman 23 di jelaskan bahwa
perencanaan (Planning) ialah menetapkan pekerjaan
yang harus dilaksanakan oleh sekelompok orang
untuk mencapai tujuan yang di gariskan.
Fungsi manajemen perencanaan ini telah di
pakai untuk kegiatan-kegiatan yang ada di Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Kecamatan Rawajitu
Utara Kabupaten Mesuji. Adapaun kegiatan kegiatan
tersebut yaitu :
a. Suluk
Suluk adalah suatu upaya yang
dilakukan seseroang untuk lebih mendekatkan
diri kepada Allah SWT, dengan
memperbanyak ibadah yang bertujuan
mensucikan diri dari berbagai bentuk
kesalahan dengan memperbanyak dzikrullah.
Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah Kecamatan Rawajitu Utara
yang di pimpin oleh KH. Mustofa, sebelum
pelaksanaan suluk, pimpinan beserta wakil
nya melakukan diskusi yang bertujuan untuk
merencanakan kegiatan suluk tersebut. orang
yang bersuluk disebut salik.
118

Kemudian, sebelum pelaksanaan


kegiatan suluk tersebut hal yang paling utama
dilakukan oleh KH. Mustofa beserta para
Wakil Badal terlebih melakukan perencanaan.
Adapun perencanaan sebelum pelaksanaan
suluk yaitu :
1) Menentukan tempat dan waktu
pelaksanaan suluk
2) Menentukan pengorganisasian.
3) Menentukan biaya yang akan di
gunakan untuk pelaksanaan suluk.
4) Menentukan metode dan berapa lama
pelaksanaan suluk.
b. Dzikir dan Wirid
Dzikir adalah kegiatan yang paling di
tekankan dalam kegiatan Tarekat, dalam
pelaksanaannya dzikir Tarekat Qadoroyah
Wa NAqsabandiyah Kecamatan Rawajitu
Utara memiliki 2 jenis dzikir yaitu jahr dan
dzikir qalbi.
Dzikir dilakukan melalui 3 kegiatan
yaitu kegiatan dzikir harian, kegiatan dzikir
mingguan, dan kegiatan dzikir bulanan.
Sebelum melaksanakan kegiatan tersebut
terlebih dahulu menyusun perencanaan untuk
pelaksanaan kegiatan tersebut, khususnya
kegiatan bulanan. Perancanaan di lakukan
bertujuan untuk menyusun kegiatan agar
berjalan sesuai dengan apa yang di harapkan.
Perencanaan digunakan dalam
kegiatan dzikir dan wirid yang bertujuan
untuk :
119

1) Menentukan tempat atau masjid yang


akan di gunakan dalam pelaksanaan
kegiatan bulanan.
2) Menentukan biaya yang akan
digunakan dalam kegiatan.
3) Membentuk panitia kegiatan.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pada bab II halaman 27 pengertian
pengorganisasian adalah rangkaian dari kegiatan
manajerial atau pimpinan untuk mencapai tujuan yang
di inginkan. Pengorganisasian berfungsi sebagai
proses menetapkan struktur, pembagian tugas dan
wewenang dalam mengefektifkan penetapan sumber
daya personil yang ada dalam pelaksanaan tugas.
Pengorganisasian dalam pelaksanaan kegiatan
Tarekat Kecamatan Rawajitu Utara berfungsi untuk
menetapkan struktur serta tugas dan tanggung jawab
masing-masing agar dalam pelaksanaan kegiatan yang
akan dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan apa
yang di harapkan.
Dalam pelaksanaan kegiatannya,
pengorganisasian dibutuhkan untuk menentukan
struktur dan pembagian tugas dari masing-masing
bagian tersebut, mulai dari ketua pelaksana,
sekertaris, bendahara, keamanan, Humas, dll yang
diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan Tarekat. Dari
hasil observasi yang telah peneliti lakukan di dapat
bahwa dalam pelaksanaan kegiatan yang ada di
tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah yaitu kegiatan
Suluk, kegiatan Bulanan dan kegiatan tahunan, telah
di organisir dengan baik, mulai dari penentuan ketua
pelaksana, sekertaris, bendahara, humas, dan bagiuan
120

