Laporan Antara
Laporan Antara
Perencanaan Revitalisasi/Rehabilitasi
Ruang Kelas SMPN 3 Singingi
KATA PENGANTAR
Pada Laporan ini disampaikan latar belakang, maksud dan tujuan, ruang
lingkup kegiatan, pendekatan metodologi, konsep rencana.
Kepada semua pihak yang turut membantu menyusun Laporan Pendahuluan ini
disampaikan terima kasih.
SALMA AFRIZAL, ST
Team Leader
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................1
1.2. Maksud Dan Tujuan..........................................................................1
1.3. Ruang Lingkup.................................................................................3
1.4. Tahap Pelaksanaan..........................................................................4
1.5. Sistematika Penulisan.......................................................................5
BAB I
PENDAHULUAN
Sasaran :
Setelah dilaksanakan asistensi dan diperolehnya berbagai masukan dan saran
yang ada, maka pelaksanaan pekerjaan perencanaan merupakan paparan atas
hasil capaian pradesain yang coba dituangkan oleh konsultan perencana
melalui Laporan Antara. Sebagaimana yang telah ditentukan dalam Acuan
Kerangka Kerja (KAK), pada saat diserahkannya Laporan Pendahuluan maka
diskusi harus dikembangkan dengan kegiatan asistensi; konsultan akan terlebih
dahulu melaksanakan kegiatan asistensi bersama dengan PPTK Dinas
Pedidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kuantan Singingi.
Kegiatan asistensi ini dimaksukkan sebagai tolak ukur kesiapan tim konsultan
dalam melaksanakan pekerjaan perencanaan, selain itu sebagai langkah awal
untuk menghasilkan sebuah produk prarancangan yang baik dimana telah
dilaksanakannya kordinasi dan pengembangan input dan saran dari owner.
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang, tujuan dan sasaran lingkup
kegiatan dan lokasi kegiatan, waktu pelaksana dan
sistematika Penulisan
BAB II
PENDEKATAN DAN
METODOLOGI
Uraian yang dipaparkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) cukup memberi
gambaran bagi konsultan untuk melaksanakan pekerjaan ini.
Laporan Pendahuluan
Laporan Antara
Laporan Akhir
Laporan Rencana Anggaran Biaya
Gambar Rencana
Spesifikasi Teknis
f) Dukungan dari Perusahaan
Perusahaan kami sepenuhnya akan mendukung pelaksanaan pekerjaan ini
dengan menyiapkan :
Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang diberikan sebenarnya sudah cukup jelas
dan dapat dipahami untuk diikuti dan dipedomani dalam pelaksanaan pekerjaan
perencanaan, sehingga Konsultan dapat memberikan pelayanan yang
maksimal untuk pelaksanaan Pekerjaan ini. Materi yang terkandung di dalam
kerangka acuan kerja secara jelas telah mencakup semua aspek kegiatan
untuk mencapai sasaran proyek dan sepenuhnya dapat dipahami. Sehingga
konsultan dengan jelas memahami sepenuhnya segala ketentuan, persyaratan
dan tugas yang dimaksud, sehingga Konsultan berkesimpulan dapat
melaksanakan pekerjaan ini sesuai dengan persyaratan yang dimaksud dalam
kerangka Acuan Kerja.
Biaya Survey
Kebutuhan biaya survey telah memenuhi target pelaksanaan pekerjaan
dengan terpenuhinya kebutuhan akomodasi dan biaya lapangan bagi tim
pekerjaan semasa pelaksanaan survey.
Biaya laporan Pekerjaan
Laporan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab konsultan perencana
telah sangat jelas dipaparkan pada Kerangka Acuan Pekerjaan (KAK),
namun kami dalam mata pembayaran pekerjaan pelaporan tidak
dicantumkan mengenai pembayaran atas laporan Gambar Perencanaan,
EE, RKS dan BoQ. Sedangkan keluaran pekerjan (output) yang utama
adalah adanya produk tersebut, namun demikian konsultan memastikan
dapat memenuhi semua laporan tersebut apabila dipercayakan menjadi
pelaksana pekerjaan.
