Anda di halaman 1dari 13

PROSIDING

Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018


Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

ANALISIS KOMPARASI TINGKAT PENDAPATAN USAHATANI


ANTARA PETANI KARET DAN PETANI KELAPA SAWIT
DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI

SRI HARIMURTI, SP, M.Si


DOSEN STIP GRAHA KARYA MUARA BULIAN

Abstrak

Tujuan Penelitian (1) Untuk mengetahui besarnya rata-rata pendapatan usahatani karet
dan usahatani kelapa sawit di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari, (2)
Untuk mengetahui komparasi tingkat pendapatan antara usahatani karet dan usahatani
kelapa sawit di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari. Penelitian ini
dilaksanakan dari tanggal 02 Maret sampai tanggal 27 April 2015 di Kecamatan Muara
Bulian Kabupaten Batang Hari. Data penelitian bersumber dari data primer dan data
sekunder. Data ini diperoleh dengan cara penelitian langsung ke lapangan melalui
observasi dan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder yang diperoleh
dengan cara penelitian keperpustakaan dengan cara mempelajari literature-literatur,
buku-buku ataupun laporan penelitian lainnya yang belum di analisis lebih lanjut.
Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode
cluster random sampling yaitu memilih dua sub populasi atau kelompok, selanjutnya dari
masing-masing kelompok dipilih sampelnya secara random sesuai dengan proporsinya
dengan jumlah responden sebanyak 55 orang. Data yang diperoleh akan di analisis
dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Rata-rata tingkat pendapatan usahatani karet di Kecamatan Muara Bulian adalah sebesar
Rp 6.215.742/hektar/tahun, sedangkan usahatani kelapa sawit pendapatannya sebesar Rp
19.051.460/hektar/tahun. Tingkat pendapatan usahatani karet lebih kecil dibandingkan
dengan usahatani kelapa sawit dengan R/C RATIO, untuk usahatani karet 2,20 dan
usahatani kelapa sawit 4,73.

Keywords: komparasi, pendapatan petani, petani karet, dan petani kelapa sawit.

ISBN: 978-602-97051-7-1
E-ISSN :
DOI :
848
PROSIDING
Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018
Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

PENDAHULUAN

Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan


perekonomian di Indonesia. Salah satu subsektor yang berpotensi adalah subsektor
perkebunan,meskipun kontribusi dalam PDB belum terlalu besar secara nasional sekitar
1.93 % pada tahun 2013 dan menempati urutan ketiga setelah sub sektor tanaman bahan
makanan dan perikanan.
Komoditi perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan
perekonomian di Indonesia adalah Karet (Havea brasiliensis)dan Kelapa sawit (Elaeis
guineesis). Di Provinsi Jambi tanaman karet dan kelapa sawit merupakan komoditi yang
menjadi mata pencarian pokok dan merupakan tanaman perkebunan paling luas yang di
usahakan oleh sekitar 80% penduduk Jambi. Hal ini di buktikan dengan luas tanaman
karet Provinsi Jambi pada tahun 2013 yaitu 659.825 ha dengan produksi sebesar 322.044
ton. Untuk tanaman kelapa sawit dengan luas 323.517 ha dengan produksi sebesar
753.858 ton pada tahun 2013.
Kabupaten Batang Hari sebagian besar penduduknya mengandalkan penghasilan
dari produksi tanaman karet dan kelapa sawit yang pada hakekatnya juga telah menjadi
mata pencarian utama mayoritas penduduk Kabupaten Batang Hari. Berdasarkan data
pada tahun 2013 tercatat luas areal perkebunan karet adalah 78.390 ha dengan produksi
54,582 ton. Sedangkan untuk perkebunan kelapa sawit dengan luas 8.444 ha dan
produksinya 14,921 ton. Perkembangan luas area dan produksi karet di Kabupaten Batang
Hari perkecamatan dari tahun 2009 - 2013 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Karet Kabupaten Batang Hari Pada
Tahun 2009-2013
luas Produksi luas Produksi luas Produksi luas Produksi luas Produksi
Kecamatan (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton)
2009 2010 2011 2012 2013
Muaro Sebo
8.392 3.245 8.239 3.197 8.171 3.344 8.082 3.344 7.995 3.398
Ulu
Mersam 4.686 2.835 4.452 2.787 3.338 2.918 4.274 2.834 4.188 2.93
Batin XXIV 23.607 18.255 23.416 18.201 23.308 19.297 23.209 19.362 23.079 19.679
Muara
7.636 3.312 7.363 3.283 7.291 3.487 7.201 3.497 7.131 3.616
Bulian
Muara
8.369 6.291 8.137 6.234 8.057 6.564 8.064 6.752 7.987 6.93
Tembesi
Muaro Sebo
4.96 2.104 4.853 2.077 4.888 2.166 4.885 2.175 4.719 2.244
Ilir
Bajubang 16.512 9.99 16.327 10.156 16.28 10.98 16.262 11.639 16.215 11.867
Pemayung 7.344 3.628 7.161 3.61 7.114 3.771 7.085 3.771 7.076 3.918
Jumlah 81.506 49.66 79.948 49.545 78.447 52.527 79.062 53.374 78.386 54.582
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Batang Hari 2014

