Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PAPER

MATA KULIAH HAMA TANAMAN

KELAPA SAWIT & KARET

Dosen Pengampu : Henri Budi

JUDUL

PENGENDALIAN HAMA ULAT API (Setothosea Asigna V.Eecke)


DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK APLIKASI FOGGING PADA
TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis Guineensis Jacq) DI PTPN 4

KEBUN BAH JAMBI

Disusun Oleh :

AHMAD HABIBI RAMBE

2101130

BDP 2 E

BUDIDAYA PERKEBUNAN

INSTITUT TEKNOLOGI SAWIT INDONESIA

MEDAN

2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................................i
I. PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 TUJUAN....................................................................................................................3
II. PEMBAHASAN................................................................................................................4
I. Sensus Pokok Sawit.....................................................................................................4
Perencanaan Sensus...................................................................................................4
Pelaksanaan Sensus...................................................................................................4
2. Pelaksanaan Pengendalian.........................................................................................5
Mempersiapkan Alat,Bahan & Tenaga Kerja..............................................................5
Pencampuran Larutan................................................................................................5
Pengaplikasian Fogging..............................................................................................5
3.Natelling......................................................................................................................6
KESIMPULAN......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

i
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tumbuhan tropis
yang tergolong dalam famili palmae. tanaman ini berasal dari dataran Afrika dan
mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1848. Tanaman kelapa sawit sebagai
tanaman industri mulai diusahakan secara komersil di Indonesia sejak 1991.
Berdasarkan hasil penelitian kondisi iklim dan keadaan tanah wilayah Sumatera
Utara dianggap cocok untuk pengembangan tanaman kelapa sawit sehingga pihak
Belanda, Inggris, dan Belgia mulai untuk mendirikan perkebunan kelapa sawit.
Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon, tingginya dapat mencapai 0- 24
meter.Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil,
apabila masak berwarna merah kehitaman. Daging dan kulit buah kelapa sawit
mengandung minyak.

Dalam meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman kelapa sawit, masih


terkendala oleh adanya serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).
Gangguan OPT tersebut dapat menimbulkan kerusakan berarti yang pada
akhirnya menimbulkan kerugian hasil dan pendapatan petani. Salah satu faktor
yang mempengaruhi penurunan produksi, produktivitas dan mutu kelapa sawit
akibat adanya serangan OPT yaitu hama ulat api dari Ordo Lepidoptera dan
Famili Limacodidae. Ulat api adalah salah satu musuh yang sangat ditakuti dalam
perkebunan kelapa sawit, karena serangan ulat api akan menurunkan produktifitas
tanaman kelapa sawit. Pada tahap pembibitan, serangan ulat api akan berdampak
jangka panjang dan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi dimasa
yang akan datang.

Pada kelompok tanaman menghasilkan (TM) serangan ulat api akan


berdampak pada penurunan produktifitas tanaman karenan terganggunya proses
fotosintesis yang mengakibatkan terganggunya proses pembentukan bunga dan
buah. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan beberapa perusahaan,
serangan ulat api dapat menurunkan produksi sebanyak 25% pada tahun pertama,
dan menurunkan produksi sebanyak 50% − 75% pada tahun kedua dan ketiga.

1
Ada empat jenis ulat api yang biasa menyerang kelapa sawit yaitu: Setothosea
asigna, Setora nitens, Darna trima, dan Parasa lepida.

Tanaman kelapa sawit dapat terserang oleh berbagai hama. Dan mampu
menggurangi produksi kelapa sawit. Secara teoritis pertumbuhan populasi hama
akan di ikuti oleh pertumbuhan populasi usuh alami. Akan tetapi, banyak faktor
ilmiah seperti iklim dan tersedianya makanan sepanjang waktu bagi hama tertentu.
dan menyebabkan populasi hama tersebut melampaui batas kritis. Adapun
pengendalian yang dilakukan adalah untuk menurunkan jumlah populasi hama
sampai tingkat ambang batas sehingga tidak merugikan secara ekonomis dan tidak
melampaui batas krisis keseimbangan alam.

(Agutina 2021) menjelaskan kerugian yang ditimbulkan oleh hama dan


penyakit sangat besar nilainya. Apabila serangan besar dan hebat seperti serangan
hama ulat api yang dapat menurunkan produksi bahkan bisa menyebabkan
kematian pada tanaman kelapa sawit. Serangan hama ulat ini dengan cara
menggerogoti bagian daun kelapa sawit, dimulai dari helaian daun bagian bawah
hingga menjadi lidi, dalam kondisi yang sangat parah tanaman akan kehilangan
daun hingga 50% – 90%. Ulat api menyukai daun kelapa sawit tua, tetapi apabila
daun-daun tua sudah habis ulat juga memakan daun-daun muda. Selanjutnya bisa
mengakibatkan kematian apabila tidak segera dikendalikan dengan benar.Hama
ulat api dapat dikendalikan dengan menggunakan aplikasi Fogging.Fogging
adalah alternative terakhir dalam upaya pengendalian hama ulat api,di karenakan
pengaplikasian fogging dapat memusnahkan serangga bermanfaat pada areal
kelapa sawit terutama serangga penyerbuk yaitu Elaeidobius Kamerunicus.