Fasilitas Pendukung Lainnya
Fasilitas lainnya yang dibutuhkan dari PPK antara lain berupa dukungan
administrasi, yaitu: Surat Tugas, data teknis dan kebijakan yang diterapkan. Di
samping itu, demi kelancaran pelaksanaan tugas, diperlukan dukungan teknis
berupa kemudahan koordinasi dan proses persetujuan terhadap sesuatu hal
yang harus diputuskan.
Dalam mendesain suatu gedung harus memperhatikan aturan-aturan
yang berlaku berdasarkan standar di Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi
dan standar dari Kementrian Pekerjaan Umum, demikian juga untuk
Perencanaan Penambahan Ruang Kelas Baru harus juga memperhatikan
aturan sebagai berikut :
KRK (Ketetapan Rencana Kota) di KRK tercantum Lokasi tanah, luas
tanah sesuai dengan hasil ukur, bidang tanah yang terkena jalan/saluran
dan peruntukan penggunaan tanah
Pembangunan Ruang Kelas Baru masih berupa lahan kosong.
Rencana Tata bangunan lingkungan merupakan proses penglirusan IMB
C V . BDATA
INA KARYA ANDALAN PROGRAM
Hal. 13
Laporan Antara
Perencanaan Revitalisasi/Rehabilitasi
Ruang Kelas SMPN 3 Singingi
a) Pekerjaan Persiapan
Merupakan kegiatan pada tahap pendahuluan sebelum masuk materi
perencanaan yang meliputi kegiatan:
1) Pemahaman KAK
2) Observasi awal penentuan lokasi perencanaan.
3) Pengumpulan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari berbagai
instansi terkait dan literature
4) Survey pendahuluan sebagai persiapan untuk survey.
5) Menetapkan metodologi perencanaan beserta jadwal pelaksanaannya.
b) Pekerjaan Survey
Survey Topografi
Pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui data koordinat dan
elevasi permukaan tanah di sepanjang lokasi perencanaan dan dimana hasil
yang diperoleh akan ditampilkan dalam bentuk peta topografi dengan skala
yang disesuaikan dengan kebutuhan. Kegiatan Survey Topografi menghasilkan
Peta area pekerjaan dimana tergambar kondisi eksisiting lokasi penempatan
bangunan utama dan akan dibuat. Peta situasi ini juga menampilkan titik-titik
tetap (benchmark) yang ditempatkan di sekitar daerah pemetaan lengkap
dengan koordinat dan elevasinya.
c) Perencanaan Fasilitas Pendukung
Perencanaan Bangunan harus meliputi tentang panjang, lebar, jenis
konstruksi pondasidasar, bangunan atas dan fasilitas pendukung. Secara garis
besar, sistematika dari pokok-pokok kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Pengolahan data hasil survey melalui analisis secara mendalam dengan
mengacu pada standar yang berlaku.
