Anda di halaman 1dari 6

Soal Essay:

1. Jelaskan Tujuan dari PRBBK

2. Jelaskan Standart Operasional Prosedur (SOP) dari Evakuasi dan Transportasi

3. Jelaskan tujuan dari di lakukakannya Proses Rujukan

4. Jelaskan Standart Operasional Prosedur (SOP) dari Balut Bidai

5. Jelaskan Standart Operasional Prosedur (SOP) dari Penanganan Gempa


Bumi di dalamGedung

******** SELAMAT MENGERJAKAN ********

Nama : Ananda Trick Yonata


NPM : 204201516120
Kelas : RA-1

1. Tujuan PRBBK
Tujuan PRBBK adalah mengurangi risiko bencana dengan cara
mengurangi
kerentanan dan meningkatkan kapasitas individu rumah tangga,
dan komunitas
dalam mengelola risiko bencana, menghadapi dampak
merusaknya bencana.

2. SOP dari Evakuasi dan Transportasi


A. Pengkajian
1. Apakah Pasien dicurigai atau diketahui mengalami injury servikal, injury kepala
atau leher.
2. Kaji tingkat kesadaran pasien.
3. Kaji adanya fraktur terbuka/ tertutup.

B. Perencanaan
- Persiapan Alat:
1. Sarung tangan bersih
2. Long Spinal Board
- Persiapan Pasiien
1. Menjelaskan Prosedur yang akan dilakukan dan tujuan tindakan.
C. Implementrasi/ Tindakan
- Teknik Evakuasi
1. Tarikan Lengan
Posisikan tubuh penolong di atas kepala penderita. Kemudian masukkan lengan
dibawah ketiak penderita dan pegang lengan bawah penderita. Selanjutnya
silangkan kedua lengan penderita didepan dada dan Tarik penderita yang mungkin
akan membentur benda di sekitar lokasi kejadian.
2. Tarikan Bahu
Cara ini berbahaya bagi penderita cedera spinal (tulang belakang dari tulang leher
samai tulang ekor). Posisikan penolong berlutut diatas kepala penderita. Masukkan
kedua lengan dibawah ketiak penderita kemudian Tarik kebelakang.
3. Tarikan Selimut
Apabila penderita telah berbaring diatas selimut atau sejenisnya, maka lipat bagian
selimut yang berada dibagian kepala penderita ke tempat yang aman. Supaya
penderita tidak bergeser dari selimut, maka dapat buat simpul di ujung selimut
bagian kaki penderita.
4. Tarikan Menjulang
Cara ini umumnya digunakan oleh petugas pemadam kebakaran yaitu dengan
menggendong penderita di belakang punggung penolong dengan cara mengangkat
lalu membopong penderita.
Pemindahan Biasa (Tidak Darurat)
- Pemindahan biasa (Tidak Darurat) dapat dilakukan ketika:
a. Penilaian awal (penilaian dini dan penilaian fisik) sudah dilakukan
b. Denyut nadi dan pernafasa stabil.
c. Perdarahan sudah dikendalikan.
d. Tidak ada cedera leher.
e. Semua patah tulang sudah dimobilisasi

Contoh pemindahan biasa (Tidak Darurat):