Ulat api merupakan jenis ulat pemakan daun kelapa sawit yang paling sering
menimbulkan kerugian di perkebunan kelapa sawit. Disebut ulat api karena
punggungnya berbulu kasar, kaku dan beracun. Racunnya keluar dari bulu kasar
tersebut berupa cairan yang jika terkena tangan terasa gatal dan panas. Jenis-jenis
ulat api yang paling banyak ditemukan adalah Setothosea asigna, Setora nitens,
Darna trima, Darna diducta dan Darna bradleyi. Jenis yang jarang ditemukan
adalah Thoseavestusa, Thoseabisura, Susicapallida dan Birthamulach ara. Jenis

2
ulat api yang paling merusak di Indonesia akhir-akhir ini adalah Setothosea
asigna, Setora nitens dan Darna trima (Elvira 2021).

1.2 TUJUAN
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui efektifitas fogging dalam
mengendalikan ulat api (Setothosea Asigna) dengan menggunakan teknik aplikasi
fogging pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) periode tanaman
menghasilkan. Kegunaan dilakukannya survey sebagai bahan informasi mengenai
mortalitas dan tingkat serangan ulat api (Setothosea Asigna) yang berbeda setelah
dilakukan pengendalian dengan teknik aplikasi fogging.

3
II. PEMBAHASAN

I. Sensus Pokok Sawit


Perencanaan Sensus
Definisi sensus adalah untuk menemukan kendala hama UPDKS sedini
mungkin perlu dilakukan pemeriksaan rutin perkebunan kelapa sawit. Tujuan
sensus yaitu untuk mengetahui seberapa besar gejala yang ditimbulkan hama
UPDKS pada blok dan akan dilakukan pengendalian apabila melewati ambang
batas ekonomi. Manfaat sensus adalah untuk mengurangi dampak hama UPDKS
di perkebunan kelapa sawit dan mengetahui seberapa banyak populasi hama yang
ada di blok tersebut.

Asisten dan mandor mempersiapkan rencana kerja sebelum melakukan


kegiatan sensus yaitu menentukan blok yang akan di sensus dan melakukan
sensus dengan mengecek semua pokok kelapa sawit. Jumlah karyawan sensus 2
orang dengan menyiapkan alat dan bahan, alat tulis dan buku untuk mencatat
pokok yang terkena serangan baru hama ulat pemakan daun kelapa sawit
(UPDKS).

Sensus dilakukan pada bulan 7 dengan jumlah blok yang akan di sensus adalah
1 blok dengan tahun tanam 2000.Ambang batas ekonomi hama UPDKS yaitu
>5% maka akan dilakukan pengendalian dan jika <5% ambang batas ekonomi
maka tidak akan dilakukan pengendalian.

Pelaksanaan Sensus
Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan jumlah 2 orang karyawan, dengan
waktu sensus selama 6 hari, mengecek semua pokok kelapa sawit, dengan
menggunakan alat tulis dan buku,blok yang telah tersensus adalah blok : 03 K
Luas 30 Ha.

Mengecek semua dari awal hingga akhir blok, melihat pada pokok sampel
dengan cara menurunkan pelepah ke 17 menggunakan egrek.kemudian
memperhatikan apakah ada serangan baru dengan ciri-ciri yaitu daun berlubang

4
menyisakan lidi saja, dan apabila ada 1 pelepah yang terserang maka terhitung
satu serangan hama ulat pemakan daun (UPDKS).

Dari hasil sensus yang telah dilakukan, blok yang terserang hama di atas
ambang batas ekonomi yaitu >5% dan harus dilakukan pengendalian hama (Tabel
1).

Tabel 1.Hasil Sensus Hama Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit (UPDKS)

Blok Ha Luas Di Jumlah Ulat Api Jenis Hama UPDKS Ambang Batas
Serang Ekonomi
03 K 30 5 titik 622 Setothosea Asigna 24,88 %

2. Pelaksanaan Pengendalian
Mempersiapkan Alat,Bahan & Tenaga Kerja
Alat : Mesin fogging,gelas takar,kayu pengaduk,drum dan saringan.

Bahan : Air,perekat spreader,insektisida deltametrin,solar dan pertalite.

Tenaga Kerja : Di butuhkan 7 orang tenaga kerja yang di bagi menjadi 6 orang
melakukan pengaplikasian fogging dan 1 orang sebagai pengawas (mandor).

Pencampuran Larutan
Kegiatan yang di lakukan yang pertama memasukkan air ke dalam wadah drum
(dosis 700 ml/Ha x 30 = 21.000 L).kemudian masukkan bahan perekat spreader
(dosis 50 ml/Ha x 30 = 1.500 ml),lakukan pengadukan bahan air dan perekat
selama 15 menit.selanjutnya masukkan insektisida deltametrin (dosis 250 ml/Ha x
30 = 7.500 ml),lakukan pengadukan bahan insektisida pada air dan perekat yang
sudah terlarut selama 15 menit.kemudian masukkan bahan solar ke dalam larutan
yang sudah di aduk secara merata (dosis 1.700 ml/Ha x 30) = 52.500 ml),lakukan
pengadukan bahan solar selama 20 menit (sampai larutan terlarut secara merata).