2) Menyiapkan gambar kerja lengkap meliputi:
gambar lay out kawasan perencanaan
gambar alinyemen vertical horizontal dan vertical
O u tp u t
P e r k e rja a n :
D e s a in
La p o ra n -
t e k n is ,
la p o r a n
Tahapan
P ro se s p e re n ca n a a n
p e n yu su n a
P e n g u m p u la n n r e n c a n a d a n ga m b ar,
dan EE & BoQ ,
d e t a il , p r a -
In v e n t a r is a s i RKS
ra n c a n g a n
D a t a m e la lu i y a n g d e t a il
Su rve y d a n te ru k u r
a. Struktur Bawah
1. Kriteria pemilihan jenis pondasi :
Pertimbangan dimensi dan berat sub-struktur yang
berkaitan dengan beban bangunan dan daya dukung tanah
Sesuai dengan kondisi tanah (kedalaman tanah keras dan
muka air tanah)
Effisiensi pemilihan sistem dan sub-struktur dengan
batasan biaya struktur (biaya struktur < 30% biaya total
bangunan)
2. Penggunaan pondasi dalam untuk menghindari penurunan yang
berlebih atau ketidakstabilan konstruksi. Penentuan jenis pondasi
dalam harus memperhatikan faktor-faktor :
Sesuai dengan kondisi tanah (kedalaman tanah keras dan
muka air tanah)
Effisiensi pemilihan sistem dan sub-struktur dengan
batasan biaya struktur (biaya struktur <30% biaya total
bangunan)
3. Penggunaan pondasi dangkal diperbolehkan dengan
memperhitungkan faktor faktor :
Pertimbangan dimensi yang berkaitan dengan beban
bangunan dan daya dukung tanah
Sesuai dengan kondisi tanah (kedalaman tanah keras dan
muka air tanah)
4. Daya dukung pondasi dihitung berdasarkan parameter tanah dari
hasil penyelidikan tanah (sondir dan bor dalam)
5. Daya dukung pondasi dalam di lapangan diveriflkasi dengan
percobaan pembebanan.
6. Dalam analisa struktur, tumpuan/perletakkan diasumsikan jepit.
b. Struktur Atas
1. Struktur atas direncanakan sebagai portal beton berturang rangka
terbuka (open frame), dianalisa secara tiga dimensi (3D) atau dua
dimensi dengan bantuan paket program komputer
2. Struktur atas dianalisa mampu menahan beban vertikal (live load
dan
dead load) serta beban horisontal (beban gempa statik ekivalen)
3. Permodelan rangka struktur harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga posisi kolom struktur arah vertikal dan horisontal
berdasarkan multimodul.
4. Pelat lantai direncanakan terpisah dengan kondisi pelat lentur ,
modul pelat lantai harus direncanakan untuk menghilangkan
kemungkinan penggunaan balok anak
c. Struktur Atap
1. Struktur atap direncanakan mampu menahan pembebanan
seperti
disyaratkan pada peraturan perencanaan
2. Untuk konstruksi atap direncanakan menggunakan material dari
bahan
beton dan/atau bahan baja
3. Penggunaan material dari kayu untuk konstruksi atap
diminimalisasi
untuk rnempermudah perawatan dan pengawetan
d. Pendekatan Perencanaan Mekanikal Elektrikal
1. Analisa perencanaan instalasi kelistrikan harus disajikan secara
lengkap dan detail meliputi : desain beban daya, perhitungan
kebutuhan supply daya, perhitungan dimensi alat-alat kelistrikan
termasuk pengecekan terhadap biaya keseluruhan sistem
kelistrikan dengan melakukan komparasi terhadap penEgunaan
sistem kelistrikan yang lain
2. Analisa perencanaan instalasi sistem televisi dan penangkal petir
disajikan secara lengkap dan detail termasuk pengecekan
a. Fungsi bangunan
b. Kondisi material bangunan
c. Kondisi struktur bangunan setelah bangunan berusia cukup
lama dan (mungkin) terkena bencana alam
d. Kondisi sistem utilitas bangunan setelah bangunan digunakan
melewati masa pakai gedung
e. Keselamatan penghuni pada waktu terjadi bencana, baik
karena ulah manusia, alam atau pencemaran kesehatan.
2. Persyaratan guna yaitu bahwa bangunan dapat menampung
kegiatan secara efisien sesuai dengan fungsinya.