Berdasarkan Tabel 1 terlihat luas areal rata-rata di setiap kecamatan mengalami


penurunan dari tahun ketahun dengan produksi yang fluktuasi. Luas areal perkebunan
karet terluas adalah Kecamatan Batin XXIV dengan produksi tertinggi, diikuti
Kecamatan Bajubang dan Kecamatan Muara Bulian. Sedangkan untuk perkebunan
ISBN: 978-602-97051-7-1
E-ISSN :
DOI :
849
PROSIDING
Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018
Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

kelapa sawit luas areal dan produksi di Kabupaten Batang Hari Perkecamatan kita lihat
pada Tabel 2.
Tabel 2 di atas menujukkan bahwa luas areal dan produksi perkebunan kelapa
sawit perkecamatan di Kabupaten Batang Hari dari tahun 2009-2013 terus megalami
peningkatan.Produksi kelapa sawit di Kecamatan Muara Bulian berada di urutan ke
empat setelah Batin XXIV.
Kecamatan Muara Bulian mempunyai 20 Desa/Kelurahan, dengan 1.878 kepala
keluarga (KK) yang melakukan usahatani karet dengan luas areal 7.131 ha dan produksi
sebesar 3.616 ton/tahun. Desa yang memiliki luas areal dan produksi tertinggi adalah
Desa Simpang Terusan dengan luas areal 1,083 Ha dan produksi 695 ton/tahun.
Sedangkan untuk komoditi kelapa sawit di Kecamatan Muara Bulian yang
mempunyai 20 Desa/Kelurahan dengan jumlah kepala keluarga (KK) 239 petani yang
melakukan usahatani kelapa sawit dengan jumlah luas areal 943 ha dan produksi 1.809
ton/tahun. Luas areal dan produksi tertinggi di Desa Kilangan dengan luas areal 287 ha
dan jumlah produksi 651 ton/tahun.

Tabel 2.Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kelapa Sawit Kabupaten Batang
Hari Tahun 2009-2013
luas Produksi luas Produksi luas Produksi luas Produksi luas Produksi
Kecamatan (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton)
2009 2010 2011 2012 2013
Muaro
390 30 403 115 423 174 444 234 691 913
Sebo Ulu
Mersam 1.554 2.627 1.57 2.811 1.51 2.873 1.609 2.942 1.88 3.677
Batin
682 1.127 699 1.212 719 1.266 736 1.315 1.032 2.016
XXIV
Muara
641 995 654 1.089 669 1.149 683 1.235 943 1.809
Bulian
Muara
279 140 294 195 308 262 324 335 640 872
Tembesi
Muaro
419 756 437 825 448 867 473 970 647 1.301
Sebo Ilir
Bajubang 1.168 942 1.198 1.063 1.215 1.123 1.232 1.22 1.593 2.102
Pemayung 654 1.329 658 1.398 683 1.461 717 1.545 1.018 2.231
5.787 7.946 5.913 8.708 4.616 9.175 6.218 9.796 8.444 14.921
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Batang Hari 2014

Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui besarnya rata-rata pendapatan usahatani karet dan usahatani
kelapa sawit di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari.
2. Untuk mengetahui komparasi tingkat pendapatan antara usahatani karet dan
usahatani kelapa sawit di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari.

