TINJAUAN METODOLOGI
PENDAHULUAN
PUSTAKA PENELITIAN
GAMBARAN
HASIL DAN
UMUM PENUTUP
PEMBAHASAN
PENELITIAN
PENDAHULUAN
Di Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang sangat berperan dalam
pembangunan ekonomi nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari kontribusinya
terhadap PDB (Produk Domestik Bruto), penyerapan tenaga kerja, dan penghasil
devisa. PDB sektor pertanian tumbuh sebesar 2,59 persen pada kuartal IV-2020.
Peningkatan sektor pertanian dipicu oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
komoditas tanaman pangan yang mengalami pertumbuhan sebesar 10,47 persen.
Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi besar
dalam bidang pertanian. Tanaman yang sering ditanam adalah jagung, dan ubi
kayu. Produksi tanaman bahan pangan di Kabupaten Wonogiri cukup besar.
Tabel 1. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan Tahun
2021 Kabupaten Wonogiri
Komoditi Luas Panen (Ha) Produksi (ton)
Saeri, 2019. Suratiyah, 2008. Suratiyah, 2008. Noor, 2007. Kementan, 2018.
Suratiyah, 2006. Shinta, 2005. Shinta, 2005. Thahir, 1999.
Soekartawi, 1996. Karlina, 2010.
PENELITIAN TERDAHULU
No Penulis Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Anto Saputra Analisis Komparatif Usahatani Tumpangsari Jagung Metode Analisis Jenis Komoditas
Kacang Tanah dengan Monokultur Jagung di Desa Pendapatan Lokasi Penelitian
Bangkalaloe Kecamatan Bontoramba Kabupaten
Jeneponto
2. Marlina Perdana Putri Analisis Komparatif Usahatani Tumpangsari Jagung Lokasi Penelitian Jenis Komoditas
dan Kacang Tanah dengan Monokultur Jagung di Analisis Statistika
Kabupaten Wonogiri
3. Nur Khasanah Analisis Komparatif Monokultur Ubi Kayu dengan Metode Analisis Jenis Komoditas
Tumpangsari Ubi Kayu Kacang Tanah di Banyumas Pendapatan Lokasi Penelitian
4. Nurul Aini Analisis Komparatif Usahatani Monokultur Tembakau Metode Analisis Jenis Komoditas
Rakyat dan Tumpangsari Tembakau Rakyat dengan Pendapatan Lokasi Penelitian
Cabai di Kecamatan Pringgabaya kabupaten Lombok
Timur
KERANGKA`
METODOLOGI
Penerimaan Usahatani
Biaya Usahatani Monokultur
Monokultur
TCj = FCj + VCj TRj = Yj . Pyj
Menentukan t Membuat
tabel Kesimpulan
Kriteria Pengujian:
T hitung < t tabel = H0 diterima
T hitung > t tabel = H0 ditolak
Signifikansi < 0,05 = H0 diterima
Signifikansi > 0,05 = H0 ditolak
REVENUE COST RATIO DAN BREAK EVENT POINT
R/C = TR/TC BEP (P) = Biaya Tetap : BEP (Q) = Biaya Tetap :
(1- (Biaya Variabel : Hasil Hasil Penjualan/unit – Biaya
Penjualan) variabel/unit)
(Berdasarkan
Mata
Pencaharian)
BAHAN
Benih Jagung, Setek Ubi Kayu,
Pupuk, Pestisida
ANALISIS BIAYA DAN
PENDAPATAN USAHATANI
TUMPANGSARI JAGUNG UBI
KAYU DENGAN
MONOKULTUR JAGUNG
Rata-rata Biaya Produksi, Penerimaan dan
Pendapatan Per Hektar pada Usahatani
Tumpangsari Jagung Ubi Kayu
Rata-rata produksi yang diperoleh petani
tumpangsari jagung ubi kayu sebanyak
15.041 kg (Produksi jagung = 5.144 kg &
produksi ubi kayu = 9.897 kg)
1. Rata-rata total produksi yang diperoleh petani tumpangsari jagung ubi kayu sebanyak
15.041 kg, terdiri dari produksi jagung sebanyak 5.144 kg dan produksi ubi kayu sebanyak
9.897 kg, dengan nilai rata-rata total penerimaan yang diperoleh petani responden yaitu
sebanyak Rp. 32.063.158 dari jagung dan ubi kayu. Sedangkan total biaya yang dikeluarkan
yaitu Rp. 8.635.223 sehingga pendapatan yang diperoleh petani responden yakni sebanyak
Rp. 23.427.934. Rata-rata produksi yang diperoleh oleh petani monokultur jagung sebanyak
5.298 kg, dengan nilai produksi yang diperoleh petani responden yaitu sebanyak
Rp. 23.311.488. Sedangkan total biaya yang dikeluarkan yaitu Rp. 6.861.044 sehingga
pendapatan yang diperoleh petani responden yakni sebanyak Rp. 16.450.444
KESIMPULAN
2. Pendapatan usahatani tumpangsasri jagung ubi kayu sebesar Rp. 23.427.934 per hektar, lebih
besar dibandingkan dengan pendapatan usahatani monokultur jagung yaitu sebesar Rp.
16.450.444 per hektar. Berdasarkan hasil uji t untuk pendapatan, t hitung nyata lebih besar
dibandingkan dengan t tabel yaitu t hitung = 2,975 sedangkan t tabel 2,024. Hal ini berarti nyata
adanya perbedaan pendapatan antara usahatani tumpangsari jagung ubi kayu dengan monokultur
jagung.
3. Dari hasil analisis kelayakan usahatani tumpangsari jagung ubi kayu dan monokultur jagung,
menunjukkan bahwa nilai R/C rasio sebesar 4,5 untuk usahatani tumpangsari jagung ubi kayu dan
3,2 untuk usahatani monokultur jagung. BEP produksi sebesar 1.602,12 kg untuk usahatani
tumpangsari jagung dan 21.631 kg untuk tumpangsari ubi kayu, sedangkan untuk monokultur
jagung sebesar 1.351 kg. BEP harga untuk usahatani tumpangsari jagung dan ubi kayu masing-
masing sebesar Rp. 6.754.735 dan Rp. 22.041.768, sedangkan usahatani monokultur sebesar Rp.
4.137.719 sehingga usahatani tumpangsari jagung ubi kayu dan monokultur jagung layak untuk
dijalankan karena memberikan keuntungan kepada petani.
SARAN
1. Bagi petani yang memiliki modal besar sebaiknya melakukan usahatani tumpangsari jagung ubi
kayu, karena tumpangsari lebih banyak produksi dan pendapatannya dibandingkan dengan
usahatani monokultur jagung, selain itu lahan dimanfaatkan secara optimal.
2. Untuk petani yang melakukan usahatani monokultur jagung sebaiknya melakukan penanaman
yang tepat, memberikan pupuk, pestisida, serta melakukan perawatan yang baik supaya hasil
produksi dan pendapatan meningkat.
THANKS!