3. Selain kriteria diatas berlaku pula ketentuan - ketentuan seperti :
a. Undang-Undang Republik lndonesia No. 18 tahun 1999
tentang Jasa Konstruksi
b. Undang-Undang Republik lndonesia No.28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung
c. Peraturan Pemerintah Republik lndonesia No. 29 tahun 2000
tentang Penyelenggara Jasa Konstruksi
d. Peraturan Pemerintah Republik lndonesia No. 36 tahun 2005
tentang Bangunan Gedung
e. Kepmen PU No. 141/KPTS/1998 tentang Persyaratan teknis
bangunan Gedung
f. Kepmen PU No. 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis
Aksesibilitas pada Bangunan dan Lingkungan
g. Kepmen PU No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan
h. Kepmenkinpraswil No. 33/KPTS/M/2002 tentang pedoman
Teknis Pengamatan Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan
i. SNI teknis yang berlaku.
Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung, SNI 03- 1726.2002
b. Pembebanan
1. Beban Mati`
Beban mati merupakan berat sendiri seluruh bangunan, struktur
maupun non struktur yang selalu ada dan bekerja pada bangunan ini.
Beban mati tersebut sangat tergantung dari dimensi serta berat jenis
struktur yang digunakan. Sesuai peraturan yang berlaku di lndonesia,
berat jenis dari elemen-elemen struktur adalah sebagai berikut :
2. Beban Hidup
Beban hidup adalah berat tambahan diruar beban mati yang bekerja
pada waktu-waktu tertentu, baik secara terus menerus maupun
sementara.
Besamya beban hidup ditentukan oleh perunfukan bangunan, dengan
harga minimum sesuai dengan Peraturan Pembebanan lndonesia untuk
Gedung tahun 1983.
Berikut disampaikan besarya beban hidup bangunan, serta
perbandingannya dengan nilai minimum yang tercantum pada
peraturan.
3. Beban Gempa
Gedung ini terdiri dari 3lantai, dan bentuknya simetris beban gempa
dimasukkan dalam analisis. Analisis dinamis yang dipakai adalah
1) KombinasiPembebanan
Mengacu pada Peraturan Pembebanan lndonesia untuk Gedung
tahun 1983, kombinasi pembebanan yang dipakai adalah sebagai
berikut :
` Komposisi 1 1,4 DL
Komposisi 2 1,2DL+ 1,6 LL
Komposisi 3 ` 1,2 DL + 0,5 LL ± Ex ± 30% Ey
Komposisi 4 1,2DL+ 0,5 LL ± 30% Ex ± Ey
a. Pembebanan Sementara
Ada dua jenis pembebanan sementara yang umumnya
diperhitungkan pada bangunan gedung, yaitu beban angin dan
beban gempa. Pada umumnya, beban angin relatif sangat kecil
jika dibandingkan dengan beban gempa, sehingga beban
sementara yang diperhitungkan adalah beban gempa.
Dalam analisa balok portal, kombinasi beban sementara adalah :
1.05 (beban gravitasi + beban gempa).
b. Spesifikasi Material
Pondasi yang digunakan adalah tiang pancang dengan
kedalaman antara 12 meter.
Mutu baja untuk diameter lebih kecil dan 12 mm
digunakan BJTP 24 (fy = 2400 kg/cm 2) dan untuk diameter
sama atau lebih besar dan 12 mm digunakan BJTD 32
(fy=3200kg/cm2)
Mutu beton yang digunakan untuk Tie Beam, Balok,
Kolom dan Pelat adalah K-225.
c. Sistem Struktur
Sistem struktur yang digunakan adalah sistem portal beton bertulang
dengan dinding geser pada tepi bangunan dengan spesifikasi material.