ISBN: 978-602-97051-7-1
E-ISSN :
DOI :
850
PROSIDING
Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018
Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 02 Maret sampai tanggal 27 April 2015
di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari. Data bersumber dari data primer
dan data sekunder. Data Primer diperoleh dengan cara penelitian langsung ke
lapangan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara langsung ke objek penelitian
untuk mendapatkan data. Data primer dikumpulkan dengan cara observasi, wawan
cara, dan kuisioner. Data Sekunder diperoleh dengan cara penelitian keperpustakaan
dengan cara mempelajari literature-literatur, buku-buku ataupun laporan penelitian
lainnya yang belum di analisis lebih lanjut. Data sekunder ini berasal dari Biro Pusat
Statistik, Dinas Perkebunan atau instansi terkait lainnya. Metode penarikan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode cluster random sampling
yaitu memilih dua sub populasi atau kelompok, selanjutnya dari masing-masing
kelompok dipilih sampelnya secara random sesuai dengan proporsinya dengan jumlah
petani sebanyak 55 orang. Data yang diperoleh akan di analisis dengan menggunakan
metode analisis deskriptif. Deskriptif yaitu analisis yang menggambarkan fenomene-
fenomena atau perkembangan yang terjadi di Kecamatan Muara Bulian. Dalam
metode analisis ini data di tampilkan dalam bentuk tabel, kemudian dilakukan analisa
mengenai fenomena-fenomena yang terdapat dalam data dan tabel tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendapatan Usaha Tani Karet dan Kelapa Sawit di Kecamatan Muara Bulian
Pendapatan usahatani akan mendorong petani untuk dapat mengalokasikan dalam
berbagai kegunaan seperti biaya produksi periode selanjutnya, dan pengeluaran lain untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Seorang pengola usahatani yang maju akan berusaha
memperoleh pendapatan bersi sebesar-besarnya agar tujuan hidupnya terpenuhi,
kebutuhan itu dapat berupa sandang,pangan dan papan, kesehatan pendidikan serta
bentuk kesejahteraan lainnya. Sebagai pegolah usahatani petani akan berusaha dan
berharap agar dapat diperbesar pendapatannya, serta memperluas usahanya (Hermanto,
1996 ).
Pendapatan adalah penerimaan bersih dalam nilai uang yang diperoleh dalam satu
kali panen maupun perbulannya dimana penerimaan kotor yang dikurangi dengan
pengeluaran. Pendapatan kotor adalah produksi yang dicapai dikalikan dengan harga
tersebut maka itulah yang dinamakan penerimaan. Dapat disimpulkan bahwa yang
mempengaruhi besar kecilnya tingkat pendapatan petani adalah penerimaan dan biaya
produksi. Apabila penerimaan besar sedangkan biaya produksinya kecil maka pendapatan
akan semakin besar. Begitu juga sebaliknya jika biaya semakin besar maka pendapatan
semakin kecil.

Kondisi UsahaTani Karet dan Kelapa Sawit di Kecamatan Muara Bulian


Menurut Hermanto (1995), bahwa luas lahan garapan termasuk faktor utama yang
mempengaruhi tingkat produksi dan penerimaan petani. Apabila luas lahan petani cukup
besar peluang ekonomi untuk meningkatkan produksi akan lebih besar (Soekartiwi, dkk,

ISBN: 978-602-97051-7-1
E-ISSN :
DOI :
851
PROSIDING
Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018
Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

1986). Luas lahan yang dimiliki menggunakan satuan hektar (Ha). Adapun distribusi
luas kebun petani dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 13. Luas Lahan Karet


No Distribusi Luas Lahan (ha) Jumlah Orang Persentase (%)
1 2 – 2,5 24 43,6
2 2,6 – 3,1 24 43,6
3 3,2 – 3,7 4 7,2
4 3,8 – 4,3 2 3,6
5 4,4 – 5,0 1 2,0
Jumlah 55 100
Sumber : Data Primer yang Diolah

Tabel 13 di atas menunjukan bahwa rata-rata luas lahan yang dimilki oleh petani karet
di Kecamatan Muara Bulian adalah seluas 2 - 3 hektar. Untuk melihat luas lahan
perkebunan kelapa sawit lihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Luas Lahan Kelapa Sawit


No Luas Lahan Sawit (ha) Jumlah Orang Persentase (%)
1 2 – 2,5 6 35,2
2 2,6 – 3,2 5 29,4
3 3,3 – 3,9 0 0
4 4 – 4,6 4 23,6
5 4,7 – 5,3 0 0
6 5,4 – 6 2 11,8
Jumlah 17 100
Sumber : Data Primer yang Diolah
Tabel 14 di atas menunjukan bahwa rata-rata luas lahan yang dimilki oleh petani
kelapa sawit di Kecamatan Muara Bulian adalah seluas 2 – 2,5 hektar.

Produksi Usaha Tani


Menurut Mubyarto (1994) besarnya produksi akan menentukan besar kesempatan
ekonomi yang diterima petani. Apabila tingkat produksi yang diperoleh petani banyak,
arus kesempatan ekonomi yang akan diperoleh cukup besar dan begitu juga sebaliknya.

Tabel 15. Distribusi Tingkat Produksi Usaha Tani Karet


No Tingkat Produksi (kg/ha) Jumlah Orang Persentase (%)
1 2.400 – 3.200 20 36,4
2 3.201 – 4.001 18 32,7
3 4.002 – 4.802 5 9,1
4 4.803 – 5.603 1 1,8
5 5.604 – 6.403 7 12,7
6 6.404 – 7.204 4 7,3
Jumlah 55 100
Sumber : Data Primer yang Diolah

ISBN: 978-602-97051-7-1
E-ISSN :
DOI :
852
PROSIDING
Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018
Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

Berdasarkan tabel 15 di atas distribusi produksi yang terbanyak antara 2.400


kg/tahun sampai 3.200 kg/tahun yaitu sebanyak 20 orang atau 36,4 % dan untuk produksi
paling sedikit 4.803 kg/tahun sampai 5.603 kg/tahun yaitu sebanyak 1 orang atau 1,8 %,
dan produksi usahatani karet rata - rata sebesar 1.759,43 kg/ha/Tahun Untuk melihat
tingkat produksi usaha tani kelapa sawit lihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Distribusi Tingkat Produksi Usaha Tani Kelapa Sawit