lainnya yang di butuhkan dalam pelaskanaan kegiatan


tersebut.
3. Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu fungsi yang
ada di manajemen. Evaluasi dilakukan guna
membahas dan mencari solusi atas semua masalah-
malasah yang ada pada saat pelaksanaan kegiatan.
Kegiatan evaluasi biasanya dilakukan ketika setelah
seselai pelaksanaan kegiatan dimana dalam kegiatan
tersebut, seluruh panitia pelaksana di ikut sertakan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah penulis paparkan di
atas, maka kesimpulan yang dapat di ambil oleh penulis yaitu
sebagai berikut :
1. Pelaksanaan ajaran Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah di Kecamatan Rawajitu Utara
dilaksanakan melalui beberapa rangkaian kegiatan
seperti kegiatan harian (tawajjuhan), kegiatan bulanan
(sewelasan), dan kegiatan tahunan (khoul KH. Nur
Muhammad Abdurrahman Busthamil Karim (alm)
yang saat ini telah digantikan oleh putranya yang
bernama KH. Jamaluddin), kegiatan-kegiatan tersebut
dilakukan dengan cara berdzikir, wirid, dan do‟a.
2. Fungsi manajemen pelaksanaan yang ada di Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Di Kecamatan
Rawajitu Utara telah di laksanakan dengan maksimal,
mulai dari Perilaku Manusia (Human Behavior)
sebelum memberikan pengajaran kepada para anggota
atau jama‟ah Tarekat badal Tarekat terlebih
memahami karakteristik atau perilaku para
jama‟ahnya sehingga dapat mempermudah para badal
Tarekat dalam mencari metode yang pas untuk
memberikan pengajaran. Komunikasi
(Communication) dalam berkomunikasi atau
berbicara kepada para jama‟ah Tarekat para badal
tarekat menggunakan bahasa yang sopan yaitu bahasa
jawa halus, ketika memberikan pengajaran kepada
para jama‟ah Tarekat, para badal juga menggunakan
bahasa yang sopan dan sabar. Pemberian Perintah
(Commanding), Pemberian perntah selalu diberikan
oleh ketua badal tarekat yakni KH. Mustofa, perintah-
perintah tersebut diberikan untuk para wakil badal
tarekat dan para jama‟ah T arekat, perintah tersbeut
121
122

bertujuan untuk lebih meningkatkan semnagat para


jama‟ah agar dapat menjalankan amalan-amalan dan
menerapkan ajaran-ajaran yang telah di pelajari di
dalam tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah di
kehidupan sehari-hari atau di masayarakat. Pemberian
Motivasi (Motivation), motivasi juga selalu diberikan
kepada para jama‟ah Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah KecamatanRawajitu Utara, hal ini
bertujuan agar para jama‟ah menjadi semnagat dan
senang dalam mengikuti ajaran-ajaran yang ada di
Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah, motivasi
diberikan dalam bentuk tausiah keislaman,
mendatangkan jama‟ah dari berbagai daerah untuk
bergabung ketika kegiatan bulanan (sewelasan).
B. Saran
Tanpa mengurangi rasa hormat kepad pihak manapun
terutama ketua Badal tarekat Kecamatan Rawajitu Utara serta
para jama‟ahnya, penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi organisasi Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah
Kecamatan Rawajitu Utara diharapkan untuk
mengatur ulang mengenai kepengurusan organisasi
sehingga dapat terorganisir dengan lebih baik.
2. Bagi para jama‟ah Tarekat harus lebih mempraktekan
amalan-amalan batin dan kegiatan-kegiatan sosial
keagamaan di lingkungan masing-masing sehingga
keberadaan Tarekat ini semakin mengakar dan kuat.
3. Guru dan mursyid lebih memperhatikan perilaku para
jama‟ah yang dimaka ketika sang murid berbuat
kesalahan atau berperilaku yang buruk, seharunya
sang guru memperingati. Dengan catatan tidak
tercemarnya nama ajaran yang ia ajarkan tersebut.
123

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Aziz Dahlan. Tasawuf Sunni dan Tasawuf Falsafi : Tinjauan


Filosofis. Dalam kumpulan makalah Paramadina., t.t.
Abd. Qadir al-Jailani al-Hasani. al-Gunya li Talibi Tariq al-Haq fi al-
Akhlaq wa al-Tasawuf wa al-Akhlaq. Jus II. al-Maktabah
al-Sya‟biyah, t.t.
Abdul Muklis. “Peran Ajaran Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah
(TQN) Dalam Peningkatan (ESQ)
Emotional Spiritual Quontient Santri Di Pondok Pesantren Nurul
Barokah Desa Beji.” Skripsi, STAIN Purwokerto, 2014.
Abdul Syani. Sosiaologi Skematikan, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2002.
Abdul Wadud Kasyful Humam. Satu Tuhan Seribu Jalan (Sejarah,
Ajaran, dan Gerakan Tarekat di Indonesia). Yogyakarta:
Forum, 2013.
Abu Bakar Aceh. Pengantar Ilmu Tarekat. Solo: Ramdhani, 1996.
Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Ali Maksum. Tasawuf Sebagai Pembebasan Manusia Modern.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Amin Najjar. Al-Thuruq al-Shufiyat fi Mishr. Kairo: Maktabah al-
Anjalu al-Misriyyah, 1998.
Anton Athoillah. Dasar-Dasar Manajemen. Bandung: Pustaka Setia,
2010.
Bimo Walgito. Bimbingan dan Konseling Studi & Karir. Yogyakarta:
Andi, 2010.
———. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi, 2003.
Budi W.M. Anang Firmansah. Pengantar Manajemen. Yogyakarta:
CV. Budi Utama, 2018.
Chabib. Mengenal Thariqah Panduan Mengenal Jalan Menuju Allah
Ta‟ala. Jakarta: Aneka Ilmu Semarang, 2005.
Cholid Narbuko, Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta:
PT.Bumi Aksara, 2010.
124