5
Pengaplikasian Fogging
Pada saat akan melakukan pengaplikasian fogging maka sebaiknya lakukan
pemeriksaan keadaan fogging apakah dapat berfungsi dan dapat di
gunakan,kemudian masukkan bahan bakar dan larutan ke dalam wadah alat
fogging.

Kegiatan fogging di lakukan pada malam hari dengan alasan karena pada
malam hari angin tidak terlalu kencang sehingga asap yang di keluarkan alat
fogging tepat sasaran dan tidak menyebar,alasan lain karena sumber daya manusia
atau tenaga kerja sedang tidak melakukan pekerjaan,sehingga tidak ada alasan
dalam pengaplikasian fogging pada malam hari yang menggangu aktivitas
pekerja.

alat fogging dan kendaraan becak yang di gunakan sebanyak 3 unit yang di
bagi menjadi 3 bagian pada tiap pasar pikul.proses pengoperasian fogging di
letakkan pada kendaraan becak dengan di lakukan 2 orang / 1 alat fogging yang
mana 1 orang sebagai supir kendaraan dan 1 orang sebagai pengoperasian alat
fogging. pengaplikasian di lakukan pada setiap pasar pikul dengan kecepatan
maksimum 10 km/jam agar asap yang keluar dapat tersebar secara merata pada
setiap tanaman dan seterusnya sampai seluruh blok tanaman selesai di lakukan
fogging.

Setelah 5 menit di lakukan pengaplikasian fogging,hama ulat api sudah mulai


bereaksi berjatuhan dari daun ke areal piringan namun tidak keseluruhan karena
ada juga yang tetap bertahan pada daun nantinya akan mati mengering di daun.

3.Natelling
Natelling adalah kegiatan sensus ulang yang di lakukan untuk mengetahui hasil
dari pengendalian. natelling di lakukan pada setiap titik sampel dengan cara
menurunkan pelepah ke 17 kemudian memeriksa jumlah ulat api yang masih

6
hidup setelah pengendalian.setelah di lakukan natelling maka dapat mengetahui
mortalitas (angka atau tingkat kematian) hama yang telah di kendalikan.apabila
mortalitas >95% maka tidak akan di lakukan pengendalian ulang karena sudah
tidak melebihi batas ambang ekonomi dan apabila mortalitas <95% maka akan
segera di lakukan pengendalian ulang dengan menambahkan dosis larutan.

Tabel 2. Hasil natelling dan perhitungan mortalitas hama UPDKS

Tahun Tanam No Luas Luas Di Serang Nomor Ulat


Blok Ha Rey Pokok Muda Tua
2003 3 30 8 1 3 5
2 6 5
3 8 4
4 10 3
5 11 3
20
6 11 4
7 8 4
8 5 4
9 7 3
10 9 1
16
11 10 3
12 9 4
13 6 3
14 4 3
15 5 5
18
16 5 4
17 7 4
18 4 3
19 11 3
20 9 5
19
21 9 3
22 7 5
23 4 5
24 6 5
25 11 4
22
26 10 4
27 8 4
28 6 1
29 5 2
30 7 2

7
13
31 7 5
32 4 4
33 5 3
34 11 1
35 9 5
18
36 11 3
37 9 3
38 5 1
39 6 5
40 4 5
17

Keterangan :

Jumlah perhitungankeseluruhan ulat api


Penentuan Jumlah Rata-Rata Ulat Api ¿
jumlah titik sampel
143
= = 3,57
40

Penentuan Mortalitas = sensus awal - jumlah rata rata ulat api =….
= Hasil pengurangan di atas : sensus awal =….
= 72,17 - 3,57 = 68,6
= 68,6 : 72,17 = 95%

8
KESIMPULAN

Pengaplikasian fogging adalah alternative terakhir yang dapat di lakukan


apabila dalam metode pengendalian yang sebelumnya tidak mendapatkan hasil
yang optimal,pengasapan yang di keluarkan dari fogging juga akan memusnahkan
serangga-serangga bermanfaat pada areal kelapa sawit.

Di samping itu,pengendalian hama ulat api dengan pengaplikasian fogging


sangat efektif di lakukan selain mampu memusnahkan populasi hama ulat api
(Setothosea Asigna) juga mampu mencapai target luasan dengan jangka waktu
yang pendek.

9
DAFTAR PUSTAKA

Agustina,Nur Ariyani.2021.”Tingkat Serangan Hama Ulat Api Setothosea


Asigna”.Pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq).

Fauzi,Yan,Yustina E Widyastuti,Iman Satyawibawa,Dan Rudi H


Paeru.2012.Kelapa Sawit.Penebar Swadaya Grup.

Huwaida,Hikmayanti.2019.Statistika Deskriptif.Poliban Press.

10

Anda mungkin juga menyukai