Elemen-elemen struktur terdiri dari :
o Kolom
o Balok
o Plat lantai
Mu
Mn=
φ
1,4
ρmin =
fy
0,85 fc β1 600
ρb =
fy 600+fy
β 1=0 , 85 bilafc≤30 Mpa
ρ≤0 ,75 ρb
As
ρ=
b.d
2. Analisa Kolom
a) Kuat lentur Kolom
Kuat lentur perlu bagi kolom portal pada bidang muka balok
berdasarkan terjadinya momen kapasitas di sendi plastis pada
kedua ujung balok yang bertemu pada kolom itu, yang dinyatakan
oleh momen lentur perlu Mu, k dengan gaya aksial Nu,k yang
bersangkutan, hanrs dihitung berturut-turut menurut persamaan-
persamaan berikut:
M ,k=
h 'k
hk
wdvk 0 ,70
l ki
l ki ( l ka
M Kap , ki + M kap , Ka
l ka )
M , k =Rv 0 , 70 Σ
( M kap , ki+ M kap , ki M kap ,ka +M kap , ka '
l ki
+
l' ka )
Dimana :
wd = faktor pembesar dinamik untuk memperhitungkan
pengaruh terjadinya sendi-sendi plastis pada balok-
balok portal, yang nilainya harus diambil sebesar
1.3, kecuali ditingkat bawah dan tingkat atas nilainya
harus diambil sebesar 1,0 dan ditingkat kedua dari
atas nilainya harus diambil sebesar 1,15.
Dalam segala hal, momen lentur perlu bagi kolom portal pada
bidang muka balok menurut pers. (16) tidak perlu diambil lebih
besar dari :
(
M ,k =1 , 05 M d , k+M d , K +
4
)
M ,k
K E
(
Mu , k =1, 05 N d , k +N d , k+ N ,k)
4
K E
( 4
Vu, k =1 ,05 VD , k+VL, K + VE , K
K )
dimana:
VD,K = gaya geser kolom portal akibat beban mati tributari tak berfaktor
VD, K = gaya geser kolom portal akibat beban hidup tributari tak
berfaktor,
VE, K = gaya geser kolom portal akibat beban gempa tak berfaktor.
Faktor Jenis Struktur yang berlaku untuk struktur yang ditinjau.
Mkap, ki = Momen kapasitas balok portal sebelah kiri di sendi plastis pada
bidang muka kolom yang dihitung berdasarkan luas baja
tulangan dan baja prategang yang terpasang dan dengan
tegangan tarik baja tulangan diambil sebesar 1,25 fy dan
tegangan tarik baja prategang diambil sebesar 1,4 fps.
3. Perencanaan
1) LISTRIK
a. Lingkup pekerjaan
Instalasi Tegangan Menengah
Instalasi Tegangan Rendah
Instalasi Sistem Penerangan dan Stop Kontak
Instalasi pentanahan (grounding) system listrik dan
peralatan
Instalasi Penangkal Petir
lnstalasi Sumber Daya Cadangan (Diesel Generator
Set)
Sistem Peralatan Tahan Api.
c. Penjelasan Sistem
Central Control emergency, paging, car call dan music system
mencakup rak conhol, modul control address (modulated
Address Control), Amplifier, Loudspeaker, Volume Control dan
pengkabela. Demi memudahkan pemeliharaan dan tingkat
pemakaian yang lama, maka peralatan utama direncanakan
bersifat modular dengan teknologi elektronik yang terbaik.
Pada waktu terjadi Kebakaran, semua program akan
diovenide atau diganti dengan sirene tanpa memperhatikan
posisi switch pada masing-masing zone selection di selector.
Switch Ovenide'Emergency direncanakan mampu
mengaktifkan seluruh speaker pada gedung ini, walaupun
volume control berada pada posisi .
3) STSTEM TELEPHONE
a. Lingkup Pekerjaan
Komunikasi keluar local dan interlokal
Komunikasi untuk kepentingan intern dalam gedung
b. Referensi Dan Kriteria Perencanaan
Peraturan Perumtel lrlo.5 dan ner.1 tahun 1977 dan no.1
tahun 1979
Persyaratan Umum lnstalasi Listrik (PUIL).2000.
Petunjuk Pedoman Perencanaan Jaringan Kabel
Telephone tahun 1984
Katalog produk kabel
c. Kriteria Perencanaan
Sistem komunikasi dalam gedung ini direncanakan ada
beberapa line yang bersifat langsung (direct)
berlengganan ke TELKOM sedang untuk komunikasi di
intern gedung ini bisa menggunakan komunikasi inter
pesawat dengan system PABX.