Didin Hafifudin, Hendri Tanjung. Manajemen Syari‟ah. Jakarta:


Gema Insani, 2003.
Djamaludin, Fuad Nashori Suroro. Psikologi Agama. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1995.
Dr. Candra Wijaya, M.Pd, Muhammad Rifa‟i, M.Pd. Dasar-Dasar
Manajemen. Medan: Perdana Publishing, 2016.
Dr. H. Kharisudin Aqib, M.Ag. Al-Hikmah ( Memahami Teosofi
tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Surabaya: PT. Bina
Ilmu, 2005.
Dr. Mesiono, S.Ag.,M.Pd, Dr. Mursal Aziz, M.Pd.I. Manajemen
Dalam Perspektif Ayat-Ayat Al-Qr‟an. Cet. Ke 1. Medan:
Perdana Publishing, 2020.
Dr. Sardimi, M.Ag. Pengantar Manajemen dan Bisnis. Yogyakarta: K-
Media, 2020.
Drs. Hermansyah Sembiring, M.Kom, Nurhayati, S.Kom. “„Sistem
Informasi Jumlah Angkatan Kerja
Menggunakan Visual Basic Pada Badan Pusat Stasistik
(BPS)Kabupaten Langkat,.‟” Jurnal KAPUTAMA 5 No. 2
(2012).
Erwin Suryatama. Aplikasi Iso Sebagai Standar Mutu. Jakarta: Kata
Pena, 2014.
Fuad Said. Hakika Tarekat Naqsabandiyah. Jakarta: Al-Husna Zikra,
1996.
George R.Terry. Asas-Asas Manajemen. Cet. Ke-5. Bandung:
PT.Alumni, 2006.
Gerald Cole. Management Theory and Practiice. Canada: Cengage
Learning, 2004.
Gerorge R Terry. Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara,
1993.
Gerungan. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Hamka. Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya. Cet. ke-18.
Jakarta: Pustaka Panjimas, 1993.
125

Hawas Abdullah. Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-Tokohnya


di Nusantara. Surabaya: al-Ikhlas, 1980.
“http://dharwanto.blogspot.co.id/2009/10/sejarah-tarekat-
naqsyabandiyah.html, Diakses pada tanggal 25 April
2022,” t.t.
“http://id.m.wikipedia.org/wiki/jamaah, diakses pada tanggal 25 April
2022 pukul 15.46 WIB.,” t.t.
“http://www.definisi-pengertian.com/2015/04/definisi-dan-pengertian-
perilaku-konsep.html,” t.t.
Husaini Usman. Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara, 2013.Ibid, t.t.
Ibnu Syamsi. Pokok-Pokok Organisasi Dan Manajemen. Jakarta:
Penerbit Bina Aksara, 1998.
Irwan Soeharto. Metodologi Penelitian Sosial Teknik Penelitian
Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainya.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008.
Jawahir Tanthawi. Unsur-unsur Manajemen menurut Ajaran Al-
Qur‟an. Jakarta: Kencana prenada Media Group, 2006.
Julianyah Noor. Penelitian Ibnu Manajemen. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2013.
Kartini Kartono. Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju,
1990.
Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosadakarya, 2014.
M. Anang Firmansyah & Budi W. Mahardika. Pengantar Manajemen.
Cet. Ke-1. Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2018.
Mahdi Saed Reziq Krezem. Studi Islam Praktis. Cet. Ke-1. Jakarta:
Media Dakwah, 2001.
Malayu S.P. Hasibuan. Manajemen : Dasar Pengertian dan Masalah.
Jakarta: Bumi Aksara, 1986.
Manajemen Departemen Pendididkan Dan Kebudayaan. Manajemen.
Jakarta: Effar Offset, 1980.
Melayu.S.P Hasibuan. Manajamen: Dasar, Pengertian, 1986.
126

Mesiono. Manajemen Organisasi. Bandung: Cita Pustaka, 2012.