No Tingkat Produksi (kg/ha) Jumlah Orang Persentase
1 24.000 – 44.000 10 58,8
2 44.001 – 64.001 2 11,8
3 64.002 – 84.002 3 17,6
4 84.003 – 104.003 1 5,9
5 104.004 – 124.004 0 0
6 124.005 – 144.005 1 5,9
Jumlah 17 100
Sumber : Data Primer yang Diolah

Berdasarkan Tabel 16 di atas distribusi produksi yang terbanyak antara 24.000


kg/tahun sampai 44.000 kg/tahun yaitu sebanyak 10 orang atau 58,8 % dan untuk
produksi terendah 84.003 kg/tahun sampai 104.003 dan 124.005 kg/tahun sampai
144.005 kg/tahun yaitu sebanyak 1 atau 5,9 %. Sehingga dapat dilihat rata-rata
penerimaan petani dalam usahatani kelapa sawit 24.000 sampai 44.000 Kg/tahun,dan
rata-rata produksi usahatani kelapa sawit sebesar17.808/Kg/ha/tahun.

Penerimaan Usaha Tani


Penerimaan usaha tani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh
penerimaan yang berasal dari usaha tani yang dinilai dengan uang. Hermanto (1995)
mengatakan, penerimaan usaha tani adalah hasil produksi pertanian yang di usahakan
oleh petani dikalikan dengan harga jual hasil produksi pertanian yang diusahakan oleh
petani dikalikan dengan harga jual hasil produksi. Seperti pada Tabel 17.

Tabel 17. Distribusi Tingkat Penerimaan Usaha Tani karet


No Tingkat Penerimaan/Tahun (Rp) Jumlah Orang Persentase (%)
1 15.800.000 – 21.000.000 21 38,2
2 21.000.001 – 26.000.001 17 30,9
3 26.000.002 – 31.400.002 5 9,1
4 31.400.003 – 36.600.003 1 1,8
5 36.000.004 – 41.800.004 7 12,7
6 41.800.005 – 47.500.005 4 7,3
Jumlah 55 100
Sumber : Data Primer yang Diolah

Tabel 17 di atas menunjukan bahwa distribusi penerimaan usaha tani karet


terbanyak antara Rp. 15.800.000 sampai Rp. 21.000.000 yaitu 21 orang petani atau 38,2
% dan penerimaan yang paling rendah Rp. 31.400.003 sampai 36.600.003 adalah
sebanyak 1 orang atau 1,8 %, dan rata-rata penerimaan usahatani karet sebesar Rp.
11.416.314,05/ha/tahun. Untuk penerimaan usaha tani kelapa sawit lihat pada Tabel 18.
ISBN: 978-602-97051-7-1
E-ISSN :
DOI :
853
PROSIDING
Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018
Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

Tabel 18. Distribusi Tingkat Penerimaan Usaha Tani Kelapa Sawit


No Tingkat Penerimaan/Tahun (Rp) Jumlah Orang Persentase (%)
1 30.000.000 – 57.400.000 10 58,8
2 57.400.001 – 84.800.001 1 5,9
3 84.800.002 – 112.200.002 4 23,5
4 112.200.003 – 139.600.003 0 0
5 139.600.004 – 167.000.004 1 5,9
6 167.000.005 – 194.400.005 1 5,9
Jumlah 17 100
Sumber : Data Primer yang Diolah

Tabel 18 di atas menunjukan bahwa distribusi penerimaan usaha tani kelapa sawit
terbanyak antara Rp. 30.000.000 sampai Rp. 57.400.000 yaitu 10 orang petani atau 58,8
% dan penerimaan yang paling rendah Rp. 57.400.001 sampai Rp.84.800.001,
Rp.139.600.004 sampai Rp.167.000.004 dan 167.000.005 sampai Rp 194.400.000 adalah
sebanyak 1 orang atau 5,9 %, untuk penerimaan rata-rata usahatani kelapa sawit yaitu
sebesar Rp. 24.152.400/ha/tahun.