Kebutuhan jumlah line yang direct maupun extention
ditentukan berdasar jumlah staf pengelola gedung
tersebul, atau jumlah penyewa gedung (bila ada).
Rasio perbandingan antara Trunk line dengan extention
dalam system PABX direncanakan maksimal 1: 6
Dari jumlah line yang langsung disiapkan juga untuk
keperluan Faximilli.
d. Penjelasan Sistem
Seluruh line yang dari TELKOM ditampung dalam MDF
gedung, kemudian dari MDF tersebut dibagi menjadi dua
bagian yaitu sebagian masuk ke PABX sebagian lainnya
didistribusikan ke penyewa atau kestaff pengelola yang
diperkirakan membutuhkan saluran langsung (direct line).
Kabeldari PABX sebagaiextention line masuk kembali ke
4) FIRE ALARM
a. Lingkup Pekerjaan
Sistem Fire Alarm
Interkoneksi dengan sistem M&E lainnya
b. Referensi Dan Kriteria Perencanaan
Peraturan Menteri Pekeriaan Umum No: 26/PRT/M/2008
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada
Bangunan gedung dan Lingkungan
Peraturan Departement Tenaga Kerja (DEPNAKER)
Standard dan peraturan lain yang diijinkan oleh instansi
yang berwenang.
Buku Pedoman K & KK Depnaker
c. Kriteria Perencanaan
c. Kriteria Perencanaan
Sistem Pemadam Kebakaran
Sistem Hydrant
Sistem Sprinkler Otomatis
Alat Pemadam Api Ringan (APAR )
d. Penjelasan Sistem
Bila terjadi kebakaran, muncul api atau asap, heatsmoke
/detector akan mendeteksi api atau asap tersebut sesuai
dengan zona yang didefinisikan. Petugas harus segera
mendatangi pada area yang ditunjukkan oleh zone indikator
yang tertera dalan master fire control panel. Bila api belum
terlalu besar yang artinya sprinkler belum bekerja, maka
petugas harus mengambil langkah pemadaman dengan Alat
Pemadam Api Ringan yang terdapat di lantai yang
bersangkutan. Bila api sudah cukup besar atau bila temperatur
di sekitar head sprinklers telah melebihitemperatur head
sprinklers, sistem dirancang heat Sprinklers secara otomatis
akan bekerla (pecah). Bila bertambah besar, Petugas akan
c. Penjelasan Sistem
Sistem Air Bersih
Sumber air diambil dari PDAM dan Deep Well (Sumur
Dalam) dan menggunakan Filter Air bila perlu. Air dari PAM
BAB III
KONSEP RENCANA
Dalam hal ini, kami ingin menerangkan bahwa kami yakin jasa-jasa
konstruksi yang dapat kami berikan akan menambah mutu dan hasil selama
pelaksanaan.
tercapainya pelaksanaan mutu yang baik dan sesuai daya spesifikasi yang
diisyaratkan.
7. Menyusun suatu metode yang menjamin agar gambar kerja tidak terlambat
yang diartikan “tidak terlihat" adalah bila bidang luar beton setelah
beton selesai dicor tidak dapat diperiksa lagi.
(3) Dalam segala hal,tebal penutup beton tidak boleh kurang dari pada
yang ditentukan ini
- Pada batang polos : d
- Pada batang yang diprofilkan : dp
- Pada berkas tulangan : de
(4) Tebal penutup beton yang ditentukan dalam ayat (1) s/d (3) harus
ditambah dengan minimum 1 cm, apabila permukaan beton
tersebut terletak didalam lingkungan yang korosif, seperti bila:
- Berhubungan dengan air laut
- Mendapat pengaruh sulfat alkali dari tanah atau air laut
- Berhubungan dengan uap atau gas-gas korosif
Dalam hal ini maka sebelum perencanaan dimulai tebal penutup
beton tersebut harus ditetapkan dulu oleh perencana berdasarkan
studi mengenai sifat-sifat korosif dari lingkungan itu dengan juga
berkonsultasi dengan pemberi tugas.