1. Teknik angkat langsung dilakukan oleh 3 orang terutama pada penderita yang
memiliki berat badan, tinggi badan atau tandu tidak di dapati di lokasi kejadian.
a. Ketiga penolong berlutut di sisi penderita yang paling sedikit mengalami cedera.
b. Penolong pertama menyisipkan satu lengan di bawah leher dan bahu lengan
penderita, kemudian lengan satunya disisipka di bawah punggung penderita.
c. Penolong ke dua menyisipkan lengannya di bawah punggung dan bokong
penderita.
d. Penolong ke tiga satu lengan didssipkan di bawah bokong penderita dan lengan
satunya di bawah lutut penderita.
e. Penderita siap diangkat dengan satu aba- aba.
f. Angkat penderita di atas lulut ketiga penolong secara bersamaan. Jika terdapat
tandu, maka penolong lain menyiapkan tandu dibawah penderita kemudian
meletakkan penderita diatas diatas tandudengan satu aba- aba.
g. Jika tidak terdapat tandu untuk memindahkan penderita, maka miringkan
penderita diatas dada ketiga penolong kemudian ketiga penolong berdiri
Bersama- sama dengan satu aba- aba.
h. Ketiga penolong memindahkan penderita dengan melangkah bertahap dengan
satu aba- aba.
2. Pemindahan dengan tandu dilakukan oleh 2 orang penolong
a. Kedua penolong berjongkok di masing- masing ujung tandu menghadap ke arah
yang sama (ujung kaki penderita sebagai arah depan).
b. Penolong memposisikan kaki pada jarak yang tepat kemudian menggenggam
pengangan tandu dengan erat.
c. Punggung lurus, kepala menghadap ke depan dengan posisi netral.
d. Kencangkan otot punggung dan perut penolong dan angkat tandu dengan satu
aba- aba.
e. Pindahkan penderita ke tempat yang aman dengan satu aba- aba.
f. Turunkan penderita secara hati- hati dengan mengulangi Langkah- Langkah di
atas secara mundur (berkebalikan)
3. Teknik angkat anggota gerak dilakukan oleh 2 orang penolong.
a. Masing- masing penolong berjongkok berhadap- hadapan, penolong pertama di
ujung kepala penderita, penolong kedua di antara kaki penderita.
b. Penolong pertama mengangkat kedua lengan penderita dengan kedua tangannya.
c. Penolong kedua mengangkat kedua lutut penderuta.
d. Kedua penolong berdiri secara bersamaan dengan satu aba- aba dan mulai
memindahkan penderita ke tempat aman.

D. Evakuasi
Pastikan pasien dalam keadaan aman dan tidak ada cedera lanjutan.

E. Dokumentasi

1. Waktu pelaksanaan
2. Respon klien
3. Nama perawat yang melaksanakan tindakan

3. Tujuan Proses Rujukan


Tujuan Umum:
- Untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efesiensi pelayanan Kesehatan secara terpadu
serta untuk memberikan petunjuk kepada petugas puskesmas tentang pelaksanaan
rujukan medis dalam rangka menurunkan angka kematian
Tujuan Khusus:
- Meningkatkan kemampuan Puskesmas dan peningkatannya dalam rangka menangani
rujukan kasus “resiko tinggi” dan gawat darurat yang terkait dengan kematian ibu
maternal dan bayi
- Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di wilayah kerja Puskesmas

4. SOP Balut Bidai


a). Pra-interaksi
1. Perawat cuci tangan
2. Memberi salam
3. Mejelaskan tujuan dan prosedur tindakan
4. Menjaga privasi klien

b). Penggunaan Bidai


A. Fraktur Humerus (patah tulang lengan atas).
Pertolongan :
1. Letakkan lengan bawah di dada dengan telapak tangan menghadap ke dalam.
2. Pasang bidai dari siku sampai ke atas bahu.
3. Ikat pada daerah di atas dan di bawah tulang yang patah.
4. Lengan bawah digendong.
5. Jika siku juga patah dan tangan tak dapat dilipat, pasang spalk ke lengan bawah
dan biarkan tangan tergantung tidak usah digendong.
6. Bawa korban ke rumah sakit.
B. Fraktur Antebrachii (patah tulang lengan bawah).
Pertolongan:
1. Letakkan tangan pada dada.
2. Pasang bidai dari siku sampai punggung tangan.
3. Ikat pada daerah di atas dan di bawah tulang yang patah.
4. Lengan digendong.
5. Bawa korban ke rumah sakit.

C. Fraktur clavicula (Patah Tulang Selangka)


Tanda – tanda patah tulang Selangka :
- Korban tidak dapat mengangkat tangan sampai ke atas bahu.
- Nyeri tekan daerah yang patah.
Pertolongan :
1. Dipasang ransel verban.
2. Bagian yang patah diberi alas lebih dahulu.
3. Pembalut dipasang dari pundak kiri disilangkan melalui punggung ke ketiak
kanan.
4. Dari ketiak kanan ke depan dan atas pundak kanan, dari pundak kanan
disilangkan ke ketiak kiri, lalu ke pundak kanan,akhirnya diberi peniti/ diikat.
5. Bawa korban ke rumah sakit.

D. Pemasangan bidai pada fraktur femur


Pasang 2 bidai dari :
1. Ketiak sampai sedikit melewati mata kaki.
2. Lipat paha sampai sedikit melewati mata kaki.
3. Beri bantalan kapas atau kain antara bidai dengan tungkai yang patah.
4. Bila perlu ikat kedua kaki di atas lutut dengan pembalut untuk mengurangi
pergerakan.
5. Bawa korban ke rumah sakit.