Biaya yang di Keluarkan Dalam Usahatani


Biaya produksi merupakan nilai dari input dalam bentuk benda dan jasa yang
digunakan selama berlangsung proses produksi. (Hermanto 1995) mengatakan, bahwa
korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi ini yang semula fisik, kemudian diberi
nilai rupiah dan itulah kemudian diberi istilah biaya. Pada usaha tani karet dan kelapa
sawit terdapat dua komponen biaya, yaitu biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan alat-
alat tahan lama.
Biaya tenaga kerja merupakan salah satu biaya yang diperhitungkan, biaya yang
dikeluarkan oleh petani untuk membayar upah tenaga kerja. Untuk biaya tenaga kerja
dalam usaha tani karet rata-rata sebesar Rp. 4.557.371,90/Ha/Tahun. Untuk biaya
tertinggi yaitu mencapai Rp. 15.800.000 dan untuk biaya terendah yaitu Rp. 3.800.000.
Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Distribusi Biaya Tenaga Kerja Usaha Tani Karet


No Jumlah Biaya Tenaga Kerja/Tahun (Rp) Jumlah Orang Persentase (%)
1 3.800.000 – 5.800.000 2 3,7
2 5.800.001 – 7.800.001 7 12,8
3 7.800.002 – 9.800.002 23 41,8
4 9.800.0003 – 11.800.003 9 16,3
5 11.800.004 – 13.800.004 8 14,5
6 13.800.005 – 15.800.005 6 10,9
Jumlah 55 100
Sumber : Data Primer yang Diolah

Berdasarkan pada Tabel 19 bahwa bahwa upah tenaga kerja yang terbanyak
terletak pada interval Rp. 7.800.002 sampai Rp. 9.800.002/tahun yaitu 23 orang atau 41,8
% dan jumlah yang sedikit terletak pada interval Rp. 3.800.000 sampai 5.800.000/tahun.
Untuk usahatani karet rata-rata biaya tenaga kerja sebesar Rp.4.557.371,90/ha/tahun. Dan
ISBN: 978-602-97051-7-1
E-ISSN :
DOI :
854
PROSIDING
Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018
Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

untuk biaya tenaga kerja dalam usaha tani kelapa sawit rata-rata sebesar Rp.
2.941.500/ha/tahunnya. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Distribusi Biaya Tenaga Kerja Usaha Tani Kelapa Sawit
No Jumlah Biaya Tenaga Kerja/Tahun (Rp) Jumlah Orang Persentase (%)
1 4.440.000 – 6.916.666 8 47,0
2 6.917.667 – 9.394.333 4 23,5
3 9.395.334 – 11.870.000 2 11,8
4 11.870.001 – 14.346.667 0 0
5 14.346.668 – 16.823.334 2 11,8
6 16.823.335 – 19.300.001 1 5,9
Jumlah 17 100
Sumber : Data Primer yang Diolah

Berdasarkan pada Tabel 20 di atas bahwa upah tenaga kerja yang terbanyak
terletak pada interval Rp. 4.440.000 sampai Rp. 6.916.666/tahun yaitu 8 orang atau 47,0
% dan jumlah yang sedikit yaitu terletak pada interval Rp . 16.823.335 sampai
19.300.001/tahun yaitu 1 orang atau 5,9 %, untuk rata-rata biaya upah tenaga kerja yang
dikeluarkan sebesar Rp. 2.941.500/ha/tahun.

Biaya Penyusutan Alat-alat Tahan Lama


Biaya penyusutan alat-alat tahan lama pada usaha tani karet yang digunakan
petani yaitu, pisau sadap, magkok, sudu/talang, ember/jeligen, batu asa, bak cetak,
angkong/lori, dan spayer/kep. Rata-rata penyusutan alat-alat tahan lama yaitu Rp.
545.403,7 dengan jumlah yang terkecil yaitu Rp. 223.608 dan jumlah yang terbesar yaitu
Rp. 1.239.660/tahun.
Distribusi jumlah sarana yang digunakan untuk penyusutan alat-alat tahan lama
dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Distribusi Biaya Penyusutan Alat-Alat Tahan Lama Usaha Tani Karet
No Jumlah Biaya Alat-Alat Tahan Lama/Tahun(Rp) Jumlah Orang Persentase (%)
1 223.608 – 392.950 7 12,7
2 392.951 – 562.293 28 50,9
3 562.294 – 731.636 15 27,2
4 731.637 – 955.245 3 5,4
5 955.246 – 1.178.854 1 1,9
6 1.178.855 - 1.348.197 1 1,9
Jumlah 55 100
Sumber : Data Primer yang Diolah

Tabel 21 di atas menunjukan bahwah nilai biaya penyusutan terbanyak terdapat


pada interval Rp. 392.951 sampai Rp. 562.293 yaitu sebanyak 28 orang atau 50,9 %,
untuk nilai terkecil terdapat pada interval Rp. 955.246 sampai Rp. 1.178.854 dan Rp.
1.178.855 sampai 1.348.197 yaitu sebanyak 1 orang atau 1,9 %, maka biaya penyusutan
alat rata-rata sebesar Rp. 247.910,78/ha/tahun.
Biaya penyusutan alat-alat tahan lama pada usaha tani kelapa sawit yaitu berupa
dodos/anggrek, parang, spayer/kep, lori/angkong dan cangkul. Rata-rata total penyusutan
ISBN: 978-602-97051-7-1
E-ISSN :
DOI :
855
PROSIDING
Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018
Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