3) Pembengkokan tulangan
a. Batang tulangan tidak boleh dibengkokan atau diluruskan dengan
cara-cara yang merusak tulangan itu
b. Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkokan dan
diluruskan kembali tidak boleh dibengkokan lagi dalam jarak 60
cm dari bengkokan sebelumnya
c. Batang tulangan yang tertanam sebagian dalam beton tidak boleh
dibengkokan atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila
ditentukan didalam gambar-gambar rencana atau disetujui oleh
perencana
d. Membengkokan dan meluruskan batang tulangan harus
dilakukan dalam keadaan dingin, kecuali apabila pemanasan
diijinkan oleh perencana
Catatan :
a) Panjang penyaluran dan panjang lewatan dari tulangan, harus
sesuaikan dengan tabel 4. Bila tidak ada ketentuan lain.
b) Metode penyabungan selain sambungan leawatan harus
disesuaikan dengan spesifikasi proyek.
b. Pondasi Exentris
Catatan :
Catatan :
- Panjang penyaluran dan panjang lewatan untuk pondasi setempat
harus sama dengan “L” seperti yang disyaratan
- Tebal selimut beton harus seuai dengan pragraf 4.1. dari “umum”
- Hal-hal yang lain harus sesuai dengan persyaratan untuk balok
Catatan :
- Hal-hal seperti terlihat diatas untuk pejangkaran dan panjang
lewatan untuk dasar pondasi rakit, harus sesuai dengan
persyaratan untuk pelat.
- Tebal selimut beton harus sesuai dengan pragraf 4.1. dari
“umum”
3.6.2. Kolom
1. Pemasangan Tulangan
4. Sengkang Kolom
a. Jarak Sengkang
3.6.3. Balok
1. Pemasangan tulangan dan penepatan sambungan lewatan
Perbedaan Peil
4. Sengkang balok
a. Bentuk
Bentuk sengkang balok harus termasuk salah satu gambar dibawah
ini
b. Persyaratan
5. Tulangan Pemingang
7. Balok anak
a. Tempat penyaluran untuk balok penerus
Catatan :
- Lo/4 atau Lo/6 harus ditinjau sebagai jarak patokan panjang
penyaluran digunakan Lo/6 untuk balok dua tumpuan
c. Penyaluran
8. Balok Konsol
a. Untuk konsol menerus
Bila tidak disebutkan dalam gambar rencana pragraf 1 – 7 dari
“balok” harus dipakai untuk balok konsol
- Lubang dengan diameter lebih dari d/4 untuk instalasi listrik dan
mesin yang tidak terlihat jelas pada gambar struktur tidak boleh
dibuat menembus balok
- Penempatan pipa dengan penampang persegi tidak
diperbolehkan
- Membuat lubang harus sesuai dengan gambar diatas, untuk
lubang dengan diameter lebih kecil dari d/4
- Tulangan harus seperti tabel dibawah bila tidak digambar pada
gambar rencana
- Tulangan tambahan tidak diperbolehkan di las terhadap tulangan
pokok
Dimana :
a/dc < 1/6 tulangan balok harus berbentuk seperti gambar dibawah
b. Perbedaan sumbu
3. Panjang penyaluran
a. Kasus biasa
Catatan :
- Batang tulangan dimiringkan bila terdapat voute
c. Bila di pasang rangka atau kotak pada pelat, kotak harus di pasang
sebelum pemasangan tulangan, dan tidak boleh terhalang rangka
tersebut
d. Bila pemotongan tulangan tidak dapat dihindarkan pada rangka atau
kota, tulangan tambahan dengan luas sama atau lebih besar dari
tulangan harus ditambahkan dengan persetujuan pengawas ahli