M.Rezky Naim. Pengantar Manajemen. Jakarta: Penerbit QIara
Media, 2019.
Muhammad Faqih. Ketua Sekaligus Imam Jama‟ah Tarekat Qadiriyah
Wa Naqsabandiyah Desa Telogo Rejo, Aril 2022.
———. Ketua Sekaligus Imam Jama‟ah Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah Desa Telogo Rejo, Mei 2022.
Muhammad Rifa‟i. Dasar-Dsar Manajemen. Medan: Perdana
Publishing, 2016.
Muhammad Usman Ibnu Nadi al-Ishaqi. al-Khulasah al-Wafiyah fi al-
Adab wa Kaifiyyat al-Zikr ‟Inda
Sa‟adat al-Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Surabaya: al-Fitrah, 1994.
Muslikh Abdurrahman. Risalah Tuntunan Tarekat Qadiriyah wa
Naqsabandiyah. Jilid I-II. Kudus: Menara
Kudus, 1976.
Nanang Martono. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Rajawali Pers,
2012.
Nur Zazin. Gerakan Menata Mut Pendidikan : Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Nurcholish Majid. Islam Agama Peradaban : Membangun Makna dan
Relevansi Doktrin Islam dalam Sejarah. Jakarta:
Paramadina, 1995.
Qawaid. “Tarekat dan Politik, Kasus Tarekat Qadiriyah wa
Naqsabandiyah di Desa Mragen Demak, Jawa Tengah.”
Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 1993.
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2008.
Ri‟san Rusli. Tasawuf dan Tarekat : Studi Pemikiran dan Pengalaman.
Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2013.
Rudy Prihantoro. Konsep Pengendalian Mutu. Bandung: Remaja
Rosadakarya, 2012.
Saifuddin Zuhri. Tarekat Syadziliyah : Dalam Perspektif Perilaku
Perubahan Sosial. Yogyakarta: TERAS, 2011.
Samsul Munir Amin. Ilmu Tasawuf. Jakarta: Amzah, 2012.
127

Sanerya Hendrawan. Spiritual Management. Bandung: Mizan, 2009.


Shohib. Pengikut Ajaran Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah di
Desa Telogo Rejo, Mei 2022.
Siswanto. Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Sobry Sutikno. Manajemen Pendidikan. Lombok: Holistica, 2012.
Sokhi Huda. Tasawuf Kultural Fenomena Wahidatul Wujuh.
Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2008.
Solihin dan Rosihin. Ilmu Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Sri Mulyati. Tarekat-Tarekat Muktabaroh di Indonesia. Jakarta:
Prenada Media, 2004.
———. Tarekat-Tarekat Muktabaroh di Indonesia. Jakarta: Pernada
Media, 2004.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan : Pendektan Kuantitatif,
Kualitatif, daan R&D. Bandung: Alfabeta, 2018.
Suharsini Arkunto. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1993.
Totok Jumantoro, Samsul Munir. Kamus Ilmu Tashawuf. Wonosobo:
Amzah, 2005.
Tuty Alawiyah. Manajemen Majelis Taklim (Petunjuk Praktis
Pengelolaan dan Pembentukannya. Jakarta: Media
Intermasa, 2009.
Wilson Bangun. Intisari Manajemen. Bandung: Refika Aditama, 2008.
Zakiah Dradjat. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1998.
128

L
A
M
P
I
R
A
N
129

Lampiran 1 Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

Wawancara Dengan Pimpinan Tarekat Qadiriyah Wa


Naqsabandiyah
1. Bagaimana Sejarah Singkat Berdirinya Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah Desa Telogo Rejo ?
2. Berapa Jumlah Jama‟ah Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah Desa Telogo Rejo ?
3. Bagaimana Seorang Pemimpin dalam Memahami Perilaku
Jama‟ah Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah ?
4. Bagaimana seorang pemimpin memberikan motivasi kepada
para jama‟ah agar jama‟ah Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah Desa Telogo Rejo ?
5. Bagaimana seorang pemimpin menjalin komunikasi dengan
Jama‟ah terkait tarekat ini ?
6. Bagaimana pelaksananaan ajaran Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah Desa Telogo Rejo ?
7. Bagaiaman Sistem Kepemimpinan yang dipakai oleh
pimpinan tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Desa Telogo
Rejo ?
8. syarat apa saja yang harus dipenuhi oleh para calon jama‟ah
untuk mengikuti ajaran Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah
ini?
9. Apa yang anda lakukan Ketika menadapati jama‟ah yang tidak
mengikuti kegiatan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah ?
10. Dana yang digunakan pada setiap pelaksanaan Tarekat
Qadiriyah Wa Naqsabandiyah berasal dari mana ?
130