alat-alat tahan lama pada usaha tani kelapa sawit yaitu Rp. 285.705,17 dengan jumlah
yang terkecil yaitu Rp. 189.984 dan jumlah yang terbesar yaitu Rp.458.724. Jumlah
sarana yang digunakan untuk penyusutan alat-alat tahan lama pada usaha tani kelapa
sawit dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Distribusi Biaya Penyusutan Alat-Alat Tahan Lama Usaha Tani Kelapa
Sawit
Jumlah Biaya Alat-Alat Tahan Lama/Tahun Jumlah Persentase (%)
No
(Rp) Orang
1 189.984 – 234.774 4 23,6
2 234.775 – 279.565 6 35,2
3 279.566 – 324.356 3 17,7
4 324.357 – 369.147 2 11,7
5 369.148 – 413.938 1 5,9
6 413.939 - 458.729 1 5,9
Jumlah 17 100
Sumber : Data Primer yang Diolah

Tabel 22 di atas menunjukan nilai biaya penyusutan terbanyak terdapat pada


interval Rp. 234.775 sampai Rp. 279.565 yaitu sebanyak 6 orang atau 35,2 %, untuk nilai
terkecil yaitu terdapat pada interval Rp. 369.148 sampai Rp. 413.938 dan 458.729
sebanyak 1 orang atau 5,9 %, dan rata-rata biaya penyusutan alat tahan lama sebesar Rp.
97.140/ha/tahun.

Biaya Sarana Produksi Usaha Tani Karet dan Kelapa Sawit


Dalam penelitian ini biaya sarana produksi dalam usaha tani karet yang digunakan
petani sampel hanya mengeluarkan asam semut/cuka, obat-obatan dan yang menggunaan
pupuk hanya beberapa petani sampel saja serta biaya-biaya lain yang dikeluarkan selama
satu tahun seperti menebas rumput di perkebunan karet, rata-rata biaya yang digunakan
yaitu sebesar Rp. 395.289,25/ha/tahun untuk biaya yang terkecil sebesar Rp. 108.000 dan
yang terbesar Rp. 6.984.000. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Distribusi Biaya Sarana Produksi Usaha Tani Karet


No Jumlah Biaya Saprodi/Tahun (Rp) Jumlah Orang Persentase(%)
1 108.000 – 1.254.000 44 80,0
2 1.254.001 – 2.400.001 5 9,1
3 2.400.002 – 3.546.002 1 1,8
4 3.546.003 – 4.692.003 3 5,5
5 4.692.004 – 5.838.004 0 0
6 5.838.005 - 6.984.005 2 3,6
Jumlah 55 100
Sumber: Data Primer yang Diolah

Berdasarkan Tabel 23 di atas bahwa jumlah terbanyak untuk jumlah biaya saprodi
yaitu Rp. 108.000 sampai Rp. 1.254.000 sebanyak 44 orang atau 80,0% dan yang paling
sedikit yaitu Rp. 2.400.002 sampai Rp. 3.546.002 sebanyak 1 orang atau 1,8 %,dan rata-
rata pengeluaran biaya sarana produksi usahatani karet yaitu sebesar
ISBN: 978-602-97051-7-1
E-ISSN :
DOI :
856
PROSIDING
Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018
Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

Rp.395.289,26/ha/tahun. Biaya sarana produksi yang digunakan petani sampel dalam


usaha tani kelapa sawit yaitu, pupuk dan obat-obatan, rata-rata perorang biaya yang
digunakan yaitu sebesar Rp. 2.069.300. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Distribusi Biaya Sarana Produksi Usaha Tani Kelapa Sawit
No Jumlah Biaya Saprodi/Tahun (Rp) Jumlah Orang Persentase (%)
1 1.680.000 – 5.816.666 10 58,8
2 5.816.667 – 9.953.333 5 29,4
3 9.953.334 – 14.090.000 1 5,9
4 14.090.001 – 18.226.667 0 0
5 18.226.668 – 22.363.334 0 0
6 22.363.335 - 26.500.001 1 5,9
Jumlah 17 100
Sumber: Data Primer yang Diolah

Berdasarkan Tabel 24 di atas bahwa jumlah terbanyak untuk biaya sarana


produksi yaitu Rp. 1.680.000sampai Rp. 5.816.666 sebanyak 10 orang atau 58,8 %/tahun,
maka rata-rata biaya saprodi yang dikeluarkan dalam usahatani kelapa sawit sebesar
Rp.2.062.300/ha/tahun. Untuk melihat pendapatan bersih usahatani karet dapat kita lihat
pada Tabel 25.

