Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH EKONOMI POLITIK DARI DAMPAK KONFLIK

ARBITRASE INTERNASIONAL INDONESIA DENGAN


NEWMONT
Nama Lengkap Penulis (tanpa gelar, font Palatino Linotype 11pt, Bold, Left, Spasi 1)
Nama Lembaga/Institusi (font Palatino Linotype 11pt, Left, Spasi 1)
E-mail: (font Palatino Linotype 11pt, Left, Spasi 1).

Abstrak
Persaingan terjadi kepada kepemilikan saham yang ada di Newmont Nusa Tenggara cukup besar.
Pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan juga pejabat terpilih memperebutkan 31% kepemilikan
Newmont Nusa Tenggara dari perusahaan tersebut, sebuah operasi pertambangan multinasional yang
menambang emas serta tembaga. DPR berupaya mencegah akuisisi 7% saham yang dimilik Newmont
dengan membeberkan informasi tersebut kepada Badan Pengawas Keuangan. Format kontrak yang
dimiliki Pemerintah Indonesia dengan PT. Newmont Nusa Tenggara, yang menurutnya telah
mengakibatkan Cidera Janji terhadap ketentuan kontrak, serta cara upaya hukum yang telah diterapkan
terhadap Cidera Janji dan penerapan hukum. Kemitraan antara pengusaha dan pemerintah daerah,
khususnya, telah menjadi tren baru dalam kapitalisme negara Indonesia sebagai akibat dari kasus ini.
Kuatnya perjuangan antar pemain ini menunjukkan bahwa nalar politik juga digunakan di Indonesia
untuk menguasai sumber daya alam, dan juga nalar ekonomi.
Kata Kunci: Cidera Perjanjian ; Ekonomi Politik ; PT Newmont Nusa Tenggara

Abstract
There is considerable rivalry for Newmont Nusa Tenggara's share ownership. The central government, local
governments, and elected officials are contesting Newmont Nusa Tenggara's ownership of 31% of the corporation, a
multinational mining operation that mines for gold and copper. The DPR is seeking to prevent the acquisition of 7%
of Newmont's shares by revealing this information to BPK. The format of the contract between the Government of
Indonesia and PT. Newmont Nusa Tenggara, according to which it is alleged that there has been a Default against
the terms of the will contract, as well as the manner in which legal remedies have been applied to the Default and the
application of the law. Partnerships between entrepreneurs and local governments, in particular, have become a new
trend in Indonesian state capitalism as a result of this case. The strength of the struggle between these players shows
that political reasoning is also used in Indonesia to control natural resources, as well as economic reasoning.
Keywords: Divesture ; Politic Economic : Newmont Nusa Tenggara

A. PENDAHULUAN

Dalam prosesnya, modal asing perlu disuntikkan untuk melakukan

pertumbuhan ekonomi nasional. Kekhawatiran tentang ketergantungan Indonesia

yang berlebihan pada pendanaan asing sering terjadi (Robison, 1986: 122-124).

Kerusuhan sosial 15 Januari 1974, menjadi titik awal penelitian tentang seberapa kuat

perasaan orang Indonesia terhadap investasi asing. Bahkan, Indonesia semakin

bergantung pada pendanaan asing pasca kerusuhan, baik dalam bentuk pinjaman

maupun investasi.
Temuan selanjutnya dapat dicapai melalui penggunaan metode penelitian

normatif: 1. Pemerintah Indonesia berhak mengajukan gugatan sejak pelanggaran PT.

Klausul divestasi Newmont Nusa Tenggara tidak memuaskan. 2. Menurut bagaimana

Pasal 21 yang mengenai Kontrak kerja sama Pemerintah Pusat Indonesia dengan

perusahaan Newmont Nusa Tenggara mengartikan, tindakan hukum yang dilakukan

pemerintah Indonesia adalah sah. Selain itu mengacu pada Pasal 1 Angka 9 Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 1999, yang menyatakan bahwa karena putusan arbitrase

dibuat sesuai dengan proses arbitrase yang ditetapkan oleh United Nations

Commission on International Trade Arbitration, maka keputusan peraturan arbitrase

dibuat Pemerintah Republik Indonesia dan Peruahaan Newmont Nusa Tenggara

merupakan keputusan arbitrase internasional..