Lampiran 2 Pedoman Observasi

PEDOMAN OBSERVASI

1. Letak geografis Desa Telogo Rejo.


2. Sarana dan Prasarana tempat kegiatan Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah.
3. Proses pelaksanaan kegiatan Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah.
4. Daftar jama‟ah Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah putra
dan putri.
131

Lampiran 3 Pedoman Dokumentasi

PEDOMAN DOKUMENTASI

1. Sarana dan Prasarana tempat pelaksanaan kegiatan Tareqat


Qadiriyah Wa Naqsabandiyah.
2. Struktur Organisasi Tareqat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah
Kecamatan Rawajitu Utara Kabupaten Mesuji.
3. Proses Pelaksanaan kegiatan Thariqah Qadiriyah Wa
Naqsabandiyah.
132

Lampiran 4 Daftar Jama’ah tarekat Kecamatan Rawajitu Utara

No Nama No Nama
1 Bpk. Wardi 61 Ky. M. Faqih
(badal Desa
Telogo Rejo)
2 Bpk. Ngardi 62 KH. Turmudi
3 Bpk. Pujono 63 Bpk. Suparno
(Kaum/Mudin)
4 Bpk. Mujaidin 64 Bpk. Sartopo
(Ketua Pemuda
Desa Telogo
Rejo)
5 Mbah Suradi 65 Ibu Sutini
6 Bpk. Widodo 66 Muhson
7 Mbah Romli 67 Muslimin
(Badal Desa
Panggung Jaya)
8 Bpk. Sugiantoro 68 Ust. Imam
Khusairi
9 Bpk. Darman 69 Ust. Anirudin (
Ketua Ranting
NU Desa
Telogo Rejo)
10 Bpk. Kasum 70 Ibu Muslimah
(Anggota
Muslimat NU)
11 Bpk. Sugiono 71 Bpk. Sudar
12 Nur Sahid 72 Hj. Saripah
13 Bpk. Tarjo 73 Abdul
Mutholib
14 Suratman 74 Nardi
15 Ali Fauzan 75 Poniran
133

16 Sukiman 76 Mbah Mu‟i


17 Mbah Paini 77 Tangen besera
Ibu
18 Aminah 78 Bejo Utomo
19 Maryatun 79 Rohyat
20 Sainem 80 Tatik
21 Sukiyem 81 Bpk. Barno
22 Marsilah 82 Sohib
23 Suliah 83 Saripah
24 Lestari 84 Supri
25 Mbah. Sri 85 Rosminah
26 Darmiati 86 Mbah Katmin
27 Maryatun 87 Mbah Sum
28 Sumiah 88 Karim
29 Dwi 89 Mbah Natam
30 Sumirah 90 Gunadi
31 Tumini 91 Wilis
32 Sunari 92 Bpk. Dikin
33 Legiman 93 Jatem
34 KH. Nursin 94 Ali Khoii
35 Mudin 95 Mbah Parno
36 Muhidin 96 Mbah Satam
37 Sarman 97 Ibu Husaini
38 Wahid 98 Tohari
39 Budiman 99 H. Tandik
40 Jarno 100 Hj. Sumiati
41 Badrun 101 Rosmiati
42 Paijan 102 Mbah SUrtiati
43 A. Jini 103 Ibu Siti
44 Bpk. Sopian 104 Ibu Sumiati
45 H. Tasrib 105 Mbah Warjo
46 H. Kholil 106 Mbah Yat
134

47 Bpk. Jainudin 107 Bpk. Suwito


48 Bpk. Mustopa 108 Ibu Kiptiyah
49 Bapak. Bakat 109 Naseb Riyadi
50 Mbah Kaum 110 Bpk. Janji
Slamet
51 Muhadi 111Bpk. Aspar
52 Ibu Hartini 112Bpk. Selo
53 Bpk. Satimen 113Bpk. Asnawi
54 Bpk Tusirin 114Bpk.
Muhtarom
55 Bpk. Mufid 115 Bpk. Kasdu
56 Bpk. Mukhlasin 116 Bpk. Imam
(Ketua MWC Syafi‟i
NU)
57 Ky.
Mujiburrohman
58 Bpk. Barno
59 Bpk. Yono
60 Ibu Siti
Maimunah
135

Lampiran 5 SK Judul Penelitian


136
137

Lampiran 6 Foto Kegiatan Tarekat Kecamatan Rawajitu Utara

Anda mungkin juga menyukai