Tabel 25. Distribusi Pendapatan Usaha Tani Karet


No Tingkat Pendapatan/Tahun (Rp) Jumlah Orang Persentase (%)
1 4.142.268 – 8.613.006 18 32,7
2 8.613.007 – 13.083.745 11 20,0
3 13.083.746 – 17.554.484 9 16,4
4 17.554.485 – 22.025.223 8 14,5
5 22.025.224 – 26.495.962 7 16,7
6 26.495.963 – 30.966.701 2 3,6
Jumlah 55 100
Sumber : Data Primer yang Diolah

Tabel 25 di atas dapat kita lihat bahwa tingkat pendapatan yang terbanyak terletak
pada interval Rp. 4.142.268 sampai Rp. 8.613.006 yaitu sebanyak 18 0rang atau 32,7 %,
sedangkan tingkat pendapatan yang terkecil terletak pada interval Rp. 26.495.963 sampai
30.966.701 yaitu sebanyak 2 orang atau 3,6 %. Rata-rata tingkat pendapatan dalam
usahatani karet yaitu sebesar Rp. 6.215.742,12/ha/tahun. Untuk melihat tingkat
pendapatan dalam usahatani kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Distribusi Pendapatan Usaha Tani Kelapa Sawit


No Tingkat Pendapatan/Tahun (Rp) Jumlah Orang Persentase(%)
1 20.361.276 – 42.106.901 9 52,9
2 42.106.902 – 63.852.527 2 11,8
3 63.852.528 – 85.598.153 3 17,6
4 85.598.154 – 107.343.779 1 5,9
5 107.343.780 – 129.089.405 1 5,9
6 129.089.406 – 150.835.031 1 5,9
ISBN: 978-602-97051-7-1
E-ISSN :
DOI :
857
PROSIDING
Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018
Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

Jumlah 17 100
Sumber : Data Primer yang Diolah

Tabel 26 di atas dapat kita lihat yang mana tingkat pendapatan usahatani kelapa
sawit terbanyak terletak pada interval Rp.20.361.276 sampai 42.106.901/tahun,yaitu
sebanyak 9 orang atau 52,9 %, dan yang terkecil terletak pada interval Rp. 85.598.154 –
107.343.779, Rp. 107.343.780 – 129.089.405 dan Rp. 129.089.406 – 150.835.031/tahun
yaitu sebanyak 1 orang atau 5,9 %. Maka pendapatan usahatani kelapa sawit rata-rata
dalam satuan hektar yaitu sebesar Rp. 19.051.460/ha/tahun. Untuk itu maka pendapatan
kedua komoditi ini akan dibandingkan tingkat pendapatannya mana yang lebih tinggi dan
menguntungkan.

3.10.Analisis Komparasi Tingkat Pendapatan Usaha Tani Karet dan Usaha Tani
Kelapa Sawit di Kecamatan Muara Bulian
Pendapatan yang dimaksud adalah penerimaan bersih petani khususnya dalam
uasahatani karet dan usahatani kelapa sawit dalam nilai uang yang diperoleh dalam satu
kali panen maupun perbulannya dimana merupakan selisih antara pendapatan kotor
dikurangi dengan pengeluaran. Pendapatan kotor adalah pendapatan yang diterima petani
dalam usahatani karet dan usahatani kelapa sawit dari hasil produksi yang dicapai dengan
dikalikan harga. Untuk lebih jelas melihat tingkat pendapatan usahatani karet dan
usahatani kelpa sawit Rp/Ha/Tahun dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27 Komparasi Tingkat Pendapatan Usaha Tani Karet dan Usaha Tani Kelapa
di Kecamatan Muara Bulian
KARET KELAPA SAWIT
No % %
URAIAN ha/tahun (Rp) ha/tahun (Rp)
1 PENERIMAAN 11.416.314 24.152.400
2 PENGELUARAN 5.200.572 5.100.940
3 Saprodi 395.289.26 7,60 2.062.300 40,43
Biaya Tenaga
4 Kerja 4.557.371,90 87,63 2.941.500 57,67
5 Penysutan Alat 247.910,78 4,77 97.14 1,90
6 PENDAPATAN 6.215.742 19.051.460
7 R/C RATIO 2,20 4,73
Sumber : Data Primer yang Diolah

Tabel 27 di atas terlihat bahwa rata-rata penerimaan usahatani karet lebih kecil
dari pada usahatani kelapa sawit, yaitu sebesar Rp. 11.416.314 hektar/tahun, sedangkan
untuk usahatani kelapa sawit sebesar Rp. 24.152.400 hektar/tahun.
Dari penelitian ini juga terlihat bahwa jumlah pengeluaran rata-rata antara
usahatani karet dengan usahatani kelapa sawit relatif sama yaitu sebesar Rp. 5.200.572
hektar/tahun, sedangkan untuk usahatani kelapa sawit rata-rata pengeluaran sebesar Rp.
5.100.940 hektar/tahun. Struktur pengeluaran terbesar untuk usahatani karet adalah biaya
tenaga kerja yaitu sebesar 87,63 %, sedangkan untuk usahatani kelapa sawit sebesar 57,67
%, dengan urutan kedua untuk biaya pengeluara sarana produksi sebesar 40,43 %.
Dengan demikian fakta dalam analisis ini membuktikan bahwa tingkat
pendapatan usahatani karet lebih kecil dari pada usahatani kelapa sawit, yaitu rata-rata
ISBN: 978-602-97051-7-1
E-ISSN :
DOI :
858
PROSIDING
Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018
Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