B. METODE PENELITIAN

Metodologi yuridis normatif, yang mendasarkan penelitian pada peraturan

hukum yang berlaku dan juga memperhitungkan keadaan sebenarnya, digunakan

dalam studi hukum ini. Aturan dan peraturan yang sesuai dibahas dalam pendekatan

hukum. Hukum atau standar membentuk aspek hukum. Berbagai aspek yang

berdampak pada data yang diperoleh dikumpulkan, diatur, dijelaskan, dan kemudian

dievaluasi sesuai dengan spesifikasi yang menggunakan penelitian deskriptif analitis

dalam penelitian ini. Untuk menjelaskan sesuatu pada lokasi dan waktu tertentu,

penelitian harus bersifat deskriptif. Analisis berdasarkan teori hukum, peraturan

perundang-undangan, dan/atau peraturan saat ini yang berlaku berkaitan dengan

subjek yang akan diselidiki. Studi makalah atau sumber pustaka, observasi atau

observasi, dan wawancara atau wawancara merupakan tiga bentuk utama dalam

instrument untuk pengumpulan data yang telah diterapkan dalam penelitian. Semua

instrumen dapat digunakan secara terpisah atau dalam kombinasi.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ketidaksepakatan antara para pihak dalam kontrak dapat dimulai dengan

anggapan bahwa telah terjadi wanprestasi. Sebagai konsekuensi dari anggapan


Pemerintah Pusat Indonesia bahwa perusahaan Newmont telah melakukan

wanprestasi terhadap salah satu Klausul Kontrak Karya yang telah mereka sepakati

pada tanggal 2 Desember 1986, inilah yang terjadi di antara mereka.Akibat dari

perjanjian tersebut bersifat hukum privat sebagaimana tujuannya,

Pada tahun 2007, terjadi perselisihan mengenai saham tersebut. Kontrak karya

menetapkan bahwa NNT harus menjual kembali sahamnya (yang telah dilepas) ke

negara tuan rumah dengan harga 51%. Yang pertama memiliki kemampuan untuk

membeli saham Mengikuti pemerintah daerah dan NNT, perusahaan Indonesia berada

di bawah pengelolaan orang Indonesia. Pada 2006, NNT menyumbangkan 3 persen

investasi, kemudian pada 2007, 7 persen saham. Pemerintah setempat ingin

membelinya, tetapi mereka menolak membayar tunai sebesar 10% NNT. Pemerintah

daerah dan Bumi Resources, sebuah bisnis di bawah manajemen Bakrie, akan bekerja

sama menjadi kawan swasta di nasional (Khafid dan Yasin, 2007). Anehnya, Newmont

juga mengajukan diri menjadi investor dalam membantu suntikan investasi keinginan

Pemprov NTB untuk membeli 10% saham tersebut. Enam calon investor telah dipilih

oleh pemerintah daerah NTB (Indrietta dan Yasin, 2007). Beberapa bulan berdiskusi,

sebuah kompromi mengkagetkan terjadi. Newmont setuju memberikan 2%

kepemilikan kepada Pemkab NTB dalam divestasi 2007 itu. Newmont meminjamkan

109 juta dolar kepada BUMD pemerintah kabupaten bertujuan sebagai kepemilikan 2%

saham Newmont, sepenuhnya menutupi biaya pembelian (Indrietta, 2008). Pemerintah

pusat marah dengan pengaturan ini karena menilai NNT tidak memperlakukan proses

divestasi dengan baik. Pemerintah yang tidak puas dengan tindakan NNT mencoba

merujuk NNT sebagai lembaga arbitrase internasional kepada UNCITRAL (Fahmi,

2008). Konflik antara Newmont dan pemerintah pusat indonesia diselesaikan secara

kompeten oleh UNCITRAL (United Nations Commissions on International Trade

Law). Newmont didakwa mengabaikan peraturan yang telah ditanda tangani bersama

antara pemerintah dan Newmont berperan menjadi PMN dan melanggarnya.

Purnomo Yusgiantoro, Menteri ESDM, memaparkan dan meperingatkan bahwa

rencana pemerintah untuk mengajukan pengaduan ke arbitrase internasional,

merupakan langkah bijak untuk melestarikan lingkungan yang menguntungkan bagi


investasi karena semua perselisihan diselesaikan melalui aturan terkait (Krismantari

dan Wayansari , 2008). Dalam proses arbitrase, Pemprov NTB mencari suntikan dana

baru untuk membeli pemilikan pada saham Newmont.