E. Fraktur Cruris (patah tulang tungkai bawah).


Pertolongan :
1. Pasang 2 bidai sebelah dalam dan sebelah luar tungkai kaki yang patah.
2. Di antara bidai dan tungkai beri kapas atau kain sebagai alas.
3. Bidai dipasang di antara mata kaki sampai beberapa cm di atas lutut.
4. Bawa korban ke rumah sakit

Putaran Dasar Dalam Pembebatan


1) Putaran Spiral (Spiral Turns) Digunakan untuk membebat bagian tubuh yang
memiliki lingkaran yang sama, misalnya pada lengan atas, bagian dari kaki.
Putaran dibuat dengan sudut yang kecil, ± 30 ⁰ dan setiap putaran menutup 2/3-
lebar bandage dari putaran sebelumnya.
2) Putaran Sirkuler (Circular Turns) Biasanya digunakan untuk mengunci bebat
sebelum mulai memutar bebat, mengakhiri pembebatan, dan untuk menutup
bagian tubuh yang berbentuk silinder/tabung misalnya pada bagian proksimal dari
jari kelima. Biasanya tidak digunakan untuk menutup daerah luka karena
menimbulkan ketidaknyamanan. Bebat ditutupkan pada bagian tubuh sehingga
setiap putaran akan menutup dengan tepat bagian putaran sebelumnya.
3) Putaran Spiral terbalik (Spiral Reverse Turns) Digunakan untuk membebat bagian
tubuh dengan bentuk silinder yang panjang kelilingnya tidak sama, misalnya pada
tungkai bawah kaki yang berotot. Bebat diarahkan ke atas dengan sudut 30⁰,
kemudian letakkan ibu jari dari tangan yang bebas di sudut bagian atas dari bebat.
Bebat diputarkan membalik sepanjang 14 cm (6 inch), dan tangan yang membawa
bebat diposisikan pronasi, sehingga bebat menekuk di atas bebat tersebut dan
lanjutkan putaran seperti sebelumnya.
4). Putaran Berulang (Recurrent Turns) Digunakan untuk menutup bagian bawah dari
tubuh misalnya tangan, jari, atau pada bagian tubuh yang diamputasi (untuk ujung
ekstremitas). Bebat diputar secara sirkuler di bagian proksimal, kemudian ditekuk
membalik dan dibawa ke arah sentral menutup semua bagian distal. Kemudian
kebagian inferior, dengan dipegang dengan tangan yang lain dan dibawa kembali
menutupi bagian distal tapi kali ini menuju ke bagian kanan dari sentral bebat.
Putaran kembali dibawa ke arah kiri dari bagian sentral bebat. Pola ini dilanjutkan
bergantian ke arah kanan dan kiri, saling tumpang-tindih pada putaran awal
dengan 2/3 lebar bebat. Bebat kemudian diakhiri dengan dua putaran sirkuler yang
bersatu di sudut lekukan dari bebat.
5) Putaran seperti angka Delapan (Figure-Eight Turns) Biasanya digunakan untuk
membebat siku, lutut, atau tumit (untuk daerah persendian). Bebat diakhiri dengan
dua putaran sirkuler menutupi bagian sentral sendi. Kemudian bebat dibawa
menuju ke atas persendian, mengelilinginya, dan menuju kebawah persendian,
membuat putaran seperti angka delapan. Setiap putaran dilakukan ke atas dan ke
bawah dari persendian dengan menutup putaran sebelumnya dengan 2/3 lebar
bebat. Lalu diakhiri dengan dua putaran sirkuler di atas persendian

c). Tahap Terminasi


1. Beri salam perpisahan kepada klien
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya Evaluasi perasaan klien
3. Perawat cuci tangan
4. Dokumentasikan hasil pemeriksaan

5. SOP Penanganan Gempa Bumi di dalam gedung


1. Bila anda didalam gedung dan terjadi gempa lakukan Drop, Cover and Hold On.
2. Carilah tempat berlindung yang kuat dan kokoh seperti bawah meja, samping almari,
tiang penyangga bangunan, merapat ketembok.
3. Bila gempa berhenti segera bergegas keluar gedung (jangan lari dan berdesakan)
dengan melindungi kepala, ikuti petunjuk dan arahan petugas evakuasi
4. Menjauhi dari kaca atau barang-barang yang menempel didinding untuk menghindari
barang-barang tersebut melukai anda.
5. Bila berada di lantai 2 turunlah menggunakan tangga secara perlahan dan jangan panik

Anda mungkin juga menyukai