sebesar Rp. 6.215.742 hektar/tahun, sedangkan untuk usahatani kelapa sawit rata-rata
sebesar Rp. 19.051.460 hektar/tahun. Secara ekonomi usahatani kelapa sawit lebih layak
diusahakan dengan R/C RATIO 4,73 sedangkan untuk usahatani karet 2,20
Berdasarkan uji beda dua rata-rata yang mengkomparasikan tingkat pendapatan
usahatani karet dan usahatani kelapa sawit yang memberikan hasil perbedaan yang nyata
dimana t hitung nilainya 10,80100892 sedangkan t tabel nilainya 2,085963441 yang
berarti t hitung lebih besar dari t tabel maka tolak H0 dan terima H1.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian terhadap perbandingan pendapatan yang telah


dipaparkan sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut
adalah Rata-rata tingkat pendapatan usahatani karet di Kecamatan Muara Bulian adalah
sebesar Rp 6.215.742/hektar/tahun, sedangkan usahatani kelapa sawit pendapatannya
sebesar Rp 19.051.460/hektar/tahun. Tingkat pendapatan usahatani karet lebih kecil
dibandingkan dengan usahatani kelapa sawit dengan R/C RATIO, untuk usahatani karet
2,20 dan usahatani kelapa sawit 4,73

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Mangga Barani, 2012. Karet Alam Sebagai ATM Petani dan Sumber Devisa
Negara.
Anonim, 2009. Tim Bina Karya Tani, Pedoman bertanaman Kelapa Sawit. Bandung.
Anonim 2013. Jambi Dalam Angka, BPS Provinsi Jambi.
Anonim, 2013. Badan Pusat Statistik Karet Indonesia. Jakarta.
Arifin, Bustanul. 2001. Spektrum Pertanian Indonesia. Erlangga. Jakarta.
Arif Kurniawan, 2013. Analisis Pendapatan Petani Kelapa Sawit di Desa Pangkal Baru
Kecamatan Tempunak Kabupaten Sintang. Fakultas Ekonomi Untan Pontianak
Bahagia Sebayang, (2008). Analisis Pendapatan Usahatani Karet Rakyat di Kecamatan
Muara Bulian Kabupaten Batang Hari. Skripsi tidak dipublikasikan, Sekolah
Tinggi Ilmu Pertanian Graha Karya Muara Bulian.
Damanhuri, 2005. Analisis Komparasi Pendapatan Usaha Tani Karet Rakyat Pada Petani
Proyek dan Non-Proyek di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari.
Skripsi Tidak dipublikasikan, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Graha Karya Muara
Bulian.
Hermanto, 1996. Ilmu Usahatani. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya
Maryatul, 2002. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Kelapa Sawit di
Kabupaten Merangin, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Jambi.
Musfahri, 2003. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit
perkebunan inti rakyat. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Jambi.
Mubyarto, 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian p3 SS. Jakarta.
Mosher, A.T, 1984. Menggerakan dan Membangun Pertanian. CV. Jasa Guna, Jakarta.
Moehar, 2001.http://eprints.undip.ac.id/42347/2/.pdf.
Putranto Adi S, SP, 2001. Kaya dengan Bertani Kelapa Sawit.

ISBN: 978-602-97051-7-1
E-ISSN :
DOI :
859
PROSIDING
Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 2018
Tema: Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sumberdaya Lokal

Soeharjo, Y. 1973. Sendi – sendi Pokok Ilmu Usahatani. Ilmu Sosial Ekonomi.
Penerbit.Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor
Soedarsono, 1983. Usaha Meningkatkan Produksi Pertanian sebagai Salah Satu Ilmu-
Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. IPB. Bogor.
Soekartawi, A. Soeharjo, SL. Dillon dan Hadler, 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian
Untuk Petani Kecil. UI Press. Jakarta.
Soeharjo dan Patong. 1973. Sendi-sendi Poko Usahatani. Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian IPB. Bogor.
Soetrisno, L dan Winahyu, R. 1991. Kelapa Sawit: Kajian Sosial Ekonomis. Aditya
Media.Yogyakarta

Sukirno, Sadono, 2005. Pengantar Teori Makro Ekonomi, Jakarta : PT RajaGrafindo


Persada.
Sukirno, 2007. Pengantar Mikro Ekonomi, PT. Raj Grafindo Persada. Jakarta.
Winardi, 1998. Ilmu Ekonomi dan Aspek-Aspek metodologinya.Rineka Cipta, Jakarta.
Widodo,1983:50.http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFile/1552/pdf
page=9&zoom=auto,-47,493.

ISBN: 978-602-97051-7-1
E-ISSN :
DOI :
860

Anda mungkin juga menyukai