Namun Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dan Pemerintah Provinsi Nusa

Tenggara Timur tidak lagi menggunakan strategi buyback, menurut Pemerintah

Daerah NTB. Terbukti NNT dibungkam ketika pemerintah mengumumkan seluruh

asetnya tidak lebih dari $4 miliar. Maka, angka memiliki nilai lebih kecil dari klaim

Newmont memaparkan perusahaan tersebut memiliki total nilai pasar sebesar $6

miliar pada 2008 dan memiliki nilai pasar $4,9 miliar pada 2009 Menurut Alfian (2009)

Melewati pembicaraan panjang, NNT dan pemerintah akhirnya mencapai

kesepakatan. seluruh nilai aset NNT. 14 persen saham senilai 493,6 juta dolar, yang

dijual pada 2008 dan 2009 (Alfian dan Suharmoko, 2009).

D. SIMPULAN

Akibat pelanggaran ketentuan divestasi yang disebabkan oleh tindakan

perusahaan Newmont, maka pemerintah Indonesia mempunyai kewenangan untuk

menempuh jalur hukum. Banyak kesimpulan penting dari contoh ini dapat ditarik

berdasarkan ringkasan yang diberikan. Berdasarkan bukti empiris, tampaknya hal ini

telah berubah dari perselisihan antara PT Newmont yang sebagai PMN dan

pemerintah Indonesia telah menjadi antara yang terakhir dengan Dewan Perwakilan

Rakyat serta pemerintah yang ada di daerah. Konflik tingkat sekunder ini konsisten

dengan teori-teori yang mendasari dinamika internal kapitalisme negara. Pengusaha

lokal masih mengikuti pola hubungan patrilineal untuk mendapatkan keuntungan

ekonomi. Namun, di era pasca reformasi, strategi ini digunakan secara publik dengan

menempatkan entitas pemerintah (partai politik) di bawah kekuasaan kapitalis. Untuk

mempromosikan kepemilikan saham NNT oleh pemerintah daerah, retorika

nasionalisme ekonomi dikerahkan.


DAFTAR PUSTAKA

Harahap, M. Yahya. Hukum Acara Perdata: tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,


Pembuktian dan Putusan Pengadilan, Edited by Tarmizi. Ed. Revisi. Jakarta: Sinar
Grafika, 2017.

Imaniyati, Neni Sri, Asep Rozali, dan Neneng Nurhasanah. Menimbang Perbankan
Syariah (Konsep, Regulasi dan Praktik di Indonesia). Bandung: Pusat Penerbitan
Univesitas (P2U) LPPM Universitas Islam Bandung, 2017.

Indonesia. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pub. L.


No. 67 Tahun 2007.

Mahkamah Agung Republik Indonesia. Putusan Nomor 863 K/PDT/2020 (2020).

Priyatno, Dwidja dan Kristian. Delik Agama (Dalam KUHP dan Rancangan KUHP
Indonesia dan Telaah Perbandingan Hukum Dengan KUHP Inggris, Belanda, Malaysia,
Thailand, Singapura, Jerman, Perancis, Kanada, Latvia, dan Finlandia). Bandung:
Pustaka Reka Cipta, 2019.

Saragih, Bonarsius. "Kebijakan Pengawasan Terhadap Kepolisian Negara Republik


Indonesia (Polri) Sebagai Penegak Hukum Yang Profesional Dalam Perspektif
Sistem Peradilan Pidana." (Disertasi Program Doktor Ilmu Hukum, Universitas
Katolik Parahyangan, 2015.

Ombeng, G. P. (2013). Wanprestasi Terhadap Isi Perjanjian Divestasi Antara


Pemerintah Indonesia Dan PT. Newmont Nusa Tenggara. Lex Privatum, 1(5).

Maril, N., Saptono, H., & Mahmudah, S. (2016). Penyelesaian Sengketa Divestasi
Saham PT Newmont Nusa Tenggara Dalam Pengaturan Penanaman Modal Asing
Secara Langsung (Foreign Direct Investment) Berdasarkan Putusan Mk No. 2/skln-
x/2012. Diponegoro Law Journal, 5(2), 1-14.

Winata, Agung Sujati. "Perlindungan Investor Asing Dalam Kegiatan Penanaman


Modal Asing Dan Implikasinya Terhadap Negara." Ajudikasi: Jurnal Ilmu Hukum 2,
No. 2 (2018).

Anda mungkin juga menyukai